• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Attachment

5. Jenis-jenis attachment

Bartholomew (dalam Feeney dan Noller, 1996) mengemukakan bahwa model of self dan model of others dapat dikombinasikan untuk memberikan definisi pada empat gaya attachment pada individu dewasa. Oleh sebab itu, empat gaya attachment pada individu dewasa didasari oleh dua dimensi yaitu obyek dari mental models (self dan other) dan perasaan tentang obyek tersebut (positif dan negatif). Berikut macam-macam gaya attachment yang diuraikan oleh Bartholomew dan Horowitz (1991), yaitu :

a. Secure attachment (gaya kelekatan aman)

Individu dengan secure attachment memiliki model of self dan

model of other positif. Individu dengan secure attachment memiliki harga diri yang tinggi. Individu memiliki gambaran positif terhadap orang lain sehingga ia mudah mencari kedekatan interpersonal dan merasa nyaman dalam hubungan yang mereka jalin (Baron dan Byrne, 2005). Hubungan yang dijalani oleh individu secure attachment cenderung lama, dengan komitmen dan memuaskan (Shaver dan Brennan dalam Baron dan Byrne, 2005). Menurut Mikulincer (dalam Baron dan Byrne, 2005), individu dengan secure attachment tidak mudah marah, tidak ingin bermusuhan dengan orang lain dan mengharapkan hasil yang positif dari konflik. Individu dengan secure attachment tidak mudah bergantung dan tidak ingin menghindar. Selain itu, individu juga memiliki sikap kelayakan diri dan harapan bahwa orang lain dapat menerima dan responsif (Bartholomew dan Horowitz, 1991).

Dalam hal seksualitas, Hazan et. al (1994) dalam Shaver dan

Schachner (2004) menyatakan bahwa individu dengan secure attachment terbuka terhadap pengalaman seksual dan menikmati berbagai aktivitas seksual. Individu juga menikmati kontak fisik dengan pasangannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bogaert dan Sadava (2002) didapatkan hasil bahwa individu dengan secure attachment memiliki daya tarik fisik yang tinggi. Selain itu, individu dengan secure attachment cenderung melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangannya.

Dalam menjalin hubungan interpersonal, individu dengan secure attachment akan mudah untuk dekat dengan orang lain. Selain itu, individu juga tidak khawatir jika orang lain dekat dengan mereka dan ketika orang lain meninggalkan mereka (Shaver, Hazan, and Bradshaw dalam Weber dan Harvey, 1994). Oleh karena itu, individu dengan secure attachment akan mudah untuk menjalin komunikasi dengan orang lain, begitu juga dengan pasangannya. Berkaitan dengan komunikasi seksual, individu dengan secure attachment mampu menyampaikan mengenai apa yang disukai, tidak disukai dan keinginan dalam hal seksualitas dengan pasangannya.

b. Preoccupied attachment (gaya kelekatan terpreokupasi)

Individu dengan preoccupied attachment memiliki model of self yang negatif dan model of other yang positif. Individu memiliki pandangan yang negatif tentang dirinya sendiri namun memiliki harapan yang positif bahwa orang lain akan mencintai dan menerima (Baron dan Byrne, 2005). Individu dengan preoccupied attachment memiliki ketergantungan yang tinggi dengan pasangannya dan mencari kedekatan dalam hubungan. Hal ini dikarenakan individu dengan preoccupied

attachment memiliki rasa malu karena merasa “tidak pantas” menerima

cinta dari orang lain dan terus berusaha untuk menerima keadaan dirinya (Lopez dkk, dalam Baron dan Byrne, 2005).

Individu dengan preoccupied attachment merasa nyaman dengan kedekatan dan sangat cemas akan keberlangsungan hubungannya (Feeney dan Noller, 1996). Memburuknya suatu hubungan mendorong

terjadinya depresi karena individu memiliki kebutuhan untuk dicintai (Baron dan Byrne, 2005). Oleh karena itu, individu dengan preoccupied attachment cenderung bergantung dengan orang lain terutama dengan pasangannya. Individu dengan preocuupied attachment memiliki sikap ketidaklayakan diri, namun individu memandang orang lain positif (Bartholomew dan Horowitz, 1991).

Saat menjalin hubungan interpersonal, individu dengan

preoccupied attachment selalu merasa cemas jika pasangannya tidak benar-benar mencintainya atau individu ingin terus bersama dengan pasangan mereka. Individu sering diliputi rasa cemburu dan emosi yang tidak menentu. Pasangan individu dengan preoccupied attachment sering merasa enggan karena individu menuntut untuk selalu dekat dengan pasangannya (Shaver, Hazan, dan Bradshaw dalam Weber dan Harvey, 1994). Berkaitan dengan seksualitas, individu dengan preoccupied attachment memiliki ketakutan atau kecemasan mengenai daya tarik fisik dan seksual terhadap pasangannya. Selain itu, individu juga melakukan hubungan seksual untuk mempertahankan hubungan (Schachner & Shaver, 2004). Komunikasi seksual antara individu preoccupied attachment dengan pasangannya menjadi kurang baik karena individu sering diliputi emosi yang tidak menetu dan dapat menimbulkan pertengkaran.

c. Dismissing attachment (gaya kelekatan menolak)

Individu dengan dismissing attachment memiliki model of self yang positif dan model of other yang negatif. Individu dengan dismissing attachment merupakan individu yang mandiri. Individu akan memilih untuk tidak bergantung pada orang lain dan tidak membiarkan orang lain untuk bergantung pada dirinya (Feeney dan Noller, 1996). Oleh sebab itu, individu dengan dismissing attachment akan menghindari hubungan romantis karena mereka sangat menjaga dirinya dari kekecewaan akan hubungan romantis, menjaga kualitas kemandirian dengan selalu mengandalkan dirinya sendiri sehingga tidak mudah disakiti oleh orang lain (Baron dan Byrne, 2005). Individu dengan dismissing attachment akan sering mengalami konflik saat menjalin hubungan dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan individu merasa layak untuk menjalin hubungan akrab namun tidak mempercayai pasangan.

Berkaitan dengan seksualitas individu dengan dismissing attachment melakukan hubungan seksual dikarenakan dorongan situasi sosial, seperti norma sosial dan pengaruh dari orang-orang sekitarnya (Schachner dan Shaver, 2004). Kualitas komunikasi seksual individu dengan pasangannya kurang karena individu memiliki sikap tidak

percaya terhadap pasangan yang membuat tidak mampu

mengkomunikasikan mengenai kebutuhan seksualnya. Oleh karena itu, individu dengan dismissing attachment akan sulit untuk menjalin komunikasi yang mendalam. Individu akan menghindari interaksi

langsung dan memilih kontak tidak langsung seperti e-mail (McGowan, Daniels dan Byrne dalam Baron dan Byrne, 2005).

d. Avoidant-fearful attachment (gaya kelekatan takut-menghindar)

Individu dengan avoidant fearful attachment memiliki model of

self yang negatif dan model of other yang negatif. Individu dengan avoidant fearful attachment sangat menginginkan menjalin hubungan intim dengan orang lain namun mereka sangat sulit percaya terhadap orang lain dan bergantung pada orang lain. Individu juga merasa khawatir jika dirinya akan tersakiti bila menjalin hubungan intim dengan orang lain (Feeney dan Noller, 1996). Selain itu, individu dengan avoidant fearful attachment memiliki harga diri yang rendah. Individu tidak mengalami keintiman dan kesenangan dalam interaksi dengan pasangan romantis yang mereka miliki (Tidwell, Reis dan Shaver dalam Baron dan Byrne 2005). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa individu dengan avoidant fearful attachment adalah individu yang menginginkan kedekatan dengan orang di sekitarnya namun takut disakiti atau ditolak oleh orang lain. Sikap menghindari akan muncul sebagai bentuk dari penolakan dan ketakutan dari orang-orang disekitarnya, termasuk pasangannya.

Individu dengan avoidant fearful attachment merasa tidak nyaman

saat menjalin kedekatan dengan orang lain dan sulit mempercayai orang lain sepenuhnya (Shaver, Hazan dan Bradshaw dalam Weber dan Harvey, 1994). Berkaitan dengan seksualitas, individu dengan avoidant

fearfull attachment akan melakukan hubungan seksual karena merasa takut ditinggalkan olrh pasangannya. Selain itu, kualitas komunikasi seksual dengan pasangan kurang baik karena rasa tidak percaya terhadap pasangannya. Oleh karena itu, individu akan menghindari hubungan interpersonal dengan pasangannya sehingga komunikasi tidak berjalan dengan baik.

Dokumen terkait