• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

C. Jenis dan Sumber Data

Analisis kualitatif digunakan untuk mendukung hasil dari analisa kuantitatif serta analisis untuk mengetahui keterkaitan hasil perhitungan dengan menggunakan teori-teori pendukung dan berhubungan dengan masalah yang diteliti yang bersumber dari berbagai literatur.

2. Analisis kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu Upah minimum Propinsi (UMP) terhadap variabel terikat yaitu pendapatan tenaga kerja dengan menggunakan model analisis regresi berganda melalui uji asumsi metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). Adapun sumber data yang digunakan yaitu berasal dari kantor atau instansi yang terkait dengan permasalahan tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar Sulawesi Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Studi kepustakaan berupa kunjungan studi ke perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar, mencari dan mengumpulkan data dari buku-buku pustaka, dan bahan-bahan yang berhubungan dengan perumusan masalah yang berfungsi sebagai bahan referensi

29

2. Pengumpulan data dengan jalan mencari informasi secara langsung dan terbuka dari para pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah dan study pustaka (library research).

E. Metode Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu menjelaskan fenomena yang terjadi disulawesi selatan terkait perkembangan upah minimum provinsi terhadap pendapatan pekerja.

30 1. Letak Geografis

Provinsi Sulawesi selatan yang beribukota di kota Makassar terletak antara 012 -80 lintang selatan dan 116 48 -122 36 bujur timur. Dengan batas-batas wilajah sebagi berikut :

Sebelah utara : Provinsi Sulawesi barat

Sebelah timur : Teluk bone dan provinsi Sulawesi tenggara

Sebelah selatan : Laut flores

Sebelah barat : Selat Makassar

Secara geografis Sulawesi selatan membujur dari selatan ke utara dengan garis pantai mencapai 2500 km yang mempunyai 72 sungai besar dan kecil dengan panjang 3.203 km. jumlah aliran sungai terbanyak di kabupaten luwu, sedangkan sungai terpanjang yaitu sungai saddang, sungai ini melalui beberapa daerah yakni kabupaten tanah toraja,enrekang,pinrang dan polewali mandar di Sulawesi barat dengan panjang kurang lebih 150 km.

Luas wilayah provinsi Sulawesi selatan setelah pemekaran dengan Sulawesi barat adalah 45.519,24 km2 yang meliputi 20 kabupaten dan 3kota, 2038

31

kabupaten yaitu meliputi : Selayar, bulukumba, bantaeng, jeneponto, takalar, gowa, sinjai, maros, pangkep, barru, bone, soppeng, wajo, sidrap, pinrang, enrekang, luwu, tanatoraja, luwu utara, dan luwu timur. Sedangkan untuk 3 kota meliputi: Makassar, pare-pare, dan palopo. Kota pare pare merupakan kota yang terkecil yakni luasnya hanya sekitar 99,33 km2 atau sekitar 0,22 % sedangkan daerah yang terluas adalah kabupaten luwu yaitu sekitar 14.788,96 km2 atau sekitar 32,45 % dari luas wilayah provinsi Sulawesi selatan.

Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi selatan tercatat sekitar 67 aliran sungai, dengan jumlah aliran terbesar di kabupaten luwu, yakni 25 aliran sungai. Sungai terpanjang adalah sungai saddang yang mengalir meliputi kabupaten tator, enrekang, dan pinrang. Panjang sungai tersebut masing-masing 150 km.

Di Sulawesi selatan terdapat 4 danau yakni danau tempe dan danau sidenreng yang berada di kabupaten wajo, serta danau matana dan towuti yang berlokasi di kabupaten luwu timur. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7 gunung, dengan gunung tertinggi adalah gunung rantemario dengan ketinggian 3.470 m, diatas permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak diperbatasan kabupaten enrekang dan luwu.

2. Visi Dan Misi Sulawesi Selatan VISI :

“Sulawesi Selatan Sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Kesejahteraan Masyarakat”

MISI

1. Mendorong semakin berkembangnya masyarakat yang religius dan kerukunan intra dan antar ummat beragama.

2. Meningkatkan kualitas kemakmuran ekonomi, kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan.

3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

4. Meningkatkan daya saing daerah dan sinergitas regional, nasional dan global.

5. Meningkatkan kualitas demokrasi dan hukum.

6. Meningkatkan kualitas ketertiban, keamanan, harmoni sosial dan kesatuan bangsa.

7. Meningkatkan perwujudan kepemerintahan yang baik dan bersih.

3. Keadaan Kependudukan Di Sulawesi Selatan

Perkembangan jumlah penduduk di Sulawesi selatan dalam beberapa tahun belakangan ini sangatlah tepat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

33

Tabel 1

Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Tahun 2010 – 2014

Tahun

Jumlah (jiwa)

2010 8.034.776

2011 8.115.638

2012 8.190.222

2013 8.305.154

2014 8.507.391

Sumber : BPS, Sulawesi Selatan Dalam Angka 2014

Pada table 1 diperoleh gambaran mengenai jumlah penduduk Sulawesi selatan, pada tahun 2010-2014 penduduk Sulawesi selatan bertambah sebesar 472.615 jiwa. Pada tahun 2010 penduduk Sulawesi selatan sebesar 8.034.776 jiwa dan pada tahun 2011 menjadi 8.115.638. pada tahun 2012 penduduk Sulawesi selatan sebesar 8.190.222jiwa pada tahun 2013 menjadi 8.305.154jiwa. Hal ini berarti bahwa dalam jangka waktu tahun (2012-2013) jumlah penduduk di Sulawesi selatan bertambah sebanyak 114.932 jiwa. Tahun 2014 jumlah penduduk provinsi Sulawesi selatan mencapai 8.507.391jiwa, berarti jumlah penduduk bertambah sebanyak 202.237 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2013.

B. Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801 orang, terjadi kenaikan sekitar 247 ribu angkatan kerja dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2013 yaitu sebesar 3.468.192 orang. Demikian juga jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2014 sebesar 3.527.036 orang pekerja juga mengalami kenaikan sekitar 235 ribu pekerja dibandingkan keadaan Agustus 2013.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2014 di Sulawesi Selatan tidak mengalami perubahan yaitu dari 5,1 persen pada Agustus 2013 dan 5,1 persen di Agustus 2014.

Pada Agustus 2014 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sulawesi Selatan mencapai 62,0 persen, terjadi kenaikan sekitar 1,5 persen, jika dibanding dengan keadaan Agustus 2013.Dibanding keadaan di Agustus 2013, Jumlah penduduk di Sulawesi Selatan yang bekerja di sektor pertanian (termasuk sektor perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan), pada Agustus 2014 terjadi kenaikan sekitar 46 ribu pekerja, yaitu dari 1.428.151 pekerja pada Agustus 2013 menjadi 1.474.491 pekerja pada Agustus 2014

Angka TPAK tertinggi pada keadaan Agustus 2014 di Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Tana Toraja yaitu sebesar 80,3 persen sedangkan angka TPAK yang terendah terdapat di Kabupaten Barru yaitu sebesar 50,4 persen.Sementara angka TPT pada keadaan Agustus 2014 tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu sebesar 10,9 persen. Sedangkan angka TPT terkecil terjadi di Kabupaten Sinjai yaitu sekitar 1 persen.

35

1. Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja di Sulawesi selatan juga mengalami peningkatan dari tahu ke tahun. Hal ini dapat dilihat dalam tabel beriut ini :

Tabel 2

Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan Berumur 15 Tahun ke Atas Tahun 2010 – 2014

Tahun Angkatan Kerja

2010 3.059.053

2011 3.803.397

2012 3.005.723

2013 3.312.177

2014 3.447.879

Sumber : BPS, Keadaan Angkatan Kerja Sulawesi Selatan, 2014

Pada tabel 2 diperoleh gambaran bahwa jumlah angkatan kerja di Sulawesi selatan pada tahun 2010-2014 mengalami kenaikan sebesar 442.156 atau 14,71 %. Pada tahun 2010 angkatn kerja di provinsi Sulawesi selatan sebanyak 3.059.053 jiwa dan tahun 2011 sebanyak 3.803.397 jiwa. Pada tahun 2012angkatan kerja di provinsi Sulawesi selatan sebanyak 3.005.156 jiwa dan tahun 2013 sebanyak 3.312.177 jiwa, berarti mengalami kenaikan sebesar 306.454 atau 10,20 %. Jumlah angkatan kerja provinsi Sulawesi selatan pada tahun 2013 sebesar 3.312.177 jiwa dan pada tahun 2014 menjadi

3.447.879 jiwa. Hal ini berarti bahwa dalam jangka satu tahun (2013-2014) jumlah angkatan kerja di provinsi Sulawesi selatan bertambah sabanyak 135.702 jiwa, atau meningkat sebesar 4,10 %.Dibandingkan tahun sebelumnya, struktur ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Agustus 2014 sedikit mengalami perubahan. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 mencapai 3.715.801 orang, bertambah lebih dari 247 ribu angkatan kerja dibandingkan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2013 yang sebesar 3.468.192 orang. Demikian juga jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2014 sebesar 3.527.036 orang pekerja atau mengalami kenaikan lebih dari 235 ribu pekerja dibandingkan keadaan Agustus 2013.

Dari total angkatan kerja di Sulawesi Selatan, ada sekitar 176.912 penganggur terbuka di Agustus 2013 dimana mengalami kenaikan lebih dari 11 ribu penganggur pada Agustus 2014 menjadi sekitar 188.765 penganggur terbuka.

Kenaikan jumlah penganggur tersebut, berdampak pada besarnya indikator tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Sulawesi Selatan. Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)Agustus 2013di Sulawesi Selatan tidak terjadi perubahan TPT tahun sebelumnya yaitu dari 5,1 persen pada Agustus 2013 dan 5,1 persen di Agustus 2014.

Dibandingkan dengan keadaan Agustus 2013, terjadi kenaikan pada indikator tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Provinsi Sulawesi

37

Selatan pada keadaan Agustus 2014. Pada Agustus 2013 TPAK Sulawesi Selatan mencapai 60,5 persen yang kemudian pada semester yang sama di Agustus 2014 mengalami kenaikan menjadi 62,0 persen.

Tabel 3

Angkatan Kerja Sulawesi Selatan Februari 2013-Agustus 2014

No Kegiatan Utama Ferbruari 2013

2. Lapangan Kerja di Sulawesi Selatann

Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh setiap sektor ekonomi mampu memberikan kontribusi pada struktur perekonomian nasional. Besar kecilnya tenaga kerja yang terserap menggambarkan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 3 berikut :

Tabel 4

Jumlah 2.635.414 2.939.463 3.136.111

Sumber : BPS, Sulawesi Selatan Dalam Angka, Tahun 2010 - 2014

39

Pada tabel 4 diperoleh gambaran mengenai ketenagakerjaan provinsi Sulawesi selatan, jumlah tenaga kerja per sektor di provinsi Sulawesi selatan mampu memberikan kontribuusi terhadap pertumbuhan perekonomian daerah tersebut. Sektor-sektor tersebut masing-masing memberikan kontribusi dengan proporsi berbeda terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan. Pada tebel 3 tersebut, sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar. Pada taun 2010-2014 sektor pertanian mampu manyerap tenaga kerja sekitar 1,4-1,6 juta jiwa dari jumlah tenaga kerja di provinsi Sulawesi selatan. Kemudian diiuti oleh sektor perdagangan yang mampu menyerap sekitar 400-500 ribu tenaga kerja. Kemudian juga diikuti oleh sektor jasa yang mampu menyerap sekitar 300 ribu jiwa tenaga kerja.

Untuk itu perlu kta ketahui sektor-sektor perekonomian yang menunjukan restasi positif sesuai dengan sektor-sektoryang sama di tinggkat nasional, dan mengintrospeksi kembali perencanaan dan strategi pembangunan yang utamanya berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja setiap sektor perekonomian.

3. Pergeseran Status Pekerjaan

Dari enam pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dapat diidentifikasi 3 kelompok utama terkait kegiatan bekerja yaitu Berusaha (baik berusaha sendiri, dengan buruh/karyawan tetap maupun dengan buruh/karyawan tidak tetap), Buruh/Karyawan (Buruh/Karyawan Tetap, Pekerja bebas dipertanian maupun diluar pertanian) dan Pekerja Keluarga (pekerja tidak dibayar).

tampak bahwa pekerja yang berstatus buruh/karyawan pada Agustus 2014, memiliki jumlah tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain yaitu sekitar satu juta lebih pekerja atau sekitar 32,7 persen dari total pekerja. Pekerja dengan status Berusaha dibantu Buruh tidak tetap, merupakan pekerja yang menempati posisi yang cukup dominan kedua di Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 yaitu mencapai 795 ribu lebih pekerja (22,6 %). Sementara pekerja yang berusaha sendiri seperti petani gurem, pedagang keliling, atau pekerja informal pada Agustus 2014 di Sulawesi Selatan jumlahnya mencapai 587 ribu lebih (16,7 %)

Sebaliknya yang cukup mengkhawatirkan masih banyaknya pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar yang terserap di lapangan kerja yang ada di Sulawesi Selatan. Dari Sakernas tercatat sekitar 662 ribu pekerja lebih atau sekitar 18,8 persen pekerja terserap di Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 merupakan pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar.

Selama Agustus 2013 -Agustus 2014 terjadi perubahan struktur daya serap pekerja menurut status pekerjaan di Sulawesi Selatan. Pekerja yang berstatus buruh di Sulawesi Selatan dari 33,6 persen di Agustus 2013, menurun menjadi 32,7 persen pada Agustus 2014. Demikian juga persentase Pekerja yang berstatus pekerja bebas/pekerja tidak tetap mengalami penurunan, dari 5,9 persen di Agustus 2013 menjadi 5,5 persen pada Agustus 2014.

Sebaliknya, Persentase Pekerja dengan status berusaha dibantu pekerja tidak tetap/buruh tidak dibayar di Sulawesi Selatan mengalami kenaikan yaitu dari

41

21,7 persen di Agustus 2013 naik menjadi22,6 persen pada Agustus 2014.

Namun demikian persentase pekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, turun dari 4,1 persen di Agustus 2013 menjadi 3,8 persen di Agustus 2014.

Sementara itu pekerja yang berstatus Buruh/Karyawan dan pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar cenderung menurun dalam satu tahun terakhir ( Agustus 2013 - 2014), mengindikasikan telah terjadi pergeseran status pekerja di Sulawesi Selatan, dari pekerja formal menjadi pekerja informal.

4. Produk Domestik Rengional Bruto (PDRB) Sulawesi selatan

Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi selatan sebagai salah satu indicator keberhasilan pembangunan yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada PDRB menurut lapangan usaha selama kurung waktu tiga tahun (2012-2013) mengalami banyak perubahan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5

1 Pertanian 18.513.257,30 20.900.360,49 25.071.808,60 2 Pertambangan dan

Pergalian

5.249.991,10 5.893.998,94 6.201.497,87

3 Industri 8.254.336,39 9.158.552,38 11.060.440,24 4 Listrik, Gas dan Air

bersih

629.314,57 721.960,26 838.095,50

5 Konstruksi 2.790.792,42 3.204.097,51 4.253.527,78 6 Perdagangan 9.507.866,45 10.986.578,24 13.913.799,61 7 Angkutan dan

Komunikas

5.102.836,94 5.769.052,39 6.972.018,13

8 Keuangan 3.675.192,88 4.285.184.43 5.203.001,17 9 Jasa 7.188.235,74 8.352.139,93 11.629.002,38

Jumlah 60.902.823,79 69.271.924,57 85.143.191,28 Sumber : BPS, PDRB Sulawesi Selatan, 2014

Dalam tabel 5 dapat dilihat bahwa perekonomian kabupaten/kota di Sulawesi selatan pada tahun 2006-2008 sangat bervariatif. Sektor pertanian

43

mencapai hasil yang paling banyak dibandingkan sektor lain, pada tahun 2012 sektor pertanian mencapai angka sebesar 18.513.257,30 juta rupiah, tahun 2013 mendapat presentase kenaikan sekitar 12,89%, atau jumlahnya menjadi 20.900.360,49 juta rupiah, tahun 2014 angka di sektor pertanian menjadi 25.071.808,60 juta rupiah, atau mengalami pertumbuhan PDRB sekitar 19,96 % dari tahun 2013. Dalam sektor perdangangan pada tahun 2012 mencapai 9.507.866,45 juta rupiah, pada tahun 2013 terjadi pertumbuhan dengan angka 10.986.578,24 juta rupiah, atau sekitar 15,55 %.

Tahun 2014 juga mengalami pertumbuhan menjadi 13.913.799,61 juta rupiah, atau sekitar 26,64 % dari tahun 2013. Dalam sektor jasa pada tahun ke tahun juga mengalami kenaikan pada tahun 2012-2013 presentase pertumbuhan sekitar 16,19 %, pada tahun 2013-2014 sektor jasa mengalami pertumbuhan yang cukup besar yaitu 39,23 %. Pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha dari tahun ketahun juga dialami oleh sektor-sektor lainnya.

Tabel 6

Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sulawesi Selatan Tahun 2010 – 2014

Sumber : BPS, Pertumbuhan ekonomi,Tenaga Kerja Sulawesi Selatan, 2014

Dalam tabel 6 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja disulawesi selatan tahun 2010-2014 terjadi peningkatan. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja sengga dari tahun ketahun terjadi peningkatan. Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,26 %, sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 mencapai 2.135.573.dan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomo mencapai angka 6,05%, sedangkan penyerapan tenaga kerja mencapai 2.317.876. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi mencapai angka 6,72%, dan penyerapan tenaga kerja tahun 2012 menjadi 2.635.414. pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,34%, sedangkan penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan mencapai 2.939.463. Tahun 2014 terjadi kenaikan padapertumbuhan

45

ekonomi mencapai angka 7,78%, sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 menjadi 3.136.111. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun mengalami angka naik turun, sedangkan penyerapan tenaga kerja setiap tahunnya mengalami kenaikan.

Pengaruh Upah Minimum Regional terhadap Ketimpangan Ditribusi Pendapatan di Sulawesi Selatan

Hasil studi ini menunjukkan indiksi bahwa tingkat UMR penduduk Sulawesi Selatan berpengaruh negatif secara langsung terhadap ketimbangan distribusi pendapatan, hal ini dikarenakan program pemerintah yang memang sengaja menetapkan tingkat upah yang seragam agar tidak terjadi ketimbangan penghasilan di daerah- daerah, program ini akan mengurangi ketimpangan penghasilan pekerja yang tentunya juga akan mengurangi angka ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jonna P. Estudillo (1997), yang mengemukakan bahwa upah merupakan penghasilan dari pekerja yang merupakan bagian dari pendapatan rumah tangga dan memiliki kontribusi utama dalam mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan rumah tangga, yang selanjutnya akan mengurangi tingkat ketimbangan distribusi pendapatan.

Selanjutnya hasil studi ini jga menunjukan bahwa UMR berpengaruh negatif secara tida langsung terhadap ketimpangan distribusi pendapatan melalui pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan ketika tingkat upah

masyarakat pekerja/ buruh betambah maka akan menambah biaya produksi perusahaan dimana masyarat pekerja/ buruh itu bekerja dan akan menurunkan jumlah produksi sebab beberapa alokasi biaya produksi akan dialihkan ke peningkatan UMR sehingga pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi akan menurun.

Tabel 7

UMP Sulawesi Selatan Tahun 2010-2014

Tahun UMP Persentase kenaikannya

(%)

2010 1.000.000 10%

2011 1.100.000 10%

2012 1.200.000 10%

2013 1.440.000 24%

2014 1.800.000 25%

Sumber : BPS, UMP Sulawsei Selatan 2014

Dalam tabel 7 dapat dilihat bahwa pertumbuhan upah minimum provinsi di Sulawesi Selatan tahun 2010-2014 terjadi peningkatan. Tahun 2010 UMP 1.000.000 atau mencapai 10%. Tahun 2011 UMP meningkat menjadi 1.100.000 dengan persentase 10%. Tahun 2012 kenaikan UMP menjadi 1.200.000. tahun 2013 UMP meningkat menjadi 1.440.000 dengan persentase 24%. Tahun 2014 terjadi kenaikan UMP menjadi 1.800.000 dengan persentase 25%. Hal ini berarti UMP dari tahun ketahun mengalami kenaikan.

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.Pertambahan jumlah penduduk disulawesi selatan dan pendapatan pekerja mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada perkembangan upah minimum provinsi di sulawesi selatan. Jumlah penduduk sulawesi selatan dari tahun ketahun bertambah,pada tahun 2013 jumlah penduduk sulawesi selatan menjadi 8.305.154. Tahun 2014 jumlah penduduk sulawesi selatan mencapai 8.507.391 jiwa, berarti jumlah penduduk bertambah sebanyak 202.237 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2013.

2. Jumlah angkatan kerja di sulawesi selatan pada agustus 2014 mencapai 3.715.801 orang, terjadi kenaikan sekitar 247 ribu angkatan kerja dibandingkan jumlah angkatan kerja pada agustus 2013 yaitu sebesar 3.468.192 orang. Pada agustus 2014 tingkat partisipasi angkatan kerja di sulawesi selatan mencapai 62 %, terjadi kenaikan sekitar 1,5 %, jika dibanding dengan keadaan agustus 2013.

3. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,34%, sedangkan penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan mencapai 2.939.463. Namun di tahun 2014 terjadi kenaikan pada

pertumbuhan ekonomi mencapai 7,78%, sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 menjadi 3.136.111. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun mengalami angka naik turun, sedangkan penyerapan tenaga kerja setiap tahunnya mengalami kenaikan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian di atas, maka pada bagian ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan adanya siknifikan jumlah penduduk sulawesi selatan terhadap penyerapan tenaga kerja maka perlu dilakukan upaya peningkatan pendapatan masyarakat terutama bagi pekerja.

2. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini masih terbatas pada lingkup pekerja yang ada di sulawesi selatan. Oleh karena itu ,lingkup penelitian ini bisa diperluas lagi untuk mendapatkan analisis yang lebih menyeluruh.

3. Dari segi upah minimum regional yang ditetapkan pemerintah, diharapkan dapat diterapkan secara nyata. Hal ini tentu saja ada perlu ada pengawasan dalam pelaksanaannya baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat (perusahaan/ pemberi upah). Diharapkan dari kebijakan upah yang dikeluarkan ini tidak menurunkan tingkat kesejahtraan tenaga kerja tampa harus mengurangi penyerapan tenaga kerja sebagai konsekuensi dari penetapan upah yang tinggi.

49

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris. 1993. Masalah Penyerapan Tenaga Kerja, Prospek dan Permasalahan Ekonomi Indonesia. Sinar Harapan, Jakarta.

Andanayuna. 2009. Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Kesempatan Kerja (online). http://andanayuna.blogspot.com/2009/10/angkatan-kerja-tenaga-kerja-dan_16.html.

Badan Pusat Statistik (BPS), Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Sul-Sel 2010.

Cafferty dalam Mankiw. 1990. Teori upah efisiensi. Jakarta: Grafindo.

Elfindri dan Bachtiar. 2004.Ekonomi Ketenaga Kerjaan. Padang: Andalas University Press.

Gregory, Mankiw N. 2003.Pengantar Ekonomi, edisi Kedua, Jilid 1 dan 2,Jakarta:

Erlangga.

Manullang, Drs. 1974. Manajemen Personalia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Moekijat. 1998.Pengertian Upah dan Upah Antar Industri. Jakarta: Gramedia.

Simanjuntak J, Payaman. 2004.Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia. Journal Hukum Volume. 5 Tahun VI.

Siagian P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Asdi Mahasurya.

Simanjuntak, Payaman. 1985. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Departemen Tenaga Kerja, RI, Jakarta.

Sumarsono, Sunny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu. Yogyakarta.

No.13 Tahun 2000,Undang-undang Tenaga Kerja .Bab I, pasal 1, Ayat 30 www.sarjanaku.com, juni 2012 (pengertian upah dan teori sistem).

www.google.com/download/Mengapa Harus Ada Peningkatan Upah. Di akses 27 Februari 2015.

www.ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/12/02/326513/

KusutnyaSistemPengupahan Indonesia. Diakses 27 Februari 2015

RIWAYAT HIDUP

SINAR AWALIA PUTRI, dilahirkan di Batu-Batu pada tanggal 01 Oktober 1992, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Dari pasangan Mattang dan Hj.Hamdana. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2005 di SD 282 BIRU Kec. KAHU Kab. BONE. Melanjutkan pendidikan ke SMP NEGERI 1 KAHU Kec.KAHU Kab. BONE dan tamat pada tahun 2008.

Kemudian melanjutkan ke SMA NEGERI 1 KAHU Kec. KAHU Kab.BONE dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

51

L A M

P

I

R

A

N

Dokumen terkait