• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Keadaan Ketenagakerjaan Di Sulawesi Selatan

3. Pergeseran Status Pekerjaan

Dari enam pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dapat diidentifikasi 3 kelompok utama terkait kegiatan bekerja yaitu Berusaha (baik berusaha sendiri, dengan buruh/karyawan tetap maupun dengan buruh/karyawan tidak tetap), Buruh/Karyawan (Buruh/Karyawan Tetap, Pekerja bebas dipertanian maupun diluar pertanian) dan Pekerja Keluarga (pekerja tidak dibayar).

tampak bahwa pekerja yang berstatus buruh/karyawan pada Agustus 2014, memiliki jumlah tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain yaitu sekitar satu juta lebih pekerja atau sekitar 32,7 persen dari total pekerja. Pekerja dengan status Berusaha dibantu Buruh tidak tetap, merupakan pekerja yang menempati posisi yang cukup dominan kedua di Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 yaitu mencapai 795 ribu lebih pekerja (22,6 %). Sementara pekerja yang berusaha sendiri seperti petani gurem, pedagang keliling, atau pekerja informal pada Agustus 2014 di Sulawesi Selatan jumlahnya mencapai 587 ribu lebih (16,7 %)

Sebaliknya yang cukup mengkhawatirkan masih banyaknya pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar yang terserap di lapangan kerja yang ada di Sulawesi Selatan. Dari Sakernas tercatat sekitar 662 ribu pekerja lebih atau sekitar 18,8 persen pekerja terserap di Sulawesi Selatan pada Agustus 2014 merupakan pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar.

Selama Agustus 2013 -Agustus 2014 terjadi perubahan struktur daya serap pekerja menurut status pekerjaan di Sulawesi Selatan. Pekerja yang berstatus buruh di Sulawesi Selatan dari 33,6 persen di Agustus 2013, menurun menjadi 32,7 persen pada Agustus 2014. Demikian juga persentase Pekerja yang berstatus pekerja bebas/pekerja tidak tetap mengalami penurunan, dari 5,9 persen di Agustus 2013 menjadi 5,5 persen pada Agustus 2014.

Sebaliknya, Persentase Pekerja dengan status berusaha dibantu pekerja tidak tetap/buruh tidak dibayar di Sulawesi Selatan mengalami kenaikan yaitu dari

41

21,7 persen di Agustus 2013 naik menjadi22,6 persen pada Agustus 2014.

Namun demikian persentase pekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, turun dari 4,1 persen di Agustus 2013 menjadi 3,8 persen di Agustus 2014.

Sementara itu pekerja yang berstatus Buruh/Karyawan dan pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar cenderung menurun dalam satu tahun terakhir ( Agustus 2013 - 2014), mengindikasikan telah terjadi pergeseran status pekerja di Sulawesi Selatan, dari pekerja formal menjadi pekerja informal.

4. Produk Domestik Rengional Bruto (PDRB) Sulawesi selatan

Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi selatan sebagai salah satu indicator keberhasilan pembangunan yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada PDRB menurut lapangan usaha selama kurung waktu tiga tahun (2012-2013) mengalami banyak perubahan. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5

1 Pertanian 18.513.257,30 20.900.360,49 25.071.808,60 2 Pertambangan dan

Pergalian

5.249.991,10 5.893.998,94 6.201.497,87

3 Industri 8.254.336,39 9.158.552,38 11.060.440,24 4 Listrik, Gas dan Air

bersih

629.314,57 721.960,26 838.095,50

5 Konstruksi 2.790.792,42 3.204.097,51 4.253.527,78 6 Perdagangan 9.507.866,45 10.986.578,24 13.913.799,61 7 Angkutan dan

Komunikas

5.102.836,94 5.769.052,39 6.972.018,13

8 Keuangan 3.675.192,88 4.285.184.43 5.203.001,17 9 Jasa 7.188.235,74 8.352.139,93 11.629.002,38

Jumlah 60.902.823,79 69.271.924,57 85.143.191,28 Sumber : BPS, PDRB Sulawesi Selatan, 2014

Dalam tabel 5 dapat dilihat bahwa perekonomian kabupaten/kota di Sulawesi selatan pada tahun 2006-2008 sangat bervariatif. Sektor pertanian

43

mencapai hasil yang paling banyak dibandingkan sektor lain, pada tahun 2012 sektor pertanian mencapai angka sebesar 18.513.257,30 juta rupiah, tahun 2013 mendapat presentase kenaikan sekitar 12,89%, atau jumlahnya menjadi 20.900.360,49 juta rupiah, tahun 2014 angka di sektor pertanian menjadi 25.071.808,60 juta rupiah, atau mengalami pertumbuhan PDRB sekitar 19,96 % dari tahun 2013. Dalam sektor perdangangan pada tahun 2012 mencapai 9.507.866,45 juta rupiah, pada tahun 2013 terjadi pertumbuhan dengan angka 10.986.578,24 juta rupiah, atau sekitar 15,55 %.

Tahun 2014 juga mengalami pertumbuhan menjadi 13.913.799,61 juta rupiah, atau sekitar 26,64 % dari tahun 2013. Dalam sektor jasa pada tahun ke tahun juga mengalami kenaikan pada tahun 2012-2013 presentase pertumbuhan sekitar 16,19 %, pada tahun 2013-2014 sektor jasa mengalami pertumbuhan yang cukup besar yaitu 39,23 %. Pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha dari tahun ketahun juga dialami oleh sektor-sektor lainnya.

Tabel 6

Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Sulawesi Selatan Tahun 2010 – 2014

Sumber : BPS, Pertumbuhan ekonomi,Tenaga Kerja Sulawesi Selatan, 2014

Dalam tabel 6 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja disulawesi selatan tahun 2010-2014 terjadi peningkatan. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja sengga dari tahun ketahun terjadi peningkatan. Tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mencapai angka 5,26 %, sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2010 mencapai 2.135.573.dan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomo mencapai angka 6,05%, sedangkan penyerapan tenaga kerja mencapai 2.317.876. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi mencapai angka 6,72%, dan penyerapan tenaga kerja tahun 2012 menjadi 2.635.414. pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,34%, sedangkan penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan mencapai 2.939.463. Tahun 2014 terjadi kenaikan padapertumbuhan

45

ekonomi mencapai angka 7,78%, sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 menjadi 3.136.111. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun mengalami angka naik turun, sedangkan penyerapan tenaga kerja setiap tahunnya mengalami kenaikan.

Pengaruh Upah Minimum Regional terhadap Ketimpangan Ditribusi Pendapatan di Sulawesi Selatan

Hasil studi ini menunjukkan indiksi bahwa tingkat UMR penduduk Sulawesi Selatan berpengaruh negatif secara langsung terhadap ketimbangan distribusi pendapatan, hal ini dikarenakan program pemerintah yang memang sengaja menetapkan tingkat upah yang seragam agar tidak terjadi ketimbangan penghasilan di daerah- daerah, program ini akan mengurangi ketimpangan penghasilan pekerja yang tentunya juga akan mengurangi angka ketimpangan distribusi pendapatan di masyarakat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jonna P. Estudillo (1997), yang mengemukakan bahwa upah merupakan penghasilan dari pekerja yang merupakan bagian dari pendapatan rumah tangga dan memiliki kontribusi utama dalam mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan rumah tangga, yang selanjutnya akan mengurangi tingkat ketimbangan distribusi pendapatan.

Selanjutnya hasil studi ini jga menunjukan bahwa UMR berpengaruh negatif secara tida langsung terhadap ketimpangan distribusi pendapatan melalui pertumbuhan ekonomi, hal ini disebabkan ketika tingkat upah

masyarakat pekerja/ buruh betambah maka akan menambah biaya produksi perusahaan dimana masyarat pekerja/ buruh itu bekerja dan akan menurunkan jumlah produksi sebab beberapa alokasi biaya produksi akan dialihkan ke peningkatan UMR sehingga pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi akan menurun.

Tabel 7

UMP Sulawesi Selatan Tahun 2010-2014

Tahun UMP Persentase kenaikannya

(%)

2010 1.000.000 10%

2011 1.100.000 10%

2012 1.200.000 10%

2013 1.440.000 24%

2014 1.800.000 25%

Sumber : BPS, UMP Sulawsei Selatan 2014

Dalam tabel 7 dapat dilihat bahwa pertumbuhan upah minimum provinsi di Sulawesi Selatan tahun 2010-2014 terjadi peningkatan. Tahun 2010 UMP 1.000.000 atau mencapai 10%. Tahun 2011 UMP meningkat menjadi 1.100.000 dengan persentase 10%. Tahun 2012 kenaikan UMP menjadi 1.200.000. tahun 2013 UMP meningkat menjadi 1.440.000 dengan persentase 24%. Tahun 2014 terjadi kenaikan UMP menjadi 1.800.000 dengan persentase 25%. Hal ini berarti UMP dari tahun ketahun mengalami kenaikan.

47

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.Pertambahan jumlah penduduk disulawesi selatan dan pendapatan pekerja mempunyai pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada perkembangan upah minimum provinsi di sulawesi selatan. Jumlah penduduk sulawesi selatan dari tahun ketahun bertambah,pada tahun 2013 jumlah penduduk sulawesi selatan menjadi 8.305.154. Tahun 2014 jumlah penduduk sulawesi selatan mencapai 8.507.391 jiwa, berarti jumlah penduduk bertambah sebanyak 202.237 jiwa dari jumlah penduduk tahun 2013.

2. Jumlah angkatan kerja di sulawesi selatan pada agustus 2014 mencapai 3.715.801 orang, terjadi kenaikan sekitar 247 ribu angkatan kerja dibandingkan jumlah angkatan kerja pada agustus 2013 yaitu sebesar 3.468.192 orang. Pada agustus 2014 tingkat partisipasi angkatan kerja di sulawesi selatan mencapai 62 %, terjadi kenaikan sekitar 1,5 %, jika dibanding dengan keadaan agustus 2013.

3. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi 6,34%, sedangkan penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan mencapai 2.939.463. Namun di tahun 2014 terjadi kenaikan pada

pertumbuhan ekonomi mencapai 7,78%, sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 menjadi 3.136.111. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun mengalami angka naik turun, sedangkan penyerapan tenaga kerja setiap tahunnya mengalami kenaikan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian di atas, maka pada bagian ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Berkaitan dengan adanya siknifikan jumlah penduduk sulawesi selatan terhadap penyerapan tenaga kerja maka perlu dilakukan upaya peningkatan pendapatan masyarakat terutama bagi pekerja.

2. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini masih terbatas pada lingkup pekerja yang ada di sulawesi selatan. Oleh karena itu ,lingkup penelitian ini bisa diperluas lagi untuk mendapatkan analisis yang lebih menyeluruh.

3. Dari segi upah minimum regional yang ditetapkan pemerintah, diharapkan dapat diterapkan secara nyata. Hal ini tentu saja ada perlu ada pengawasan dalam pelaksanaannya baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat (perusahaan/ pemberi upah). Diharapkan dari kebijakan upah yang dikeluarkan ini tidak menurunkan tingkat kesejahtraan tenaga kerja tampa harus mengurangi penyerapan tenaga kerja sebagai konsekuensi dari penetapan upah yang tinggi.

49

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris. 1993. Masalah Penyerapan Tenaga Kerja, Prospek dan Permasalahan Ekonomi Indonesia. Sinar Harapan, Jakarta.

Andanayuna. 2009. Angkatan Kerja, Tenaga Kerja, dan Kesempatan Kerja (online). http://andanayuna.blogspot.com/2009/10/angkatan-kerja-tenaga-kerja-dan_16.html.

Badan Pusat Statistik (BPS), Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Sul-Sel 2010.

Cafferty dalam Mankiw. 1990. Teori upah efisiensi. Jakarta: Grafindo.

Elfindri dan Bachtiar. 2004.Ekonomi Ketenaga Kerjaan. Padang: Andalas University Press.

Gregory, Mankiw N. 2003.Pengantar Ekonomi, edisi Kedua, Jilid 1 dan 2,Jakarta:

Erlangga.

Manullang, Drs. 1974. Manajemen Personalia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Moekijat. 1998.Pengertian Upah dan Upah Antar Industri. Jakarta: Gramedia.

Simanjuntak J, Payaman. 2004.Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia. Journal Hukum Volume. 5 Tahun VI.

Siagian P. Sondang. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Asdi Mahasurya.

Simanjuntak, Payaman. 1985. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Departemen Tenaga Kerja, RI, Jakarta.

Sumarsono, Sunny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia Dan Ketenagakerjaan, Graha Ilmu. Yogyakarta.

No.13 Tahun 2000,Undang-undang Tenaga Kerja .Bab I, pasal 1, Ayat 30 www.sarjanaku.com, juni 2012 (pengertian upah dan teori sistem).

www.google.com/download/Mengapa Harus Ada Peningkatan Upah. Di akses 27 Februari 2015.

www.ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/12/02/326513/

KusutnyaSistemPengupahan Indonesia. Diakses 27 Februari 2015

RIWAYAT HIDUP

SINAR AWALIA PUTRI, dilahirkan di Batu-Batu pada tanggal 01 Oktober 1992, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Dari pasangan Mattang dan Hj.Hamdana. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2005 di SD 282 BIRU Kec. KAHU Kab. BONE. Melanjutkan pendidikan ke SMP NEGERI 1 KAHU Kec.KAHU Kab. BONE dan tamat pada tahun 2008.

Kemudian melanjutkan ke SMA NEGERI 1 KAHU Kec. KAHU Kab.BONE dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan pada program Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

51

L A M

P

I

R

A

N

Dokumen terkait