• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

E. Teknik Analisis Data

Setelah data mengenai stilistika dalam empat lirik lagu Iwan Fals dikumpulkan, selanjutnya dianalisis secara kualitatif. Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membaca lirik lagu dengan cermat dan teliti

2. Menganalisis stilistika, gaya bahasa, dan paduan bunyi empat lirik lagu Iwan Fals.

3. Mencari kata-kata, kalimat yang termasuk gaya bahasa, dan paduan bunyi yang terdapat dalam empat lirik lagu Iwan Fals.

4. Mengelompokkan gaya bahasa dan paduan bunyi yang terdapat dalam empat lirik lagu Iwan Fals.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penggunaan Gaya Bahasa Pada Empat Lirik Lagu Iwan Fals

Pada dasarnya gaya bahasa berhubungan erat dengan dengan cara seorang pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasan dalam karyanya. Selain itu gaya bahasa merupakan cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya melalui media bahasa sehingga mewujudkan bahasaq yang indah dan harmonis yang meliputi aspek pengarang, ekspresi, dan gaya bahasa. Berdasarkan pemahaman ini, maka timbullah pendapat bahwa gaya bahasa adalah orangnya sendiri atau pengarangnya sendiri atau pengarangnya, karena melalui gaya bahasa kita dapat mengenal bagaimana sikap, pengetahuan, pengalaman, dan gagasan pengarang dalam karya sastranya.

Keanekaragaman gaya bahasa akan berpengaruh terhadap penggambaran suasana penuturnya. Gambaran makna yang ditampilkan mungkin hanya menggambarkan suasana keseharian yang rutin dan sering dialami pembacanya.

Setiap orang pasti mempunyai perbedaan penggunaan gaya bahasa dalam penyampaian karya sastra. Meskipun mereka berangkat dari gagasan yang sama, bentuk penyampaian dalam gaya bahasa senantiasa berbeda. Dalam karya satra hal demikian disebut individualis, yakni keunikan dan kekhasan seseorang dalam penciptaan sebuah karya yang tidak pernah sama antara satu dengan lainnya.

43

Dalam pembahasan ini, akan diuraikan lebih jauhmengenai penggunaan gaya bahasa pada lagu Iwan Fals memiliki pengungkapan gaya bahasa yang berbeda-beda.

a. Apostrof

Apostrof merupakan gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanah dari yang hadir kepada yang tidak hadir, dari yang ada menjadi tidak ada. Adapun lirik yang ditemukan termasuk gaya bahasa apostrof yaitu:

Sinar matamu tajam namun ragu Tegap tubuhmu takkan tergoyahkan

Lirik di atas termasuk gaya bahasa apostrof karena mengalami pengalihan amanah dari yang sebenarnya tidak ada. Kata “tajam namun ragu” tersebut sebenarnya tidak ada tapi di ada-adakan karena pada kenyataannya hal tersebut tidak ada.

Seperti halnya“Tegap tubuhmu takkan tergoyahkan” yang pada kenyataannyasetiap tubuh makhluk hidup walau dalam keadaan tegap bisa saja tergoyahkan karena faktor-faktor tertentu.

b. Personifikasi

Personifikasi merupakan gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. Personifikasi bersifat membandingkan membandingkan benda-benda yang tidak bernyawa atau hidup seperti sifat manusia. Adapun lirik yang termasuk gaya bahasa personifikasi yaitu:

Data 1

Angin genit mengelus merag purihku Yang berakibat sedikit malu-malu Merah membara tertanam wibawa Putih suci penuh karisma

Pada bait diatas termasuk gaya bahasa personifikasi karena melekatkan sifat insani kepada halyang tidak bernyawa seperti pada kata “angin, merah membara, dan putih sucu” yang pada dasarnya tidak bernyawa kemudian disandingkan dengan sifat-sifat manusia seperti “genit mengelus, malu-malu, wibawa, dan karisma.”

Data 2

Mentari pagi sudah membumbung tinggi

Lirik di atas termasuk gaya bahasa personifikasi karena sifat insani melekat kepada hal yang tidak bernyawa. Seperti halnya padalirik di atas yaitu pada

“mentari” yang hakikatnya tidak bernyawa dilekatkan pada kata “membumbung tinggi” yang termasuk sifat insani.

Data 3

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan Jangan ragu jangan takut karang menghadang

Lirik di atas termasuk gaya bahasa personifikasi karena sifat insani melekat kepada hal yang tidak bernyawa seperti pada kata “ suara dan karang” yang pada dasarnya tidak bernyawa disandingkan dengan kata “ dengar, sampaikan, dan menghadang” yang termasuk sifat insani atau benda bernyawa.

Data 4

Di kantong safari kami titipkan

Lirik dia atas termasuk gaya bahasa personifiksasi karena melekatkan sifat insani kepada hal yang tidak bernyawa, seperti pada kata “safari” yang pada dasarnya tidak bernyawa dilekatkan pada kata “titipkan” yang termasuk dalam sifat insani atau sifat sesuatu yang bernyawa.

Data 5

Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi

Lirik di atas termasuk gaya bahasa personifikasi karena sifat insani melekat pada benda yang tidak bernyawa, seperti pada kata “kereta” yang merupakan benda mati disandingkan dengan kata “terkapar” yang pada dasarnya sebagai sifat insani atau makhluk hidup.

c. repetisi

repetisi adalah gaya bahasa yang mengalami perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yanga dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Adapun lirik yang temasuk dalam gaya bahasa repetisi yaitu:

Data 1

Terbanglah garudaku

Singkirkan kutu-kutu di sayapmu Berkibarlah benderaku

Singkirkan benalu ditiangmu

Bait di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan bunyi suku kata dan kata pada kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai.Baris 2 “singkirkan kutu-kutu di sayap mu” dengan baris 4 “ singkirkan benalu di tiangmu” mengalami perulangan kata pertamanya yaitu “singkirkan.” Serta perulangan suku kata “-lah, -kan, -ku, dan –mu” sebanyak dua kali.

Data 2

Garuda bukan burung perkutut Sang saka bukan sandang pembalut

Pancasila itu bukan bukan rumus kode buntut Yang hanya berisi harapan

Yang hanya berisi khayalan

Bait di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan bunyi, kosa kata, kata, kalimat yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti pada baris 1 sampai baris 3 yang mengalami perulangan kata “bukan” serta pada baris 4 dan 5 juga mengalami perulangan kalimat yaitu “yang hanya berisi.”serta suku kata “-tut” yang mengalami perulangan sebanyak duakali yaitu pada baris 1 “perkutut” dengan baris 3 “buntut.”

Data 3

Untukmu yang duduk sambil diskusi Untukmu yang bersafari

Lirik di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kata dan suku kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti pada kata “ untukmu yang” yang mengalami perulangan sebanyak dua kali.

Data 4

Wakil rakyat kumpulan orang hebat Bukan kumpulan teman-teman dekat

Lirik di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti pada kata “kumpulan” sebanyak dua kali perulangan.

Data 5

Kami tidak sudi memilih para juara

Juara diam, juara he hee, juara ha... ha... ha...

Wakil rakyat seharusnya merakyat Jangan tidur waktu sidan soal rakyat Wakil rakyat bukan paduan suara

Bait di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kata dan suku kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti pada kata “juara” yang mengalami perulangan sebanyak empat kali serta “wakil rakyat” juga mengalami perulangan sebanyak dua kali.

Data 6

Paling tak suka pakai kain kebaya Atau rambut digulung konde

Sebab katanya tak bebas dia bergerak Gerak sebagai alasan

Bait di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti kata “tak” yamg mengalami perulanan sebanyak tiga kali yaitu pada baris 1 dan baris 3.

Data 7

Di rumah atau di jalan Di pasat atau di trotoar Hi... hi... hi...

Lirik di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan pada kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti pada kata “atau” yang mengalami perulangan sebanyak dua kali.

Data 8

Bayar satu bawa tiga Yang dua mampir di jaket Yang dua mampir di jaket

Pada lirik di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan pada kalimat yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti pada kalimat “Yang dua mampir di jaket”

mengalami perulangan sebanyak dua kali.

Data 9

Nenekku okem...

Nenekku okem...

Nenekku okem...

Bait diatas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kalimat yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai, yaitu pada kalimat “nenekku okem...” sebanyak tiga kali.

Data 10

Belum habis peluit belum habis putaran roda Aku dengar jerit dari bintaro

Satu lagi catatan sejarah Air mata... air mata...

Bait di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan pada kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai. Seperti kata “ belum habis” serta “air mata...” yang mengalami perulangan sebanyak dua kali dalam bait tersebut.

Data 11

Nusantara... tangismu terdengar lagi Nusantara derita bila berhenti

Baiklah... baiklah...

Lirik di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai, Yaitu pada kata “nusantara” dan “baiklah...” yang mengalami perulangan sebanyak dua kali.

Data 12

Bangkai kereta lemparkan amanah Air mata... air mata...

Lirik di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai yaitu pada kata “ baiklah...” mengalami perulangan sebanyak dua kali.

Data 13

Nusantara... langitmu saksi kelabu Nusantara... terdengar lagi tengismu Nusantara... kau simpan kisah kereta Nusantara... kobarkan marah sang duka

Bait di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan kata yang dianggap penting untuk memberi penekanan pada sebuah konteks yang sesuai, yaitu pada kata “Nusantara...” yang mengalami perulangan sebanyak empat kali.

Data 14

Saudaraku pergilah dengan tenang Sebab luka tak lagi panjang Saudaraku pergilah dengan tenang

Bait di atas termasuk gaya bahasa repetisi karena mengalami perulangan pada suku kata dan kalimat yang dianggap penting untuk memberi penekanan

pada sebuah konteks yang sesuai, yaitu pada kalimat “saudaraku pergilah dengan tenang” mengalami perulangan sebanyak tiga kali serta akhiran “-ang” pada kata terakhir kalimat disetiap barisnya.

d. Simile

Simile merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan sengaja dianggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, umpama, ibarat, bagai, laksana, serupa, bak, dan lain sebagainya. Lirik yang termasuk dalam gaya bahasa simile yaitu:

Data 1

Nenekku manis umur setengah abad Masih lincah bagai bola bekel

Lirik di atas termasuk gaya bahasa simile karena membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan sengaja dianggap sama dan diperjelas oleh kata bagai. Seperti pada baris ke dua “masih lincah bagai bola bekel” yang pada dasarnya manusia dan bola bekel tidaklah sama, akan tetapi dianggap sama dan diperlihatkan melalui kata “bagai” yang menjadi penjelas kesamaan dari ke dua hal tersebut.

Data 2

Nenekku orang hebat Sanggup koprol bagai atlet Nafasnya panjang bak nafas kuda

Lirik di atas termasuk gaya bahasa simile karena membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan sengaja dianggap sama dan diperjelas oleh kata bagai dan bak. Seperti pada kaliamat “sanggup koprol bagai atlet” dan “nafasnya

panjang bak nafas kuda” yang pada dasarnya koprol dan atlet itu merupakan dua hal yang berbeda, begitupun nafas manusia dan nafas kuda yang jelas sekali perbedaannya dianggap sama melalui kata “bagai dan bak” yang menjadi kata penjelas dari kedua hal yang berbeda tersebut.

e. Asonansi

Asonansi merupakan gaya bahasa yang berwujud perulangan vokal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan. Lirik yang termasuk dalam gaya bahasa asonansi yaitu:

Data 1

Angin genit mengelus merah purihku Yang berakibat sedikit malu-malu Merah membara tertanam wibawa

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa asonansi karena berwujud perulangan vokal yang sama, yaitu pada kalimat “merah membara tertanam wibawa” yang mengalami perulangan vokal a yang terkesan mempertahankan keindahan liriknya.

Data 2

Wakil rakyat kumpulan orang hebat Bukan kumpulan teman-teman dekat Apalagi sanak famili

Pada bait di atas terdapat gaya bahasa asonansi karena berwujud perulangan vokal yang sama, yaitu pada kalimat “bukan kumpulan teman-teman dekat” yang mengalami perulangan vokal “a-u” dan “e-a” terkesan mempertahankan keindahan liriknya.

f. Antiklimaks

Antiklimaks merupakan gaya bahasa yang menentukan suatu hal atau gagasan yang penting atau kompeks menurun kepada hal atau gagasan yang sederhana. Adapun lirik yang remasuk gaya bahasa antiklimaks yaitu:

Habis ambil pensil mampir ke toko kaset Cari lagu baru yang up to date

Kuping pakek head phone Badan tak biasa diam

Ikuti tempo break dance tersayang

Bait di atas termasuk gaya bahasa antiklimaks karena menentukan suatu hal atau gagasan penting yaitu “ habis ambil pensil mampir ke toko kaset” menurun kepada gagasan yang sederhana “Cari lagu baru yang up to date, kuping pakek head phone, badan tak biasa diam, ikuti tempo break dance tersayang”dianggap sebagai tambahan atau lanjutan dari aktifikas sebelumnya dilakukan.

2. Paduan Bunyi Empat Lirik Lagu Iwan Fals

Bunyi merupakan unsur yang bersifat estetik dalam puisi. Bunyi pada puisi merupakan pengungkapan secara emosi yang terjadi dalam diri pengarang dan hendak mengungkapakan serta mempertegas tanda-tanda sehingga dapat memberikan efek estetik yang ekspresif berupa penekanan terhadap makna yang akan diungkapkan dari tanda-tanda dalam puisi. Bunyi erat hubunganya dengan anasir-anasir musik, misalnya: lagu, melodi irama, dan sebagainya (Djoko Pradopo, 2002: 22). Puisi merupakan cikal bakal dari lagu, jadi dapat dikatakan bahwa lagu merupakan puisi, akan tetapi puisi bukanlah lagu, artinya lirik-lirik lagu yang belum diberikan nada-nada berupa musik merupakan bentuk puisi.

Penekanan-penekanan bunyi pada lagu dapat memberikan efek ekspresif dan estetik dalam pemaknaannya pada setiap lagu. Manipulasi bunyi dimaksudkan sebagai bentuk pemanfaatan bunyi sebagai media penekanan, dalam memfokuskan penanda-penanda pada beberapa lagu, hingga membentuk suatu pemaknanan yang sama terhadap lagu tersebut, dan menjadi ciri khusus akan lagu-lagu tersebut..

Analisis manipulasi bunyi pada lagu-lagu Iwan Fals akan dikaji lebih detail dan sepesifik dengan penggolong-golongan data dari ke empat lagu Iwan Fals yang berjudul Bangunlah Putra-putri Ibu Pertiwi, Surat Buat Wakil Rakyat, Nenekku Okem, 1910. Di bawah ini adalah uraian tentang paduan bunyi ke empat

lagu ciptaan Iwan Fals:

Data 1

Sinar matamu tajam namun ragu Kokoh sayap mu semua tahu Tegap tubuhmu takkan goyahkan Kuat jarimu kala mencengkram

Data di atas merupakan bait ke satu dari lagu Iwan Fals yang berjudul

“Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi.”Pada bait tersebut terdapat unsur bunyi fonem akhiran u serta ditambahkan sedikit unsur bunyi fonem akhiran m dan n sebagai pelengkap dan penyeimbang unsur bunyi fonem akhiran u terkesan berat dan rendah. Bunyi fonem akhiran u yang terdapat pada data di atas meliputi kata:

matamu, ragu, sayapmu, tubuhmu, jarimu; dan bunyi fonem akhiran m dan n meliputi kata: tergoyahkan dan mencengkram. Bunyi fonem akhiran u mengilusatrasikan suasana hati pengarang yang prihatin, cemas melihat akan kondisi negeri ini. Bunyi fonem akhiran m dan n meskipun sedikit tetapi dapat

menetralisasikan suasana hati pengarang yang sedih, cemas dan prihatin. Karena bunyi fonem akhiran m dan n menandakan kegembiraan dan keceriaan. Kajian makna pada data di atas yakni, pengarang hendak menceritakan tentang ‘burung garuda’ sebagai suatu lambang kebangsaan dari Negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ciri khusus yang digambarkan lewat data di atas tentang burung garuda.

Data 2

Bermacam-macam suku yang berbeda Bersatu dalam cengkrammu

Angin genit mengelus merah putihku yang berkibar sedikit malu-malu Merah membara tertanmam wibawa Putihmu suci penuh karisma

Pulau-pulau yang berpencar Bersatu dalam kibarmu

Data dua di atas merupakan bait ke dua dari lagu Iwan Fals yang berjudul

“Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi.”Pada bait tersebut pengarang masih mendominaskan unsur bunyi fonem akhiran u dalam lagunya. Selain unsur bunyi fonem akhiran u, pengarang juga menambahkan beberapa unsur bunyi fonem a, i dan m sebagai penyeimbang makna dari unsur bunyi fonem akhiran u pada data dua di atas. Bunyi fonem akhiran u yang terdapat pada data meliputi kata: suku, bersatu, cengkrammu, putihku, malu-malu, putihmu, kibarmu, mengelus, dan bunyi fonem a, i dan m meliputi kata: bermacam-macam, berbeda, cengkrammu, angin, genit, merah, berkibar, sedikit, membara, tertanam, wibawa, suci, karisma, berpencar, kibarmu.

Data dua di atas banyak juga ditemukan unsur bunyi a, i dan m walaupun fonem tersebut tidak terdapat pada akhiran di suatu kata, tetapi unsur bunyi a, i dan m melekat pada bagian kata misalnya pada kata ‘cengkrammu’ mengandung unsur bunyi fonem m yang khas pada tengah kata, walaupun pada akhir kata tersebut terdapat unsur bunyi fonem u yang mempunyai hubungan bunyi dengan kata-kata yang mempunyai unsur bunyi akhiran u di awal kata ‘cengkrammu’.

angin, genit, berkibar, tertanam, kibarmu mengandung unsur bunyi fonem i dan a yang berada ditengah kata. Manipulasi bunyi dimaksudkan adalah penggambaran dari pemanfaatan bunyi yang mempunyai hubungan dengan bunyi-bunyi unsur yang lainya pada lagu.

Kajian makna data dua di atas adalah pengarang hendak berkomentar tentang kesaktian dari pancasila atau burung garuda sebagai lambang dan simbol dari Negara Kesatuan Republik Indonesia serta bendera merah putih yang sebagai bendera bangsa Indonesia. Adapun pada data dua di atas burung garuda dimaksudkan sebagai pengikat dari beranekaragam suku dan budaya di Indonesia dan merah putih sebagai bendera pusaka yang berdiri dan berkibar kokoh dengan karisma yang penuh wibawa dalam mempersatukan bangsa ini.

Data 3

Tebanglah garudaku

Singkirkan kutu-kutu di sayapmu Berkibarlah benderaku

Singkirkan benalu di tiangmu Hei, jangan ragu dan jangan malu Tunjukan pada dunia

Bahwa sebenarnya kita mampu

Data tiga di atas merupakan bait ke tiga dari lagu Iwan Fals yang berjudul

“Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Pada baris satu dan dua terdapat konsturksi bunyi yang sama yaitu pada kata ‘terbanglah’ baris satu diulang pada baris ke dua yaitu pada kata ‘berkibarlah’ dengan konstruksi bunyi yang sama walaupun kata pada baris satu dan baris dua tersebut tidak sama. Serupa pada kata-kata yang lainya di baris ke satu dan baris ke dua yaitu ‘garudaku’ dengan ‘benderaku’,

‘kutu-kutu’ dengan ‘benalu’, ‘sayapmu’ dengan ‘tiangmu’. Seperti pada bait-bait sebelumnya pada lagu “Bangunlah Putra putri Ibu Pertiwi” menggunakan unsur bunyi fonem akhiran u. Berdasarakan teori para ahli, bunyi fonem akhiran u merupakan bunyi rendah yang menandakan sebuah kesedihan. Lagu Iwan Fals yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi” banyak menggunakan unsur bunyi fonem akhiran u dalam liriknya. Bunyi fonem u tersebut biasanya dipakai pada partikel klitik ‘ku’ atau ‘mu’ yang melekat pada beberapa kata pada lirik lagunya. Pada data tiga unsur bunyi fonem u yakni melekat pada kata garudaku, kutu-kutu, sayapmu, benderaku, benalu, tiangmu, ragu, malu, tunjukan, mampu.

Unsur bunyi fonem a pada data tiga di atas tidak banyak digunakan dalam bait ke tiga sehingga fungsi bunyi fonem a tersebut sedikit kurang terasa dalam maknanya.

Data 4

Mentari pagi sudah membumbung tinggi Bangunlah putra putri ibu pertiwi

Mari mandi dan gosok gigi Setelah itu kita berjanji

Data empat di atas merupakan bait ke empat dari lagu Iwan Fals yang berjudul “Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Data di atas banyak terdapat unsur

bunyi fonem akhiran i, unsur bunyi fonem i mengandung ungkapan kegembiraan, senang. Bunyi fonem i lebih pada bunyi yang ringan. Misalnya pada kata ‘Mentari pagi’ kata ini mengandung bunyi yang ringan karena pada akhiran kata terdapat bunyi fonem i. Pada data empat bunyi fonem i melekat pada kata Mentari pagi, tinggi, putri, pertiwi, mari mandi, gigi, berjanji. Ditinjau dari makna katanya

‘mentari pagi’ merupakan suatu tanda waktu dalam setiap hari, yang dimana setiap orang mulai mempersiapkan segala aktivitas pada hari itu. Pada bait tersebut lebih tercermin suatu sikap patriotisme dan sikap dorongan, semangat/

motivasi dalam memberikan konstribusi terhadap bangsa dan Negara.

Data 5

Tadi pagi esok hari atau lusa nanti Garuda bukan burung perkutut Sang saka bukan sandang pembalut Dan coba kau dengarkan

casila itu bukanlah rumus kode buntut Yang hanya berisi harapan

Yang hanya berisi khayalan

Data lima di atas merupakan bait ke lima dari lagu Iwan fals yang berjudul

”Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Pada data lima di atas, unsur bunyi yang

”Bangunlah Putra Putri Ibu Pertiwi”. Pada data lima di atas, unsur bunyi yang

Dokumen terkait