BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Ketentuan Umum Mengenai Jaminan
3. Jenis-Jenis Jaminan
Pada umumnya jenis-jenis lembaga jaminan sebagaimana dikenal dalam tata hukum Indonesia dapat digolongkan menurut cara terjadinya, menurut sifatnya, menurut objeknya, menurut kewenangan menguasainya, dan lain-lain sebagai berikut :59
57 Moch. Isnaeni, 2016, Hukum Jaminan Kebendaan Eksistensi, Fungsi dan Pengaturan, LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, hlm. 168.
58Diaksese dari https://www.aturduit.com/articles/jenis-jenis-aset-yang-dapat-diagunkan-untuk-pinjaman/ pada tanggal 18 Oktober 2017.
59Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 2011, Op.Cit, hlm. 43.
1. Jaminan yang lahir karena ditentukan oleh undang-undang dan jaminan yang lahir karena perjanjian.60
Jaminan yang ditentukan oleh undang-undang ialah jaminan yang adanya ditunjuk oleh undang-undang, tanpa adanya perjanjian dari para pihak. Yaitu, misalnya adanya ketentuan undang-undang yang menentukan bahwa semua harta benda debitor baik benda bergerak maupun benda tetap, baik benda-benda yang sudah ada maupun yang masih akan ada menjadi jaminan bagi seluruh perutangannya. Berarti bahwa kreditor dapat melaksanakan haknya terhadap semua benda debitor, kecuali benda-benda yang dikecualikan oleh undang-undang (Pasal 1131 KUH Perdata).
Di samping itu, ada hak-hak jaminan yang adanya harus diperjanjikan lebih dahulu antara para pihak. Tergolong jenis ini ialah : hipotik, gadai, fidusia, penanggungan (borgtocht), perjanjian garansi, perutangan tanggung-menanggung, dan lain-lain.
2. Jaminan yang tergolong jaminan umum dan jaminan khusus.61
Jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditor dan menyangkut semua harta kekayaan debitor dan sebagainya disebut jaminan umum. Artinya benda jaminan itu tidak ditunjuk secara khusus dan tidak diperuntukkan untuk kreditor, sedang hasil penjualan benda
60Ibid, disarikan dari hlm. 43-44.
61Ibid, disarikan dari hlm. 44-46.
jaminan itu dibagi-bagi di antara para kreditor, seimbang dengan piutangnya masing-masing. Para kreditor itu mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada yang lebih didahulukan dalam pemenuhan piutangnya. Kreditor demikian disebut kreditor konkuren.dapat dipertahankan
Jaminan khusus lahir karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara kreditor dan debitor, yang dapat berupa jaminan yang bersifat kebendaan ataupun jamnian yang bersifat perorangan.
3. Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan yang bersifat perorangan.62
Jaminan yang bersifat kebendaan ialah jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda, yang mempunyai ciri-ciri yaitu, mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitor, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya (droit de suite), dan dapat diperalihkan.
Jaminan yang bersifat perorangan ialah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitor tertentu, terhadap harta kekayaan debitor seumumnya.
Selain sifat-sifat tersebut di atas, yang membedakan hak kebendaan dari hak perorangan ialah asas prioriteit yang dikenal pada
62Ibid, disarikan dari hlm. 46-49.
hak kebendaan dan asas persamaan yang dikenal pada hak perorangan. Jadi pada hak kebendaan mengenal asas bahwa, hak kebendaan yang lebih tua (lebih dulu terjadi) lebih diutamakan daripada hak kebendaan yang terjadi kemudian. Sedangkan pada hak perorangan mengenal asas persamaan, dalam arti tidak membedakan piutang mana yang lebih dulu terjadi dan piutang mana yang terjadi kemudian.
Pada jaminan perorangan, kreditor mempunyai hak menuntut pemenuhan piutangnya, selain kepada debitor yang utama, juga kepada penanggung, atau dapat menuntut pemenuhan kepada debitor lainnya. Jaminan perorangan demikian dapat terjadi jika debitor mempunyai seorang penjamin (borg), atau jika ada pihak ketiga yang mengikatkan diri secara tanggung-menanggung dalam debitor. Sedang pada jaminan kebendaan kreditor mempunyai hak untuk didahulukan pemenuhan piutangnya terhadap pembagian hasil eksekusi dari benda-benda tertentu dari debitor.
Jadi pada jaminan perorangan kreditor merasa terjamin karena mempunyai lebih dari seorang debitor yang dapat ditagih untuk memnuhi piutangnya, maka pada jaminan kebendaan kreditor merasa terjamin karena mempunyai hak didahulukan (preferensi) dalam pemenuhan piutangnya atas hasil eksekusi terhadap benda-benda debitor.
Menurut Hermansyah, ada 2 (dua) macam jaminan, yaitu :63 1. Jaminan Perorangan atau jaminan pribadi adalah jaminan seorang
pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitor. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditor) dengan seorang pihak ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berutang (debitor). Ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa) pengetahuan si berutang tersebut.
Dalam jaminan perorangan selalu dimaksudkan bahwa untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban si berutang, yang dijamin pemenuhan seluruhnya atau sampai suatu bagian (jumlah) tertentu, harta benda si penanggung (penjamin) bisa disita dan dilelang menurut ketentuan-ketentuan perihal pelaksanaan (eksekusi) putusan-putusan pengadilan.
2. Jaminan Kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh kreditor terhadap debitornya, atau antara kreditor dengan seorang pihak ketiga guna menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitor.
Senada dengan pendapat Hermansyah, Moch. Isnaeni menyatakan bahwa perjanjian jaminan perorangan terjadi kalau ada pihak ketiga yang bersedia menjadi penanggung (borg) atas
63Hermansyah, Op.Cit, hlm. 74.
utangnya debitor, dan atas dasar sepakat kreditor lalu dirakit dalam suatu perjanjian yang dikenal dengan nama perjanjian penanggungan. Jenis perjanjian ini dijumpai aturan khususnya dalam Bab XVII Buku III KUH Perdata dengan ketentuan awal Pasal 1820 KUH Perdata yang intinya menuturkan bahwa penanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang pihak ketiga, demi kepentingan kreditor, bersedia mengikatkan dirinya untuk melunasi utang debitor bila wanprestasi. Ketentuan berikutnya yakni Pasal 1821 KUH Perdata menegaskan bahwa tiada suatu perjanjian penanggungan jika tidak ada perjanjian pokoknya.64
Masih menurut Moch. Isnaeni, kalau jaminan khusus itu obyeknya benda tertentu milik debitor, dibuatlah perjanjian jaminan kebendaan yang keberadaannya terletak di lingkungan rezim Buku II KUH Perdata. Tentunya hak yang dilahirkan akan tergolong sebagai hak kebendaan, sedang ujud konkritnya termasuk jenis hak kebendaan bercorak jaminan atau dapat disebut juga dengan istilah hak jaminan kebendaan. Jadi dalam area perjanjian jaminan kebendaan, ada kesepakatan bahwa debitor setuju untuk menyerahkan benda tertentu miliknya kepada kreditor untuk diikat
64Moch. Isnaeni, Op.Cit, hlm. 80-81.
secara khusus demi menjamin sejumlah utang yang diinginkan debitor.65
Pada perkembangannya, jaminan perorangan juga dipraktikkan oleh perusahaan yang menjamin utang perusahaan lainnya. Bank dalam hal ini sering menerima jaminan serupa, yang sering disebut Corporate Guarantee. Sedangkan jaminan kebendaan (Zakelijke zekerheid, Security Right in rem) adalah jaminan berupa harta kekayaan, baik benda maupun hak kebendaan, yang diberikan dengan cara pemisahan bagian dari harta kekayaan baik debitor maupun dari Pihak Ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitor yang bersangkutan cidera janji (wanprestasi). Jaminan kebendaan ini menurut sifatnya dibagi menjadi : (1) jaminan dengan benda berwujud, berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak, dan (2) jaminan dengan benda tak berwujud, yang dapat berupa hak tagih (cessie).66
Pemberian jaminan kebendaan selalu berupa menyendirikan suatu bagian dari kekayaan seseorang, si pemberi jaminan, dan
65Moch. Isnaeni, Op.Cit, hlm. 81-82.
66Mariam Darus B., 2000, Jurnal Hukum Bisnis Volume 11 Beberapa Permasalahan Hukum Hak Jaminan, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis (YPHB), Jakarta, hlm. 13.
menyediakannya guna pemenuhan (pembayaran) kewajiban (utang) dari seorang debitor.67
4. Jaminan yang mempunyai objek benda bergerak dan jaminan atas benda tak bergerak.68
Menurut sistem hukum perdata, pembedaan atas benda bergerak dan tak bergerak itu mempunyai arti penting dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan penyerahan, daluarsa (verjaring), kedudukan berkuasa (bezit), pembebanan/jaminan.
Cara penyerahan benda bergerak dilakukan dengan cara-cara yang berlainan dengan benda tak bergerak. Penyerahan benda bergerak menurut jenisnya dapat dilakukan dengan penyerahan nyata, penyerahan simbolis, traditio brevimanu, constitutum possessorium (penyerahan dengan terus melanjutkan penguasaan atas benda itu), cessi, endosemen. Sedangkan untuk benda tak bergerak dilakukan dengan balik nama, yaitu harus dilakukan penyerahan yuridis yang bermaksud memperalihkan hak itu, dibuat dengan akta otentik dan didaftarkan.
Dalam hal daluarsa, untuk benda bergerak tidak mengenal daluarsa, sedang untuk benda tak bergerak mengenal lembaga daluarsa.
67Hermansyah, Op.Cit, hlm. 74-75.
68Ibid, disarikan dari hlm. 49-50.
Dalam hal kedudukan berkuasa (bezit), untuk benda bergerak berlaku asas sebagaimana tercantum dalam Pasal 1977 KUH Perdata, bahwa bezit atas benda bergerak berlaku sebagai alas hak yang sempurna, sedang untuk benda tetap tidak berlaku asas yang demikian.
Dalam hal pembebanan, unuk benda bergerak dilakukan dengan lembaga jaminan gadai, fidusia. Sedang untuk benda-benda tak bergerak dilakukan dengan lembaga jaminan hipotik, credietverband. (sekarang ini dikenal pula lembaga jaminan hak tanggungan).
Barang bergerak yang berupa barang berwujud, misalnya, sangat banyak jenisnya walaupun masih dapat dibedakan menjadi beberapa sub kelompok, antara lain berupa barang perhiasan, surat berharga, kendaraan bermotor, perlengkapan rumah tangga, perlengkapan kantor, alat berat, alat transportasi, laut dan sungai, alat transportasi udara, barang persediaan, barang dagangan, dan sebagainya.69 Barang tidak berwujud dapat berupa tagihan, piutang, dan sejenisnya.70
Barang tidak bergerak dapat berupa tanah dan benda-benda yang berkaitan (melekat) dengan tanah seperti rumah tinggal, gedung
69Ibid, hlm. 73-74.
70Ibid.
kantor, gudang, hotel, dan sebagainya. Sementara itu penanggungan utang dapat berupa jaminan pribadi (personal guaranty) dan jaminan perusahaan (company/corporate guaranty).71
5. Jaminan yang menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya.72
Jaminan dengan menguasai bendanya bagi kreditor lebih aman terutama jika tertuju pada benda bergerak, yang gampang dipindahkan dan berubah nilainya. Di sini kreditor menguasai bendanya dan memberikan perlindungan terhadap pihak ketiga atas gambaran yang salah mengenai tidak wenangnya debitor atas bendanya. Berwenang menjualnya atas kekuasaan sendiri jika terjadi wanprestasi karena benda jaminan berada dalam tangan kreditor.
Jaminan dengan menguasai bendanya terutama pada gadai yang tertuju terhadap benda bergerak memberikan hak preferensi (droit de preference) dan hak yang senantiasa mengikuti bendanya (droti de suit).
Jaminan dengan tanpa meguasai bendanya dalam praktik banyak terjadi. Hal ini menguntungkan debitor si pemilik benda jaminan yang justru memerlukan memakai benda jaminan itu. Tetapi tidak gampang menjaminkan seuatu benda dengan tetap menguasai
71Ibid.
72Sri Soedewi, 2011, Op.Cit, disarikan dari hlm. 57-58.
benda itu oleh debitor, tanpa menimbulkan risiko bahaya bagi kreditor jika tidak disertai alat pengamanan yang ketat. Jaminan dengan tanpa menguasai bendanya dapat dijumpai pada hipotik, hak tanggungan dan fidusia.