• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kemiskinan

2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan

Istilah atau jenis kemiskinan absolut dikenal juga jika kita mengidentifikasi kemiskinan berdasarkan bagaimana kita mengkaji kemiskinan tersebut. Lebih luas lagi, tinjauan konsep kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memilikki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.

2. Kemiskinan Relatif

Seperti telah dikemukakan, kemiskinan relatif dikenal jika kita melakukan kajian atas kemiskinan berdasarkan bagaimana kita memandang dan mengkajinya. Kemiskinan relatif sendiri dipertentangkan dengan kemiskinan absolut. Lebih khusus lagi, kemiskinan relatif justru ditemukan jika kajian kita tentang kemiskinan tersebut didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara satu kelompok dengan

kelompok lain. Kajian komparatif juga dapat dilakukan antara kehidupan seseorang dengan kelompoknya dimana ia menjadi bagian dari kelompok tersebut.

Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah. Sebagai contoh, jika konsumsi rata-rata disuatu desa Rp. 1.250.000 perorang perhari, maka seseorang atau sekelompok orang mengkonsumsi di bawah konsumsi rata-rata tersebut (Rp. 1.250.000) di identifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang miskin. Sebaliknya, seseorang atau sekelompok orang yang mengkonsumsi rata-rata di wilayah tersebut diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita pahami, bahwa penggunaan istilah kemiskinan relatif tersebut. Relatif berarti, bahwa identifikasi tersebut dibatasi sesuatu, tegasnya dibatasi oleh wilayah atau lingkungan. Dapat saja terjadi, dimana seseorang atau sekelompok orang yang bermukim di suatu kota dengan kondisi kehidupan tertentu, termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas konsumsi tertentu tergantung miskin. Namun dengan kondisi kehidupan yang sama, termasuk didalamnya dengan pendapatan yang sama maupun dengan kuantitas dan kualitas konsumsi yang sama pula, justru dapat saja diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin jika mereka pindah atau bermukim di desa atau daerah lain, dimana konsumsi rata-rata masyarakat di sana lebih kecil dari Rp. 1.250.000.(Siagian, 2012: 49)

3. Kemiskinan Massa

Secara sederhana kemiskinan massa dapat diartikan sebagai kemiskinan yang dialami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah. Hal ini berarti, terdapat demikian banyak

manusia diwilayah itu tidak memadai. Kondisi seperti ini disebabkan minimnya potensi wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada umumnya wilayah-wilayah yang sangat terpencil menghadapi masalah kemiskinan massa. Keterpencilan wilayah dipastikan menghambat interaksi wilayah tersebut dengan wilayah sekitarnya, terlebih dengan wilayah dimana terdapat pusat-pusat pertumbuhan. Identik dengan seseorang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dan kerja sama orang lain, maka suatu wilayah, seperti sebuah desa tidak akan mampu menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat yang berdiam di wilayah atau desa itu.

4. Kemiskinan Non Massa

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian kecil penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang serba kekurangan, kondisi mana mengakibatkan merekat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sebagaimana seharusnya manusia mempunyai harkat dan martabat.

5. Kemiskinan Alamiah

Jenis kemiskinan lain adalah kemiskinan alamiah. Kemiskinan alamiah dikemukakan jika kajian tentang kemiskinan itu didasarkan atas faktor-faktor penyebab kemiskinan itu terjadi. Dalam hal ini kemiskinan alamiah diidentifikasi sebagai kemiskinan yang terjadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim. Lebih jauh lagi, daya dukung lingkungan terhadap kehidupan manusia sangat tergantung pada potensi lingkungan atau wilayah dimana mereka hidup. Dalam konteks ini, jika ternyata daya dukung lingkungan secara alamiah dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut berada tidak cukup menopang kehidupan mereka, produknya adalah seseorang atau sekelompok

orang tersebut akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin. Hal ini disebabkan potensi alamiah dari lingkungan dimana mereka berada tidak cukup menopang kehidupan manusia itu, akibatnya seseorang atau sekelompok orang itu pun hidup dibawah kewajaran (Geertz, dalam Siagian, 2012: 57).

6. Kemiskinan Kultural

Kasus lain berlaku pada konsep kemiskinan kultural atau kemiskinan budaya. Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat banyak pendapat yang berkenaan dengan kemiskinan budaya. Hal mana merupakan konsekwensi logis dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang menimbulkan polemik.

Namun demikian, tentu ada satu kepastian, bahwa semua orang menginginkan hidup yang baik, layak dan sejahtera. Sementara itu budaya dengan segala faktor-faktor yang terkait di sana justru akumulasi dari berbagai unsur yang kehadirannya justru bersifat kontra produktif dengan upaya mempertahankan hidup.

Jika dianalisis semua unsur yang ada dalam budaya tersebut ada kalanya menghasilkan suatu konsklusi bahwa unsur-unsur dari budaya tersebut sepertinya sering justru tidak atau kurang mendukung keberhasilan hidup manusia. Seperti misalnya, terlihat dari ethos kerja yang rendah, yang pada gilirannya menghambat manusia itu mengembangkan kehidupan. Budaya justru dapat menjadi suatu beban bagi mereka, sehingga mereka sering melakukan kegiatan

karena itu kemiskinan terinvolusi sangat sulit diselesaikan. Setidaknya ada dua kondisi yang menyebabkan demikian sulitnya memecahkan masalah kemiskinan terinvolusi, yaitu :

a. Seseorang atau sekelompok orang yang diidentifikasi miskin itu sendiri sepertinya dapat menerima kemiskinan itu. Bagi mereka kemiskinan itu bukanlah masalah yang esensial, dan mereka pun tidak mempermasalahkan kondisi hidup mereka yang jauh dari standar. Justru orang lain yang memandang kondisi kehidupan mereka tidak layak dan mempermasalahkan.

b. Sesungguhnya seseorang atau sekelompok orang yang dikategorikan miskin itu menyadari kondisi kehidupan mereka sebagai sesuatu yang tidak layak. Namun mereka juga menyadari bahwa tidak ada jalan bagi mereka untuk keluar dari kondisi tersebut. Mereka sepertinya menganggap kemiskinan itu bagaikan takdir. Akibatnya mereka tidak pernah berikhtiar untuk menata hidup dan keluar dari kondisi kehidupan yang tidak layak ( Lipton, dalam Siagian, 2012: 60).

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa kemiskinan terinvolusi terkait dengan masalah mental yang sudah semakin parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut. Diperlukan proses panjang dalam melakukan perubahan mental yang telah demikian kental.

Kemiskinan terinvolusi merupakan bentuk dan kondisi khusus dari kemiskinan kultural. Ciri khusus kemiskinan terinvolusi adalah telah terinternalisasinya nilai-nilai negatif dalam diri seseorang atau sekelompok orang dalam memandang diri dan kehidupannya, sehingga mereka menganggap kehidupan dengan segala kondisinya sebagai sesuatu yang tidak dapat berubah.

8. Kemiskinan Struktural

Seperti halnya kemiskinan alamiah, kultural dan terinvolusi, kemiskinan struktural juga ditemukan jika masalah kemiskinan dikaji dari segi faktor-faktor penyebab kemiskinan itu. Sehubungan dengan hal tersebut, konsep kemiskinan struktural antara lain mendeskripsikan bahwa struktur sosial masyarakat itu seedemikian rupa, sehingga menghambat masyarakat tersebut mengembangkan kehidupannya (Jay, dalam Siagian, 2012: 61).

Kemiskinan struktural sering juga dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah. Pada umumnya kebijakan itu adalah kebijakan pembangunan. Dengan demikian adalah sangat antagonis, jika kita mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah justru mengakibatkan masyarakat atau rakyatnya mengalami kemiskinan. Bukankah pembangunan dengan segala kebijakan dan implementasinya bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat secara global, Namun ada kalanya kondisi empiris membuktikan bahwa kebijakan negara justru memiskinkan masyarakat tertentu.

Bentuk lain dari kemiskinan struktural adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewa-menyewa lahan senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Juga kelembagaan sistem upah disektor pertanian yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan lahan pertanian mengakibatkan posisi buruh tani makin power less.

Kemiskinan struktural juga dapat muncul sebagai akibat kelembagaan upah disektor industri. Kebijakan upah minimum yang ditetapkan pemerintah cenderung lebih memihak pengusaha daripada buruh mengakibatkan kondisi kehidupan buruh tidak layak. Dalam kasus

sebagai titik fokus. Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemiskinan situasional adalah kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkanoleh situasi yang ada. Lebih tegasnya, situasi yang ada dilingkungan mana dan saat mana seseorang atau sekelompok orang itu hidup sedemikian rupa sehingga tidak kondusif bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya mereka menghadapi dan mengalami kondisi hidup yang tidak layak. 10.Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan juga merupakan konsep yang ditemukan jika kajian kemiskinan dititikberatkan pada aspek penyebab. Kemiskinan buatan secara khusus dipertentangkan dengan kemiskinan alamiah.

Dokumen terkait