Lampiran I Hasil Skala Likert Karakteristik Jawaban Responden
No. Res. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 0
2 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
3 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
4 1 0 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
5 1 0 1 1 1 1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
6 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0
7 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0
8 -1 -1 0 0 0 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 0 0
9 1 1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
10 1 -1 1 1 1 1 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
11 1 -1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
12 1 -1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 0
13 1 -1 1 1 1 0 -1 1 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1
14 -1 -1 0 -1 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0
15 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 0 0
16 -1 -1 0 -1 -1 -1 -1 0 -1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0
17 -1 -1 0 0 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 1 0 0
26 -1 -1 -1 0 0 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 0
27 -1 -1 -1 0 -1 -1 -1 0 1 1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0
Total
0,34
-0,47 0,5 0,5 0,42 -0,28 -1 0,8 0,9 1 -1 -1 -1 -1 -1 0,8 0,72 0,53
No.
Res. 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
1 1 1 1 1 -1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
2 0 1 1 1 -1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 -1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
6 0 1 1 1 -1 0 0 -1 0 0 0 1 1 1 1 1
7 0 1 1 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
8 0 1 1 1 -1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
9 0 1 1 1 -1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
10 0 1 1 1 -1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 -1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 -1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1
14 0 1 1 1 -1 -1 0 -1 0 0 0 1 1 1 1 1
15 0 1 1 1 -1 -1 0 -1 0 0 1 1 1 1 1 1
16 0 1 1 1 -1 -1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
26 0 1 1 1 -1 -1 -1 0 0 0 1 1 1 1 1 1
27 0 1 1 1 -1 -1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
Total 0,43 1 1 1 -1 -0,02 0,59 0,08 0,08 0,51 0,91 1 1 1 1 1
DOKUMENTASI
Fahrudin, A. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama Randy, Riant. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan: PT. Grasindo Monoratama. Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratama. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Suhendra. 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Cv. Alfabeta
Sumodiningrat. 2007. Pemberdayaan Sosial. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
Sumber Lain :
https://id.wikipedia.org/wiki/Respons diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 10:28 WIB
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/01/06/138970/penduduk-miskin-di-sumut-tambah-jadi-136-juta/ diakses pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 08.00 WIB
http://www.medanbisnisdaily.com/e-paper/2014-11-19/files/assets/basic-html/page20.htm diakses pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 09.15 WIB
http://www.psks.sapa.or.id diakses pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 11.55 WIB http://www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun-keluarga-produktif/simpanan-keluarga-sejahtera/ diakses pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 08.30 WIB
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti
(Siagian, 2001: 52). Melalui penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana respon
masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di
Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan.
Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena Kelurahan Sei Kera Hilir II
merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Perjuangan yang
mendapatkan bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan obyek, benda,
peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 155).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta Program
Secara umum sampel adalah contoh. Dalam kaitannya sampel adalah sebagian dari
objek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau
diteliti (Roscoe dalam Siagian,2011: 156). Karena jumlah populasi dari penelitian ini lebih
dari 100 maka peneliti menggunakan teknikpenarikan sampel acak sistematik (sistematic
random sampling technique), dimana penarikan sampel acak sistematik hanya sampel
pertama yang diacak, sedangkan sampel selanjutnya dipilih secara sistematis sesuai dengan
pola yang ditetapkan. Jumlah populasi adalah 274 RTS (diberi nomor urut 1-274), sedangkan
sampel yang akan diambil adalah 27, maka interval sampel (biasanya diberi notasi k) adalah:
K= 274
27
= 10,14 10
Dengan unsur satuan – satuan elementer adalah nomor urut 1 – 10. Unsur – unsur satuan –
satuan elementer ini kemudian diundi, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 27 RTS.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah proses memperoleh data atau informasi yang menyangkut masalah
yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal dan karya tulis lainnya yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung
diteliti. Adapun instrumen yang digunakan dalam rangka studi lapangan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap obyek dan fenomena yang berkaitan dengan
penelitian.
b. Wawancara, yaitu percakapan yang dilakukan oleh pewawancara kepada responden
guna mencari data atau menggali informasi mengenai apa yang diperlukan didalam
penelitian.
c. Penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebarkan
daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga memperoleh data
informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 206-207).
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap atau tingkah laku manusia (Siagian, 2011: 113) Pemberian skor data
dilakukan mulai respon negatif menju respon positif, yakni :
1. Skor tidak setuju (negatif) adalah -1
2. Skor kurang setuju (netral) adalah 0
3. Skor setuju (positif) adalah 1
Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap, dan partisipasi, maka ditentukan interval
Banyak Kelas
= 1- (-1)
3
= 0,66
Menentukan kategori respon positif , netral maupun respon negatif dengan adanya
nilai batasan sebagai berikut :
a. -1,00 sampai dengan -0,33 = respon negatif
b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Sei Kera Hilir II merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Medan
Perjuangan, Kota Medan. Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki luas wilayah 44,4 HA dan
jumlah penduduk 12.706 jiwa dan terdiri dari 3141 KK. Kelurahan Sei Kera Hilir II terdiri
dari 15 lingkungan. Adapun batas-batas dari Kelurahan Sei Kera Hilir II adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Tanah Tinggi
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Timbang Langkat
Sebelah Barat berbatasan dengan : Kelurahan Timbang Langkat
Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tunggorono
4.2 Kondisi Geografis
Secara geografis Kelurahan Sei Kera Hilir II merupakan tanah daratan yang setiap tahunya
dilalui oleh dua musim ( musim panas dan musim hujan dengan suhu antara 23-32 derajat
Celsius). Daerah ini didiami oleh berbagai sub suku bangsa dan sebahagian besar wilayah ini
adalah pemukiman. Dalam menjalankan roda pemerintah dan terlaksananya pembangunan di
Kelurahan Sei Kera Hilir II dibekali 1 (satu) unit Kantor Kelurahan (permanen), memilikki
Jumlah penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II tahun 2015 yaitu 12.706 jiwa dengan jumlah
Kepala Keluarga 3141 Kepala Keluarga. Penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II mempunyai
komposisi penduduk sebagai berikut:
1. Penduduk berdasarkan lingkungan
2. Penduduk berdasarkan usia
3. Penduduk berdasarkan jenis kelamin
4. Penduduk berdasarkan mata pencaharian
5. Penduduk berdasarkan pendidikan
6. Penduduk berdasarkan agama
7. Penduduk berdasarkan suku / etnis
4.3.1 Penduduk Berdasarkan Lingkungan
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari Kantor Kelurahan Sei Kera Hilir II tahun 2015
diketahui bahwa jumlah penduduk adalah sebanyak 12.706 jiwa. Penduduk tersebut tersebar
dari lingkungan I sampai lingkungan XV. Data penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II
Tabel 4.1
Data Penduduk Berdasarkan Lingkungan
No Lingkungan Frekuensi Presentase
1 I 936 7,37 %
2 II 472 3,71 %
3 III 753 5,93 %
4 IV 940 7,4 %
5 V 1017 8 %
6 VI 432 3,4 %
7 VII 517 4,07 %
8 VIII 1163 9,15 %
9 IX 477 3,75 %
10 X 892 7,02 %
11 XI 1290 10,15 %
12 XII 1416 11,14 %
13 XIII 881 6,93 %
14 XIV 842 6,63 %
15 XV 678 5,34 %
Jumlah 12706 99,99 %
Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015
3,4 %.
4.3.2. Penduduk Berdasarkan Usia
Adapun komposisi penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan usia adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.2
Data Penduduk Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Presentase
1 0-15 Tahun 5.853 46,06 %
2 16-65 Tahun 6.391 50,3 %
3 65 Tahun ke atas 462 3,64 %
Jumlah 12.706 100 %
Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir II
adalah 12.706 Jiwa dan jumlah penduduk terbesar adalah berusia 16- 65 tahun yaitu
berjumlah 6.391 jiwa atau 50,3 %, kemudian diikuti tahun sebanyak 1136 jiwa sedangkan
penduduk terkecil yaitu para lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas sebanyak 462 jiwa atau
3,64 % dan menjelaskan bahwa usia produktif di Kelurahan Sei Kera Hilir II terbilang
4.3.3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Komposisi penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Sei Kera Hilir II dapat
diperjelas tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1 Laki-Laki 5.499 43,28 %
2 Perempuan 7.207 56,72 %
Jumlah 12.706 100 %
Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015
Dilihat dari jumlah penduduk secara keseluruhan di Kelurahan Sei Kera Hilir II, jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dengan
selisih jumlah penduduk sekitar 1708 Jiwa atau 13,44 %.
4.3.4 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Berdasarkan mata pencaharian, masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Binjai mempunyai
jenis pekerjaan yang berbeda-beda, mulai dari sektor formal hingga non formal, untuk lebih
Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Frekuensi Presentase
1 PNS 335 9,61 %
2 ABRI 98 2,81 %
3 Pegawai Swasta 1.632 46,83 %
4 Pedagang 736 21,12 %
5 Pertukangan 325 9,33 %
6 Pensiunan 163 4,68 %
7 Jasa 196 5,62 %
Jumlah 3.485 100 %
Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015
Melalui tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebahagian besar penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir
II mayoritasnya bermata pencaharian pegawai swasta sebanyak 1.632 jiwa atau 46,83%
hampir setengah dari jumlah keseluruhan penduduk yang bekerja, sedangkan minoritasnya
adalah yang bekerja sebagai ABRI yaitu sebanyak 98 jiwa atau 2,81 %. Total jumlah
penduduk yang bekerja hanya sebesar 3.485 jiwa atau 27,43% dari keseluruhan jumlah
4.3.5 Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Masyarakat Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki tingkat pendidikan yang berbeda –
beda,dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Presentase
1 TK 75 1,02 %
2 SD 371 5,05 %
3 SMP 1.225 16,7 %
4 SMA/SMK 3.762 51,26 %
5 AKADEMI D1-D3 457 6,23 %
6 SARJANA 1.246 16,98 %
7 PASCA SARJANA 203 2,76 %
Jumlah 7339 100 %
Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penduduk yang tamat SMA/SMK yaitu 3.762 Jiwa
atau 51,26% yang merupakan penduduk terbesar berdasarkan pendidikan dan melebih
setengah dari jumlah penduduk dilihat dari aspek pendidikan. Sementara yang terkecil yaitu
TK dengan jumlah 75 jiwa atau 1,02%. Hal ini berarti bahwa penduduk sudah dapat
Komposisi penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.6
Data Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Frekuensi Presentase
1 Islam 11.111 87,45 %
2 Kristen 329 2,59 %
3 Katholik 60 0,47 %
4 Budha 1.163 9,15 %
5 Hindu 43 0,34 %
Jumlah 12.706 100 %
Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015
Dilihat dari komposisi penduduk menurut agamanya, di Kelurahan Sei Kera Hilir II
mayoritas penduduknya menganut agama Islam yaitu sebanyak 11.111 Jiwa atau 87,45%
melebihi ¾ dari jumlah keseluruhan penduduk di Kelurahan Sei Kera Hilir II, Sedangkan
4.3.7 Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis
Adapun komposisi penduduk Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan suku / etnisnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Data Penduduk Berdasarkan Suku
No Suku/Etnis Frekuensi Presentase
1 Jawa 2.569 20,22 %
2 Batak 797 6,27 %
3 Mandailing 3.682 28,98 %
4 Karo 62 0,49 %
5 Nias 7 0,05 %
6 Minang 2.459 19,35 %
7 Aceh 425 3,34 %
8 Melayu 2.117 16,67 %
9 China/WNI Keturunan 564 4,44 %
10 India 24 0,19 %
Jumlah 12.706 100 %
Sumber: Kelurahan Sei Kera Hilir II 2015
Berdasarkan tabel 4.7 yg telah disajikan dapat dilihat bahwa penduduk di Kelurahan Sei Kera
Hilir II mayoritasnya adalah suku Mandailing sebanyak 3.682 jiwa atau 28,98 %, sedangkan
Berikut ini disajikan data mengenai fasilitas/prasarana yang ada di Kelurahan Sei Kera Hilir
II :
Tabel 4.8
Fasilitas di Kelurahan Sei Kera Hilir II
No Fasilitas Frekuensi
1 Fasilitas Kesehatan
a. Puskesmas 1 Unit
b. UKBM (Posyandu) 13 Unit
c. Poliklinik 3 Unit
2 Fasilitas Pendidikan
a. Gedung Sekolah PAUD 1 Unit
b. Gedung Sekolah TK 1 Unit
c. Gedung Sekolah SD 7 Unit
d. Gedung Sekolah SLTP 2 Unit
3 Fasilitas Ibadah
a. Mesjid 7 Unit
b. Musholla 3 Unit
c. Gereja 2 Unit
Jumlah 40 Unit
4.5 Kelembagaan
a. Data Personil
1. Kepala Kelurahan :
Nama : Musonnip Rangkuti S.IP
Pangkat : Penata III D
NIP : 19680329 199803 1 003
Pendidikan : Sarjana Ilmu Politik
b. Kelembagaan
1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
- Jumlah Pengurus : 3 Orang
- Jumlah Anggota : 12 Orang
2. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
- Jumlah Pengurus : 26 Orang
- Jumlah Anggota : 30 Orang
3. Karang Taruna
- Jumlah Karang Taruna : 1 buah
ANALISIS DATA
5.1. Pengantar
Pada bab ini penulis akan menganalisis data – data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada 27 responden. Menganalisis data
merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian –
bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah
interprestasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan. Adapun
data – data yang dianalisis pada bab ini adalah sebagai berikut :
5.2. Kharakteristik Umum Responden
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)
1 39-49 13 48
2 50-60 8 30
3 61-71 6 22
Jumlah 27 100
Sumber : Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan tabel 5.1 diketahui usia responden bervariasi dari usia 39
tahun hingga usia tertua 70 tahun. Sebanyak 13 responden (48%) berada pada rentang usia
antara 39 tahun sampai dengan 49 tahun, 8 responden (30%) berada pada rentang usia antara
antara 61 tahun – 71 tahun. Jika dilihat dari segi usia dan apabila dikaitkan dengan program
simpanan keluarga sejahtera (psks) maka usia ini menggambarkan status responden
cenderung memasuki usia yang hampir tidak produktif lagi untuk bekerja dengan keras.
Selain itu faktor usia juga akan mempengaruhi pada jenis pekerjaan yang mungkin dilakukan
oleh seseorang dan juga lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada penghasilan seseorang apalagi usia
responden yang sudah lanjut usia maka akan lebih sulit untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
yang akan dilakukannya.
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Laki – laki 14 52
2 Perempuan 13 48
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan oleh tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden Laki – laki
sebanyak 14 orang (52%) dan responden wanita sebanyak 13 orang (48%). Jika dilihat dari
keseluruhan responden yang terdaftar sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga yang
simpanan keluarga sejahtera (psks) beragama Islam semua, dan dapat dilihat dari mayoritas
keseluruhan penduduk yang berada di Kelurahan Sei Kera Hilir II ini juga sebanyak 11.111
(87,45%) yang beragama Islam.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 SD 8 30
2 SMP 11 40
3 SMA 8 30
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Pendidikan merupakan hal terpenting dan merupakan modal utama yang wajib dimiliki oleh
setiap individu karena tujuan dari pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
individu itu sendiri. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui
pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika mayoritas dari responden yang telah
menyelesaikan pendidikan formalnya hanya sampai jenjang sekolah menengah pertama saja,
yaitu sebanyak 11 responden (40%), sedangkan 8 responden lainnya menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah atas (30%) sama dengan yang menyelesaikan pendidikan
sekolah dasar. Rendahnya pendidikan disebabkan karena orang tua mereka tidak mampu
untuk menyekolahkan mereka lagi sehingga mereka harus berhenti sekolah. Rendahnya
yang akan mereka pilih, yang pada akhirnya mempengaruhi kesejahteraan keluarga
responden karena sedikitnya penghasilan yang diperoleh dan mereka juga tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya.
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Suku
No Suku Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Jawa 10 37
2 Minang 10 37
3 Lainnya 7 26
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.4 dapat diketahui suku daripada responden
dimana suku minang dan suku jawa sama – sama 10 responden (37%) , serta 7 lainnya yaitu
suku mandailing 3 responden (11%), dan yang terakhir yaitu suku melayu dan suku aceh
Distribusi Responden Berdasakan Jumlah Anak
No Jumlah Anak Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Dua 8 30
2 Tiga 12 44
3 Empat 4 15
4 Lima 2 7
5 Enam 1 4
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui distribusi responden
berdasarakan jumlah anak. Dapat kita lihat bahwa Jumlah anak paling banyak yang dimilikki
oleh responden yaitu tiga anak dengan jumlah responden sebanyak 12 (44%), diikuti dua
anak dengan jumlah responden sebanyak 8 (30%), lalu empat anak yaitu dengan jumlah
responden sebanyak 4 (15%), lima anak yaitu dengan jumlah responden sebanyak 2 (7%),
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Pedagang 8 30
2 Ibu Rumah Tangga 4 15
3 Pegawai Swasta 5 19
4 Guru 3 11
5 Tidak Bekerja 7 25
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas besar
pekerjaan responden adalah sebagai pedagang yaitu sebanyak 8 responden (30%), kemudian
diikuti oleh yang tidak bekerja yaitu sebanyak 7 responden (25%) hal ini disebabkan karena
minimnya lapangan pekerjaan dan usia yang sudah tidak produktif lagi untuk melakukan
sebuah pekerjaan yang menyebabkan besarnya persentase pedagang dan yang tidak bekerja
tersebut. Sedangkan untuk pegawai swasta sendiri sebanyak 5 responden (19%), lalu diikuti
oleh ibu rumah tangga sebanyak 4 responden (15%), dan yang paling kecil yaitu guru
sebanyak 3 responden (11%). Kita dapat menyimpulkan bahwa penerima program simpanan
keluarga sejahtera (psks) termasuk ke arah yang tepat sasaran jika dilihat dari segi pekerjaan
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan Perbulan No Penghasilan Perbulan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Kurang dari Rp.1.000.000 15 56
2 Rp.1.000.000 - Rp.2.500.000 12 44
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa masih banyak
responden yang memilikki penghasilan dibawah upah minimum rata – rata yaitu sebanyak 15
responden (56%), sedangkan sebanyak 12 responden (44%) memilikki penghasilan yang
tidak terlalu tinggi. Kita dapat melihat bahwa penghasilan yang mereka peroleh sedikit dan
ini merupakan jumlah yang sangat kecil bila dihubungkan dengan jumlah anggota keluarga
responden. Penghasilan responden juga merupakan salah satu kriteria pemilihan penerima
program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) karena dari penghasilan tersebut dapat diukur
kemampuan responden dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu sandang, pangan
maupun papan. Apabila dikaitkan dengan penghasilan yang diterima maka responden
merupakan keluarga yang tergolong miskin. Hal ini mendukung responden untuk terdaftar
5.3. Respon Masyarakat Terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan
5.3.1. Pemberian Undangan Kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) Yang Memilikki Kartu Perlindungan Sosial
1. Persepsi
Tabel 5.8
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 18 67
2 Tidak Tahu 9 33
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.8 dapat diketahui jumlah responden
yang mengetahui Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) sebanyak 18 responden
(67%), sementara 9 responden (33%) yang tidak mengetahui. Hal tersebut dikarenakan
penyebaran informasi atau undangan kepada responden yang kurang merata, sehingga
mengakibatkan sebagian dari responden tidak mengetahui nama program bantuan yang
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 1 4
2 Kurang Tahu 12 44
3 Tidak Tahu 14 52
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data pada tabel 5.9 yang telah disajikan bahwa dari 27 responden,
sebanyak 14 responden (52%) tidak mengetahui manfaat dari Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS) karena tidak ada sosialisasi awal mengenai program tersebut, selain itu
sebanyak 12 responden (44%) yang mengaku kurang mengetahui manfaat program ini
dikarenakan informasi yang didapat kurang dipahami, serta hanya 1 responden (4%) yang
tahu manfaat dari dilaksanakannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dapat
diketahui bahwa perlunya sosialisasi dari kelurahan setempat untuk memberitahukan
Tabel 5.10
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tujuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 16 59
2 Kurang Tahu 8 30
3 Tidak Tahu 3 11
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan tabel 5.10 yang telah disajikan dapat diketahui bahwa dari 27 responden,
sebanyak 16 responden (59%) mengaku mengetahui tujuan dari adanya pelaksanaan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) setelah mendapat informasi dari media cetak dan
media elektronik, sedangkan sebanyak 8 responden (30%) mengaku kurang tahu dan
sebanyak 3 responden (11%) yang mengaku tidak tahu tujuan dilaksanakannya Program
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan
Perjuangan
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 15 56
2 Kurang Tahu 9 33
3 Tidak Tahu 3 11
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.11 dapat diketahui bahwa pengetahuan
responden tentang adanya pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah
sebanyak 15 responden (56%) mengetahui bahwa Program Simpanan Keluarga Sejahtera
dilaksanakan di kelurahan mereka, sedangkan sebanyak 9 responden (33%) mengaku kurang
tahu dan sebanyak 3 responden (11%) mengaku tidak tahu adanya pelaksanaan Program
Tabel 5.12
Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Informasi
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Paham 16 59
2 Kurang Paham 5 19
3 Tidak Paham 6 22
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui sejauh mana
pemahaman para responden mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) setelah
mendapatkan informasi atau pengetahuan mengenai program tersebut, sebanyak 16
responden (59%) dapat memahami program tersebut, kemudian sebanyak 6 responden (22%)
tidak memahami informasi yang mereka peroleh, dan sebanyak 5 responden (19%) yang
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tim Satgas Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan
Medan Perjuangan
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 2 7
2 Kurang Tahu 15 56
3 Tidak Tahu 10 37
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.13 dapat diketahui apakah responden
mengetahui adanya petugas yang menginformasikan mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS). Sebanyak 2 responden (7%) mengaku mengetahui adanya petugas yang
menginformasikan program tersebut, kemudian 15 responden (56%) mengaku kurang tahu
mengenai adanya petugas yang menginformasikan adanya program ini dan 10 responden
(37%) menyatakan tidak tahu sama sekali mengenai petugas yang menginformasikan
program ini. Berbeda – bedanya pengetahuan responden mengenai adanya petugas yang
menginformasikan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) diakuin sebagian
responden tidak terlalu mau mengetahui mengenai hal tersebut dan hanya ingin tahu bahwa
Pengetahuan Tentang Sosialisasi Awal Mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak mengetahui
tentang adanya sosialisasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di
kelurahan Sei Kera Hilir II tersebut, dan informasi yang saya dapat juga menyatakan bahwa
memang tidak ada sosialisasi dikelurahan tersebut mengenai Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS).
Tabel 5.14
Distribusi Responden Berdasarkan Penerima Manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Bagi Rumah Tangga Sasaran Yang Memilikki Kartu Perlindungan
Sosial (KPS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 18 67
2 Kurang Tahu 9 33
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.14 dapat diketahui bahwa penerima
2. Sikap
Tabel 5.15
Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Adanya Sosialisasi Penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Baik 25 93
2 Tidak Baik 2 7
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15 dapat diketahui bahwa sebanyak 25
responden (93%) mengatakan baik untuk diadakannya sosialisasi mengenai penyaluran
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sedangkan yang mengatakan tidak baik
untuk dilaksanakan sebanyak 2 responden (7%). Alasan kenapa baik untuk diadakannya
sosialisasi mengenai penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini agar
masyarakat dapat memperoleh informasi yang lebih banyak dan akurat tidak hanya
mengetahui nominal bantuan yang didapat tapi mengenai mekanisme, manfaat dan tujuan
dari Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
Pengadaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 Responden (100%) mengaku setuju
masyarkat dana program ini juga banyak digunakan oleh sebagian masyarakat untuk
keperluan bulanan mereka seperti uang sekolah, bayar listrik, dan sebagainya.
3. Partisipasi
Masyarakat Ikut Serta Dalam Musyawarah Kelurahan Yang Dilakukan Sebelum Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) disalurkan
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak pernah ikut
serta dalam musyawarah di kelurahan, hal ini dikarenakan karena memang tidak adanya
sosialisasi mengenai program tersebut sehingga tidak adanya musyawarah yang dibuat atau
dilakukan oleh pihak kelurahan dan penerima manfaat Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(PSKS).
Masyarakat Di Undang Dalam Musyawarah Kelurahan Sebelum Dilakukan Penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak pernah di
undang untuk ikut musyawarah di kelurahan, hal ini dikarenakan karena pihak kelurahan
tidak pernah mengadakan musyawarah dan masyarakat juga tidak pernah tahu adanya
musyawarah mengenai penyaluran Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
proses perencanaan program, sampai dilaksanakannya program tersebut di Kelurahan Sei
Kera Hilir II tersebut.
Masyarakat Seberapa Sering Terlibat dalam Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku tidak pernah
dilibatkan dalam pelaksanaan program, dikarenakan masyarakat hanya diberi informasi
dalam bentuk undangan untuk segera datang ke kantor pos terdekat untuk mengambil atau
mencairkan bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang diberikan oleh
pemerintah.
Keterlibatan Masyarakat Dalam Melaksanakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Sudah Memilikki Kualitas Yang Baik
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 Responden (100%) mengaku tidak memilikki
kualitas yang baik dalam melaksanakan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
dikarenakan masyarakat juga menyadari bahwa mereka hanya ikut terlibat ketika dalam
proses pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang dilaksanakan oleh
5.3.2. Mengikuti Ketentuan Dan Syarat Pembayaran Giropos
1. Persepsi
Tabel 5.16
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Ketentuan Dan Syarat Pembayaran Simpanan Giropos Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 21 78
2 Kurang Tahu 6 22
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Tujuan diberlakukannya ketentuan dan syarat pembayaran simpanan giropos ketika
mencairkan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah agar para penerima
manfaat dapat melakukan penguangan dengan cepat dan tepat serta mencegah terjadinya
kesalahan penguangan simpanan terhadap penerima manfaat Program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS). Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa sebanyak 21 responden
(78%) sudah mengetahui ketentuan dan syarat apa saja pada saat proses pembayaran
simpanan giropos, dan sebanyak 6 responden (22%) mengaku masih kurang mengetahui
Distribusi Responden Berdasarkan Ketentuan Dan Syarat Bahwa RTS Yang Memilikki KPS Tetapi Tidak Termasuk Dalam Daftar Nominatif PSKS Maka Dananya Tidak
Dapat Dicairkan
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tahu 18 67
2 Kurang Tahu 8 29
3 Tidak Tahu 1 4
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2015
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa
sebanyak 18 responden (67%) mengetahui bahwa penerima manfaat program walaupun
memilikki KPS dan mendapat undangan tidak dapat mencairkan penguangan simpanan
giropos karena namanya tidak terdaftar dalam daftar nominatif dan harus menjumpai petugas
psks untuk ditindaklanjuti proses administrasinya, kemudian sebanyak 8 responden (29%)
kurang mengetahui mengenai ketentuan dan syarat bahwa RTS yang memilikki KPS tetapi
tidak masuk dalam daftar nominatif tidak dapat mencairkan dana simpanan giroposnya,
sedangkan 1 responden (4%) menyatakan tidak tahu sama sekali mengenai ketentuan dan
syarat tersebut. Berbeda – bedanya pengetahuan responden mengenai adanya ketentuan dan
syarat bahwa RTS yang memilikki KPS tetapi tidak masuk dalam daftar nominatif tidak
dapat mencairkan dana simpanan giropos dikarenakan sebagian responden kurang mendapat
informasi yang lebih detail mengenai hal tersebut, sehingga masyarakat datang kekantor pos
2. Sikap
Tabel 5.18
Distribusi Responden Berdasarkan Ketentuan Dan Persyaratan Yang Telah Ditetapkan Oleh Tim Satgas PSKS
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Baik 14 52
2 Kurang Baik 13 48
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.18 dapat diketahui bahwa
sebanyak 14 responden (52%) menyatakan baik ketentuan dan persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Tim Satgas PSKS alasannya adalah penerima manfaat Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS) dapat tepat sasaran dan sesuai dengan data yang telah ditetapkan
sebagai pihak pelaksana, sedangkan sebanyak 13 responden (48%) menyatakan kurang baik
alasannya karena masih banyak masyarakat yang kurang mampu tetapi belum memilikki KPS
Distribusi Responden Berdasarkan Penerima PSKS Hanya Untuk Masyarakat Yang Memilikki KPS Dan Terdata Dalam Daftar Nominatif
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Setuju 11 41
2 Kurang Setuju 16 59
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa sebanyak 11
responden (41%) menyatakan setuju bahwa penerima manfaat program hanya bagi
masyarakat yang memilikki KPS saja dan telah terdata dalam daftar nominatif, sedangkan
sebanyak 16 responden (59%) menyatakan tidak setuju, alasannya adalah karena masih
banyaknya masyarakat yang tidak memilikki KPS dan tidak terdata masih hidup dibawah
garis kemiskinan jika dilihat dari segi penghasilnnya, sehingga banyak masyarakat yang
meminta supaya pendataan ulang terhadap penerima atau pemegang KPS agar tepat kepada
masyarakat yang membutuhkan.
Tanggapan Masyarakat Mengenai Tim Satgas PSKS Saat Datang Ke Kantor Pos Indonesia Pada Proses Pencairan Dana Bantuan
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan baik terhadap
responden, alasannya karena Tim Satgas memberikan pelayanan yang baik terhadap
informasi atau yang lebih berkompeten apabila ada kendala pada proses pencairan dana
simpanan keluarga sejahtera.
Penilaian Atas Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan baik tentang
pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera tersebut, Alasannya karena Tim Satgas
yang bertugas dalam memberikan pelayanan sangat antutias dan baik kepada seluruh
penerima manfaat program.
3. Partisipasi
Masyarakat Dilibatkan Dalam Perencanaan Dan Pelaksanaan PSKS, Menurut Pemerintah Masyarakat Harus Secara Aktif Untuk Ikut Dalam Musyawarah Kelurahan
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) mengaku setuju untuk
dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(PSKS). Alasannya adalah agar masyarakat dapat memahami dan mengerti lebih jelas
mengenai tahapan – tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS) dengan baik dan benar.
selama berjalannya program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sehingga banyak
penerima manfaat program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang kurang memahami
proses berjalannya program tersebut.
5.3.3. Penguangan Dana Simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) 1. Persepsi
Tabel 5.20
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penerima Manfaat Dalam Penguangan Dana Simpanan Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 5 19
2 Kurang Tahu 16 59
3 Tidak Tahu 6 22
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.20 Dapat diketahui bagaimana penilaian
penerima manfaat terhadap penguangan simpanan dana bantuan program Simpanan Keluarga
Sejahtera (PSKS). Dari 27 responden, 5 responden (19%) mengatakan tahu akan penguangan
Simpanan dana bantuan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sementara 16
resonden (15%) mengatakan kurang mengetahui mengenai penguangan simpanan dana
bantuan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Responden yang menyatakan tidak
mengetahui penguangan simpanan dana bantuan program Simpanan Keluarga Sejahtera
terlalu berbelit-belit sehingga penerima manfaat harus seringkali ke kantor pos untuk
mendapatkan pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.
Tabel 5.21
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penerima Manfaat Terhadap Dana Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuansi (F) Persentase (%)
1 Tahu 16 59
2 Kurang tahu 10 37
3 Tidak tahu 1 4
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 dapat diketahui bagaimana tahu tidaknya
responden terhadap dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dari 27
responden, hanya 1 responden (4%) yang mengaku tidak mengetahui adanya dana bantuan
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sedangkan dari 27 responden, hanya 10
responden (37%) kurang mengetahui adanya dana bantuan Program Simpanan Keluarga
Sejahera (PSKS), sementara itu dari 27 responden, hanya 16 responden (59%) yang mengaku
mengetahui adanya dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), proses
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pencairan Sekaligus Dana Bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera Keluarga (PSKS)
No Kategori Frekuansi (F) Persentase (%)
1 Tahu 6 22
2 Kurang tahu 17 63
3 Tidak tahu 4 15
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan 5.22 dapat diketahui tahu tidaknya responden terhadap
pencairan dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dari 27 responden,
hanya 6 responden (22%) yang mengaku tahu terhadap pencairan dana bantuan Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), sementara itu 4 responden (15%) yang mengaku tidak
tahu terhadap pencairan dana bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
Sedangkan 17 responden (63%) mengaku kurang tahu terhadap pencairan dana tersebut.
Responden yang mengaku kurang tahu mengenai pencairan dana Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS) sebab tidak adanya sosialisasi mengenai pencairan simpanan dana
2. Sikap
Tabel 5.23
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Mengenai Pencairan Dana Simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Setuju 2 7
2 Kurang Setuju 25 93
Jumlah 27 100
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.23 dapat diketahui setuju, kurang setujunya
responden terhadap pencairan dana simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
yang diberikan hanya sebesar Rp 200.000/bulan. Dari 27 responden, hanya 2 responden (7%)
yang mengaku setuju terhadap pencairan dana simpanan yang diberikan hanya sebesar Rp
200.000/bulan. Sedangkan 25 responden (93%) yang mengaku kurang setuju terhadap
pencairan dana simpanan yang diberikan hanya sebesar Rp 200.000/bulan, sebab nominal
pencairan dana simpanan tersebut tidak mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Jumlah Dana Terhadap Pemenuhan
Sumber: Data Primer, Maret 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.24 dapat diketahui mencukupi, kurang
mencukupinya jumlah dana terhadap pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dari 27 responden,
hanya 11 responden (41%) yang mengaku mencukupi. Sementara 16 responden (59%)
mengaku kurang mencukupi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, hal ini disebabkan
kebutuhan ekonomi yang kian hari semakin tinggi serta tidak tersedianya pemenuhan fasilitas
kesehatan dan pendidikan yang layak sehingga dalam hal tersebut jumlah dana pencairan
tersebut jauh dari batas kecukupan hidup.
Tabel 5.25
Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Ketergantungan Terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Sangat Tergantung 22 81
2 Tergantung 5 19
Jumlah 27 100
Berdasarkan data yang disajikan ada tabel 5.25 dapat diketahui sangat tergantung atau
tergantungnya responden terhadap Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dari 27
responden, hanya 5 responden (19%) yang mengaku tergantung pada Program Simpanan
Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara 22
responden (81%) mengaku sangat tergantung pada Program Simpanan Keluarga Sejahtera
(PSKS), sebab mereka hidup dibawah garis kemiskinan dan dana pencairan dari program ini
digunakan untuk kebutuhan hidupnya sehari – hari.
Kelanjutan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan setuju untuk
dilanjutkan oleh pemerintah, alasannya adalah walaupun jumlah nominal dana bantuan yang
diberikan oleh pemerintah tersebut tidak terlalu besar, setidaknya dapat mengurangi jumlah
pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan setiap bulannya.
Bantuan – Bantuan Dari Pihak Pemerintah Kepada Masyarakat
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan suka terhadap
program – program atau bantuan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang kurang
mampu, hal ini dikarenakan bantuan – bantuan tersebut sangat membantu ekonomi
Menikmati Hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan pernah
menikmati hasil dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang sebanyak
Rp.200.000/Bulan tersebut, alasannya adalah karena dana bantuan tersebut, biasanya
digunakan untuk keperluan – keperluan rumah tangga yang nominalnya tidak terlalu besar,
seperti membayar air, listrik dan keperluan sekolah sehingga semua anggota keluarga ikut
terlibat dalam menikmati hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini.
Memelihara Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan pernah
memelihara Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut, responden yang ikut
serta dalam memelihara program tersebut dikarenakan karena mereka memiliki rasa
kepedulian terhadap pelaksanaannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut,
Memelihara disini berarti masyarakat berperan serta dalam memelihara hasil Program
Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) agar tidak terjadinya kekurangan pemenuhan
kebutuhan ekonomi keluarga yang berakibat menjadi semakin banyaknya angka kemiskinan
di Indonesia.
Menilai Hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa 27 responden (100%) menyatakan pernah menilai
ingin mengetahuai apakah hasil program ini akhirnya positif atau negatif, dan apakah bisa
dilanjutkan program yang dibuat oleh pemerintah ini dalam rangka membangun keluarga
produktif, serta memberdayakan masyarakat melalui keluarga.
5.4 Analisis Data Kuantitafif Terhadap Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Setelah hasil respon masyarakat Kelurahan Sei Kera Hilir II terhadap pelaksanaan
program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) telah dianalisis dari kuesioner yang telah
dibagikan, maka pada bagian ini variabel yang sama akan dianalisis secara kuantitatif melalui
pemberian skor dengan menggunakan skala likert. Pemberian skor data dilakukan mulai dari
respon negatif, respon netral, dan respon positif, yakni:
1. Skor Tidak Tahu (negatif) adalah -1
2. Skor Kurang Tahu (netral) adalah 0
3. Skor Tahu (positif) adalah 1
Untuk mendapatkan hasil respon masyarakat Kelurahan Sei Kera Hilir II terhadap
pelaksanaan program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), dilakukan melalui pemberian
skor berdasarkan tiga variabel yaitu persepsi, sikap, dan partisipasi. Dari jawaban responden
yang telah dianalisis kemudian dapat diklasifikasikan apakah persepsi, sikap, dan
partisipasinya negatif, netral atau positif dari setiap tahapan pelaksanaan program dengan
nilai batasan sebagai berikut :
a. -1,00 sampai dengan -0,33 = respon negatif
b. -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral
c. 0,33 sampai dengan 1,00 = respon positif
5.4.1. Pemberian Undangan Kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) Yang Sudah Memilikki Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
Pemberian skor variabel pemberian undangan kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS)
yang sudah memilikki Kartu Perlindungan Sosial (KPS) oleh Tim Satgas PSKS ini
merupakan variabel awal dalam mengukur respon. Hasil skor variabel sosialisasi (V1)
merupakan hasil rata – rata ∑ skor variabel pemberian undangan : (hasil jumlah sub variabel
dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel pemberian undangan ada 15 sub variabel (lihat
lampiran), sehingga rata V1 = ∑ skor variabel : (15 x 27). Untuk mengetahui apakah
pemberian undangan tersebut termasuk respon positif atau negatif, maka dilakukan analisa
dengan memberi nilai 1 pada respon positif, nilai 0 untuk respon netral, dan nilai -1 untuk
respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah pemberian undangan merupakan positif atau negatif
dengan adanya batasan nilai pada skala likert, yaitu sebagai berikut :
= -70 : (15 x 27)
= -70 : 415
Keterangan :
∑ skor variabel pemberian undangan = -70
Jumlah sub variabel pemberian undangan = 15
Jumlah responden = 27
Hasil skor variabel pemberian undangan = -0,16
(Pemberian undangan negatif yaitu 0,16 karena berada diantara 1,00 sampai dengan -0,33)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa pemberian undangan
mendapatkan respon negatif karena responden tidak memahami secara mendalam mengenai
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), seperti manfaat program, tujuan dari
dibuatnya Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).
5.4.2. Mengikuti Ketentuan Dan Syarat Pembayaran Simpanan Giropos
Pemberian skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat pada program ini
merupakan variabel kedua dalam mengukur respon. Hasil skor variabel pendaftaran (V2)
merupakan hasil rata – rata ∑ skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat : (hasil sub
variabel mengikuti ketentuan dan syarat dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel
mengikuti ketentuan dan syarat ada 8 sub variabel 9 (lihat lampiran). Sehingga rata – rata V2
pembayaran positif atau negatif dengan adanya batasan nilai pada skala likert yaitu sebagai
∑ skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat = 118
Jumlah sub variabel mengikuti ketentuan dan syarat = 8
Jumlah responden = 27
Hasil skor variabel mengikuti ketentuan dan syarat = 0,55
(Mengikuti ketentuan dan syarat positif yaitu, 0,55 karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa mengikuti ketentuan dan
syarat dalam program ini mendapatkan respon yang positif karena responden setuju untuk
ikut mengikuti ketentuan dan syarat yang telah ditetapkan oleh Tim Satgas PSKS dalam
proses pencairan dana tersebut.
5.4.3. Penguangan Dana Simpanan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)
Pemberian skor variabel penguangan dana simpanan program ini merupakan variabel
ketiga dalam mengukur respon. Hasil skor variabel penguangan dana simpanan (V3)
merupakan hasil rata – rata ∑ skor variabel penguangan dana simpanan : (hasil sub variabel
penguangan dana simpanan dikali jumlah responden). Jumlah sub variabel penguangan dana
Untuk mengetahui apakah penguangan dana simpanan tersebut termasuk dalam respon
positif atau negatif, maka dilakukan analisis dengan memberikan nilai 1 pada respon positif,
nilai 0 untuk respon netral, dan -1 untuk respon negatif, lalu dibagi dengan jumlah total
responden.
Hasil akhir dapat dilihat apakah penguangan dana simpanan positif atau negatif
dengan adanya batasan nilai pada skala likert yaitu sebagai berikut:
= 191 : ( 11 x 27 )
= 191 : 297
= 0,65
( Penguangan dana simpanan positif yaitu 0,65 karena berada diantara 0,33 sampai dengan 1)
Berdasarkan hasil skala likert tersebut dapat diketahui bahwa penguangan dana
simpanan mendapatkan respon positif, hal dikarenakan masyarakat penerima manfaat
program pada saat proses penguangan merasa bahwa tim atau petugas memberikan pelayanan
yang baik terhadap mereka, dan memberikan inforrmasi apabila ada masalah dalam proses
penguangan dana tersebut.
Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan skala likert,
maka dapat dilihat rata – rata respon secara keseluruhan dari penelitian respon masyarakat
terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera
Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan. Jadi, hasil pemberian undangan + mengikuti
ketentuan dan syarat + penguangan dana simpanan dibagi dengan banyak kelas yaitu :
Kelurahan Sei Kera Hilir II Kecamatan Medan Perjuangan adalah positif.
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, dapat dirumuskan hasil penelitian dalam bentuk
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari aspek pemberian undangan, hasil analisis data dapat diketahui bahwa pemberian
undangan kepada penerima manfaat program mendapatkan respon yang negatif dari
responden sebagai peserta Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Hal tersebut
dapat dilihat dari tidak tahunya pengetahuan penerima manfaat program secara mendalam
mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) tersebut, hal ini mungkin
dikarenakan tidak adanya sosialisasi dari pihak pelaksana program sebelum program ini
dilaksanakan dan hanya memberi tahu kepada penerima kapan jadwal pengambilan
bantuan melalui undangan.
2. Dari aspek mengikuti ketentuan dan syarat program, hasil analisis data dapat diketahui
bahwa mengikuti ketentuan dan syarat program mendapatkan respon positif dari
responden. Hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan responden tentang ketentuan dan
syarat program dan setuju dengan hal tersebut. Tujuannya adalah agar penerima manfaat
Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) ini dapat tepat sasaran dan sesuai dengan
data yang telah ditetapkan oleh tim pelaksana program.
manfaat program untuk memenuhi kebutuhannya.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disajikan sebelumnya, penulis mengajukan saran
sebagai berikut :
Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) kepada masyarakat yang kurang
mampu diharapkan kedepannya agar dapat berjalan dengan lebih baik lagi dalam hal
pengenalan program kepada masyarakat, misalnya dengan melakukan sosialisasi. Hal ini
bertujuan selain, mengenalkan masyarakat dengan bantuan program yang mereka terima,
masyarakat juga bisa ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan programnya secara langsung agar
masyarakat benar – benar mengetahui apa manfaat dari program tersebut, apa tujuannya dan
sebagainya, Sehingga masyarakat tidak hanya menerima dan menikmati hasil program, tetapi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Respon
Respons adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respons biasanya diujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme
menggunakan istilah respons yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respons adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respons dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Respons diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 10:28).
2.2 Persepsi
Menurut Leavie persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009).
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b. Interpretasi (penafsiran), yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.
c. Interpretasi dan persepsi kemudian deterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan yang nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi.
2.3 Sikap
Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain melalui perilaku. Sikap terbentuk melalui proses belajar (social learning), yaitu sumber pembentukan sikap pada diri individu adalah orang lain. Sikap positif adalah perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memerhatikan hal – hal yang positif dan mencerminkan seseorang yang memilikki kepercayaan diri yang baik. Sikap negatif adalah sesuatu yang menunjukkan ketidakramahan, ketidaksenangan dan tidak memilikki kepercayaan diri. Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, harus melihat ketiga komponen sikap, yaitu :
2.4 Partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan diyakini banyak pihak telah menjadi kata kunci dalam pengembangan pembangunan di era otonomi daerah sekarang ini. Pembangunan yang melibatkan partisipasi masyarakat ternyata telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi merupakan jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang memiliki hak sipil, politik dan social ekonomi masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, posisi tawar masyarakat di mata pemerintah menjadi meningkat, masyarakat tidak selalu di dikte dan di dominasi oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan atau keputusan dalam pembangunan lingkunganya namun selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaanya. Konsep partisipasi merupakan suatu konsep yang luas, dan penting, karena salah satu indikator keberhasilan suatu pembangunan adalah adanya partisipasi masyarakat penerima program.
2.5 Kemiskinan
2.5.1 Pengertian Kemiskinan
2.5.2 Gejala-Gejala Kemiskinan
Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlakukan data yang lengkap dan valid. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan menggunakan pengukuran yang teruji. Melalui cara dan upaya demikian akan diperoleh kesimpulan yang pasti tentang kemiskinan itu. Upaya seperti ini menuntut waktu yang panjang, bahkan tenaga maupun dana yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat sedikit pihak yang melakukannya.
Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti :
1. Kondisi kepemilikan faktor produksi.
Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak. 2. Angka ketergantungan penduduk.
Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum : Orang hanya akan memilikki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan dalam masyarakat atau keluarga sangat tinggi.
kerja yang kecil seperti Indonesia. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil.
3. Kekurangan gizi.
Pendapatan bagaikan paspor bagi setiap orang untuk memasuki hidup yang layak. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hirakhis, mulai dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok.
Laporan dari berbagai institusi seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status gizi masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adanya wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu.
4. Pendidikan yang rendah.
pun membutuhkan inovasi dalam rangka mempertahankan, terlebih meningkatkan produktivitas. Harus diakui, berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan kualitas dan tingkat yang tinggi (Siagian, 2012: 15).
2.5.3 Jenis-Jenis Kemiskinan 1. Kemiskinan Absolut
Istilah atau jenis kemiskinan absolut dikenal juga jika kita mengidentifikasi kemiskinan berdasarkan bagaimana kita mengkaji kemiskinan tersebut. Lebih luas lagi, tinjauan konsep kemiskinan dari sudut bagaimana kita memandang atau mengkaji kemiskinan tersebut akan mengenalkan kita pada dua jenis kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi, dimana seseorang atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memilikki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih dari itu kondisi kehidupan seseorang atau sekelompok orang itu sedemikian rupa sehingga secara fisik mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu tidak mampu melakukan aktivitas yang wajar.
2. Kemiskinan Relatif
kelompok lain. Kajian komparatif juga dapat dilakukan antara kehidupan seseorang dengan kelompoknya dimana ia menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Kajian jenis kemiskinan relatif sering didasarkan atas konsumsi rata-rata perkapita di suatu daerah. Sebagai contoh, jika konsumsi rata-rata disuatu desa Rp. 1.250.000 perorang perhari, maka seseorang atau sekelompok orang mengkonsumsi di bawah konsumsi rata-rata tersebut (Rp. 1.250.000) di identifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang miskin. Sebaliknya, seseorang atau sekelompok orang yang mengkonsumsi rata-rata di wilayah tersebut diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah kiranya kita pahami, bahwa penggunaan istilah kemiskinan relatif tersebut. Relatif berarti, bahwa identifikasi tersebut dibatasi sesuatu, tegasnya dibatasi oleh wilayah atau lingkungan. Dapat saja terjadi, dimana seseorang atau sekelompok orang yang bermukim di suatu kota dengan kondisi kehidupan tertentu, termasuk di dalamnya kuantitas dan kualitas konsumsi tertentu tergantung miskin. Namun dengan kondisi kehidupan yang sama, termasuk didalamnya dengan pendapatan yang sama maupun dengan kuantitas dan kualitas konsumsi yang sama pula, justru dapat saja diidentifikasi sebagai seseorang atau sekelompok orang yang tidak miskin jika mereka pindah atau bermukim di desa atau daerah lain, dimana konsumsi rata-rata masyarakat di sana lebih kecil dari Rp. 1.250.000.(Siagian, 2012: 49)
3. Kemiskinan Massa
manusia diwilayah itu tidak memadai. Kondisi seperti ini disebabkan minimnya potensi wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada umumnya wilayah-wilayah yang sangat terpencil menghadapi masalah kemiskinan massa. Keterpencilan wilayah dipastikan menghambat interaksi wilayah tersebut dengan wilayah sekitarnya, terlebih dengan wilayah dimana terdapat pusat-pusat pertumbuhan. Identik dengan seseorang tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bantuan dan kerja sama orang lain, maka suatu wilayah, seperti sebuah desa tidak akan mampu menyediakan seluruh kebutuhan masyarakat yang berdiam di wilayah atau desa itu.
4. Kemiskinan Non Massa
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kemiskinan non massa adalah kemiskinan yang dihadapi oleh segelintir orang. Memang asal muasal konsep kemiskinan non massa itu adalah terdapatnya segelintir atau sebagian kecil penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang serba kekurangan, kondisi mana mengakibatkan merekat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak sebagaimana seharusnya manusia mempunyai harkat dan martabat.
5. Kemiskinan Alamiah
orang tersebut akan teridentifikasi sebagai manusia atau masyarakat miskin. Hal ini disebabkan potensi alamiah dari lingkungan dimana mereka berada tidak cukup menopang kehidupan manusia itu, akibatnya seseorang atau sekelompok orang itu pun hidup dibawah kewajaran (Geertz, dalam Siagian, 2012: 57).
6. Kemiskinan Kultural
Kasus lain berlaku pada konsep kemiskinan kultural atau kemiskinan budaya. Dalam kasus ini, budaya diidentifikasi sebagai faktor penyebab terjadinya kemiskinan tersebut. Sangat banyak pendapat yang berkenaan dengan kemiskinan budaya. Hal mana merupakan konsekwensi logis dari fakta, bahwa membicarakan budaya sesungguhnya kita telah memasuki wilayah dengan unsur-unsur yang sangat sensitif dan sangat berpeluang menimbulkan polemik.
Namun demikian, tentu ada satu kepastian, bahwa semua orang menginginkan hidup yang baik, layak dan sejahtera. Sementara itu budaya dengan segala faktor-faktor yang terkait di sana justru akumulasi dari berbagai unsur yang kehadirannya justru bersifat kontra produktif dengan upaya mempertahankan hidup.