GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PAP SMEAR
DI KELURAHAN SEI KERA HILIR II MEDAN
TAHUN 2010
Oleh :
SYLVIA YOUVELLA
070100053
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PAP SMEAR
DI KELURAHAN SEI KERA HILIR II MEDAN
TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
SYLVIA YOUVELLA
070100053
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II
Medan Tahun 2010
Nama : Sylvia Youvella
NIM : 070100053
Pembimbing Penguji I
(dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG.) (dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ)
NIP: 19800114 200312 2 002 NIP: 19720501 199903 2 004
Penguji II
(dr. Almaycano Ginting, M.Kes)
NIP: 19750524 200312 1 001
Medan, Desember 2010
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)
ABSTRAK
Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar 50-60%. Namun, di Indonesia tercatat hanya 5% penduduk wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kekurangan pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Sampel diambil dengan metode cluster random
sampling. Kemudian sampel didistribusikan secara merata. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science).
Dari 97 responden, sebanyak 6,2% responden memiliki pengetahuan baik, sedangkan 83,5% responden memiliki pengetahuan sedang, dan sebanyak 10,3% memiliki pengetahuan kurang. Kelompok terbesar responden yaitu kelompok usia 46-50 tahun (22,7%) dan kelompok pendidikan tinggi (47,4%).
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II yang berusia 21-55 tahun tentang Pap Smear berada pada kategori sedang (83,5%).
ABSTRACT
Pap Smear is one of the method for cervical cancer screenig which is efficacious, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced around 46-76% and the mortality has been decreased around 50-60%. Nevertheless, there are only 5% of women population in Indonesia who have had regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear. This study aimed to know the married women’s knowledge about Pap Smear.
This is descriptive observation study done throughly cross sectional design method. The amount of the subjects was 97 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaires are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program.
From 97 respondents, 6,2% had good knowledge, 83,5% had medium knowledge, and 10,3% respondents had poor knowledge. Most of all respondents were 46-50 years old (22,7%) and high education level (47,4%).
Result of this study indicates that the knowledge of married women aged 21-55 years old at Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan on Pap Smear is in medium category (83,5 %).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini. Adapun laporan hasil penelitian ini
disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak
lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan, dan
nasehat-nasehat. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dosen pembimbing saya yaitu dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG.
3. Dosen penguji saya yaitu dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ dan dr. Almaycano
Ginting, M.Kes.
4. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan
Komunitas (IKK).
5. Seluruh staf di Kecamatan Medan Perjuangan dan Kelurahan Sei Kera Hilir II
yang terlibat.
6. Keluarga dan teman-teman saya Stefani Tania, Ade Irma, Delfina, Andhika
Pradana, Roveny, Indri Maria Benazir, Anggita Dwi Puteri Rangkuti, Ayuca
Zarry, dan Rizka Ariani.
Adapun penelitian ini berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap
Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010”. Semoga penelitian ini
dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
Saya menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini.
Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis, almamater, para bidan dan dosen serta
pihak-pihak yang berkepentingan.
Medan, Desember 2010
Penulis
Sylvia Youvella
DAFTAR ISI
2.1.3. Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear ………. 6
2.1.4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear ………. 7
2.1.5. Interpretasi Hasil Pap Smear ………. 8
2.2.Kanker Serviks ………. 10
2.2.1. Definisi Kanker ………. 10
2.2.2. Definisi Kanker Serviks ……… 10
2.2.3. Etiologi Kanker Serviks ……… 11
2.2.4. Faktor Resiko Kanker Serviks ……….. 11
2.2.6. Gejala dan Tanda Klinis Kanker Serviks ……….. 13
2.2.7. Pencegahan Kanker Serviks ………. 15
2.3.Pengetahuan ………. 16
2.3.1. Definisi Pengetahuan ……… 16
2.3.2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pengetahuan ……….. 16
2.3.3. Pengetahuan dan Perilaku ………. 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ……… 19
3.1.Kerangka Konsep Penelitian ……… 19
3.2.Definisi Operasional ………. 19
BAB 4 METODE PENELITIAN ………. 21
4.1.Jenis Penelitian ………. 21
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 21
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ……… 21
4.4.Metode Pengumpulan Data ……….. 23
4.5.Metode Pengolahan dan Analisis Data ………. 24
4.6.Ethical Clearance ……….. 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 25
5.1.Hasil Penelitian ………. 25
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 25
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ……….. 26
5.1.3. Hasil Analisis Data ………... 27
5.2.Pembahasan ……….. 32
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 35
6.1.Kesimpulan ………... 35
a. Saran ………. 36
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 24
5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan usia, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan,
2010
26
5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera
Hilir II Medan, 2010
27
5.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden
tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II
Medan, 2010
28
5.4 Distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden
tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II
Medan, 2010
28
5.5 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan
karakteristik kelompok usia, Kelurahan Sei Kera Hilir
II Medan, 2010
30
5.6 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan
karakteristik tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera
Hilir II Medan, 2010
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Ethical Clearance
Lampiran 4. Lembar Penjelasan (Inform Consent)
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian
ABSTRAK
Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar 50-60%. Namun, di Indonesia tercatat hanya 5% penduduk wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kekurangan pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear.
Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Sampel diambil dengan metode cluster random
sampling. Kemudian sampel didistribusikan secara merata. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science).
Dari 97 responden, sebanyak 6,2% responden memiliki pengetahuan baik, sedangkan 83,5% responden memiliki pengetahuan sedang, dan sebanyak 10,3% memiliki pengetahuan kurang. Kelompok terbesar responden yaitu kelompok usia 46-50 tahun (22,7%) dan kelompok pendidikan tinggi (47,4%).
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II yang berusia 21-55 tahun tentang Pap Smear berada pada kategori sedang (83,5%).
ABSTRACT
Pap Smear is one of the method for cervical cancer screenig which is efficacious, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced around 46-76% and the mortality has been decreased around 50-60%. Nevertheless, there are only 5% of women population in Indonesia who have had regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear. This study aimed to know the married women’s knowledge about Pap Smear.
This is descriptive observation study done throughly cross sectional design method. The amount of the subjects was 97 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaires are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program.
From 97 respondents, 6,2% had good knowledge, 83,5% had medium knowledge, and 10,3% respondents had poor knowledge. Most of all respondents were 46-50 years old (22,7%) and high education level (47,4%).
Result of this study indicates that the knowledge of married women aged 21-55 years old at Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan on Pap Smear is in medium category (83,5 %).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karsinoma serviks merupakan kanker genitalia kedua yang paling sering
pada wanita dan yang utama bertanggung jawab untuk kematian akibat kanker
pada wanita di negara-negara berkembang. Diperkirakan 500.000 kasus kanker
serviks didiagnosis setiap tahun di dunia (Garcia, 2009).
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua
setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara berkembang masih menempati
urutan pertama sebagai penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita usia
reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang (Edianto, 2006).
American Cancer Society memprediksi 11.270 kasus baru kanker serviks
didiagnosis di Amerika Serikat tahun 2009 dan lebih dari 50.000 kasus baru
kanker serviks akan didiagnosis setiap tahunnya, dengan angka kematian
mencapai 4.070.
Menurut Rasjidi (2008), diperkirakan 40.000 kasus karsinoma serviks uteri
terjadi di Indonesia setiap tahun.
Cara yang terbukti mencegah kanker serviks adalah dengan skrining untuk
menemukan lesi pre-kanker sebelum menjadi kanker invasif (American Cancer
Society, 2009). Faktanya, semua penelitian di dunia menunjukkan bahwa skrining
untuk kanker serviks tidak hanya menurunkan angka kematian tapi juga
menurunkan insidensi (Creasman, 2007).
Pada sebagian negara di dunia, insidensi kanker serviks menurun sejak
tahun 1960 karena adanya program deteksi dini kanker serviks (Kampono, 2006).
dan kasusnya menurun secara drastis semenjak diperkenalkannya teknik skrining
Pap Smear oleh Papanikolau (Edianto, 2006).
Tes Pap atau Pap Smear merupakan skrining yang paling lazim dilakukan
(American Cancer Society, 2009). Uji Pap Smear telah menurunkan angka
kematian akibat kanker serviks secara signifikan di Amerika Serikat, dengan
angka kematian menurun 70% dari tahun 1950-1970 dan 40% dari tahun
1970-1995 (Hillegas, 2006). Besarnya penurunan mortalitas pada kanker serviks
berhubungan langsung dengan proporsi dari populasi yang telah melakukan
skrining (Creasman, 2007).
American Cancer Society (2009) merekomendasikan agar wanita melakukan
skrining Pap Smear 3 tahun setelah koitus pertamanya. Selain itu, wanita yang
berusia kurang dari 30 tahun disarankan melakukan tes setiap 3 tahun. Sebagian
besar kanker serviks invasif ditemukan pada wanita yang tidak melakukan tes Pap
Smear secara rutin.
Hal terpenting dalam menghadapi kasus kanker serviks adalah
mendiagnosis sedini mungkin agar dapat memberikan terapi yang efektif. Namun,
hingga saat ini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang.
Maka mudah dipahami mengapa insidensi kanker serviks ini masih tetap tinggi.
Wanita-wanita usia produktif tidak memiliki pengetahuan tentang pap smear
sehingga tidak memiliki kesadaran untuk memeriksakan dirinya. Untuk itu, perlu
diketahui sejauh mana pengetahuan wanita mengenai Pap Smear sebagai langkah
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian ringkas latar belakang di atas, menjadi dasar bagi
peneliti untuk merumuskan masalah penelitian berikut:
Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear di Kelurahan Sei
Kera Hilir II Medan tahun 2010.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear di Kelurahan
Sei Kera Hilir II Medan tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan terhadap
pentingnya Pap Smear sesuai dengan karakteristik usia dan tingkat pendidikan.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memahami manfaat dan prosedur pemeriksaan Pap
Smear sehingga diharapkan cakupan Pap Smear dapat ditingkatkan dan angka
kesakitan serta angka kematian akibat kanker serviks dapat menurun.
1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan
Data dan informasi dari hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh petugas
kesehatan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan
merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menindaklanjuti hasil
penelitian ini, baik berupa advokasi, sosialisasi, maupun edukasi.
1.4.3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan peneliti mengenai pemeriksaan Pap Smear dan
mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian serta melatih
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pap Smear
2.1.1. Definisi Pap Smear
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk
melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio
(displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto,
Sulistyanto, 2008).
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari
leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan
tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk
mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda,
2009).
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa
dilakukan setiap saat, kecuali pada saat haid (Dalimartha, 2004).
Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George
Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943
(Purwoto & Nuranna, 2002).
2.1.2. Manfaat Pap Smear
Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring
(skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini
sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih
Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga
lesi dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, &
Cotran, 2007).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut
(Manuaba, 2005):
a. Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus
endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b. Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah
mendapat kemoterapi dan radiasai.
c. Interpretasi hormonal wanita
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau
tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan
kemungkunan keguguran pada hamil muda.
d. Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai
infeksi bakteri dan jamur.
2.1.3. Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear
American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita
sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap
Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan
hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3
Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan
melakukan tes Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani
histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau
skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989)
dalam Feig (2001), merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah
usia 18 yahun atau setelah aktif secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu
pemeriksaan fisik pelvik normal, interval skrining dapat diperpanjang, kecuali
pada wanita yang memiliki partner seksual lebih dari satu.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat
melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada
pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan
tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau
menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan
hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani,
1996).
2.1.4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear
Menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), dan Rasjidi (2008),
prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:
1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor
bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan
alkohol 95%.
2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.
3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior,
4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.
5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari
arah jam 12 dan diputar 360˚ searah jarum jam.
6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah
diberi tanda dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.
7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli
patologi anatomi.
2.1.5. Interpretasi Hasil Pap Smear
Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap
Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN),
dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas
(Saviano, 1993), yaitu:
a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.
b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi
adanya keganasan.
c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan
sampai sedang.
d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di
Amerika Serikat (Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan
hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):
a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada
kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah
melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah
melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda
2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):
1. Sel skua mosa
a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
d. Squamous Cells Carcinoma
2. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
2.1. Kanker Serviks 2.2.1. Definisi Kanker
Kanker berasal dari kata Latin untuk kepiting — tumor melekat erat ke
semua permukaan yang dipijaknya, seperti kepiting (Kumar, Cotran, & Robbin,
2007).
Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma
ganas. Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru, yaitu massa abnormal
dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel
normal, namun selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh
derajat otonomi tertentu yaitu tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi
dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat tidak bergantung pada
pengawasan homeostasis sebagian besar sel tubuh lainnya (Wilson, 2005).
2.2.2. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
2.2.3. Etiologi Kanker Serviks
Penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui (Mardjikoen,
2007). Namun HPV (Human papilomavirus) dapat ditemukan pada 85-90% lesi
pra-kanker dan neoplasma invasif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Menurut Crum, Lester, & Cotran (2007), HPV yang menginfeksi serviks
uterus terdiri dari dua kategori, yaitu tipe risiko rendah (6, 11, 42, dan 44) dan tipe
risiko tinggi (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59). HPV tipe risiko tinggi
ditemukan pada 50-80% kasus SIL dan 90% kanker invasif. Sedangkan HPV tipe
risiko rendah ditemukan pada Low-Grade SIL (Garcia, 2009).
Tipe virus risiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein
E6 dan E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel
serviks. P53 dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat
kelangsungan siklus sel. Degan tidak aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah
bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa harus
memperbaiki kelainan DNA-nya (Edianto, 2006).
Penyebaran virus ini terutama secara kontak langsung melalui hubungan
seksual (Edianto, 2006).
2.2.3. Faktor Risiko Kanker Serviks
Meskipun banyak wanita mengandung HPV, hanya sebagian yang
menderita kanker serviks. Ini mengisyaratkan bahwa faktor lain berperan pada
risiko kanker. Faktor risiko penting terjadinya kanker invasif pada serviks adalah
usia dini saat mulai berhubungan kelamin (di bawah usia 16 tahun), memiliki
banyak pasangan seksual, pasangan seksual memiliki riwayat banyak memiliki
pasangan seksual, merokok, imunodefisiensi eksogen atau endogen, dan infeksi
Insidensi karsinoma in situ meningkat sekitar lima kali lipat pada
perempuan yang terinfeksi oleh virus imunodefisensi manusia jika dibandingkan
dengan kontrol (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Wanita perokok memiliki risiko dua kali lipat terhadap kanker serviks
dibandingkan dengan wanita bukan perokok (Dalimartha, 2004). Bahan
karsinogenik spesifik dari tembakau seperti nikotin dijumpai dalam lendir serviks
wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama
dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi malignansi (Edianto, 2006).
Kanker serviks jarang ditemukan pada perawan dan pada wanita yang
pasangan seksualnya telah disirkumsisi. Insideni kanker serviks lebih tinggi pada
mereka yang menikah daripada yang tidak menikah dan pada wanita dengan
tingkat sosial ekonomi rendah. Selain itu insidensinya juga meningkat dengan
tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat (Mardjikoen,
2007).
Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan
dengan pemakaian kontrasepsi oral. Namun, penemuan ini hasilnya tidak selalu
konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko ini.
Beberapa studi yang lebih lanjut memerlukan konfirmasi atau menyangkal
observasi mengenai kontrasepsi oral ini (Rasjidi, Irwanto, & Wicaksono, 2008).
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat
dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin
juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya
2.2.4. Perkembangan Kanker Serviks
Kanker serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks
(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar
junction (Mardjikoen, 2005). Daerah ini disebut juga zona transformasi (Putra &
Moegni, 2006).
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasia (erosi)
akibat saling mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi (Mardjikoen, 2005).
Pemahaman tentang metaplasia skuamosa merupakan kunci pemahaman konsep
dari zona transformasi dan karsinogenesis serviks (Putra & Moegni, 2006).
Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif dapat berubah menjadi
patologis (displastik) menjadi tingkatan CIN I, CIN II, dan CIN II, dan karsinoma
in situ untuk kemudian akhirnya menjadi karsinoma invasif (Mardjikoen, 2005).
Periode laten dari CIN I sampai dengan karsinoma in situ tergantung daya
tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra-invasif berkisar antara 3-20 tahun
(Mardjikoen, 2005).
Karsinoma serviks tersering adalah karsinoma sel skuamosa (75%), diikuti
oleh adenokarsinoma dan karsinoma adenoskuamosa (20%), serta karsinoma
neuroendokrin sel kecil (kurang dari 5%).
2.2.5. Gejala dan Tanda Klinis Kanker Serviks
Menurut Feig (2001), simptom kanker serviks menjadi jelas terlihat saat
lesi servikal berada pada ukuran sedang, yaitu seperti cauliflower.
Simptom kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Feig, 2001) :
a. Tahap Awal
- Pendarahan vagina yang ireguler atau berkepanjangan
- Pink discharge
- Pendarahan pasca koitus atau brownish discharge
b. Tahap Pertengahan
- Pendarahan pasca defekasi
- Disuria atau hematuria
c. Tahap Lanjut
- Penurunan berat badan
- Pendarahan, discharge berbau busuk
- Nyeri hebat, penyebaran ke pleksus sakralis.
Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang
agak banyak dan kadang-kadang disertai bercak pendarahan (Edianto, 2006).
Pendarahan abnormal vagina ini merupakan simptom yang paling sering terjadi
pada kanker serviks invasif. Pendarahan dapat terjadi pasca koitus, intermenstrual,
atau pasca menopause (Hacker, 2004).
Tanda yang lebih klasik adalah bercak pendarahan yang berulang, atau
bercak pendarahan setelah bersetubuh atau membersihkan vagina (Edianto, 2006).
Anemia akan menyertai sebagai akibat pendarahan pervaginam yang berulang
(Mardjikoen, 2007).
Perdarahan spontan saat defekasi terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik
Pada kanker serviks juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau
terutama dengan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan
tumor yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembuluh darah agar
mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak
sedap dan reaksi peradangan nonspesifik (Edianto, 2006).
Pada stadium lanjut dapat ditemui nyeri yang menjalar ke pinggul atau
kaki ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di
rongga pelvis seperti ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa
penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, sulit berkemih, dan konstipasi
(Edianto, 2006).
Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita meninggal akibat
pendarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal akibat infiltrasi tumor ke ureter
sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total
(Mardjikoen, 2007).
2.2.6. Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Sukardja,
2000) :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan
kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses
karsinogenesis. Pencegahan primer juga dapat dilakukan dengan menghindari
berbagai faktor risiko, seperti dengan menunda aktivitas seksual sampai usia
20 tahun, berhubungan secara monogami, serta penggunaan vaksin HPV
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker
serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.
Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini seperti Pap Smear,
kolposkopi, servikografi, Pap net, dan inspeksi visual dengan asam asetat
(IVA).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan pencegahan komplikasi klinik ndan kematian.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan yang tepat
berupa operasi, kemoterapi, atau radioterapi.
2.2. Pengetahuan
2.3.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Suhartono, 2005).
2.3.2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
b. Media
Media adalah sasaran yang dapat dipergunakan oleh seseorang dalam
memperoleh pengetahuan, contohnya televisi, radio, koran, dan majalah.
c. Paparan Informasi
Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan
sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
2.3.3. Pengetahuan dan Perilaku
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Notoatmodjo (1996), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension),
aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi
(evaluation).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan
bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni awareness, interest,
evaluation, trial, dan adoption.
Pada tahap awareness (kesadaran), seseorang menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Selanjutnya orang tersebut mulai
tertarik (interest) kepada stimulus. Tahap selanjutnya yaitu evaluation, dimana
orang tersebut menimbang-nimbang baik dan buruknya stimulus tersebut terhadap
akhir, yaitu adoption, individu tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun pada penelitian Rogers selanjutnya menyimpulkan bahwa
perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian adalah:
Pengetahuan Ibu Pap Smear
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
3.2.Definisi Operasional
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh responden mengenai
pengertian, manfaat, tujuan, sasaran, petunjuk, dan prosedur pemeriksaan Pap
Smear.
Ibu adalah wanita yang telah menikah.
Pap Smear adalah pemeriksaan skrining untuk mendeteksi dini kanker
serviks.
Penilaian tingkat pengetahuan responden mengenai Pap Smear berdasarkan
jawaban dari pertanyaan yang diberikan responden melalui kuesioner dengan
menggunakan sistem scoring. Menurut Arikunto (2007), pengetahuan responden
mengenai Pap Smear dinilai dari 11 pertanyaan yang diajukan dengan skor 1
untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Penilaian terhadap
a. Skor 9-11 : pengetahuan baik
b. Skor 5-8 : pengetahuan sedang
c. Skor 0-4 : pengetahuan kurang
Kelompok usia merupakan usia responden yang dikategorikan berdasarkan
cara penyusunan distribusi frekuensi data kuantitatif. Setelah dilakukan
perhitungan, didapatkan 7 kelompok usia dengan interval setiap kelas sebesar 5.
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang dijalani oleh
responden sampai tamat. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi:
a. Rendah : responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat.
b. Sedang : responden tamat SMP sederajat.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.7. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain
cross sectional.
4.8. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelurahan Sei Kera Hilir II Medan. Adapun
pertimbangan memilih lokasi tersebut adalah bahwa karakteristik ibu yang ada di
kelurahan tersebut relatif memadai untuk dijadikan sampel penelitian.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010, dilanjutkan
dengan pengolahan dan analisis data.
4.9. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang telah menikah.
Populasi terjangkau adalah ibu-ibu yang telah menikah yang merupakan penduduk
di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan selama tahun 2010.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang telah menikah yang
Kriterian inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan berusia 21-55 tahun yang telah
menikah.
2. Tidak buta huruf.
3. Ibu bersedia berpartisipasi.
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu yang bertempat tinggal di
Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan berusia 21-55 tahun yang termasuk dalam
kriteria inklusi namun tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
Perhitungan besar sampel penelitian ini diperoleh berdasarkan besar
populasi yang dihitung dengan menggunakan rumus (Sastroasmoro, 2010) :
n : besar sampel minimum
: nilai distribusi normal baku pada α tertentu. Dalam penelitian ini tingkat
kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95%, sehingga nilai adalah
1,96.
P : harga proporsi di populasi, dalam penelitian ini 0,5.
Q : (1-P)
d : tingkat ketepatan (absolut) yang dikehendaki, dalam penelitian ini
diambil 10%, sehingga nilai d adalah 0,1.
n = Zα².P.Q
Berdasarkan rumus di atas, didapat jumlah sampel minimal penelitian ini
adalah 97 sampel.
Sampel diambil dengan metode cluster random sampling yang dilakukan
dengan cara membagi jumlah sampel secara merata ke dalam setiap 15 lingkungan
di Kelurahan Sei Kera Hilir II secara acak (Notoatmodjo, 2005).
4.10. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden yang
dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pemerintah di Kelurahan Sei Kera Hilir II,
Kecamatan Medan Perjuangan, Kotamadya Medan.
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji
Cronbach (Cronbach Alpha) dengan bantuan program SPSS.
Sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini diambil di
Kelurahan Sei Krea Hilir I, Kecamatan Medan Perjuangan dengan jumlah sampel
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Variabel Nomor Pertanyaan
Total Pearson
Correlation Status Alpha Status
Pengetahuan 1
4.11. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan dianalisis secara statistik deskriptif
dengan mean atau rerata (data numerik) serta persentase (data kategorik). Hasil
pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS.
4.12. Ethical Clearance
Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui oleh Ketua Komisi Etik Penelitian
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan. Kelurahan
Sei Kera Hilir II adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Perjuangan.
Luas Kecamatan Medan Perjuangan adalah sebesar 250 Ha yang terbagi dalam 9
kelurahan. Berdasarkan letak geografisnya, Kecamatan Medan Perjuangan
memiliki batas sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Area
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekretariat Kecamatan Medan
Perjuangan tahun 2010, jumlah penduduk di Kecamatan tersebut adalah 124.000
jiwa, yang terdiri dari 59.000 orang pria dan 65.000 orang wanita.
Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki luas wilayah 44 Ha dengan
kepadatan penduduk sebesar 167 jiwa/km². Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki
penduduk berjumlah 7.403 jiwa dengan 50,7% yaitu sebanyak 3756 orang adalah
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian ini mengikutsertakan 97 responden. Gambaran karakteristik
keseluruhan responden ditinjau dari segi usia dan tingkat pendidikan setiap
responden yang terlibat.
Ditinjau dari usia, nilai tengah (median) dari usia responden pada
penelitian ini adalah 41 tahun dengan rentang usia berada di antara 21 tahun dan
55 tahun. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ini dapat dilihat pada
tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010
Kelompok Usia Jumlah Persentasi(%)
21-25 4 4,1
26-30 9 9,3
31-35 16 16,5
36-40 17 17,5
41-45 21 21,7
46-50 22 22,7
51-55 8 8,2
Total 97 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia terbesar adalah pada
usia terrendah adalah pada rentang usia 21-25 tahun, yaitu sebanyak 4 orang
(4,1%).
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikannya
dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasi(%)
Rendah 22 22,7
Sedang 29 29,9
Tinggi 46 47,4
Total 97 100
Dari tabel 5.2 di atas terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
responden tergolong pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
yaitu sebanyak 46 orang (47,4%). Kelompok yang terendah adalah responden
dengan tingkat pendidikan rendah, yaitu 22 orang (22,7%). Sedangkan sisanya
yaitu 22,9% sebanyak 29 orang memiliki tingkat pendidikan sedang.
5.1.3. Hasil Analisis Data
Hasil pengujian terhadap pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II
mengenai Pap Smear yang diukur dengan menggunakan kuesioner dituangkan ke
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010
Variabel Kategori f Persentasi(%)
Pengetahuan Kurang
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang memiliki
persentase paling besar adalah tingkat pengetahuan dengan kategori sedang, yaitu
sebanyak 81 orang (83,5%). Sedangkan tingkat pengetahuan yang memiliki
persentase paling kecil adalah tingkat pengetahuan dengan kategori baik, yaitu
sebanyak 6 orang (6,2%).
Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden tentang
Pap Smear lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010
Tenaga kesehatan yang mampu melakukan
pemeriksaan Pap Smear
11 11,3 86 88,7
Usia melakukan pemeriksaan Pap Smear 67 69,1 30 30,9
Pap smear sebaiknya diulang setiap 1
tahun sekali
68 70,1 29 29,9
Sebaiknya tidak sedang menstruasi saat
melakukan pemeriksaan Pap Smear
88 90,7 9 9,3
Tidak boleh mencuci bagian kewanitaan
sebelum melakukan Pap Smear
8 8,2 89 91,8
Tidak boleh melakukan hubungan seksual
minimal 1 hari sebelum melakuka n
pemeriksaan Pap Smear
61 62,9 36 37,1
Berdasarkan tabel 5.4 di atas terlihat bahwa 91,8% responden mengetahui
tentang pengertian dan tujuan pemeriksaan Pap Smear. Selain itu, terdapat 60,8%
responden yang mengetahui tentang dimana tempat yang dapat melakukan
pemeriksaan Pap Smear. Namun, responden yang mengetahui tentang tenaga
kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan Pap Smear hanya berjumlah
11,3%. Sebanyak 69,1% responden mengetahui tentang usia terbaik untuk
melakukan pemeriksaan Pap Smear dan 70,1% responden mengetahui bahwa
pemeriksaan Pap Smear sebaiknya diulang setiap 1 tahun sekali. Sebanyak 90,7%
responden mengetahui bahwa sebaiknya tidak sedang menstruasi saat akan
melakukan pemeriksaan Pap Smear. Mengenai persiapan sebelum melakukan
pemeriksaan Pap Smear, hanya 8,2% ibu mengetahui bahwa ibu tidak boleh
mencuci bagian kewanitaannya sebelum melakukan tes Pap Smear dan sebanyak
62,9% responden mengetahui bahwa minimal 1 hari sebelum pemeriksaan tidak
Berdasarkan karakteristik kelompok usia responden, distribusi frekuensi
hasil pengujian tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang
Pap Smear dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.5 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik kelompok usia, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010
Kelompok Usia
Tingkat Pengetahuan
Total
Baik Sedang Kurang
f % f % f %
21-25 0 0 4 4,9 0 0 4
26-30 0 0 9 11,1 0 0 9
31-35 1 16,7 13 16 2 20 16
36-40 1 16,7 14 17,3 2 20 17
41-45 1 16,7 19 23,5 1 10 21
46-50 3 50 17 21 2 20 22
51-55 0 0 5 6,2 3 30 8
Total 6 100 81 100 10 100 97
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi terbesar yaitu 50%
responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai Pap Smear berada pada
kelompok usia 46-50 tahun. Sedangkan tingkat pengetahuan sedang, mayoritas
dengan tingkat pengetahuan kurang sebagian besar berada pada kelompok usia
51-55 tahun, yaitu sebesar 30%.
Sedangkan berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan responden,
distribusi frekuensi hasil pengujian tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera
Hilir II tentang Pap Smear dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Total
Baik Sedang Kurang
f % f % f %
Rendah 0 0 15 18,5 7 70 22
Sedang 0 0 27 33,3 2 20 29
Tinggi 6 100 39 48,2 1 10 46
Total 6 100 81 100 10 100 97
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan
pengetahuan baik memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak 100%.
Responden yang berpengetahuan sedang yaitu sebesar 48,2% juga berasal dari
kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi. Sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan kurang paling banyak berada pada kelompok dengan pendidikan
5.2. Pembahasan
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur tingkat pengetahuan responden
ibu-ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan tentang Pap Smear kepada 97 responden
yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dengan menggunakan kuesioner. Karena
menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata
pengetahuan responden di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang Pap Smear
sebagian besar (83,5%) masih tergolong cukup (tabel 5.3). Sedangkan ibu dengan
pengetahuan baik hanya 6,2% dari 97 responden dan sisanya yaitu 10,3%
memiliki pengetahuan kurang.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Octavia (2009) di Kelurahan Petisah
Tengah Medan, dimana persentase paling besar yaitu ibu dengan pengetahuan
cukup (62,7%). Sedangkan responden berpengetahuan baik dan buruk
berturut-turut adalah 5,5% dan 31,8%.
Hal ini sedikit berbeda dengan hasil yang didapat pada penelitian yang
dilakukan oleh Moegni (2006) di poliklinik Kebidanan RSUPN-CM. pada
penelitian tersebut didapatkan bahwa hanya 2,9% responden yang memiliki
pengetahuan baik, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan sedang
21,6% dan pengetahuan buruk 75,5%.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Darnindro, dkk (2006) di Rumah
Susun Klender Jakarta juga mendapatkan hasil yang serupa dimana sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang kurang memadai mengenai Pap Smear
(46,7%). Sementara, 40,2% responden memiliki pengetahuan yang cukup dan
hanya 13,1% responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai Pap
Smear.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di luar negeri seperti Istanbul,
Turki oleh Ilter, dkk (2010) terhadap wanita usia 19-53 tahun dimana 70% dari
Perbedaan berbagai hasil penelitian di atas mungkin disebabkan oleh
perbedaan tinggi rendahnya arus informasi yang diterima oleh masyarakat di
masing-masing daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekanto (2000) dalam
Nuzuliana (2009), dimana pengetahuan dapat dipengaruhi oleh jumlah informasi
yang diterima seseorang baik lisan maupun tertulis dan pengalaman seseorang.
Pengetahuan dapat diperoleh dari fakta (kenyataan) dengan melihat,
mendengarkan TV, radio dan sebagainya. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pengalaman berdasarkan pikiran kritis.
Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya
pemeriksaan pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya
informasi, tingkat kewaspadaan masyarakat serta pengetahuan yang rendah
terhadap upaya skrining kanker serviks, hal itu ditandai dengan rekapitulasi
jawaban pengetahuan responden mengenai Pap Smear.
Distribusi tingkat pengetahuan ibu berdasarkan karakteristik usia pada
penelitian ini didapatkan bahwa proporsi usia ibu terbanyak pada kategori tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 50% berada pada rentang usia 46-50 tahun.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2009) di
Kelurahan Petisah Tengah.
Hasil ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita Indonesia
dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin sebelum memasuki
usia beresiko tinggi.
Sesuai distribusi tingkat pengetahuan responden di Kelurahan Sei Kera Hilir
II tentang Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, diperoleh
bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik mengenai Pap Smear
seluruhnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Selain itu, pada penelitian
yang dilakukan oleh Nuzuliana (2009), responden yang memiliki pengetahuan
baik, 54,6% di antaranya memiliki pendidikan tinggi, 38,6% dengan pendidikan
sedang, dan 6,8% memiliki pendidikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin baik tingkat
Namun pada uji statistik yang dilakukan oleh Darnindro, dkk (2006) di
Rumah Susun Klender Jakarta menunjukan hubungan tidak bermakna antara
tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai Pap Smear. Tingkat
pengetahuan baik paling besar didapatkan pada kelompok responden dengan
tingkat pendidikan rendah. Sementara, tingkat pengetahuan kurang paling besar
didapatkan pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan tinggi.
Hal ini menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan seseorang tentang Pap
Smear tidak selalu dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Tingkat pengetahuan
ibu lebih dipengaruhi oleh seberapa banyak paparannya terhadap informasi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang Pap Smear
sebanyak 6 orang (6,2%) dikategorikan sebagai pengetahuan baik, sedangkan
81 orang (83,5%) dikategorikan sebagai pengetahuan sedang, dan sebanyak
10 orang (10,3%) dikategorikan sebagai pengetahuan kurang.
2. Berdasarkan karakteristik usia responden, ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II
dengan pengetahuan baik mengenai Pap Smear yaitu sebanyak 3 orang (50%)
berada pada kelompok usia 46-50 tahun. Sementara ibu dengan pengetahuan
sedang, yaitu sebanyak 19 orang (23,5%) berada pada rentang usia 41-45
tahun dan 3 orang ibu (30%) yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari
kelompok usia 51-55 tahun.
3. Tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang Pap Smear
ditinjau dari tingkat pendidikannya menunjukkan bahwa ibu dengan
pengetahuan baik yaitu sebanyak 6 orang (100%) memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Sementara proporsi terbesar ibu yang memiliki
pengetahuan sedang berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi,
yaitu sebanyak 39 orang (48,2%). Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan
kurang, paling banyak memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu
6.2. Saran
1. Bila dilihat dari hasil penelitian ini, perlu dilakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II mengenai Pap
Smear. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan arus
informasi mengenai Pap Smear, baik melalui Puskesmas, dokter praktik
pribadi, media elektronik, brosur, maupun penyuluhan mengenai Pap Smear.
2. Peneliti berharap, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman
untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society, 2009. Cervical Cancer. Available from
Bhambhani, S., 1996. Gynecological Cytology Cervix. New Delhi: Interprint.
Creasman, W.T., 2007. Preinvasive Disease of The Cervix. In: Creasman, W.T.,
Disaia, P.J., ed. Clinical Gynecologic Oncology. Philadelphia: Elsevier, 1-5.
Crum, C.P., Lester, S.C., Cotran, R.S., 2007. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. In: Hartanto, H., et al., ed. Buku Ajar Patologi (vol. 2), 7th ed.
Jakarta: EGC. 767-770.
Dalimartha, S., 2004. Kanker Serviks. In: Dalimartha, S., ed. Deteksi Dini Kanker
& Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya, 14-18.
Darnindro, N., et al. 2006. Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah
Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta. Available from
Diananda, R., 2009. Kanker Serviks: Sebuah Peringatan Buat Wanita. In:
Diananda, R. Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahari, 43-60.
Edianto, D., 2006. Kanker Serviks. In: Aziz, M.F., Andrijono, Saifuddin, A.B.,
ed. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 442-454.
Feig, R.L., et al., 2001. First Aid For The Obstetrics & Gynecology Clerkship.
Garcia, A.A., 2009. Cervical Cancer. University of Southern California.
Available from
[Accessed 25 March 2010]
Hacker, N.F., 2005. Cervical Cancer. In: Berek, J.S. & Hacker, N.F., ed. Practical
Gynecologic Oncology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 337-338.
Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H.,
et al, ed. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (vol.2), 6th ed.
Jakarta: EGC, 1295-1297.
Ilter, E., et al. 2010. Women's knowledge of Pap smear test and human
papillomavirus: acceptance of HPV vaccination to themselves and their daughters in an Islamic society. Available from
2010]
Kampono, N., 2006. Skrining dan Penanda Tumor. In: Aziz, M.F., Andrijono,
Saifuddin, A.B., ed. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 101-109.
Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S.L., 2007. Neoplasma. In: Asroruddin, M., et
al., ed. Buku Ajar Patologi (vol. 1). 7th ed. Jakarta: EGC, 186-189.
Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L., eds.
Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC, 100-104.
Mardjikoen, P., 2005. Tumor Ganas Alat Genital. In: Wiknjosastro, H., ed. Ilmu
Kandungan. 2nd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 380-387.
Marquardt, N., 2002. Cervical Neoplasma and Carcinoma. In: Marquardt, N., ed.
Meliono, I., 2007. Pengetahuan. In: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan
FEUI, 33-35.
Moegni, E.M. 2006. Penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien poliklinik
kebidanan dan kandungan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo tentang Pap
Smear. In: Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Jakarta: 213(8).
Notoatmodjo, S., 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. In: Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 121-122.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuzuliana, R., 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Pengetahuan
Ibu tentang Pap Smear di Dukuh Bulusari Bulusulur Wonogiri. Available
from [Accesed 18
November 2010]
Octavia, C., 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap
Smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Available from
2010]
Purwoto, G. & Nuranna, L., 2002. Metode Skrining Alternatif pada Kanker
Serviks. In: Ramli, H.M., et al, eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 142-143.
Rasjidi, I., Irwanto, Y., Sulistyanto, H., 2008. Modalitas Deteksi Dini Kanker
Serviks. In: Rasjidi, I., ed. Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto,
45-48.
Rasjidi, I., 2008. Kanker Serviks. In: Rasjidi, I., ed. Manual Prakanker Serviks.
Jakarta: Sagung Seto, 5-22.
Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3th
Saviano, E.C., 1993. Papanicolaou Smear & Cervical Intraepithelial Neoplasia.
In: Brown, J.S., Crombleholme, W.R., eds. Handbook of Gynecology & Obstetrics. Stamford: Appleton & Lange, 36-40.
Soepardiman, H.M., 2002. Tes Pap dan Interpretasi. In: Ramli, H.M., et al, eds.
Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 123-129.
Suhartono, S., 2005. Masalah Pengetahuan. In: Shaleh, A.Q., ed. Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 65-72.
Wilson, L.M., 2005. Gangguan Pertumbuhan, Proliferasi, dan Diferensiasi Sel. In:
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sylvia Youvella
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Januari 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. M. Yakub No.66 Medan 20233
Riwayat Pendidikan : 1. TK Islamiah Sidikalang
2. SD Negeri 3 Aceh Singkil
3. SD Taman Harapan Medan
4. SMP Negeri 7 Medan
5. SMA Negeri 4 Medan
Riwayat Pelatihan :
1. Peserta Pengabdian Masyarakat HMI FK USU 2008 di Desa Karang
Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun.
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Penegak Gerakan Pramuka Kwartil Cabang Medan 2004.
2. Instruktur Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) XXII Bintalis SMA N 4
Medan tahun 2007.
3. Panitia Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) FK USU 2009.
4. Panitia Pra Kepaniteraan Klinik Senior BEM PEMA FK USU 2009.
5. Sekretaris kepanitiaan Pra Kepaniteraan Klinik Senior II BEM PEMA FK
USU 2009.
Lampiran 2
No. Subjek :
Lokasi Penelitian :
Tanggal :
Kuesioner
I. Identitas Subjek (wajib diisi)
Usia : tahun
Pendidikan terakhir (tamat) : Tidak sekolah / SD / SMP / SMA /
Perguruan tinggi *
II. Berilah tanda ( ) pada SATU jawaban yang PALING BENAR
Anda.
menurut
No. Pertanyaan Benar Salah Tidak
Tahu
1. Pap smear (tes Pap) adalah pemeriksaan
yang dilakukan dengan cara membuat
sediaan apusan sel-sel leher rahim,
kemudian dilakukan pengamatan terhadap
sel-sel tersebut.
2. Tujuan dilakukan Pap smear adalah untuk
mendeteksi kanker leher rahim secara dini,
sehingga pengobatan dapat diberikan
sesegera dan seoptimal mungkin.
3. Pemeriksaan Pap smear hanya tersedia di
Rumah Sakit besar dengan fasilitas yang
lengkap.
4. Pap smear hanya dapat dilaksanakan
dengan bantuan dokter spesialis kandungan
dan kebidanan.
5. Pemeriksaan Pap smear dapat dilakukan
pada wanita di segala usia.
6. Pemeriksaan Pap smear sebaiknya diulang
setiap 1 tahun sekali secara teratur.
7. Wanita yang sudah pernah melahirkan
perlu melakukan Pap smear lebih sering.
8. Pada saat melakukan Pap smear, sebaiknya
wanita tidak sedang mengalami menstruasi
9. Sebelum dilakukan Pap smear, pasien
diwajibkan untuk mencuci bagian
kewanitaanya terlebih dahulu.
10. Minimal 1 hari sebelum pemeriksaan Pap
smear, pasien dilarang untuk melakukan
hubungan seksual.
11. Setelah melakukan pemeriksaan Pap
smear, pasien diwajibkan untuk
Lampiran 4
Informed Consent
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur/Tanggal Lahir : tahun/
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya,
maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia
berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa
paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak
akan dituntut apapun.
Medan, 2010
Peneliti, Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PENJELASAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sylvia Youvella
NIM : 070100053
Alamat : Jalan M. Yakub No. 66 Medan 20233
Hp/Telp: 083197781390 / (061) 4533566
adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan
melaksanakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap
Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010”.
Kanker serviks/leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus/leher rahim, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang
merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus dengan vagina.
Kanker leher rahim merupakan kanker kelamin kedua yang paling sering pada
wanita dan yang utama bertanggung jawab untuk kematian akibat kanker pada
wanita di negara-negara berkembang. Untuk menekan kejadian kanker ini, telah
dikenal suatu pemeriksaan untuk mendeteksi dini/skrining kanker ini pada tahap
pra-kanker/sebelum menjadi kanker. Cara yang paling sering, murah, mudah, dan
direkomendasikan oleh pemerintah adalah pap smear.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu
tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan tahun 2010.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembaran pertanyaan
(kuesioner), memerlukan waktu ±10 menit untuk menjawab 11 pertanyaan dengan
3 pilihan jawaban yang sudah disediakan. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya
untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara/I tetap dirahasiakan dan tidak akan
dituliskan atau disebarkan.
Setelah memahami penjelasan yang saya berikan, Anda dapat
menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) yang
disediakan peneliti. Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat Saya
harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i
berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.
Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan
Anda, saya ucapkan terima kasih.
Medan, 2010
Peneliti,
Lampiran 6
Master Data Uji Validitas dan Reliabilitas
nama usia pendidikan p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 total
a 44 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
b 50 2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3
c 35 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
d 46 4 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 7
e 50 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
f 43 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
g 50 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
h 25 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10
i 29 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10