• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PAP SMEAR

DI KELURAHAN SEI KERA HILIR II MEDAN

TAHUN 2010

Oleh :

SYLVIA YOUVELLA

070100053

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PAP SMEAR

DI KELURAHAN SEI KERA HILIR II MEDAN

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

SYLVIA YOUVELLA

070100053

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II

Medan Tahun 2010

Nama : Sylvia Youvella

NIM : 070100053

Pembimbing Penguji I

(dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG.) (dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ)

NIP: 19800114 200312 2 002 NIP: 19720501 199903 2 004

Penguji II

(dr. Almaycano Ginting, M.Kes)

NIP: 19750524 200312 1 001

Medan, Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar 50-60%. Namun, di Indonesia tercatat hanya 5% penduduk wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kekurangan pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Sampel diambil dengan metode cluster random

sampling. Kemudian sampel didistribusikan secara merata. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science).

Dari 97 responden, sebanyak 6,2% responden memiliki pengetahuan baik, sedangkan 83,5% responden memiliki pengetahuan sedang, dan sebanyak 10,3% memiliki pengetahuan kurang. Kelompok terbesar responden yaitu kelompok usia 46-50 tahun (22,7%) dan kelompok pendidikan tinggi (47,4%).

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II yang berusia 21-55 tahun tentang Pap Smear berada pada kategori sedang (83,5%).

(5)

ABSTRACT

Pap Smear is one of the method for cervical cancer screenig which is efficacious, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced around 46-76% and the mortality has been decreased around 50-60%. Nevertheless, there are only 5% of women population in Indonesia who have had regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear. This study aimed to know the married women’s knowledge about Pap Smear.

This is descriptive observation study done throughly cross sectional design method. The amount of the subjects was 97 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaires are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program.

From 97 respondents, 6,2% had good knowledge, 83,5% had medium knowledge, and 10,3% respondents had poor knowledge. Most of all respondents were 46-50 years old (22,7%) and high education level (47,4%).

Result of this study indicates that the knowledge of married women aged 21-55 years old at Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan on Pap Smear is in medium category (83,5 %).

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan laporan hasil penelitian ini. Adapun laporan hasil penelitian ini

disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak

lepas dari bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dorongan, dan

nasehat-nasehat. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dosen pembimbing saya yaitu dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG.

3. Dosen penguji saya yaitu dr. Elmeida Effendy, Sp.KJ dan dr. Almaycano

Ginting, M.Kes.

4. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan

Komunitas (IKK).

5. Seluruh staf di Kecamatan Medan Perjuangan dan Kelurahan Sei Kera Hilir II

yang terlibat.

6. Keluarga dan teman-teman saya Stefani Tania, Ade Irma, Delfina, Andhika

Pradana, Roveny, Indri Maria Benazir, Anggita Dwi Puteri Rangkuti, Ayuca

Zarry, dan Rizka Ariani.

Adapun penelitian ini berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap

Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010”. Semoga penelitian ini

dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

(7)

Saya menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum

sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini.

Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat berguna bagi penulis, almamater, para bidan dan dosen serta

pihak-pihak yang berkepentingan.

Medan, Desember 2010

Penulis

Sylvia Youvella

(8)

DAFTAR ISI

2.1.3. Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear ………. 6

2.1.4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear ………. 7

2.1.5. Interpretasi Hasil Pap Smear ………. 8

2.2.Kanker Serviks ………. 10

2.2.1. Definisi Kanker ………. 10

2.2.2. Definisi Kanker Serviks ……… 10

2.2.3. Etiologi Kanker Serviks ……… 11

2.2.4. Faktor Resiko Kanker Serviks ……….. 11

(9)

2.2.6. Gejala dan Tanda Klinis Kanker Serviks ……….. 13

2.2.7. Pencegahan Kanker Serviks ………. 15

2.3.Pengetahuan ………. 16

2.3.1. Definisi Pengetahuan ……… 16

2.3.2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pengetahuan ……….. 16

2.3.3. Pengetahuan dan Perilaku ………. 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ……… 19

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ……… 19

3.2.Definisi Operasional ………. 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ………. 21

4.1.Jenis Penelitian ………. 21

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 21

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian ……… 21

4.4.Metode Pengumpulan Data ……….. 23

4.5.Metode Pengolahan dan Analisis Data ………. 24

4.6.Ethical Clearance ……….. 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 25

5.1.Hasil Penelitian ………. 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ……….. 26

5.1.3. Hasil Analisis Data ………... 27

5.2.Pembahasan ……….. 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 35

6.1.Kesimpulan ………... 35

a. Saran ………. 36

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 24

5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan usia, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan,

2010

26

5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera

Hilir II Medan, 2010

27

5.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden

tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II

Medan, 2010

28

5.4 Distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden

tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II

Medan, 2010

28

5.5 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan

karakteristik kelompok usia, Kelurahan Sei Kera Hilir

II Medan, 2010

30

5.6 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan

karakteristik tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera

Hilir II Medan, 2010

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Ethical Clearance

Lampiran 4. Lembar Penjelasan (Inform Consent)

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian

(13)

ABSTRAK

Pap Smear merupakan salah satu jenis pemeriksaan skrining dalam mendeteksi dini kanker serviks yang efektif, sederhana, dan murah. Di negara maju, Pap Smear telah terbukti menurunkan kejadian kanker serviks invasif sebesar 46-76% dan mortalitas kanker serviks sebesar 50-60%. Namun, di Indonesia tercatat hanya 5% penduduk wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear secara rutin. Hal ini mungkin disebabkan oleh kekurangan pengetahuan masyarakat mengenai Pap Smear. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear.

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 97 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Sampel diambil dengan metode cluster random

sampling. Kemudian sampel didistribusikan secara merata. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science).

Dari 97 responden, sebanyak 6,2% responden memiliki pengetahuan baik, sedangkan 83,5% responden memiliki pengetahuan sedang, dan sebanyak 10,3% memiliki pengetahuan kurang. Kelompok terbesar responden yaitu kelompok usia 46-50 tahun (22,7%) dan kelompok pendidikan tinggi (47,4%).

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II yang berusia 21-55 tahun tentang Pap Smear berada pada kategori sedang (83,5%).

(14)

ABSTRACT

Pap Smear is one of the method for cervical cancer screenig which is efficacious, simple, and cost-effective. By applying Pap Smear in developed countries, the incidence of invasive cervical cancer has been reduced around 46-76% and the mortality has been decreased around 50-60%. Nevertheless, there are only 5% of women population in Indonesia who have had regular Pap Smear screening. This may have been influenced by lack of public education about Pap Smear. This study aimed to know the married women’s knowledge about Pap Smear.

This is descriptive observation study done throughly cross sectional design method. The amount of the subjects was 97 people with the relative accuracy (d) was 0,1 and cluster random sampling was chosen as sampling technique. Thereafter, sample was distributed equally. Questionnaires are used to collect the information from the subjects. Data was analyzed using SPSS (Statistical Package for Social Science) program.

From 97 respondents, 6,2% had good knowledge, 83,5% had medium knowledge, and 10,3% respondents had poor knowledge. Most of all respondents were 46-50 years old (22,7%) and high education level (47,4%).

Result of this study indicates that the knowledge of married women aged 21-55 years old at Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan on Pap Smear is in medium category (83,5 %).

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karsinoma serviks merupakan kanker genitalia kedua yang paling sering

pada wanita dan yang utama bertanggung jawab untuk kematian akibat kanker

pada wanita di negara-negara berkembang. Diperkirakan 500.000 kasus kanker

serviks didiagnosis setiap tahun di dunia (Garcia, 2009).

Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua

setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara berkembang masih menempati

urutan pertama sebagai penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita usia

reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang (Edianto, 2006).

American Cancer Society memprediksi 11.270 kasus baru kanker serviks

didiagnosis di Amerika Serikat tahun 2009 dan lebih dari 50.000 kasus baru

kanker serviks akan didiagnosis setiap tahunnya, dengan angka kematian

mencapai 4.070.

Menurut Rasjidi (2008), diperkirakan 40.000 kasus karsinoma serviks uteri

terjadi di Indonesia setiap tahun.

Cara yang terbukti mencegah kanker serviks adalah dengan skrining untuk

menemukan lesi pre-kanker sebelum menjadi kanker invasif (American Cancer

Society, 2009). Faktanya, semua penelitian di dunia menunjukkan bahwa skrining

untuk kanker serviks tidak hanya menurunkan angka kematian tapi juga

menurunkan insidensi (Creasman, 2007).

Pada sebagian negara di dunia, insidensi kanker serviks menurun sejak

tahun 1960 karena adanya program deteksi dini kanker serviks (Kampono, 2006).

(16)

dan kasusnya menurun secara drastis semenjak diperkenalkannya teknik skrining

Pap Smear oleh Papanikolau (Edianto, 2006).

Tes Pap atau Pap Smear merupakan skrining yang paling lazim dilakukan

(American Cancer Society, 2009). Uji Pap Smear telah menurunkan angka

kematian akibat kanker serviks secara signifikan di Amerika Serikat, dengan

angka kematian menurun 70% dari tahun 1950-1970 dan 40% dari tahun

1970-1995 (Hillegas, 2006). Besarnya penurunan mortalitas pada kanker serviks

berhubungan langsung dengan proporsi dari populasi yang telah melakukan

skrining (Creasman, 2007).

American Cancer Society (2009) merekomendasikan agar wanita melakukan

skrining Pap Smear 3 tahun setelah koitus pertamanya. Selain itu, wanita yang

berusia kurang dari 30 tahun disarankan melakukan tes setiap 3 tahun. Sebagian

besar kanker serviks invasif ditemukan pada wanita yang tidak melakukan tes Pap

Smear secara rutin.

Hal terpenting dalam menghadapi kasus kanker serviks adalah

mendiagnosis sedini mungkin agar dapat memberikan terapi yang efektif. Namun,

hingga saat ini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang.

Maka mudah dipahami mengapa insidensi kanker serviks ini masih tetap tinggi.

Wanita-wanita usia produktif tidak memiliki pengetahuan tentang pap smear

sehingga tidak memiliki kesadaran untuk memeriksakan dirinya. Untuk itu, perlu

diketahui sejauh mana pengetahuan wanita mengenai Pap Smear sebagai langkah

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkas latar belakang di atas, menjadi dasar bagi

peneliti untuk merumuskan masalah penelitian berikut:

Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear di Kelurahan Sei

Kera Hilir II Medan tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang Pap Smear di Kelurahan

Sei Kera Hilir II Medan tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan terhadap

pentingnya Pap Smear sesuai dengan karakteristik usia dan tingkat pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat memahami manfaat dan prosedur pemeriksaan Pap

Smear sehingga diharapkan cakupan Pap Smear dapat ditingkatkan dan angka

kesakitan serta angka kematian akibat kanker serviks dapat menurun.

1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan

Data dan informasi dari hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh petugas

kesehatan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan

(18)

merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menindaklanjuti hasil

penelitian ini, baik berupa advokasi, sosialisasi, maupun edukasi.

1.4.3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti mengenai pemeriksaan Pap Smear dan

mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian serta melatih

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pap Smear

2.1.1. Definisi Pap Smear

Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk

melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio

(displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto,

Sulistyanto, 2008).

Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari

leher rahim dan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan

tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk

mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda,

2009).

Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa

dilakukan setiap saat, kecuali pada saat haid (Dalimartha, 2004).

Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George

Papanicolou dan Dr. Aurel Babel, namun mulai populer sejak tahun 1943

(Purwoto & Nuranna, 2002).

2.1.2. Manfaat Pap Smear

Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring

(skrining) dan pelacak adanya perubahan sel ke arah keganasan secara dini

sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih

(20)

Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga

lesi dapat ditemukan saat terapi masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, &

Cotran, 2007).

Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut

(Manuaba, 2005):

a. Diagnosis dini keganasan

Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus

endometrium, keganasan tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.

b. Perawatan ikutan dari keganasan

Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah

mendapat kemoterapi dan radiasai.

c. Interpretasi hormonal wanita

Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau

tanpa ovulasi, menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan

kemungkunan keguguran pada hamil muda.

d. Menentukan proses peradangan

Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai

infeksi bakteri dan jamur.

2.1.3. Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear

American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita

sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap

Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan

hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3

(21)

Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan

melakukan tes Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani

histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau

skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989)

dalam Feig (2001), merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah

usia 18 yahun atau setelah aktif secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu

pemeriksaan fisik pelvik normal, interval skrining dapat diperpanjang, kecuali

pada wanita yang memiliki partner seksual lebih dari satu.

Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat

melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada

pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan

tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau

menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan

hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani,

1996).

2.1.4. Prosedur Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Soepardiman (2002), Manuaba (2005), dan Rasjidi (2008),

prosedur pemeriksaan Pap Smear adalah:

1. Persiapan alat-alat yang akan digunakan, meliputi spekulum bivalve (cocor

bebek), spatula Ayre, kaca objek yang telah diberi label atau tanda, dan

alkohol 95%.

2. Pasien berbaring dengan posisi litotomi.

3. Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks posterior,

(22)

4. Periksa serviks apakah normal atau tidak.

5. Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks, dimulai dari

arah jam 12 dan diputar 360˚ searah jarum jam.

6. Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi yang telah

diberi tanda dengan membentuk sudut 45˚ satu kali usapan.

7. Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.

8. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim ke ahli

patologi anatomi.

2.1.5. Interpretasi Hasil Pap Smear

Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap

Smear, sistem Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN),

dan sistem Bethesda.

Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas

(Saviano, 1993), yaitu:

a. Kelas I : tidak ada sel abnormal.

b. Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi

adanya keganasan.

c. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan

sampai sedang.

d. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.

(23)

Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di

Amerika Serikat (Tierner & Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan

hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001):

a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada

kurang dari sepertiga lapisan epitelium.

b. CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.

c. CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah

melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.

Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah

melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda

2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut (Marquardt, 2002):

1. Sel skua mosa

a. Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)

b. Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)

c. High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)

d. Squamous Cells Carcinoma

2. Sel glandular

a. Atypical Endocervical Cells

b. Atypical Endometrial Cells

c. Atypical Glandular Cells

d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ

(24)

f. Adenokarsinoma Endometrium

g. Adenokarsinoma Ekstrauterin

h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

2.1. Kanker Serviks 2.2.1. Definisi Kanker

Kanker berasal dari kata Latin untuk kepiting — tumor melekat erat ke

semua permukaan yang dipijaknya, seperti kepiting (Kumar, Cotran, & Robbin,

2007).

Kanker adalah istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan neoplasma

ganas. Neoplasma secara harfiah berarti pertumbuhan baru, yaitu massa abnormal

dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel

normal, namun selama mengalami perubahan neoplastik mereka memperoleh

derajat otonomi tertentu yaitu tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi

dengan kebutuhan hospes dan fungsi yang sangat tidak bergantung pada

pengawasan homeostasis sebagian besar sel tubuh lainnya (Wilson, 2005).

2.2.2. Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, yaitu suatu

daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim

(25)

2.2.3. Etiologi Kanker Serviks

Penyebab langsung dari kanker serviks belum diketahui (Mardjikoen,

2007). Namun HPV (Human papilomavirus) dapat ditemukan pada 85-90% lesi

pra-kanker dan neoplasma invasif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).

Menurut Crum, Lester, & Cotran (2007), HPV yang menginfeksi serviks

uterus terdiri dari dua kategori, yaitu tipe risiko rendah (6, 11, 42, dan 44) dan tipe

risiko tinggi (16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 52, 56, 58, dan 59). HPV tipe risiko tinggi

ditemukan pada 50-80% kasus SIL dan 90% kanker invasif. Sedangkan HPV tipe

risiko rendah ditemukan pada Low-Grade SIL (Garcia, 2009).

Tipe virus risiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein

E6 dan E7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel

serviks. P53 dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat

kelangsungan siklus sel. Degan tidak aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah

bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa harus

memperbaiki kelainan DNA-nya (Edianto, 2006).

Penyebaran virus ini terutama secara kontak langsung melalui hubungan

seksual (Edianto, 2006).

2.2.3. Faktor Risiko Kanker Serviks

Meskipun banyak wanita mengandung HPV, hanya sebagian yang

menderita kanker serviks. Ini mengisyaratkan bahwa faktor lain berperan pada

risiko kanker. Faktor risiko penting terjadinya kanker invasif pada serviks adalah

usia dini saat mulai berhubungan kelamin (di bawah usia 16 tahun), memiliki

banyak pasangan seksual, pasangan seksual memiliki riwayat banyak memiliki

pasangan seksual, merokok, imunodefisiensi eksogen atau endogen, dan infeksi

(26)

Insidensi karsinoma in situ meningkat sekitar lima kali lipat pada

perempuan yang terinfeksi oleh virus imunodefisensi manusia jika dibandingkan

dengan kontrol (Crum, Lester, & Cotran, 2007).

Wanita perokok memiliki risiko dua kali lipat terhadap kanker serviks

dibandingkan dengan wanita bukan perokok (Dalimartha, 2004). Bahan

karsinogenik spesifik dari tembakau seperti nikotin dijumpai dalam lendir serviks

wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama

dengan infeksi HPV mencetuskan transformasi malignansi (Edianto, 2006).

Kanker serviks jarang ditemukan pada perawan dan pada wanita yang

pasangan seksualnya telah disirkumsisi. Insideni kanker serviks lebih tinggi pada

mereka yang menikah daripada yang tidak menikah dan pada wanita dengan

tingkat sosial ekonomi rendah. Selain itu insidensinya juga meningkat dengan

tingginya paritas, apa lagi bila jarak persalinan terlampau dekat (Mardjikoen,

2007).

Resiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan

dengan pemakaian kontrasepsi oral. Namun, penemuan ini hasilnya tidak selalu

konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko ini.

Beberapa studi yang lebih lanjut memerlukan konfirmasi atau menyangkal

observasi mengenai kontrasepsi oral ini (Rasjidi, Irwanto, & Wicaksono, 2008).

Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat

dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin

juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya

(27)

2.2.4. Perkembangan Kanker Serviks

Kanker serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks

(porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar

junction (Mardjikoen, 2005). Daerah ini disebut juga zona transformasi (Putra &

Moegni, 2006).

Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasia (erosi)

akibat saling mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi (Mardjikoen, 2005).

Pemahaman tentang metaplasia skuamosa merupakan kunci pemahaman konsep

dari zona transformasi dan karsinogenesis serviks (Putra & Moegni, 2006).

Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif dapat berubah menjadi

patologis (displastik) menjadi tingkatan CIN I, CIN II, dan CIN II, dan karsinoma

in situ untuk kemudian akhirnya menjadi karsinoma invasif (Mardjikoen, 2005).

Periode laten dari CIN I sampai dengan karsinoma in situ tergantung daya

tahan tubuh penderita. Umumnya fase pra-invasif berkisar antara 3-20 tahun

(Mardjikoen, 2005).

Karsinoma serviks tersering adalah karsinoma sel skuamosa (75%), diikuti

oleh adenokarsinoma dan karsinoma adenoskuamosa (20%), serta karsinoma

neuroendokrin sel kecil (kurang dari 5%).

2.2.5. Gejala dan Tanda Klinis Kanker Serviks

Menurut Feig (2001), simptom kanker serviks menjadi jelas terlihat saat

lesi servikal berada pada ukuran sedang, yaitu seperti cauliflower.

Simptom kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Feig, 2001) :

a. Tahap Awal

(28)

- Pendarahan vagina yang ireguler atau berkepanjangan

- Pink discharge

- Pendarahan pasca koitus atau brownish discharge

b. Tahap Pertengahan

- Pendarahan pasca defekasi

- Disuria atau hematuria

c. Tahap Lanjut

- Penurunan berat badan

- Pendarahan, discharge berbau busuk

- Nyeri hebat, penyebaran ke pleksus sakralis.

Tanda dini kanker serviks tidak spesifik seperti adanya sekret vagina yang

agak banyak dan kadang-kadang disertai bercak pendarahan (Edianto, 2006).

Pendarahan abnormal vagina ini merupakan simptom yang paling sering terjadi

pada kanker serviks invasif. Pendarahan dapat terjadi pasca koitus, intermenstrual,

atau pasca menopause (Hacker, 2004).

Tanda yang lebih klasik adalah bercak pendarahan yang berulang, atau

bercak pendarahan setelah bersetubuh atau membersihkan vagina (Edianto, 2006).

Anemia akan menyertai sebagai akibat pendarahan pervaginam yang berulang

(Mardjikoen, 2007).

Perdarahan spontan saat defekasi terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik

(29)

Pada kanker serviks juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau

terutama dengan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan

tumor yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembuluh darah agar

mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak

sedap dan reaksi peradangan nonspesifik (Edianto, 2006).

Pada stadium lanjut dapat ditemui nyeri yang menjalar ke pinggul atau

kaki ketika tumor telah menyebar ke luar dari serviks dan melibatkan jaringan di

rongga pelvis seperti ureter, dinding panggul, atau nervus skiatik. Beberapa

penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, sulit berkemih, dan konstipasi

(Edianto, 2006).

Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita meninggal akibat

pendarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal akibat infiltrasi tumor ke ureter

sebelum memasuki kandung kemih, yang menyebabkan obstruksi total

(Mardjikoen, 2007).

2.2.6. Pencegahan Kanker Serviks

Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Sukardja,

2000) :

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan

kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses

karsinogenesis. Pencegahan primer juga dapat dilakukan dengan menghindari

berbagai faktor risiko, seperti dengan menunda aktivitas seksual sampai usia

20 tahun, berhubungan secara monogami, serta penggunaan vaksin HPV

(30)

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker

serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.

Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini seperti Pap Smear,

kolposkopi, servikografi, Pap net, dan inspeksi visual dengan asam asetat

(IVA).

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan pencegahan komplikasi klinik ndan kematian.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan pengobatan yang tepat

berupa operasi, kemoterapi, atau radioterapi.

2.2. Pengetahuan

2.3.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Suhartono, 2005).

2.3.2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

(31)

b. Media

Media adalah sasaran yang dapat dipergunakan oleh seseorang dalam

memperoleh pengetahuan, contohnya televisi, radio, koran, dan majalah.

c. Paparan Informasi

Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan

sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.3. Pengetahuan dan Perilaku

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Menurut Notoatmodjo (1996), pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension),

aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi

(evaluation).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan

bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni awareness, interest,

evaluation, trial, dan adoption.

Pada tahap awareness (kesadaran), seseorang menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Selanjutnya orang tersebut mulai

tertarik (interest) kepada stimulus. Tahap selanjutnya yaitu evaluation, dimana

orang tersebut menimbang-nimbang baik dan buruknya stimulus tersebut terhadap

(32)

akhir, yaitu adoption, individu tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun pada penelitian Rogers selanjutnya menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian adalah:

Pengetahuan Ibu Pap Smear

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

3.2.Definisi Operasional

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh responden mengenai

pengertian, manfaat, tujuan, sasaran, petunjuk, dan prosedur pemeriksaan Pap

Smear.

Ibu adalah wanita yang telah menikah.

Pap Smear adalah pemeriksaan skrining untuk mendeteksi dini kanker

serviks.

Penilaian tingkat pengetahuan responden mengenai Pap Smear berdasarkan

jawaban dari pertanyaan yang diberikan responden melalui kuesioner dengan

menggunakan sistem scoring. Menurut Arikunto (2007), pengetahuan responden

mengenai Pap Smear dinilai dari 11 pertanyaan yang diajukan dengan skor 1

untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Penilaian terhadap

(34)

a. Skor 9-11 : pengetahuan baik

b. Skor 5-8 : pengetahuan sedang

c. Skor 0-4 : pengetahuan kurang

Kelompok usia merupakan usia responden yang dikategorikan berdasarkan

cara penyusunan distribusi frekuensi data kuantitatif. Setelah dilakukan

perhitungan, didapatkan 7 kelompok usia dengan interval setiap kelas sebesar 5.

Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang dijalani oleh

responden sampai tamat. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi:

a. Rendah : responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat.

b. Sedang : responden tamat SMP sederajat.

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.7. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain

cross sectional.

4.8. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Sei Kera Hilir II Medan. Adapun

pertimbangan memilih lokasi tersebut adalah bahwa karakteristik ibu yang ada di

kelurahan tersebut relatif memadai untuk dijadikan sampel penelitian.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2010, dilanjutkan

dengan pengolahan dan analisis data.

4.9. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang telah menikah.

Populasi terjangkau adalah ibu-ibu yang telah menikah yang merupakan penduduk

di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan selama tahun 2010.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang telah menikah yang

(36)

Kriterian inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan berusia 21-55 tahun yang telah

menikah.

2. Tidak buta huruf.

3. Ibu bersedia berpartisipasi.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu yang bertempat tinggal di

Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan berusia 21-55 tahun yang termasuk dalam

kriteria inklusi namun tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

Perhitungan besar sampel penelitian ini diperoleh berdasarkan besar

populasi yang dihitung dengan menggunakan rumus (Sastroasmoro, 2010) :

n : besar sampel minimum

: nilai distribusi normal baku pada α tertentu. Dalam penelitian ini tingkat

kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95%, sehingga nilai adalah

1,96.

P : harga proporsi di populasi, dalam penelitian ini 0,5.

Q : (1-P)

d : tingkat ketepatan (absolut) yang dikehendaki, dalam penelitian ini

diambil 10%, sehingga nilai d adalah 0,1.

n = Zα².P.Q

(37)

Berdasarkan rumus di atas, didapat jumlah sampel minimal penelitian ini

adalah 97 sampel.

Sampel diambil dengan metode cluster random sampling yang dilakukan

dengan cara membagi jumlah sampel secara merata ke dalam setiap 15 lingkungan

di Kelurahan Sei Kera Hilir II secara acak (Notoatmodjo, 2005).

4.10. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh responden yang

dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari pemerintah di Kelurahan Sei Kera Hilir II,

Kecamatan Medan Perjuangan, Kotamadya Medan.

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji

Cronbach (Cronbach Alpha) dengan bantuan program SPSS.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas ini diambil di

Kelurahan Sei Krea Hilir I, Kecamatan Medan Perjuangan dengan jumlah sampel

(38)

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson

Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1

4.11. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan dianalisis secara statistik deskriptif

dengan mean atau rerata (data numerik) serta persentase (data kategorik). Hasil

pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan bantuan program SPSS.

4.12. Ethical Clearance

Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui oleh Ketua Komisi Etik Penelitian

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan. Kelurahan

Sei Kera Hilir II adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Perjuangan.

Luas Kecamatan Medan Perjuangan adalah sebesar 250 Ha yang terbagi dalam 9

kelurahan. Berdasarkan letak geografisnya, Kecamatan Medan Perjuangan

memiliki batas sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Area

d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur

Berdasarkan data yang diperoleh dari sekretariat Kecamatan Medan

Perjuangan tahun 2010, jumlah penduduk di Kecamatan tersebut adalah 124.000

jiwa, yang terdiri dari 59.000 orang pria dan 65.000 orang wanita.

Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki luas wilayah 44 Ha dengan

kepadatan penduduk sebesar 167 jiwa/km². Kelurahan Sei Kera Hilir II memiliki

penduduk berjumlah 7.403 jiwa dengan 50,7% yaitu sebanyak 3756 orang adalah

(40)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini mengikutsertakan 97 responden. Gambaran karakteristik

keseluruhan responden ditinjau dari segi usia dan tingkat pendidikan setiap

responden yang terlibat.

Ditinjau dari usia, nilai tengah (median) dari usia responden pada

penelitian ini adalah 41 tahun dengan rentang usia berada di antara 21 tahun dan

55 tahun. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia ini dapat dilihat pada

tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010

Kelompok Usia Jumlah Persentasi(%)

21-25 4 4,1

26-30 9 9,3

31-35 16 16,5

36-40 17 17,5

41-45 21 21,7

46-50 22 22,7

51-55 8 8,2

Total 97 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia terbesar adalah pada

(41)

usia terrendah adalah pada rentang usia 21-25 tahun, yaitu sebanyak 4 orang

(4,1%).

Sedangkan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikannya

dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasi(%)

Rendah 22 22,7

Sedang 29 29,9

Tinggi 46 47,4

Total 97 100

Dari tabel 5.2 di atas terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan

responden tergolong pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

yaitu sebanyak 46 orang (47,4%). Kelompok yang terendah adalah responden

dengan tingkat pendidikan rendah, yaitu 22 orang (22,7%). Sedangkan sisanya

yaitu 22,9% sebanyak 29 orang memiliki tingkat pendidikan sedang.

5.1.3. Hasil Analisis Data

Hasil pengujian terhadap pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II

mengenai Pap Smear yang diukur dengan menggunakan kuesioner dituangkan ke

(42)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010

Variabel Kategori f Persentasi(%)

Pengetahuan Kurang

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang memiliki

persentase paling besar adalah tingkat pengetahuan dengan kategori sedang, yaitu

sebanyak 81 orang (83,5%). Sedangkan tingkat pengetahuan yang memiliki

persentase paling kecil adalah tingkat pengetahuan dengan kategori baik, yaitu

sebanyak 6 orang (6,2%).

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden tentang

Pap Smear lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden tentang Pap Smear, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010

(43)

Tenaga kesehatan yang mampu melakukan

pemeriksaan Pap Smear

11 11,3 86 88,7

Usia melakukan pemeriksaan Pap Smear 67 69,1 30 30,9

Pap smear sebaiknya diulang setiap 1

tahun sekali

68 70,1 29 29,9

Sebaiknya tidak sedang menstruasi saat

melakukan pemeriksaan Pap Smear

88 90,7 9 9,3

Tidak boleh mencuci bagian kewanitaan

sebelum melakukan Pap Smear

8 8,2 89 91,8

Tidak boleh melakukan hubungan seksual

minimal 1 hari sebelum melakuka n

pemeriksaan Pap Smear

61 62,9 36 37,1

Berdasarkan tabel 5.4 di atas terlihat bahwa 91,8% responden mengetahui

tentang pengertian dan tujuan pemeriksaan Pap Smear. Selain itu, terdapat 60,8%

responden yang mengetahui tentang dimana tempat yang dapat melakukan

pemeriksaan Pap Smear. Namun, responden yang mengetahui tentang tenaga

kesehatan yang mampu melakukan pemeriksaan Pap Smear hanya berjumlah

11,3%. Sebanyak 69,1% responden mengetahui tentang usia terbaik untuk

melakukan pemeriksaan Pap Smear dan 70,1% responden mengetahui bahwa

pemeriksaan Pap Smear sebaiknya diulang setiap 1 tahun sekali. Sebanyak 90,7%

responden mengetahui bahwa sebaiknya tidak sedang menstruasi saat akan

melakukan pemeriksaan Pap Smear. Mengenai persiapan sebelum melakukan

pemeriksaan Pap Smear, hanya 8,2% ibu mengetahui bahwa ibu tidak boleh

mencuci bagian kewanitaannya sebelum melakukan tes Pap Smear dan sebanyak

62,9% responden mengetahui bahwa minimal 1 hari sebelum pemeriksaan tidak

(44)

Berdasarkan karakteristik kelompok usia responden, distribusi frekuensi

hasil pengujian tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang

Pap Smear dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik kelompok usia, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010

Kelompok Usia

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % f % f %

21-25 0 0 4 4,9 0 0 4

26-30 0 0 9 11,1 0 0 9

31-35 1 16,7 13 16 2 20 16

36-40 1 16,7 14 17,3 2 20 17

41-45 1 16,7 19 23,5 1 10 21

46-50 3 50 17 21 2 20 22

51-55 0 0 5 6,2 3 30 8

Total 6 100 81 100 10 100 97

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa proporsi terbesar yaitu 50%

responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai Pap Smear berada pada

kelompok usia 46-50 tahun. Sedangkan tingkat pengetahuan sedang, mayoritas

(45)

dengan tingkat pengetahuan kurang sebagian besar berada pada kelompok usia

51-55 tahun, yaitu sebesar 30%.

Sedangkan berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan responden,

distribusi frekuensi hasil pengujian tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera

Hilir II tentang Pap Smear dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

f % f % f %

Rendah 0 0 15 18,5 7 70 22

Sedang 0 0 27 33,3 2 20 29

Tinggi 6 100 39 48,2 1 10 46

Total 6 100 81 100 10 100 97

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dengan

pengetahuan baik memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sebanyak 100%.

Responden yang berpengetahuan sedang yaitu sebesar 48,2% juga berasal dari

kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi. Sedangkan responden yang memiliki

pengetahuan kurang paling banyak berada pada kelompok dengan pendidikan

(46)

5.2. Pembahasan

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur tingkat pengetahuan responden

ibu-ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan tentang Pap Smear kepada 97 responden

yang telah sesuai dengan kriteria inklusi dengan menggunakan kuesioner. Karena

menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata

pengetahuan responden di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang Pap Smear

sebagian besar (83,5%) masih tergolong cukup (tabel 5.3). Sedangkan ibu dengan

pengetahuan baik hanya 6,2% dari 97 responden dan sisanya yaitu 10,3%

memiliki pengetahuan kurang.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Octavia (2009) di Kelurahan Petisah

Tengah Medan, dimana persentase paling besar yaitu ibu dengan pengetahuan

cukup (62,7%). Sedangkan responden berpengetahuan baik dan buruk

berturut-turut adalah 5,5% dan 31,8%.

Hal ini sedikit berbeda dengan hasil yang didapat pada penelitian yang

dilakukan oleh Moegni (2006) di poliklinik Kebidanan RSUPN-CM. pada

penelitian tersebut didapatkan bahwa hanya 2,9% responden yang memiliki

pengetahuan baik, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan sedang

21,6% dan pengetahuan buruk 75,5%.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Darnindro, dkk (2006) di Rumah

Susun Klender Jakarta juga mendapatkan hasil yang serupa dimana sebagian besar

responden memiliki pengetahuan yang kurang memadai mengenai Pap Smear

(46,7%). Sementara, 40,2% responden memiliki pengetahuan yang cukup dan

hanya 13,1% responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai Pap

Smear.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di luar negeri seperti Istanbul,

Turki oleh Ilter, dkk (2010) terhadap wanita usia 19-53 tahun dimana 70% dari

(47)

Perbedaan berbagai hasil penelitian di atas mungkin disebabkan oleh

perbedaan tinggi rendahnya arus informasi yang diterima oleh masyarakat di

masing-masing daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soekanto (2000) dalam

Nuzuliana (2009), dimana pengetahuan dapat dipengaruhi oleh jumlah informasi

yang diterima seseorang baik lisan maupun tertulis dan pengalaman seseorang.

Pengetahuan dapat diperoleh dari fakta (kenyataan) dengan melihat,

mendengarkan TV, radio dan sebagainya. Pengetahuan dapat diperoleh dari

pengalaman berdasarkan pikiran kritis.

Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya

pemeriksaan pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya

informasi, tingkat kewaspadaan masyarakat serta pengetahuan yang rendah

terhadap upaya skrining kanker serviks, hal itu ditandai dengan rekapitulasi

jawaban pengetahuan responden mengenai Pap Smear.

Distribusi tingkat pengetahuan ibu berdasarkan karakteristik usia pada

penelitian ini didapatkan bahwa proporsi usia ibu terbanyak pada kategori tingkat

pengetahuan baik yaitu sebanyak 50% berada pada rentang usia 46-50 tahun.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2009) di

Kelurahan Petisah Tengah.

Hasil ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran wanita Indonesia

dalam mencegah terjadinya kanker serviks sedini mungkin sebelum memasuki

usia beresiko tinggi.

Sesuai distribusi tingkat pengetahuan responden di Kelurahan Sei Kera Hilir

II tentang Pap Smear berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, diperoleh

bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik mengenai Pap Smear

seluruhnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Selain itu, pada penelitian

yang dilakukan oleh Nuzuliana (2009), responden yang memiliki pengetahuan

baik, 54,6% di antaranya memiliki pendidikan tinggi, 38,6% dengan pendidikan

sedang, dan 6,8% memiliki pendidikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin baik tingkat

(48)

Namun pada uji statistik yang dilakukan oleh Darnindro, dkk (2006) di

Rumah Susun Klender Jakarta menunjukan hubungan tidak bermakna antara

tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai Pap Smear. Tingkat

pengetahuan baik paling besar didapatkan pada kelompok responden dengan

tingkat pendidikan rendah. Sementara, tingkat pengetahuan kurang paling besar

didapatkan pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan tinggi.

Hal ini menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan seseorang tentang Pap

Smear tidak selalu dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Tingkat pengetahuan

ibu lebih dipengaruhi oleh seberapa banyak paparannya terhadap informasi

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang Pap Smear

sebanyak 6 orang (6,2%) dikategorikan sebagai pengetahuan baik, sedangkan

81 orang (83,5%) dikategorikan sebagai pengetahuan sedang, dan sebanyak

10 orang (10,3%) dikategorikan sebagai pengetahuan kurang.

2. Berdasarkan karakteristik usia responden, ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II

dengan pengetahuan baik mengenai Pap Smear yaitu sebanyak 3 orang (50%)

berada pada kelompok usia 46-50 tahun. Sementara ibu dengan pengetahuan

sedang, yaitu sebanyak 19 orang (23,5%) berada pada rentang usia 41-45

tahun dan 3 orang ibu (30%) yang memiliki pengetahuan kurang berasal dari

kelompok usia 51-55 tahun.

3. Tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II tentang Pap Smear

ditinjau dari tingkat pendidikannya menunjukkan bahwa ibu dengan

pengetahuan baik yaitu sebanyak 6 orang (100%) memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi. Sementara proporsi terbesar ibu yang memiliki

pengetahuan sedang berasal dari kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi,

yaitu sebanyak 39 orang (48,2%). Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan

kurang, paling banyak memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu

(50)

6.2. Saran

1. Bila dilihat dari hasil penelitian ini, perlu dilakukan upaya-upaya untuk

meningkatkan pengetahuan ibu di Kelurahan Sei Kera Hilir II mengenai Pap

Smear. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan arus

informasi mengenai Pap Smear, baik melalui Puskesmas, dokter praktik

pribadi, media elektronik, brosur, maupun penyuluhan mengenai Pap Smear.

2. Peneliti berharap, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman

untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel

(51)

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2009. Cervical Cancer. Available from

Bhambhani, S., 1996. Gynecological Cytology Cervix. New Delhi: Interprint.

Creasman, W.T., 2007. Preinvasive Disease of The Cervix. In: Creasman, W.T.,

Disaia, P.J., ed. Clinical Gynecologic Oncology. Philadelphia: Elsevier, 1-5.

Crum, C.P., Lester, S.C., Cotran, R.S., 2007. Sistem Genitalia Perempuan dan

Payudara. In: Hartanto, H., et al., ed. Buku Ajar Patologi (vol. 2), 7th ed.

Jakarta: EGC. 767-770.

Dalimartha, S., 2004. Kanker Serviks. In: Dalimartha, S., ed. Deteksi Dini Kanker

& Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya, 14-18.

Darnindro, N., et al. 2006. Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah

Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Rumah Susun Klender Jakarta. Available from

Diananda, R., 2009. Kanker Serviks: Sebuah Peringatan Buat Wanita. In:

Diananda, R. Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahari, 43-60.

Edianto, D., 2006. Kanker Serviks. In: Aziz, M.F., Andrijono, Saifuddin, A.B.,

ed. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 442-454.

Feig, R.L., et al., 2001. First Aid For The Obstetrics & Gynecology Clerkship.

(52)

Garcia, A.A., 2009. Cervical Cancer. University of Southern California.

Available from

[Accessed 25 March 2010]

Hacker, N.F., 2005. Cervical Cancer. In: Berek, J.S. & Hacker, N.F., ed. Practical

Gynecologic Oncology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 337-338.

Hillegas, K.B., 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. In: Hartanto, H.,

et al, ed. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit (vol.2), 6th ed.

Jakarta: EGC, 1295-1297.

Ilter, E., et al. 2010. Women's knowledge of Pap smear test and human

papillomavirus: acceptance of HPV vaccination to themselves and their daughters in an Islamic society. Available from

2010]

Kampono, N., 2006. Skrining dan Penanda Tumor. In: Aziz, M.F., Andrijono,

Saifuddin, A.B., ed. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 101-109.

Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S.L., 2007. Neoplasma. In: Asroruddin, M., et

al., ed. Buku Ajar Patologi (vol. 1). 7th ed. Jakarta: EGC, 186-189.

Manuaba, I.B.G., 2005. Pemeriksaan Pap Smear. In: Rusmi & Sari, L., eds.

Dasar-Dasar Teknik Operasi Ginekologi. Jakarta: EGC, 100-104.

Mardjikoen, P., 2005. Tumor Ganas Alat Genital. In: Wiknjosastro, H., ed. Ilmu

Kandungan. 2nd ed. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 380-387.

Marquardt, N., 2002. Cervical Neoplasma and Carcinoma. In: Marquardt, N., ed.

(53)

Meliono, I., 2007. Pengetahuan. In: MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan

FEUI, 33-35.

Moegni, E.M. 2006. Penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien poliklinik

kebidanan dan kandungan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo tentang Pap

Smear. In: Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Jakarta: 213(8).

Notoatmodjo, S., 2003. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. In: Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 121-122.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuzuliana, R., 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Pengetahuan

Ibu tentang Pap Smear di Dukuh Bulusari Bulusulur Wonogiri. Available

from [Accesed 18

November 2010]

Octavia, C., 2009. Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Pemeriksaan Pap

Smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. Available from

2010]

Purwoto, G. & Nuranna, L., 2002. Metode Skrining Alternatif pada Kanker

Serviks. In: Ramli, H.M., et al, eds. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI, 142-143.

Rasjidi, I., Irwanto, Y., Sulistyanto, H., 2008. Modalitas Deteksi Dini Kanker

Serviks. In: Rasjidi, I., ed. Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto,

45-48.

Rasjidi, I., 2008. Kanker Serviks. In: Rasjidi, I., ed. Manual Prakanker Serviks.

Jakarta: Sagung Seto, 5-22.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3th

(54)

Saviano, E.C., 1993. Papanicolaou Smear & Cervical Intraepithelial Neoplasia.

In: Brown, J.S., Crombleholme, W.R., eds. Handbook of Gynecology & Obstetrics. Stamford: Appleton & Lange, 36-40.

Soepardiman, H.M., 2002. Tes Pap dan Interpretasi. In: Ramli, H.M., et al, eds.

Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 123-129.

Suhartono, S., 2005. Masalah Pengetahuan. In: Shaleh, A.Q., ed. Filsafat Ilmu

Pengetahuan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 65-72.

Wilson, L.M., 2005. Gangguan Pertumbuhan, Proliferasi, dan Diferensiasi Sel. In:

(55)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sylvia Youvella

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Januari 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. M. Yakub No.66 Medan 20233

Riwayat Pendidikan : 1. TK Islamiah Sidikalang

2. SD Negeri 3 Aceh Singkil

3. SD Taman Harapan Medan

4. SMP Negeri 7 Medan

5. SMA Negeri 4 Medan

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta Pengabdian Masyarakat HMI FK USU 2008 di Desa Karang

Anyar, Kecamatan Gunung Maligas, Kabupaten Simalungun.

(56)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Penegak Gerakan Pramuka Kwartil Cabang Medan 2004.

2. Instruktur Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) XXII Bintalis SMA N 4

Medan tahun 2007.

3. Panitia Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) FK USU 2009.

4. Panitia Pra Kepaniteraan Klinik Senior BEM PEMA FK USU 2009.

5. Sekretaris kepanitiaan Pra Kepaniteraan Klinik Senior II BEM PEMA FK

USU 2009.

(57)

Lampiran 2

No. Subjek :

Lokasi Penelitian :

Tanggal :

Kuesioner

I. Identitas Subjek (wajib diisi)

Usia : tahun

Pendidikan terakhir (tamat) : Tidak sekolah / SD / SMP / SMA /

Perguruan tinggi *

(58)

II. Berilah tanda ( ) pada SATU jawaban yang PALING BENAR

Anda.

menurut

No. Pertanyaan Benar Salah Tidak

Tahu

1. Pap smear (tes Pap) adalah pemeriksaan

yang dilakukan dengan cara membuat

sediaan apusan sel-sel leher rahim,

kemudian dilakukan pengamatan terhadap

sel-sel tersebut.

2. Tujuan dilakukan Pap smear adalah untuk

mendeteksi kanker leher rahim secara dini,

sehingga pengobatan dapat diberikan

sesegera dan seoptimal mungkin.

3. Pemeriksaan Pap smear hanya tersedia di

Rumah Sakit besar dengan fasilitas yang

lengkap.

4. Pap smear hanya dapat dilaksanakan

dengan bantuan dokter spesialis kandungan

dan kebidanan.

5. Pemeriksaan Pap smear dapat dilakukan

pada wanita di segala usia.

6. Pemeriksaan Pap smear sebaiknya diulang

setiap 1 tahun sekali secara teratur.

7. Wanita yang sudah pernah melahirkan

perlu melakukan Pap smear lebih sering.

8. Pada saat melakukan Pap smear, sebaiknya

wanita tidak sedang mengalami menstruasi

(59)

9. Sebelum dilakukan Pap smear, pasien

diwajibkan untuk mencuci bagian

kewanitaanya terlebih dahulu.

10. Minimal 1 hari sebelum pemeriksaan Pap

smear, pasien dilarang untuk melakukan

hubungan seksual.

11. Setelah melakukan pemeriksaan Pap

smear, pasien diwajibkan untuk

(60)

Lampiran 4

Informed Consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur/Tanggal Lahir : tahun/

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya,

maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia

berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa

paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak

akan dituntut apapun.

Medan, 2010

Peneliti, Yang membuat pernyataan,

(61)

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sylvia Youvella

NIM : 070100053

Alamat : Jalan M. Yakub No. 66 Medan 20233

Hp/Telp: 083197781390 / (061) 4533566

adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang akan

melaksanakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pap

Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan Tahun 2010”.

Kanker serviks/leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks

uterus/leher rahim, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang

merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus dengan vagina.

Kanker leher rahim merupakan kanker kelamin kedua yang paling sering pada

wanita dan yang utama bertanggung jawab untuk kematian akibat kanker pada

wanita di negara-negara berkembang. Untuk menekan kejadian kanker ini, telah

dikenal suatu pemeriksaan untuk mendeteksi dini/skrining kanker ini pada tahap

pra-kanker/sebelum menjadi kanker. Cara yang paling sering, murah, mudah, dan

direkomendasikan oleh pemerintah adalah pap smear.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu

tentang Pap Smear di Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan tahun 2010.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan lembaran pertanyaan

(kuesioner), memerlukan waktu ±10 menit untuk menjawab 11 pertanyaan dengan

3 pilihan jawaban yang sudah disediakan. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya

(62)

untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara/I tetap dirahasiakan dan tidak akan

dituliskan atau disebarkan.

Setelah memahami penjelasan yang saya berikan, Anda dapat

menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) yang

disediakan peneliti. Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat Saya

harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i

berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan

Anda, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2010

Peneliti,

(63)

Lampiran 6

Master Data Uji Validitas dan Reliabilitas

nama usia pendidikan p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 total

a 44 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10

b 50 2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3

c 35 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10

d 46 4 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 7

e 50 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1

f 43 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10

g 50 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1

h 25 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10

i 29 5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Kelurahan Sei Kera Hilir II Medan, 2010
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Maish banyak lagi aneka kreasi jilab paris yang bisa Anda coba dirumah, salah satunya adalah cara memakai jilbab paris simple yang tidak membutuhkan waktu lama untuk memakainya,

Sisi kanan dari persamaan tersebut adalah kondisi pasar valuta asing yang dinyatakan dengan rasio kurs forward terhadap kurs spot, sedangkan sisi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pemetaan Intrusi Air Laut Di Kawasan

dan tajam agar dapat dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates. 6) Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan

[r]

Dengan adanya kekurangan informasi ini, upaya-upaya penghematan yang telah dilakukan tidak dapat diukur baik secara fisik maupun moneter sehingga baik universitas maupun

[r]

Dengan adanya Media Pembelajaran Multimedia Interaktif ini yang telah di uji coba sebagai media pembelajaran di Madrasah Aliyah SYAROFUL MILLAH sehingga