• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN HUKUM TENTANG KEPEMILIKAN SILANG

C. Jenis-jenis Kepemilikan dan Bentuk-bentuk Kepemilikan

Berbicara tetang kepemilikan perlu diketahui bahwa dalam mendirikan perseroan terbatas, yang didirikan dengan perjanjian84

Diantara kedua pemegang saham ini, pihak yang memegang saham terbanyak disebut pemegang saham mayoritas (majority shareholder) yang oleh Black’s Law Dictionary

, setidaknya ditemukan adanya 2 (dua) pihak pendiri yang kemudian disebut sebagai pemegang saham ketika perseroan terbatas memperoleh status badan hukum.

85

83

Ibid., h.78. 84

Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 85

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, (St.Paul-Minn: West Publishing Co,1990), h.1408.

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

corporations’s stocks.” Sedangkan pihak yang lain disebut pemegang saham minoritas, yang oleh Black’s Law Dictionary86

Secara umum pemegang saham mayoritas yaitu pihak yang menguasai lebih dari ½ (setengah) saham yang dikeluarkan secara sah oleh perseroan adalah pemegang saham pengendali kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Tetapi perlu diperhatikan dalam hal komposisi kepemilikan saham yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih subjek hukum selaku pemilik saham, maka kemungkinan pemegang saham pengendali bukanlah pihak yang menguasai atau memiliki lebih dari setengah saham yang dikeluarkan secara sah oleh perseroan. Pemegang saham disebut pengendali, jika ia dapat mengendalikan manajemen perseroan secara tidak langsung melalui penempatan wakilnya sebagai anggota direksi dan anggota dewan komisaris perseroan kendatipun ia bukan pemegang saham mayoritas. Sedangkan pemegang saham minoritas adalah pemegang saham yang sama sekali tidak memiliki kontrol atas jalannya perseroan. Bagi mereka umumnya diberikan perlindungan minimum oleh undang-undang atau statuta yang berlaku di tiap-tiap negara.

disebut : “ A shareholder who owns less than half of the total shares outstanding and thus cannot corporations’s management or singlehandedly elect directors”.

87

1. Sebagai pemegang saham mayoritas;

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka kapasitas pemegang saham ada 3 (tiga) macam, yaitu :

86 Ibid. 87

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

2. Sebagai pemegang saham minoritas; 3. Pemegang saham pengendali.

Sebagai catatan, bahwa pemegang saham mayoritas umumnya adalah pemegang saham pengendali, tetapi dalam hal suatu saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) subjek hukum, maka terdapat kemungkinan pemegang saham pengendali bukanlah pemegang saham mayoritas. Didalam UUPT dikatakan memiliki saham mayoritas jika saham yang dimilikinya diatas 50% dari seluruh total saham perseroan, saham minoritas berarti pemegang saham dibawah 10%. UUPT memberikan hak kepada pemegang saham minoritas yang menguasai minimal 10% saham perseroan, tentunya dengan hak suara untuk dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap tindakan direksi atau dewan komisaris yang karena lalainya merugikan perseroan. Dan untuk pemegang saham pengendali ini, tidak ada ketentuan berapa persen saham yang harus dikuasainya, jika ia memiliki saham pengendali maka ia dapat mengendalikan manajemen perseroan secara langsung atau tidak langsung. Baik melalui kebijakannya atau dengan penempatan wakilnya pada jajaran dewan komisaris atau direksi. Pandangan KPPU-RI sehubungan dengan pengertian saham mayoritas sebagaimana dihubungkan dengan pengaturan Undang-undang No.5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dikatakan bahwa pengertian saham mayoritas yang paling tepat untuk Undang-undang No.5 Tahun 1999 adalah adanya kendali oleh pelaku usaha terhadap pelaku usaha lain.

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Besaran adalah tidak mutlak dan tidak ada nilai mutlak yang dapat menyimpulkan adanya kendali.88

1. Kepemilikan Melalui Perusahaan Kelompok

Perusahaan kelompok dikenal dengan berbagai macam istilah, ada yang menyebutnya holding company/ parent company/ controlling company atau dikenal pula dengan istilah concern/group company.

Menurut Black’s Law Dictionary dikatakan bahwa holding company adalah : ” A company that usually confines its activities to owning stockin, and supervising management of other companies. A holding company usually owns a controlling interest in the companies whose stock it holds”.

Perusahaan kelompok adalah perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut.89 Yang lain menyebutnya sebagai satuan ekonomi dimana badan-badan

hukum / perseroan secara organisasi terikat sedemikian rupa sehingga mereka berada dibawah satu pimpinan.90

88

Sekretariat KPPU-RI, Mewujudkan Persaingan Sehat di Industri Telekomunikasi, online,

Didalam kedua pengertian tersebut diatas pada prinsipnya memiliki poin yang sama dalam aspek ekonomi, dimana adanya perusahaan sentral yang memimpin anak-anak perusahaan. Perusahaan sentral tersebut disebut juga dengan induk perusahaan (parent company/controlling company) yang kegiatan utamanya adalah melaksanakan investasi pada anak-anak perusahaan dan selanjutnya

89

Munir Fuady, II, Op.Cit., h.83-84. 90

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

mengontrol dan mengawasi kegiatan manajemen anak perusahaan (daughter company) dan juga mengawasi kegiatan antar anak perusahaan (sister company).

Dalam struktur kepemilikan saham dalam perseroan terbatas dimungkinkan pemilikan saham oleh induk perusahaan kedalam lebih dari satu anak perusahaan dan selanjutnya, sehingga membentuk suatu kepemilikan bertingkat yang pada akhirnya bermuara pada suatu perusahaan kelompok dengan anak perusahaan, cucu perusahaan, dan seterusnya.

Sebagai suatu perusahaan, perusahaan kelompok dapat merupakan perusahaan dengan berbagai macam bentuk persekutuan perdata, firma, persekutuan komanditer sampai dengan perseroan terbatas. Bentuk-bentuk tersebut bukanlah suatu keharusan, namun dalam praktek bisnis sehari-hari ditemukan bahwa perusahaan kelompok selalu dibentuk dalam suatu perseroan terbatas. Dengan status hukum perseroan terbatas maka perusahaan kelompok di Indonesia tunduk kepada UUPT.

Didalam perusahaan kelompok, hubungan antara induk dan anak perusahaan terjadi karena berbagai sebab antara lain karena penguasaan saham, karena perjanjian dan dapat juga terjadi karena fakta unipersonal/personnya dimana anggota direksi perusahaan anak adalah juga anggota direksi pada perusahaan induk, sehingga kebijakan dalam menjalankan perseroan ada pada perusahaan induk.91

a. Ketentuan mengenai batas-batas kewenangan dan tanggung jawab direksi, komisaris dan pemegang saham;

Beberapa ketentuan UUPT yang seharusnya diperhatikan baik oleh induk dan anak perusahaan :

b. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, akuisisi dan [spin off]; c. Ketentuan mengenai kepemilikan saham;

91

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

d. Ketentuan mengenai treasury stock;92

e. Ketentuan pengenai penjaminan saham dan jual beli saham.93

Secara sederhana kepemilikan holding company dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini :

Sumber : Gunawan Widjaja dalam buku Hak Individu & Kolektif Para Pemegang saham, terbitan Forum Sahabat Jakarta, tahun 2008, halaman 42.

Gambar-1 Contoh Skema Kepemilikan Holding Company

Keterangan:

Dalam kontruksi tersebut diatas PT.X dinamakan dengan holding company atau induk perusahaan. Selanjutnya PT.XV, PT.XY dan PT.XZ, masing-masing dinamakan dengan daughter company atau anak perusahaan dari PT.X. Sedangkan kedudukan atau hubungan antara PT.XV terhadap PT.XY dan PT.XZ, atau PT.XY terhadap PT.XV dan PT.XZ atau PT.XZ terhadap PT.XV dan PT.XY disebut dengan sister companies, karena ketiga perseroan tersebut memiliki induk perusahaan yang sama.

92

Treasury stock adalah saham-saham yang dibeli kembali oleh perusahaan. Mengenai pengaturan dan tata cara pelaksanaannya di Indonesia tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 sampai dengan Pasal 40 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007.

93

Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta: Rajawali Pers, 1999), h.154. 90 % 90 % 90 % 90 % 90 % 95 % 95 % 90 % A B PT.X PT.XY PT.XZ PT.XV

PT.XVA PT.XVB PT.XYA PT.XZA PT.XZB

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Lebih lanjut PT.XVA dan PT.XVB sebagai anak perusahaan PT.XV merupakan cucu perusahaan PT.X. Demikian juga halnya PT.XYA sebagai anak perusahaan PT.XY dan PT.XZA dan PT.XZB sebagai anak perusahaan PT.XZ adalah cucu perusahaan dari PT.X. Hubungan antara PT.XVA dan PT.XVB adalah sister company melalui PT.XV, demikian juga PT.XZA dan PT.XZB adalah sister company melalui PT.XZ.

2. Kepemilikan Piramid oleh Perseroan

Di samping kepemilikan melalui holding company seringkali dalam kepemilikan saham perseroan terjadi kepemilikan piramid. Kepemilikan piramid ini terdiri dari piramid 2 (dua) tingkat dan piramid 3 (tiga) tingkat. Dalam piramid 2 (dua) tingkat, pemegang saham minoritas pengendali memegang saham pengendali di dalam suatu perusahaan induk (holding company) yang selanjutnya memegang saham pengendali (controlling stake) di dalam perusahaan yang menjalankan operasional (operating company). Didalam piramid 3 (tiga) tingkat, perusahaan induk utama (primary holding company) yang selanjutnya memegang kendali atas perusahaan induk sekunder (secondtier holding company) yang selanjutnya memegang kendali atas perusahaan yang menjalankan operasional (operating company).

Gunawan Widjaja menyebutkan kepemilikan piramid adalah pengendalian suatu perseroan oleh pemegang saham minoritas dalam suatu perusahaan, sekaligus yang juga merupakan pemegang saham pengendali pada pemegang saham mayoritas perseroan tersebut. Dengan kata lain, kepemilikan piramid adalah kepemilikan saham minoritas oleh induk perusahaan pada cucu perusahaan di mana

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

saham mayoritasnya dimiliki oleh anak perusahaan dari induk perusahaan tersebut. Yang kemudian digambarkan sebagai berikut :

Sumber : Gunawan Widjaja dalam buku Hak Individu & Kolektif Para Pemegang saham, terbitan Forum Sahabat Jakarta, tahun 2008, halaman 43.

Gambar-2 Contoh Skema Kepemilikan Piramid

Keterangan:

Kepemilikan piramid adalah pemilikan saham oleh PT.X pada PT.XZB dengan ketentuan/ persyaratan bahwa PT.X adalah pemegang saham minoritas pada PT.XZB dan PT.X adalah pemegang saham pengendali pada PT.XZ yang juga merupakan pemegang saham mayoritas pada PT.XZB.

Didalam kepemilikan piramid atau disebut juga piramid holding, tidak ada hubungan kepemilikan yang bersilang secara horizontal (horizontal cross-holding) pada saham pengendali yang mempunyai kekuatan pengendalian secara terpusat.

90 % 90 % 90 % 90 % 90 % 95 % 95 % 90 % A B PT.X PT.XY PT.XZ PT.XV

PT.XVA PT.XVB PT.XYA PT.XZA PT.XZB

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Karenanya hak suara yang digunakan untuk mengendalikan kelompok perusahaan tetap didistribusikan keseluruh anggota grup bukan terkonsentrasi di tangan satu perusahaan atau pemegang saham.94

3. Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan

UUPT melarang perseroan untuk mengeluarkan saham untuk dimiliki sendiri atau dimiliki oleh perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan. Karena pada prinsinya pengeluaran saham adalah suatu upaya pengumuman modal karenanya kewajiban penyetoran saham sudah seharusnya dibebankan kepada pihak lain.

Disamping itu kepemilikan langsung atau penguasaan langsung oleh perseroan atas saham-saham miliknya sendiri dapat menciptakan kesewenang- wenangan dalam perseroan terbatas, oleh karena perseroan terbatas tersebut menjadi tidak dapat lagi dikontrol dan diawasi.95

Disamping itu menyatunya pemilikan dan pengurusan perseroan di bawah satu kendali, yaitu direksi sebagai wakil perseroan sebagai pemilik dan direksi sekaligus sebagai organ yang melaksanakan fungsi pengurusan dan perwakilan jelas sangat bertentangan dengan prinsip Good Corporate Governance

96

sehingga kepemilikan jenis ini pada umumnya dilarang.97

94

Admin, 2008, Kepemilikan Silang ( Cross Ownership / Cross Holding ) , (online),

95

Gunawan Widjaja, I, Op.Cit., h.44. 96

Salah satu tujuan pokok dilaksanakannya Good Corporate Governance adalah untuk menghindari terjadinya kepemilikan dan pengurusan/perwakilan perseroan dibawah satu kendali/tangan.

97 Ibid.

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Kepemilikan sendiri secara langsung ini dapat terjadi karena:

1. Perseroan mengeluarkan sahamnya untuk diambil bagian dan dimiliki sendiri98

Jika PT.A adalah suatu perseroan terbatas, maka PT.A tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan saham kepada atau untuk dimiliki oleh PT.A sendiri. Pasal 36 UUPT melarang pengeluaran saham baru untuk dimiliki sendiri. Larangan ini bersifat mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar.

;

2. Perseroan membeli saham dari pemegang saham yang hendak menjual

sahamnya99

Dalam hal ini jika PT.A adalah suatu perseroan terbatas, PT.X dan PT.Y adalah pemegang saham dalam PT.A maka PT.A tidak diperbolehkan untuk membeli saham PT.A sendiri dari atau menguasai

;

100

3. Suatu peristiwa atau perbuatan hukum, misalnya merger antara anak perusahaan dengan cucu perusahaan.

saham PT.A sendiri yang dimiliki oleh PT.X atau PT.Y.

Dalam hal ini digunakan contoh sebagai berikut :

98

Pasal 36 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 99

Pasal 37 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 100

Dalam hukum perseroan, termasuk juga didalamnya penguasaan dalam bentuk gadai saham.

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Sumber : Gunawan Widjaja dalam buku Hak Individu & Kolektif Para Pemegang saham, terbitan Forum Sahabat Jakarta, tahun 2008, halaman 45.

Gambar-3 Contoh Skema Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan Akibat Merger

Keterangan :

”Secara teoritis penggabungan yang terjadi antara PT.XV dan PT.XVA menjadi PT.XV menyebabkan PT.XV demi hukum menjadi pemilik dari sahamnya sendiri yang semula berasal dari kepemilikan PT.XV di dalam PT.XVA.” Terhadap keadaan ini ketentuan Pasal 36 ayat (2) UUPT menentukan bahwa dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah tanggal perolehan, maka saham yang menjadi miliknya sendiri tersebut harus dialihkan kepada pihak lain yang tidak dilarang memiliki saham dalam perseroan.

Berkaitan dengan konteks pembelian saham, terutama pembelian kembali saham perseroan, Pasal 37 UUPT menegaskan bahwa hal tersebut masih diperbolehkan dengan ketentuan bahwa:

90 % 90 % 90 % 90 % 90 % 95 % 95 % 90 % PT.X PT.XY PT.XZ PT.XV

PT.XVA PT.XVB PT.XYA PT.XZA PT.XZB 5 %

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

1. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan;

2. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan berikut gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; dan

3. Hanya boleh dikuasai perseroan paling lama 3 (tiga) tahun.

Pembelian kembali saham oleh perseroan tersebut di atas dan atau pengalihannya lebih lanjut hanya boleh dilakukan berdasarkan persetujuan RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, dengan ketentuan bahwa keputusan RUPS yang memuat persetujuan tersebut hanya sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan persetujuan jumlah suara untuk perubahan anggaran dasar sebagaimana diatur dalam UUPT dan/atau anggaran dasar. RUPS dapat menyerahkan kewenangan persetujuan pembelian kembali saham oleh perseroan kepada dewan komisaris untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun, dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama, namun demikian penyerahan kewenangan tersebut dapat ditarik kembali sewaktu-waktu oleh RUPS.

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Saham yang dikuasai Perseroan karena pembelian kembali, peralihan karena hukum, hibah atau hibah wasiat, tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam menentukan jumlah kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan UUPT dan/atau anggaran dasar serta tidak berhak mendapat pembagian dividen.

4. Kepemilikan oleh Anak Perusahaan

Jika dalam larangan kepemilikan sendiri, yang terjadi adalah larangan yang ditujukan kepada suatu perseroan terbatas untuk menjadi pemilik dan atau menguasai sahamnya sendiri secara langsung, maka dalam larangan kepemilikan oleh anak perusahaan, yang terjadi adalah larangan yang ditujukan kepada suatu perseroan terbatas untuk menjadi pemilik dan/atau menguasai saham induk perusahaannya. Larangan kepemilikan jenis ini seringkali disebut dengan ”larangan kepemilikan saham sendiri secara tidak langsung”. Disebut tidak langsung adalah karena perseroan memiliki dan atau menguasai sahamnya sendiri melalui perseroan perantara. Kepemilikan tidak langsung atau penguasaan langsung perseroan oleh anak perusahaannya jelas dapat mengurangi efektifitas kontrol dan pengawasan serta dikhawatirkan dapat menciptakan kesewenang-wenangan dalam perseroan terbatas, oleh karena perseroan terbatas tersebut tidak lagi dapat saling mengontrol dan dikontrol serta dilaksanakan fungsi pengawasan dengan baik. Akibat terjadinya pemilikan dan pengurusan secara silang antara 2 (dua) perseroan.

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Kepemilikan sendiri secara tidak langsung ini dapat terjadi karena:

1. Perseroan mengeluarkan sahamnya untuk diambil bagian dan dimiliki oleh anak perusahaannya101

Dalam konteks yang pertama, jika PT.A dan PT.B adalah pemegang saham dalam PT.X, maka PT.A atau PT.B tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan saham kepada atau untuk dimiliki oleh PT.X. Pengaturan mengenai hal ini sama seperti pengaturan ”kepemilikan sendiri oleh perseroan” sebagaimana dijelaskan diatas. Pasal 36 UUPT melarang pengeluaran saham baru untuk dimiliki sendiri.

;

2. Anak perusahaan perseroan membeli saham perseroan dari pemegang saham perseroan yang hendak menjual sahamnya102

Dalam konteks yang kedua, jika PT.A dan PT.B adalah pemegang saham dalam PT.X, maka PT.X tidak diperbolehkan untuk membeli atau menguasai

;

103

3. Perseroan, karena suatu peristiwa atau perbuatan hukum, misalnya merger dengan anak perusahaan dengan cicit perusahaan.

saham dalam PT.X yang dimiliki oleh PT.A atau PT.B.

101

Pasal 36 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 102

Analogi dari ketentuan Pasal 37 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

103

Dalam hukum perseroan, termasuk juga didalamnya penguasaan dalam bentuk gadai saham.

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Sumber : Gunawan Widjaja dalam buku Hak Individu & Kolektif Para Pemegang saham, terbitan Forum Sahabat Jakarta, tahun 2008, halaman 47.

Gambar-4 Contoh Skema Kepemilikan oleh Anak Perusahaan Akibat Merger

Keterangan :

”Penggabungan yang terjadi antara PT.XY dan PT.XYAK menjadi PT.XY menyebabkan PT.XYA demi hukum menjadi pemilik dari saham PT.XY yang semula berasal dari kepemilikan PT.XYA di dalam PT.XYAK”.

Sama seperti halnya larangan kepemilikan sendiri, ketentuan Pasal 36 dan Pasal 37 UUPT juga berlaku dalam hal ini, yaitu:

1. Menurut ketentuan Pasal 36 ayat (1) UUPT, larangan pengeluaran saham baru untuk dimiliki anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya merupakan larangan yang mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar;

2. Menurut ketentuan Pasal 36 ayat (2) UUPT kepemilikan saham induk perusahaan oleh anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya yang terjadi

90 % 90 % 90 % 90 % 90 % 90 % 95 % 95 % 90 % PT.X PT.XY PT.XZ PT.XV

PT.XVA PT.XVB PT.XYA PT.XZA PT.XZB

PT.XYAK

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

disebabkan peralihan karena hukum, seperti dalam hal terjadinya merger diperbolehkan, dengan ketentuan bahwa pemilikan tersebut harus dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah tanggal perolehannya, dialihkan kepada pihak lain yang tidak dilarang memiliki saham dalam perseroan.

Selanjutnya, terkait dengan pembelian kembali saham perseroan;

3. Menurut ketentuan Pasal 37 UUPT pembelian saham induk perusahaan oleh anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya diperbolehkan dengan ketentuan bahwa:

a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah cadangan wajib yang telah disisihkan;

b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan berikut gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; dan

c. Hanya boleh dikuasai Perseroan paling lama 3 (tiga) tahun.

5. Kepemilikan Silang

Didalam UUPT yang lahir sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 yakni Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak ada pengaturan mengenai larangan kepemilikan silang. Larangan yang terdapat dalam Pasal 29

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 adalah larangan kepada perseroan terbatas untuk mengeluarkan saham dengan tujuan untuk dimiliki sendiri. Dan larangan kepemilikan saham tersebut juga berlaku bagi anak perusahaan terhadap saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan. Alasan larangan tersebut berpegang pada prinsip bahwa pengeluaran saham bertujuan untuk mengumpulkan modal, karenanya kewajiban penyetoran saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain.104 Dan alasan

mengapa anak perusahaan dilarang memiliki saham yang dikeluarkan oleh induk perusahaan adalah karena anak dan induk perusahaan dianggap merupakan satu kesatuan bisnis yang tidak dapat dipisahkan kepemilikan diantara mereka, baik oleh induk perusahaan maupun anak perusahaan.105

104

Penjelasan Pasal 29 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.