• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN VERBA AGARU, NOBORU, DAN

3. Shodoushi 所動詞

2.7 Manfaat Mempelajari Semantik

Manfaat yang kita petik dari studi semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas kita sehari-hari (Chaer:1994 :11). Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persuratkabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengetahui semantik.

Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum, tanpa pengetahuuan akan konsep-konsep polisemi, homonimi, denotasi, konotasi dan nuansa-nuansa makna tentu akan sulit bagi mereka untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat dan benar.

Bagi mereka yang berkecipung dalam penelitian bahasa, seperti mereka yang belajar di Fakultas sastra, pengetahuan semantik akan banyak memberi bekal teoritis kepadanya untuk menganalisis bahasa atau calon guru, pengetahuan mengenai semantik akan manfaat teoritis dan juga manfaat praktis.

Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang diajarkannya. Teori-teori semantik ini akan mencoba menolongnya memahami dengan lebih baik konsep-konsep bahasa yang akan diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya.

Seorang guru bahasa, selain harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mengenai segala aspek bahasa, juga harus memiliki pengetahuan teori semantik secara memadai. Tanpa pengetahuan ini dia tidak akan dapat dengan tepat menjelaskan perbedaan dan persamaan semantik antara dua buah bentuk kata, serta bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar.

Sedangkan bagi orang awam atau orang kebanyakan pada umumnya, pengetahuan yang luas akan teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia di sekelilingnya yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada di sekelilingnya, dan yang juga harus mereka serap, berlangsung melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai manusia yang bermasyarakat tidak mungkin mereka bisa hidup tanpa memahami alam sekitar mereka yang berlangsung melalui bahasa.

2.8 Kesinoniman

Secara etimologi kata sinonimi atau disingkat sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’.

Maka secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’ (Chaer, 1994 :82).

Sementara menurut H.G Tarigan (1993:78) kata sinonim terdiri dari sin (“sama” atau “serupa”) dan akar kata onim ”nama” yang bermakna “sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkann makna umum. Dengan perkataan lain : sinonim adalah kata-kata yang mengandung arti pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai kata. Atau secara singkat : sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi.

Bambang Yudi Cahyono (1995:208) mengatakan bahwa sinonim adalah dua kata atau lebih, yang memiliki makna yang sama atau hampir sama, tetapi tidak selalu dapat saling mengganti dalam kalimat. Contoh-contoh sinonim adalah sudah-telah, sebab-karena, meskipun-walaupun, jikalau-apabila, cinta-kasih, mati-meninggal.

Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan 類義語 (ruigigo).dalam kamus sinonim atau 類義語辞典 (ruigigo jiten) karya Minazima Tatuo definisi sinonim adalah :

類義語というのは、意味が同じか、またはよく似ている単語のことである

Ruigigo to iu no wa, imi ga onajika, matawa yoku niteiru tango no koto de aru.

‘Yang disebut dengan sinonim adalah kata yang memiliki arti sama atau sangat mirip’.

Perlu diperhatikan bahwa pengertian kesamaan makna yang digunakan dalam membicarakan sinonim tidak mesti sama secara utuh. Kadang-kadang sebuah kata kata dapat cocok dalam kalimat tertentu, tetapi sinonim kata itu akan membuat kalimat itu tidak enak didengar. Misalnya, kata makan cocok digunakan dalam kalimat Para pekerja bangunan sedang makan nasi ransum kiriman majikannya. Akan tetapi bersantap yang merupakan sinonim kata itu terasa kurang pas.

Istilah sinonim dipakai karena pertindihan pada kata-kata yang bersinonim itu cukup sehingga menyebabkan kemiripan fungsi kata-kata yang bersinonim itu. Kata jejaka dan kata duda dalam bahasa Indonesia memiliki banyak kemiripan mengenai cirri-cirinya kecuali dalam status perkawinan. Pertindihan yang tidak luas itu tidak masuk dalam sinonim karena adanya perbedaan yang mendasar pada kata-kata itu. Memang kedua kata itu memiliki persamaan bahwa yang dimaksud ialah seorang manusia yang berjenis kelamin laki-laki, tetapi persamaan itu tidak pernah dihiraukan orang, justru perbedaanya yang menjadi pusat perhatian yakni perbedaan status perkawinannya.

Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995:208) ada dua syarat suatu dikatakan sinonim, yaitu memiliki kemiripan hampir menyeluruh dan sesuatu yang ada diluar kemiripan itu tidak dianggap penting dan tidak banyak berpengaruh. Sedangkan menurut T.Fatimah Djajasudarma (1999:42) ada tiga batasan untuk sinonim, yaitu :

1. Kata-kata dengan referen ekstra linguistik yang sama 2. Kata-kata yang memiliki makna yang sama

Tiap-tiap ahli bahasa membagi sinonim berbeda-beda. Dibawah ini akan diuraikan penggolongan sinonim menurut beberapa ahli bahasa:

1. Pembagian sinonim dengan mengikuti Palmer dalam T.Fatimah Djajasudarma (1999:40) sebagai berikut :

a) Perangkat sinonim yang salah satu anggotanya berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing dan yang lainnya, yang terdapat didalam bahasa umum. Mis, konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gelisah.

b) Perangkat sinonim yang pemakaiannya bergantung kepada langgam dan laras bahasa. Mis, dara, gadis, dan cewek; mati, meninggal, dan wafat. Pemakaian kosakata langgam dan laras bahasa yang berbeda akan menghasilkan kalimat yang tidak apik (ill-formed). Mis, “Cewek yang tinggal di rumah besar itu kemarin wafat”.

c) Perangkat sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya sama. Mis, negarawan dan politikus; ningrat dan feodal.

d) Perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu (keterbatasan kolokasi). Mis, telur busuk, nasi basi, mentega tengik, susu asam, baju apek, busuk, basi, tengik, asam dan apek memiliki makna yang sama, yakni buruk, tetapi tidak dapat saling menggantikan karena dibatasi persandingan yang dilazimkan.

e) Perangkat sinonim yang maknanya kadang-kaddang tumpang-tindih. Misalnya, buluh dan bamboo; bumbu dan rempah-rempah; bimbang, cemas, dan sangsi; nyata dan kongkret.

2. Penggolongan sinonim menurut pembagian Colliman dalam T.Fatimah Djajasudarma (1999:39-41) membagi jenis sinonim menjadi Sembilan, dan bila kita lihat contohnya di dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut :

a) Sinonim yang salah satu annggotanya memiliki makna yang lebih umum (generik), bandingkan mis, menghidangkan dan menyediakan atau menyiapkan; kelamin dengan seks.

b) Sinonim yang salah satu anggotanya memiliki unsur makna yang lebih intensif. Mis, jenuh dan bosan; kejam dan bengis; imbalan dan pahala.

c) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih menonjolkan makna emotif. Mis, mungil dan kecil; bersih dan ceria; hati kecil dan hati nurani.

d) Sinonim yang salah satu anggotanya bersifat mencela atau tidak membenarkan. Mis, boros dan tidak hemat; hebat dan dahsyat; mengamat-amati dan memata-matai (di dalam bahasa Sunda dikenal ujaran bodo ‘bodoh’ dan hese ngarti gancang poho ‘sulit mengerti cepat lupa’).

e) Sinonim yang salah satu anggotanya menjadi istilah bidang tertentu. Mis, plasenta dan ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan ditayangkan.

f) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih banyak dipakai didalam ragam bahasa tulisan. Mis, selalu dan senantiasa; enak dan lezat; lalu dan lampau; bisa dan racun.

g) Sinonim yang salah satu anggotanya lebih lazim dipakai di dalam bahasa percakapan. Mis, kayak dan seperti; ketek dan ketiak.

h) Sinonim yang salah satu anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak. Mis, pipis dan berkemih; mimik dan minum; bobo dan tidur, mam (mamam) dan makan.

i) Sinonim yang salah satu anggotanya biasa dipakai di daerah tertentu saja. Mis, cabai dan lombok; sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan kodok; sawala dan diskusi.

BAB III

Dokumen terkait