• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MAKNA, POLISEMI DAN

2.2 Tinjauan Terhadap Makna

2.2.2 Jenis-Jenis Makna

Menurut Chaer (2002:59), sesungguhnya jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.

Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna referensi dan makna non referensi, berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna denotative dan makna konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idiomatik dan sebagainya. Berikut akan dibahas jenis-jenis makna tersebut.

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Menurut Chaer (2002:60) makna leksikal adalah bentuk ajektiva yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosakata, perbendaharaan kata). Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, leksem, atau bersifat kata. Karena itu, dapat dikatakan pula bahwa makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.

Menurut Sutedi (2008:115), makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah Jishoteki-imi ( 辞 書 的 意 味 ) atau Goiteki-imi ( 語 彙 的 意 味 ).

Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya, kata Neko (猫) dan kata Gakkou (学校) memiliki makna leksikal : <kucing> dan <sekolah>.

Makna gramatikal, menurut Chaer (2002:63) adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Sedangkan, menurut Sutedi (2008:115) makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut Bunpouteki imi (文法的意味) yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Makna gramatikal muncul ketika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatiasi.

2. Makna Referensial dan Nonreferensial

Menurut Chaer (2002:63), perbedaan makna referensial dan non referensial berdasarkan ada tidak adanya refern dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu diluar bahasa yang di acu oleh kata itu,maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau kata-kata tersebut tidak mempunyai referen, makna kata-kata itu disebut kata bermakna nonreferensial.

Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna referensial karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut „meja‟ dan „kursi‟. Sebaliknya kata karena dan tetapi tidak mempunyai referen. Jadi, kata karena dan tetapi termasuk kata yang bermakna nonreferensial.

3. Makna Denotatif dan Konotatif

Menurut Chaer (2002:65), makna denotatif (sering disebut juga makna denotasional, makna konseptual atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif biasa diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengamatan lainnya. Makna denotatif dapat diartikan dengan makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna denotatif sama dengan makna leksikal.

Sedangkan makna konotatif , menurut Sutedi (2008:115) yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bias dijelaskan dengan analisis komponen makna. Makna konotatif juga bias diartikan dengan makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misalnya, kata gerombolan bersinonim dengan kelompok. Tetapi, kata gerombolan memiliki konotasi yang lebih negative atau rasa yang tidak mengenakan.

4. Makna Konseptual Dan Makna Asosiatif

Menurut Leach (1976) didalam buku Chaer (2002:293) membagi makna menjadi makna konseptual dan makna asosiatif. Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apa pun. Makna konseptual memiliki kesamaan dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial.

Menurut Chaer (2002:293) makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Misalnya, kata “merah” berasosiasi dengan „berani‟ atau „paham komunis‟. Makna asosiatif dapat diartikan dengan lambang atau pelambangan yang digunakan suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan, atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut.

5. Makna Kata Dan Makna Istilah

Setiap kata atau leksem memiliki makna. Menurut Chaer (2002:294) makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal, makna denotatif, atau makna konseptual. Dalam penggunaannya makna kata akan menjadi jelas jika kata itu sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya.

Berbeda dengan kata, yang disebut istilah mempunyai makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Istilah lebih sering digunakan pada bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.

6. Makna Idiom Dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya , baik secara leksikal maupun secara gramatikal, (Chaer, 2002:296). Misalnya, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna

„yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima uangnya‟. Tetapi dalam bahasa Indonesia bentuk gigi tidaklah berarti seperti itu, melainkan bermakna „tertawa keras-keras‟. Jadi makna seperti itulah yang disebut makna idiomatical.

Idiom dibedakan menjadi dua, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang semua unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan. Sehingga makna yang dimiliki berasal dari satu kesatuan

tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri.

Peribahasa memiliki makna yang masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa, (Chaer, 2002:297). Seperti, tong kosong nyaring bunyinya yang bermakna „orang yang banyak bicara biasanya tidak berilmu‟.

Makna ini dapat ditarik dari asosiasi; tong yang berisi jika dipukul tidak mengeluarkan bunyi, tetapi tong yang kosong akan mengeluarkan bunyi yang keras dan nyaring.

Idiom dan peribahasa terdapat pada semua bahasa yang ada didunia, terutama pada bahasa-bahasa yang penuturnya sudah memiliki kebudayaan yang tinggi.

Dokumen terkait