• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MAKNA, POLISEMI DAN

2.5 Makna Verba Toru

Verba toru dibagi menjadi delapan makna menurut kamus Gakken Kokugo Daijiten tahun 1978 oleh Haruhiko, Kindaichi. Delapan makna tersebut adalah sebagai berikut :

1. 手に持つ。

Te ni motsu

Menggenggam dengan tangan.

2. 手でつかんで移す。

Te de tsukande utsusu

Menggenggam dengan tangan kemudian memindahkan.

3. 身に負う。

Mi ni ou

Bertahan.

4. 選び出す。

Erabi dasu

Memilih.

5. 作り出す。

Tsukuri dasu Membangun.

6. 様子をはかり知る。

Yousu wo hakari shiru Mengetahui kondisi.

7. 場所や時間を占める

Basho ya jikan wo shimeru

Menggunakan tempat dan waktu.

8. (手で)行う。

(te de) okonau

Melaksanakan/ melakukan (dengan tangan).

BAB III

ANALISIS POLISEMI VERBA “TORU” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai polisemi dan verba toru . Polisemi pada verba toru memiliki delapan makna yang berbeda-beda. Maka pada bab ini analisis mengenai perbedaan dari seluruh makna verba toru akan dipaparkan sesuai dengan konteks kalimatnya. Kutipan kalimat yang memiliki kata toru diambil dari majalah Nipponia dan Nipponica.

3.1 Makna Konteks Kalimat Polisemi Verba “Toru” dalam Kalimat Bahasa Jepang

Kutipan 1:

やがてラジオセンターの各店では、アマチュア無線の部品な ども取り扱うようになっていきました。

(Nipponia No.46, 2008:4)

Yagate rajio sentaa no kakuten de wa, amachua musen no buhin nado mo tori atsukau you ni natte ikimashita.

„Di setiap pusat radio yang ada, (mereka) semakin terbiasa menangani bagian-bagian nirkabel dan (peralatan) lainnya.‟

Analisis Kutipan 1:

Kalimat tersebut memiliki situasi kalimat di mana mereka mengurus bagian-bagian yang ada dalam pusat radio. Pada kalimat kutipan tersebut, kata toru digabung dengan kata atsukau (扱う). Kata tori (取り) pada kalimat tersebut berhubungan dengan adanya penggunaan peralatan-peralatan radio di pusat-pusat radio. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna melaksanakan dengan tangan.

Kutipan 2:

同じ家電でも、販売する際に専門知識を必要とするハイテク 家電を主に取り扱うようにしたり、外国人観光客向けの免税店を今 まで以上に充実させたりして、“元祖”電気街の地位を守るべく動 力している。

(Nipponia No.46, 2008:8)

Onaji kaden de mo, hanbai suru sai ni senmonchishiki wo hitsuyou to suru haiteku kaden wo omo ni toriatsukau you ni shitari, gaikokujin kankou kyaku muke no menzeiten wo ima de ijou ni juujitsu saretari shite,

“ganso” denkigai no chiiki wo mamorubeku doryoku shiteiru.

„Bahkan dengan peralatan rumah tangga yang sama, kita terutama menangani peralatan rumah tangga yang berteknologi tinggi yang

membutuhkan keahlian saat menjual, atau memperkaya toko bebas pajak untuk turis asing lebih dari sebelumnya, dan berusaha untuk melindungi status kota listrik "generasi asli".‟

Analisis Kutipan 2:

Kalimat kutipan tersebut memiliki situasi di mana ada nya penggunaan alat-alat rumah tangga yang berteknologi tinggi. Diperlukan keahlian saat menjual peralatan rumah tangga tersebut. Pada kalimat kutipan tersebut, keahlian yang diperlukan tersebut adalah untuk mengurus peralatan elektronik tersebut. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna melaksanakan dengan tangan.

Kutipan 3:

鉄道会社と煎餅の取り合わせが面白いと話題になり、各地か らぬれ煎餅の注文が殺到した。

(Nipponia No.43, 2007:9)

Tetsudou gaisha to senbei no tori awase ga omoshiroi to wadai ni nari, kakuchi kara nuresenbei no chuumon ga sattoushita.

„(Ketika) penggabungan perusahaan rel kereta dan kue beras menjadi topik dan menarik, pesanan kue beras basah dari berbagai tempat meningkat.‟

Analisis Kutipan 3:

Pada kalimat kutipan tersebut ada topik mengenai penggabungan perusahaan rel kereta dan kue beras adalah sebuah topik yang menarik. Makna kata tori ( 取 り ) pada kalimat tersebut berubah dari makna aslinya, yaitu mengambil. Kata tori (取り) pada kalimat tersebut berhubungan dengan adanya makna membentuk hal yang baru. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna membangun.

Kutipan 4:

貝から取り出せば、天然真珠と何ら変わらない「本物の真珠」

だ。

(Nipponika No.14, 2014:10)

Kai kara tori daseba, tennen shinju to nanra kawaranai “honmono no shinju” da.

„Jika diambil dari kerang, mutiara alami dan jenis (mutiara) apa pun adalah “mutiara yang asli”‟

Analisis Kutipan 4:

Kutipan kalimat tersebut memiliki situasi tentang penjelesan mengenai bagaimana yang disebut dengan „mutiara asli‟. Kalimat tersebut

menjelaskan bahwa semua mutiara yang diambil dari kerang adalah „mutiara asli‟.

Kata tori ( 取 り ) pada kalimat tersebut berhubungan dengan adanya makna mengeluarkan sesuatu dari dalam, pada kalimat tersebut yang diambil adalah mutiara. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna menggenggam dengan tangan kemudian memindahkan.

Kutipan 5:

「巻き」は核を取り巻く真珠層の厚さで、「照り」は真珠内 部から放たれる光沢のこと。

(Nipponika No.14, 2014:11)

„Maki wa kaku wo tori maku shinjusou no atsusa de, “teri” wa shinju naibu kara hanatareru koutaku no koto.

„Maki merupakan ketebalan induk mutiara yang mengitari/melapisi batu (permata) dan “teri” merupakan kilauan memancar dari bagian dalam mutiara‟.

Analisis Kutipan 5:

Pada kalimat kutipan tersebut memiliki situasi tentang penjelasan mengenai penjelasan definisi dari Maki dan Teri. Kata tori (取り) pada kalimat tersebut digunakan untuk menjelaskan kata Maki dan kata tori (取り) tersebut

berhubungan dengan adanya makna penggunaan ruang. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna penggunaan ruang atau „mengelilingi/melapisi‟.

Kutipan 6:

その対極にあるサビを取る還元力のある温泉を浴びれば、そ の優れ抗酸化作用によって科学的にも若返るのである。

(Nipponika No.16, 2015:15)

Sono taikyoku ni aru sabi wo toru kangenryoku no aruonsen wo abireba, sono sugureta kousankasyou ni yotte kagakuteki ni wakagaeru no de aru.

Jika anda mengambil air panas dengan karat yang dibawa pada sisi berlawanan, maka revitalisasi ilmiah akan meremajakannya dikarenakan efek antioksidannya yang sangat baik.

Analisis Kutipan 6:

Pada kalimat kutipan tersebut memiliki situasi mengambil air dengan tangan. Makna kata toru pada kalimat tersebut bermakna „ambil‟. Kata toru pada kalimat tersebut berhubungan dengan adanya makna melaksanankan atau melakukan (suatu hal) dengan tangan.

Kutipan 7:

BOCCO にはセンサーが取りつけられており、ドアや窓の開 閉、照明のオンオフを感知。

(Nipponika No.16, 2015:20)

BOCCO ni wa sensaa ga toritsukerarete ori, doa ya mado no kaihei, shoumei no onofu wo kanchi.

BOCCO dilengkapi dengan sensor, pintu pembuka dan penutup jendela, serta pencahayaan on atau off.

Analisis Kutipan 7:

Pada kalimat kutipan tersebut memiliki situasi tentang dijelaskannya BOCCO. BOCCO memiliki beberapa perlengkapan sehingga makna kata tori (取り) pada kalimat tersebut berhubungan dengan adanya makna

„dibangun‟. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna „dilengkapi‟.

Kutipan 8:

丸く焼けたところで取り出し、青海苔とかつおぶしをふり、

ソースをかけて出来上がり。

(Nipponika No.8, 1999:26)

Maruku yaketa tokorode toridashi, aonori toka tsuobushi wo furi, soosu wo kakete dekiagari.

Saat dibakar sampai habis, diambil pada saat biru, seolah ditutupi dengan daun hijau dan bonito, kemudian membuat saus dan selesai.

Analisis Kutipan 8:

Pada kalimat kutipan tersebut memiliki situasi dari kondisi pengambilan yang tepat. Kata tori (取り) pada kalimat tersebut berhubungan dengan adanya makna menggenggam dengan tangan, pada kalimat ini situasi pengambilan yaitu sesudah dibakar sampai habis, kemudian memindahkan dengan tangan. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna „diambil‟.

.3.2 Analisis Perubahan Nuansa Makna Verba “Toru”

Perbedaan makna pada masing-masing kalimat kutipan menunjukkan adanya お dengan konteks kalimat di mana verba toru digunakan.

Pada kalimat kutipan 1, penggunaan kata toru mendapatkan perluasan arti kata karena digabung dengan kata atsukau (扱う). Makna kata toru yang dipakai pada kalimat ini bermakna melaksanakan dengan tangan. Oleh karena itu, makna kata toru setelah dikonjugasikan dengan kata atsukau (扱う)

berubah makna dari makna aslinya, yaitu dari “mengambil”, menjadi

“menangani”.

Pada kalimat kutipan 2, Kata tori (取り) pada kalimat tersebut berhubungan dengan adanya penggunaan peralatan-peralatan elektronik. Oleh karena itu diperlukan kata Toru yang digabungkan dengan kata atsukau (扱う).

Makna dari kata tori atsukau (取り扱う) adalah „menangani‟. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan makna nya dengan makna toru yang bermakna melaksanakan dengan tangan.

Pada kalimat kutipan 3, penggunaan kata toru mendapatkan perluasan arti kata karena digabung dengan kata awase (合わせ). Makna kata toru yang dipakai pada kalimat ini bermakna membentuk hal yang baru atau menggabungkan. Oleh karena itu, makna kata toru berubah makna dari makna aslinya, yaitu dari “mengambil”, menjadi “menggabungkan”.

Pada kalimat kutipan 4, penggunaan kata toru mendapatkan perluasan arti kata karena digabung dengan kata daseba (出せば ). Makna kata toru yang dipakai pada kalimat ini bermakna menggenggam dengan tangan kemudian memindahkan atau mengambil. Oleh karena itu, makna kata toru tidak begitu berubah makna dari makna aslinya, yaitu “mengambil”

Pada kalimat kutipan 5, penggunaan kata toru mendapatkan perluasan arti kata karena digabung dengan kata maku (巻く). Makna kata toru yang dipakai pada kalimat ini berhubungan dengan adanya makna penggunaan

ruang. Oleh karena itu, makna kata toru berubah makna dari makna aslinya, yaitu dari makna “mengambil”, menjadi “mengelilingi / melapisi”.

Pada kalimat kutipan 6, verba toru tidak memiliki perubahan nuansa makna. Dikarenakan, kata tersebut merupakan kata tunggal sehingga hanya memunculkan makna dasar dari kata toru , yaitu „ambil‟.

Pada kalimat kutipan 7, kata toru memperoleh nuansa makna karena adanya tambahan kata tsukerarete (つけられて). Makna kata toru yang dipakai pada kalimat ini berhubungan dengan adanya makna dibangun, pada kalimat tersebut adanya perlengkapan pada BOCCO. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan maknanya dengan makna toru yang bermakna „dilengkapi‟.

Pada kalimat kutipan 8, kata toru memperoleh nuansa makna karena adanya tambahan kata dashi (出し). Makna kata toru yang dipakai pada kalimat ini berhubungan dengan adanya makna „diambil‟. Maka makna kata toru pada kalimat kutipan tersebut dapat dipadankan maknanya dengan makna toru yang bermakna menggenggam dengan tangan kemudian memindahkannya atau

„diambil‟.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya, maka bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Verba dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan, bisa berdiri sendiri, dan menduduki jabatan predikat dalam suatu kalimat. Verba toru merupakan salah satu kata dalam bahasa Jepang yang memiliki makna polisemi. Makna polisemi verba toru diketahui memiliki delapan makna, yaitu 手に持つ (te ni motsu) : menggenggam dengan tangan; 手でつかん で移す (te de tsukande utsusu) : menggenggam dengan tangan kemudian memindahkan; 身に負う (mi ni ou) : bertahan; 選び出す (erabi dasu) : memilih; 作り出す (tsukuri dasu) : membangun; 様子をはかり知る (yousu wo hakari shiru) : mengetahui kondisi; 場所や時間を占める (basho ya jikan wo shimeru) : menggunakan tempat dan waktu; dan (手で) 行う (te de okonau) : melaksanakan / melakukan dengan tangan.

2. Perubahan nuansa makna dari makna polisemi verba toru berhubungan erat dengan makna kata lain yang dipadankan dalam satu kalimat dengan verba toru. Berdasarkan pada kalimat kutipan yang telah dianalisis, makna verba toru memiliki banyak gabungan kata dan berubah makna

nya berdasarkan kata yang dilekatkan pada nya. Walaupun verba toru digabungkan dengan verba lain atau disatukan dengan frase lain, makna kata verba toru tidak berubah makna menjadi makna lain di luar dari makna polisemi nya.

4.2 Saran

Bahasa bersifat dinamis dan mengalami perubahan, dalam hal ini verba toru pun tidak tertutup kemungkinan mengalami pergeseran atau perubahan makna dalam penggunaannya.

Peneliti beranggapan, bahwa penelitian ini masih harus ditindak lanjuti.

Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai makna verba toru. Dengan penulisan skripsi ini, diharapkan para pembelajar bahasa Jepang dapat lebih memahami mengenai makna verba toru . Sehingga diperlukan perhatian khusus dari pembelajar bahasa Jepang agar tidak terjadi kesalahan ketika menggunakan verba toru..

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, AChaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum (Cetakan Pertama). Jakarta: RinekaCipta ___________.2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: RinekaCipta ___________. 2012. Linguistik Umum (Cetakan Keempat). Jakarta: RinekaCipta Depdikbud.1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka

Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 (Pemahaman Ilmu Makna ). Bandung:

Refika

Koizumi, dkk. 1989. Nihongo Kihon Doushi Youhou Jiten. Tokyo: Daishuukan Shoten.

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Aristia, Puti Novianti. 2015. Analisis Fungsi Dan Makna Nomina Shourai

Dan Mirai Dalam Kalimat Bahasa Jepang . Skripsi Sarjana Medan:

Departement Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Nipponika No.14 (Majalah). 2014. Tokyo: Nihon Hakken Nipponika No. 16 (Majalah). 2015. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 43 (Majalah). 2007. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 46 (Majalah). 2008. Tokyo: Nihon Hakken Nipponia No. 8 (Majalah). 1999. Tokyo: Nihon Hakken

Parera, J.D.2004. Teori Semantik (EdisiKedua). Jakarta: Erlangga

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sudjianto, Dahidi Ahmad. 1981. Gramatikal Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc

____________________. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:

Kesaint Blanc

____________________. 2007. Pengantar Linguistik BahasaJepang. Jakarta:

Kesaint Blanc

Situmorang, Hamzon. 2010. Pengantar Ilmu Linguistik (Edisi Revisi). Medan.

USU Press

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung :Humaniora Utama Press

Sutedi, Dedi. 2008. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang (EdisiKetiga).

Bandung: Humaniora Utama Press

Three A Network. 2012. Minna No Nihongo Shokyuu II (cetakan kedua).

Surabaya: I‟mc Center Press.

Ulman, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

ABSTRAK

Bahasa tidak terlepas dari ucapan atau kalimat yang mengandung makna.

Tiap-tiap bahasa memiliki struktur kalimatnya masing-masing. Unsur kalimatnya pun memiliki fungsi masing-masing. Semua unsur saling berhubungan sehingga membentuk kalimat yang dapat dipahami oleh lawan bicara. Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat. Salah satu cakupan dalam semantik ialah polisemi.

Dalam setiap bahasa termasuk bahasa Jepang, sering kali ditemukan relasi makna antara sebuah kata dengan kata lainnya. Salah satu hubungan kemaknaan tersebut adalah polisemi (tagigo). Polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu, dan setiap makna tersebut ada hubungannya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Polisemi Verba Toru dalam Kalimat Bahasa Jepang” ini membahas mengenai kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Toru merupakan salah satu contoh kata yang berpolisemi dalam bahasa Jepang. Verba toru memiliki arti yaitu „ambil‟. Kata toru dianalisis berdasarkan pada makna kontekstual, yaitu makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan konteks. Sehingga belum tentu arti kata toru pada suatu wacana sama dengan wacana lainnya. Artinya hasil terjemahan kata toru dapat berbeda.

Dalam penulisan skripsi ini membahas masing-masing 8 buah contoh kalimat yang memakai kata Verba Toru. Seluruh kalimat untuk penelitian ini

diambil secara acak dari majalah Jepang seperti 3 buah kalimat dari Nipponika No. 16 Tahun 2015, 2 buah kalimat dari Nipponika No. 14 Tahun 2014, 1 buah kalimat dari Nipponia No.43 Tahun 2007, 2 buah kalimat dari Nipponia No.46 Tahun 2008.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna apa saja yang terdapat dalam verba toru. Untuk itu perlu dilakukan analisis dari segi semantik dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan pengertian toru, kemudian dianalisis berdasarkan konteks kalimatnya. Maka hasil dari analisis tersebut dapat diketahui verba toru memiliki makna yang berbeda.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa verba dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan, bisa berdiri sendiri, dan menduduki jabatan predikat dalam suatu kalimat. Verba toru merupakan salah satu kata dalam bahasa Jepang yang memiliki makna polisemi. Makna polisemi verba toru diketahui memiliki delapan makna, yaitu 手に持つ (te ni motsu) : menggenggam dengan tangan; 手でつかん で 移 す (te de tsukande utsusu) : menggenggam dengan tangan kemudian memindahkan; 身に負う (mi ni ou) : bertahan; 選び出す (erabi dasu) : memilih;

作り出す (tsukuri dasu) : membangun; 様子をはかり知る (yousu wo hakari shiru) : mengetahui kondisi; 場所や時間を占める (basho ya jikan wo shimeru) : menggunakan tempat dan waktu; dan (手で)行う (te de okonau) : melaksanakan / melakukan dengan tangan.

Kesimpulan lainnya ialah perubahan nuansa makna dari makna polisemi verba toru berhubungan erat dengan makna kata lain yang dipadankan dalam satu kalimat dengan verba toru. Berdasarkan pada kalimat kutipan yang telah dianalisis, makna verba toru memiliki banyak gabungan kata dan berubah makna nya berdasarkan kata yang dilekatkan pada nya. Walaupun verba toru digabungkan dengan verba lain atau disatukan dengan frase lain, makna kata verba toru tidak berubah makna menjadi makna lain di luar dari makna polisemi nya.

Dokumen terkait