• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pengertian Pragmatik

2. Jenis-Jenis Tindak Tutur

Menurut Putrayasa (2015:87), menyatakan bahwa tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Biasanya dipandang karena kurang penting dalam kajian tindak tutur. Rahardi dan Sumarsono (dalam Putrayasa, 2015:87) tindak tutur itu disebut The Act of Saying Something . sebagai contoh adalah sebagai berikut. Ikan paus adalah binatang mamalia terbesar di samudra. Pada kalimat tersebut diutarakan semata-mata hanya menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk memengaruhi lawan tuturnya. Kalimat tersebut hanya berupa informasi yang tidak berdampak apa-apa terhadap mitra tuturnya.

Bila diamati secara saksama, konsep lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai satuan yang terdiri atas dua unsur, yakni subjek/topik dan predikat/comment (Nababan dalam Putrayasa, 2015:87). Selanjutnya, dikatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur.

b. Tindak Tutur Ilokusi

Tindak tutur ilokusi berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi disebut juga sebagai The Act of Doing Something (Rahardi dan Sumarsono dalam Putrayasa, 2015:87). Tindak ilokusi adalah apa yang ingin

dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain sebagainya. Tindak ilokusi ini dapat dikatakan sebagai tindak terpenting dalam kajian dan pemahaman tindak tutur (Nadar dalam Putrayasa, 2015:87). Pada kalimat (1) sampai (4) misalnya, cenderung tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara saksama.

(1) Saya tidak bisa datang. (2) Ada anjing galak. (3) Ujian sudah dekat.

(4) Rambutmu sudah panjang.

Kalimat (1) jika diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja berulang tahun, kalimat (1) tidak hanya berfungsi menyatakan atau menginformasikan sesuatu, tetapi juga untuk melakukan sesuatu, yakni bermaksud untuk meminta maaf karena tidak bisa hadir dalam pesta ulang tahun. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan tutur sudah mengetahui hal tersebut. Pada kalimat (2) yang biasa ditemui di pintu pagar atau bagian depan rumah pemilik anjing tidak hanya sekadar untuk menginformasikan kepada seseorang, tetapi untuk memberikan peringatan. Akan tetapi, apabila bila ditujukan kepada pencuri, tuturan itu mungkin digunakan untuk menakutinya. Kalimat (3), bila diucapkan oleh seorang guru kepada muridnya, mungkin

berfungsi untuk memberikan peringatan kepada siswanya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian yang sudah dekat. Bila diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya, mungkin dimaksudkan untuk menasihati agar lawan tutur tidak hanya bepergian menghabiskan waktu secara sia-sia. Wacana (4) jika diucapkan oleh seorang lelaki kepada pacarnya, mungkin berfungsi untuk menyatakan kekagumannya atau kegembiraan. Akan tetapi, bila diucapkan oleh seorang ibu kepada anak lelakinya, atau boleh seorang istri kepada suaminya, mungkin dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintah agar anak tersebut atau sang suami memotong rambutnya.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasikan karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur atau lawan tuturnya, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Dengan demikian, tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.

Menurut Putrayasa (2015:92), menyatakan bahwa pembagian tindak tutur berdasarkan maksud penutur ketika berbicara (ilokusi) dibagi dalam lima jenis. Pembagian ini didasarkan atas asumsi “Berbicara menggunakan suatu bahasa adalah mewujudkan perilaku dalam aturan yang tertentu”. Kelima tindak tutur tersebut adalah:

1) Tindak tutur representatif yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan atau menjelaskan sesuatu apa adanya. Tindak tutur ini, seperti menyatakan, melaporkan, memberitahukan, menjelaskan,

mempertahankan, menolak, dan lain-lain. Tindak menyatakan, mempertahankan maksudnya adalah penutur mengucapkan sesuatu, maka mitra tutur percaya terhadap ujaran penutur. Tindak melaporkan, memberitahukan, maksudnya ketika penutur mengujarkan sesuatu, maka penutur percaya bahwa telah terjadi sesuatu. Tindak menolak, menyangkal, maksudnya penutur mengucapkan sesuatu maka mitra tutur percaya bahwa terdapat alasan untuk tidak percaya. Tindak menyetujui, mengakui, maksudnya ketika penutur mengucapkan sesuatu, maka mitra tutur percaya bahwa apa yang diujarkan oleh penutur berbeda dengan apa yang ia inginkan dan berbeda dengan pendapat semula.

Contoh : “Pokok bahasan kita hari ini mengenai analisis wacana.” Tuturan dosen di atas merupakan salah satu contoh tindak tutur yang termasuk dalam tindak memberitahukan.

2) Tindak tutur komisif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pembicaraan melakukan sesuatu, seperti berjanji, bernazar, bersumpah, dan ancaman. Komisif terdiri atas 2 tipe, yaitu promises (menjanjikan) dan offers (menawarkan) (Ibrahim dalam Putrayasa, 2015). Tindak menjanjikan, mengutuk, dan bersumpah maksudnya adalah penutur menjanjikan mitra tutur untuk melakukan A, berdasarkan kondisi mitra tutur menunjukkan dia ingin penutur melakukan A.

Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh tindak komisif yang termasuk dalam menjanjikan.

3) Tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, perintah, meminta. Menurut Ibrahim dalam Putrayasa (2015), megatakan bahwa direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur, misalnya meminta, memohon, mengajak, bertanya, memerintah, dan menyarankan. Tindak meminta maksudnya ketika mengucapkan sesuatu, penutur meminta mitra tutur untuk melakukan A, maksudnya mitra tutur melakukan A, karena keinginan penutur. Tindak memerintah, maksudnya ketika penutur mengekspresikan keinginannya pada mitra tutur untuk melakukan A, mitra tutur harus melakukan A, mitra tutur melakukan A, karena keinginan penutur. Tindak bertanya, ketika mengucapkan sesuatu penutur bertanya, mengekspresikan keinginan kepada mitra tutur, mitra tutur menjawab apa yang ditanya oleh penutur.

Contoh :

Guru : “Siapa yang piket hari ini?”

Siswa : “Ani.” (siswa yang bersangkutan maju)

Tuturan di atas, merupakan suatu pertanyaan yang tujuannya meminta informasi mitra tutur.

Tuturan ini juga termasuk tindak tutur direktif yang maksudnya menyuruh atau meminta mitra tutur mengulangi kembali jawabannya.

4) Tindak tutur ekspresif, yaitu tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini berupa tindak meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji, dan mengkritik. Penutur mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas maupun yang murni. Perasaan dan pengekspresian penutur untuk jenis situasi tertentu yang dapat berupa tindak penyampaian salam (greeting) yang mengekspresikan rasa senang karena bertemu dan melihat seseorang, tindak berterima kasih (thanking) yang mengekspresikan rasa syukur karena telah menerima sesuatu. Tindak meminta maaf (apologizing) mengekspresikan simpati karena penutur telah melukai atau mengganggu mitra tutur.

Contoh : “Ya, bagus sekali nilai rapormu.”

Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh tindak ekspresif yang termasuk pujian.

5) Tindak tutur deklaratif, yaitu tindak tutur yang berfungsi untuk memantapkan sesuatu yang dinyatakan, antara lain dengan setuju, tidak setuju, benar-benar salah, dan sebagainya.

c. Tindak Tutur Perlokusi

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tutur. Sebuah tuturan yang diucapkan oleh seseorang sering mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak perlokusi yaitu tindakan untuk memengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk, dan lain-lain. Tindak ini disebut sebagai The Act of Affecting Something (Rahardi dan Sumarsono dalam Putrayasa, 2015:88). Adapun contoh tindak tutur perlokusi sebagai berikut:

(1) Rumahnya jauh.

(2) Kemarin saya sangat sibuk. (3) Televisinya 20 inci.

Seperti halnya dengan tindak tutur ilokusi, kalimat (1) sampai dengan (3) tidak hanya mengandung tindak lokusi saja. Jika kalimat (1) diucapkan oleh seseorang kepada ketua perkumpulannya, maka ilokusinya adalah secara tidak langsung menginformasikan bahwa orang yang dibicarakan tidak dapat terlalu aktif di dalam organisasinya. Adapun efek perlokusi yang mungkin diharapkan adalah agar ketua tidak terlalu banyak memberikan tugas kepadanya. Jika kalimat (2) diucapkan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang yang mengundangnya, kalimat ini merupakan tindak ilokusi memohon maaf, dan efek perlokusi yang diharapkan adalah orang yang mengundang dapat memakluminya. Bila

kalimat (3) diucapkan oleh seseorang kepada temannya pada saat akan diselenggarakannya siaran langsung sebuah ajang kompetisi bernyanyi misalnya, kalimat ini tidak hanya mengandung tindak lokusi, tetapi juga ilokusi yang berupa ajakan untuk menonton di tempat temannya, dengan efek perlokusi lawan tutur menyetujui ajakannya.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa secara relatif mudah dapat diketahui bahwa wacana (4) dan (5) di bawah ini tidak semata-mata mengandung lokusi, tetapi juga ilokusi, bahkan perlokusi sebagai maksud pengutaraannya yang utama.

(4) Baru-baru ini Walikota Denpasar telah membuka Wijaya Departement Store yang terletak di pusat belanjaan dengan tempat parkir yang sangat luas dan aman.

(5) Kartu pass tidak berlaku.

Wacana (4) disusun bukan semata-mata untuk memberikan sesuatu, tetapi secara tidak langsung merupakan undangan atau ajakan untuk berbelanja ke Departement Store bersangkutan. Letak Departement Store yang strategis dengan tempat yang amat luat serta aman diharapkan memiliki efek untuk membujuk para pembacanya. Pada wacana (5) lazimnya ditemui pada iklan film yang akan atau sedang ditayangkan. Wacana (5) secara tidak langsung mengutarakan ilokusi bahwa film yang diputar sangat bagus, dengan perlokusi dapat membujuk para calon penontonnya.

Dokumen terkait