• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGARUH SHINTO PADA DEKORASI TAHUN BARU

3.1.1 Jenis dan Makna Dekorasi Ōshōgatsu

Pada saat Ōshōgatsu ada banyak jenis hiasan tahun baru yang mengandung makna berbeda. Hiasan Ōshōgatsu tersebut biasanya mulai dipasang seminggu sebelum tahun baru sampai perayaan Koshōgatsu. Adapun jenis-jenis hiasan Ōshōgatsu yaitu sebagai berikut:

1. Kadomatsu

Kadomatsu berasal dari kata “kado” dan “matsu” berarti “kado” merupakan pintu masuk dan “matsu” berarti pohon pinus. Kadomatsu merupakan hiasan tahun baru yang terbuat dari cabang pinus, batang bambu, dan ranting pohon prem yang dibuat dengan gaya ikebana (seni merangkai bunga Jepang) yang digunakan untuk menghiasi gerbang rumah atau gerbang kantor. Pada umumnya Kadomatsu diletakkan secara berpasangan di kedua sisi rumah atau pintu masuk toko dengan tujuan untuk mengundang dewa panen dan dewa leluhur lainnya. Kadomatsu bertujuan untuk menyambut datangnya dewa atau kami yang dipercaya dewa tersebut akan datang pada awal tahun untuk memberkati seluruh anggota keluarga.

Terdapat makna yang berbeda dari setiap bagian Kadomatsu yaitu sebagai berikut :

- Pohon pinus/cabang pinus

Dalam bahasa Jepang, kata kadomatsu mencakup adanya karakter pohon pinus.

Pohon pinus merupakan tanaman utama yang digunakan dalam dekorasi tahun baru.

Sejak zaman dahulu, bagi orang Jepang pohon pinus memiliki arti khusus yaitu mereka percaya bahwa pohon adalah tempat tinggal roh para dewa.

- Bambu

Dekorasi bambu merupakan salah satu hal yang menarik dalam Kadomatsu, bambu mulai dikaitkan dengan kadomatsu selama periode masyarakat samurai. Karena pada zaman dahulu masyarakat Jepang mempunyai keyakinan bahwa bambu cocok untuk menghilangkan kehidupan yang susah karena bambu memiliki filosofi selalu tumbuh kearah langit.

- Bunga plum dan kangkung berbunga

Didalam kadomatsu juga terdapat hiasan bunga plum dan kangkung berbunga.

Keduanya memiliki makna yang beruntung. Bunga plum yang mekar di awal tahun pada suhu yang relatif dingin memiliki makna tanaman yang kuat dan tahan lama Sedangkan kangkung berbunga yang melapis daunnya, diartikan sebagai semakin banyak rezeki.

2. Shimenawa

Arti "Shimenawa," secara harafiah yaitu "tali penutup" adalah hiasan yang sering sekali terlihat di dalam kuil Shinto untuk menandai tempat-tempat suci yang dipercaya sebagai tempat tinggal arwah. Shimenawa adalah hiasan jerami padi suci yang menghiasi sebagian besar didepan pintu rumah. Shimenawa merupakan tali khusus yang diikatkan di sekitar atau di atas suatu objek atau ruang untuk menunjukkan kesucian atau kemurniannya. Jumbai biasanya digantung di tali dengan interval tertentu. Didalam Shimenawa terdapat pita gantung yang dikenal sebagai shide, terbuat dari washi (kertas Jepang) dan dilipat menjadi bentuk zig-zag.

Shimenawa yang digantung melintasi ruang, biasanya lebih tebal di bagian tengah dan meruncing ke ujungnya, sedangkan yang diikat di sekitar benda suci umumnya memiliki ketebalan yang konsisten. Sebuah shimenawa selalu tergantung di bawah atap (haiden), dan yang sering ditempelkan pada torii (gerbang) juga, yang membuat shimenawa menjadi salah satu hal pertama yang dilihat seseorang ketika mengunjungi kuil. Di rumah-rumah Jepang, orang sering melihat shimenawa di depan kuil rumah tangga, dan itu membentuk dasar shimekazari, hiasan Tahun Baru yang digantung di atas pintu depan untuk menyambut kami(dewa) pada tahun baru ke dalam rumah seseorang. Shimenawa dapat ditemukan melingkari patung, pohon legendaris, batu, dan apa pun yang dianggap dihuni oleh makhluk seperti dewa yang disebut kami. shimenawa juga dipasang untuk mengelilingi pohon keramat (shinboku). (https://www.japanvisitor.com/japanese-culture/shimenawa)

3. Shimekazari

Shimekazari Merupakan salah satu dekorasi Tahun Baru yang paling umum untuk setiap rumah. Shimekazari yaitu tali jerami yang dikepang (biasanya digunakan di kuil Shinto) dihiasi dengan potongan kertas berbentuk zigzag dengan lambang zodiak tahun yang akan datang atau jimat keberuntungan lainnya.

Biasanya, Shimekazari ditempatkan di pintu masuk rumah untuk mencegah masuknya roh jahat dan mengundang Toshigami atau dewa Shinto. Dekorasi Tahun baru tradisional ini terbuat dari shimenawa, tali jerami suci Shinto, dan bahan lainnya seperti jeruk pahit, pakis, dan potongan kertas ritual putih yang disebut shide.

Shimekazari biasanya dipasang antara tanggal 26 dan 28 Desember.

Memasangnya pada tanggal 29 atau 31 Desember dianggap membawa kesialan:

melakukannya pada tanggal 29 dikatakan akan membawa penderitaan (ku dalam bahasa Jepang, yang terdengar mirip dengan pengucapan niju-ku dari nomor 29), sedangkan memasang shimekazari pada tanggal 31 yang berarti mereka hanya bisa begadang selama satu malam sebelum kunjungan Toshigami, yang dianggap tidak menghormati dewa. Setelah kunjungan Toshigami, biasanya shimekazari diturunkan pada tanggal 7 Januari dan membakarnya selama ritual Dondoyaki pada tanggal 15 Januari, meskipun ada di beberapa bagian Jepang shimekazari dipertahankan sepanjang tahun. Shimekazari tahun baru mencakup berbagai elemen dekoratif yang berasal dari kepercayaan tradisional kuno. Setiap elemen memiliki tujuan spesifiknya sendiri - misalnya, potongan kertas berbentuk zigzag yang dirancang menyerupai petir dikatakan dapat mengusir kejahatan.

Terdapat makna yang berbeda dari setiap bagian Shimekazari seperti pada gambar diatas yaitu sebagai berikut :

- Kipas Terbuka

Pada shimekazari terdapat adanya kipas genggam terbuka berbentuk seperti pai pada ornamenya Jadi kipas terbuka cocok dengan arti kata 末

広 が り yang berarti kemakmuran meningkat seiring berjalannya waktu.

- Udang

Pada hiasan shimekazari terdapat adanya udang yang berbentuk seperti punggung udang bengkok yang sama dengan punggung orang tua. Udang dipercaya memiliki makna untuk melambangkan umur yang panjang.

- Daun pakis

Daun pakis ditempatkan dengan sisi yang menjulang keluar, yang disebut Urajiro yang berarti "punggung putih", karena daun pakis disisi tersebut lebih berwarna putih karena terkena lebih sedikit cahaya sehingga lebih sedikit adanya klorofil. Daun pakis ini melambangkan kemurnian dan kepolosan seseorang.

- Daun Yuzuriha

Daun ini diambil dari pohon yang disebut yuzuriha yang berarti "daphne palsu". Kata yuzuru berarti "meneruskan, memberi jalan, "dan ha berarti

"daun”. Daun ini melambangkan garis keturunan yang panjang untuk mewariskan budaya perayaan tahun baru bagi generasi yang akan datang.

- Klep/Rumput laut

Dalam Bahasa Jepang kata klep adalah adalah konbu. Kata konbu dekat dengan yorokobu “bersukacita; bergembiralah”. Jadi klep atau rumput laut disini bermakna pengalaman orang yang menyenangkan yang dibagikan dengan orang lain agar orang tersebut diharapkan dapat bergembira dan bersukacita.

- Daidai Orange (jeruk pahit)

Daidai (橙) adalah sejenis jeruk tetapi rasanya pahit yang hanya digunakan

untuk dekorasi Shimekazari bukan untuk makanan karena rasanya tidak enak. Nama daidai identik dengan da’idai (代々) “generasi yang akan

sukses”. Jadi daidai melambangkan keinginan sebuah keluarga untuk garis keturunan yang panjang dan sejahtera.. Warna daidai adalah oranye, dan disebut daidaiiro (橙色).

- Rantai Kertas

Rantai kertas terbuat dari selembar kertas putih yang dipotong sedemikian rupa dan dilipat menjadi rantai. Biasanya digantung di 注 連 縄 atau shimenawa , tali yang terbuat dari sedotan atau serat rami untuk menangkal kejahatan dan menandai daerah suci. Dalam dekorasi ini ditambahkan selembar kertas merah. Kombinasi merah dan putih berarti "keberuntungan"

di Jepang.

- Paper string

Mizuhiki (水引き) adalah beberapa benang kertas beras yang dipilin untu mengikat hadiah. Jika untuk acara yang menguntungkan, seperti perayaan tahun baru, pernikahan,ulang tahun memakai benang berwarna merah dan putih, dan jika untuk berkabung, warnanya hitam / abu-abu dan putih.

- Straw (sedotan)

Sedotan kering melambangkan harapan akan panen yang melimpah di musim gugur.

(https://kanjiportraits.wordpress.com/2016/12/31/3773/)

4. Kagami Mochi

Di dalam bahasa Jepang 'Kagami' berarti 'cermin', dan sering dikatakan bahwa bentuknya menyerupai cermin perunggu yang dianggap sebagai harta karun oleh orang Jepang kuno. Dipercaya bahwa dengan menghiasi barang-barang mulia seperti itu, kekayaan seseorang juga akan berlipat ganda. Kagami-mochi terbuat dari dua lapis beras tumbuk, atau mochi, dan biasanya dimahkotai dengan mandarin Jepang berwarna jingga cerah yang disebut mikan. Yang terakhir ini sebenarnya merupakan tambahan modern, karena secara tradisional kue ini dihiasi dengan buah jeruk berbeda yang dikenal sebagai daidai. Daidai dianggap menguntungkan, karena arti kata tersebut dapat diterjemahkan menjadi "generasi demi generasi,"

mewakili keinginan keluarga untuk garis keturunan yang panjang dan sejahtera.

Namun, karena buah daidai besar dan pahit, mikan yang lebih enak dan secara proporsional digunakan secara luas, dengan tetap mempertahankan pengertian daidai tentang kesehatan dan umur panjang.

Kagami mochi umumnya menggunakan hiasan seperti pakis, rumput laut kering dan kertas Jepang dekoratif. Namun, dekorasi bervariasi tergantung dari keluarga masing-masing yang menginginkan hiasan seperti apa. Kagami mochi dipercaya oleh masyarakat Jepang untuk mengundang Toshigamisama (Dewa).

Kagami mochi berbentuk bulat dan menumpukkan dua "mochi" yang berarti

"berkali-kali". Dengan kata lain, itu berarti mengulang tahun dengan perasaan damai. Dalam kagami mochi juga diletakkan jeruk pahit (atau jeruk mandarin) di atasnya. Dan menampilkan kipas angin di belakang. Jeruk ini bermakna agar memiliki harapan supaya mendapatkan umur yang lebih panjang dan kesejahteraan keluarga, sedangkan arti dari kipas angin yang ada dibelakangnya memiliki makna diberikan rezeki yang berlimpah untuk waktu yang lama.

5. Dekorasi Altar Shogatsu (Toshidana)

Toshidana merupakan rak yang dibuat khusus pada ritual khususnya dalam perayaan tahun baru. Bentuknya seperti bangunan yang permanen yang sudah ada sejak awal pertengahan. Altar Shinto dibagi menjadi dua yaitu jenis yaitu Iwasaka dan Himorogi, iwasaka adalah tempat persembahan yang dikelili oleh tumpukan batu sedangkan himorogi yaitu tempat suci yang ditanami pepohonan hijau dan sebagai objek pemujaan. Terkadang tempat pemujaan ini tidak memiliki struktur fisik tetapi masih disebut sebgai altar.

Perayaan Shogatsu, terdapat altar khusus yang disebut toshidana. Toshidana ini digunakan untuk menaruh berbagai persembahan yang ditujukan kepada kami atau dewa. Benda-benda yang dijadikan persembahan tersebut diantaranya adalah ranting tumbuhan sakaki, kagamimochi (dua buah mochi yang berbentuk bundar pipih seperti cermin yang diletakkan dengan cara bertumpuk dengan bagian yang lebih kecil diatas dan yang lebih besar dibawah), dan sake. Ada juga sebagian orang yang menggunakan kamidana (altar Shinto) sebagai toshidana.

Dokumen terkait