• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Penggambaran Tokoh

Dalam dokumen 149959677 Kreatif Berbahasa Indonesia 3 (Halaman 147-152)

Pendidikan Keluarga

A. Menerangkan Sifat Tokoh dari Kutipan Novel

3. Jenis Penggambaran Tokoh

Untuk menggambarkan sifat atau karakter seorang tokoh pengarang menggunakan dua teknik. Dua teknik tersebut adalah sebagai berikut.

a. Teknik analitik, yaitu karakter/sifat tokoh cerita diceritakan secara langsung oleh pengarang.

b. Teknik dramatik, yaitu karakter/sifat tokoh dikemukakan melalui penggambaran tertentu, misalnya fisik dan perilaku tokoh, lingkungan kehidupan, dialek bahasa, jalan pikiran, dan lewat gambaran tokoh lain.

Nah, sebagai latihan, tutuplah bukumu kemudian dengarkanlah pembacaan kutipan novel berikut! Teks akan dibacakan oleh dua orang temanmu!

Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) ...

Waktu itulah baru tahu ayahku bagaimana watak Datuk Meringgih sebenarnya kepadanya. Waktu itulah barulah berasa, Datuk Meringgih bukan sahabatnya, melainkan musuhnya. Jadi, musuh yang sebesar-besarnya. Sekalian sangkaku yang telah kukatakan kepadanya, mulai dipercayainya. Akan tetapi, apa boleh buat, Sam! Gadai telah terlanjur ke Cina, tak dapat diubah lagi. Siapa tahu barangkali Datuk Meringgih inilah yang mendatangkan sekalian mala petaka itu sehingga sampai ayahku jatuh sedemikian. Sudah itu dipinjaminya ayahku uang, supaya ia jatuh pula ke dalam tangannya. Jika demikian, sesungguhnyalah Datuk Meringgih itu penjahat sebesar- besarnya yang mengail dalam belanga, menggunting dalam lipatan.

Setelah dipinta oleh ayahku, dengan susah payah, barulah diberinya tangguh sepekan lagi. Akan tetapi, dengan perjanjian, apabila dalam sepekan ini tiada juga dibayar utang itu tentulah akan disitanya rumah dan barang-barang ayahku dan ayahku akan dimasukkannya dalam penjara. Hanya bila aku diberikan kepadanya, raksasa buas ini, bolehlah ayahku membayar utang itu, bila ada uangnya.

Membaca kekejian ini merah padamlah warna muka Samsu. Matanya sebagai berapi, urat keningnya membengkak dan sekujur badannya gemetar. Tangannya dikepalkannya sebagai hendak menerkam Datuk Meringgih yang pada penglihatannya barangkali ada di mukanya.

"Jahanam," demikianlah perkataan yang keluar dari mulutnya, "Anjing tua yang tiada berbudi. Ingat rupa dan umurmu! Hendak meminta Nurbaya. Dengan hantu patut engkau kawin!"

Setelah disabarkan Samsu hatinya, lalu dibacanya pula surat itu karena sangat ingin ia hendak mengetahui, apakah jadinya dengan kekasihnya itu.

"Di dalam sepekan itu", demikianlah sambungan surat Nurbaya, "Pergilah ayahku ke sana kemari mencari uang, tetapi tiadalah seorang juga yang percaya lagi kepadanya karena ia telah jatuh sengsara. Sedangkan sahabat karibnya yang acap kali ditolongnya di dalam kesenangannya telah mening- galkannya pula. Rupanya begitulah adat dunia ini, patut dikiaskan oleh orang Jakarta dengan sindiran. Ada uang abang sayang tak ada uang abang melayang. Ya, kawan gelak yang banyak, tetapi kawan menangis jarang bersua. Rupanya uang itulah yang dipandang, ditakuti, dihormati, dan dicintai orang; uang itulah sahabat kerabat, ibu-bapa, dan sanak saudara. Yang tak beruang akan yatim piatulah, sunyi daripada sekaliannya, hidup sebatang kara.

Aku tiada berkata-kata lagi, sejak terbakar toko ayahku, hatiku tak dapat kesenangan. Acap kali menangislah aku pada malam hari mengenangkan nasibku yang malang ini. Mimpimu selalu terbayang-bayang di mataku. Setelah Datuk Meringgih menagih piutangnya, tiadalah aku dapat tidur setiap malam, melainkan selalu menangis bersedih hati. Kerap kali aku terkejut karena sebagai kelihatan olehku Datuk Meringgih datang menguasai aku. Dengan demikian, badanku menjadi kurus kering tinggal kulit pambalut tulang. Jika engkau lihat aku sekarang ini, pastilah tak kenal lagi engkau kepadaku. Demikianlah perubahan badanku karena sedih, susah, takut, dan makan hati.

"Aku tahu Nur bahwa engkau tiada suka kepada Datuk Meringgih, kata ayahku pada malam itu. Pertama umurnya telah tua, kedua karena rupanya tak elok, ketiga karena tabiatnya keji. Itulah sebabnya ia bukan jodohmu. Dan aku tahu pula bagaimana hatimu kepada Samsu dan hatinya kepadamu. Aku tiada lain, melainkan itulah yang kucita-citakan dan kuharapkan siang dan malam, yakni akan melihat engkau duduk bersama dengan Samsu kelak karena ialah jodohmu yang sebanding dengan engkau.

Mendengar bujukan ayahku ini, barulah dapat aku mengeluarkan suara lalu bertanya, "Tiadalah cukup untuk pembayar utang itu, kalau sekalian barang hamba jual dengan rumah dan tanah ayah? Karena hamba lebih suka miskin daripada jadi istri Datuk Meringgih."

"Tanah tak laku tak ada orang yang hendak membelinya dan harganya barang-barangmu dengan rumah ini tentulah tak lebih dari enam tujuh ribu rupiah. Di mana dicari yang lain dengan bunga uang utang itu? Tetapi sudahlah, jangan kaupikirkan lagi perkara ini, senangkanlah hatimu, dan kita tunggulah apa yang akan datang".

Setelah menyingsinglah fajar di sebelah timur dan berkokoklah ayam berbalas-balasan, barulah sadar aku dalam diriku dan nyatalah kepada hari telah subuh, lalu keluarlah aku membasahi kepalaku yang masih panas sebagai besi menyala. Kemudian, aku mandi akan menyegarkan tubuhku. Sesudah mandi, barulah agak dapat berpikir dengan benar. Tatkala ingatlah pula akan halku, kecutlah kembali hatiku dan berdebar- debarlah jantungku serta gemetar sendi tulangku karena sebentar lagi akan jatuhlah hukumanku atau hukuman ayahku. Bila aku tiada diterkamnya, niscaya ayahkulah yang akan disiksanya oleh binatang buas itu.

Tiada berapa lama kemudian daripada itu sesungguhnya datanglah Datuk Meringgih dengan dua orang Belanda. Setelah naik ke rumahku dengan tiada duduk lagi, ia bertanya kepada ayahku, "Bagaimana?"

"Tak dapat kubayar utang itu," jawab ayahku, "Dan anakku tak dapat pula kuberikan kepadamu."

Tatkala mendengar perkataan ayahku ini, merentaklah ia dengan marahnya, lalu berkata, "Jika demikian, tunggulah olehmu!" lalu diserahkannya perkara itu kepada pegawai Belanda yang datang bersama-sama dia. Seorang daripada tuan ini berkata sambil mendekati ayahku, "Walaupun dengan sedih hati, tetapi terpaksa hamba akan membawa tuan ke dalam penjara, atas kemauan Datuk Meringgih."

"Dan hamba pula terpaksa menyita rumah dan sekalian harta tuan hamba," kata pegawai yang lain.

Ayahku tiada dapat menyahut apa-apa lain daripada, "Lakukan kewajiban tuan-tuan".

Tatkala kulihat ayahku akan dibawa ke dalam penjara sebagai seorang penjahat yang bersalah besar, gelaplah mataku

dan hilanglah pikiranku dan dengan tiada kuketahui keluarlah aku, lalu berteiak, "Jangan dipenjarakan ayahku! Biarlah aku jadi istri Datuk Meringgih!"

Mendengar perkataan itu tersenyumlah Datuk Meringgih dengan senyum yang pada penglihatanku sebagai senyum seekor harimau yang hendak menerkam mangsanya dan terbayanglah suka citanya dan berahi serta hawa nafsu hewan kepada matanya sehingga terpaksa aku menutup mataku.

Ayahku tiada berkata apa-apa melainkan datang memeluk aku, sambil bertanya, "Benarkah katamu itu?" Seperti suatu perkakas mengangguklah aku karena mengeluarkan perkataan tak dapat lagi.

Sumber: Siti Nurbaya karya Marah Rusli, Balai Pustaka hal 117-119

Dari hasil simakanmu, coba terangkan karakter/sifat tokoh dalam novel tersebut!

No. Teknik Gambaran Tokoh Nama Tokoh Penjelasanmu

1. Analitik 1. . . . 2. . . . 3. . . . 4. . . . 5. . . . 2. Dramatik 1. . . . a. Fisik dan perilaku 2. . . . b. Dialek/bahasa 3. . . . c. Jalan pikiran 4. . . . d. Lingkungan 5. . . . 3. Jenis tokoh . . . . a. Protagonis . . . . b. Antagonis . . . . c. Tritagonis . . . .

Kreatif Berkelompok 1

Lakukan latihan berikut bersama delapan anggota kelompok!

1. Berkunjunglah ke perpustakaan di sekolahmu!

2. Carilah novel Angkatan 20-an atau 30-an, kemudian tentukan: a. Judul buku b. Pengarang c. Penerbit d. Tahun terbit e. Halaman f. Ringkasan cerita

3. Analisislah sifat/karakter tokoh-tokohnya a) Teknik analitik

b) Teknik dramatik c) Tokok protagonis d) Tokoh antagonis e) Tokoh tritagonis 4. Kerjakan di lembar folio.

5. Tukarkan dengan kelompok lain untuk ditanggapi. 6. Bantulah gurumu memberi penilaian.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Apa tema yang diangkat dalam kutipan novel tersebut? 2. Apa amanat/pesan ceritanya?

3. Bagaimana bahasa yang digunakan?

4. Apa latar belakang budaya dalam novel tersebut? Berikan alasanmu! 5. Tunjukkan ungkapan/peribahasa dalam novel tersebut dan jelaskan!

B. Menemukan Gagasan pada Artikel atau

Dalam dokumen 149959677 Kreatif Berbahasa Indonesia 3 (Halaman 147-152)