• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menganalisis Nilai-Nilai Kehidupan Sebuah Cerpen

Dalam dokumen 149959677 Kreatif Berbahasa Indonesia 3 (Halaman 64-69)

Dunia Hiburan

C. Menganalisis Nilai-Nilai Kehidupan Sebuah Cerpen

Tujuan Pembelajaran

Kamu akan mampu untuk:

• Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen.

Pernahkah kamu membaca buku kumpulan cerpen? Apa tujuanmu membaca sebuah cerpen? Mengapa memilih cerpen itu? Dengan sering membaca, kamu akan bertambah pengetahuan dan wawasan. Dari buku kumpulan cerpen tersebut, dapat kamu temukan nilai-nilai kehidupan.

1. Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerpen

Nilai-nilai kehidupan bersifat universal atau luas. Nilai nilai itu meliputi gotong-royong, keagamaan, kesetiakawanan, budaya, seni, kasih sayang, dan sebagainya. Nilai-nilai kehidupan secara

implisit melekat pada karakter tokoh-tokoh yang ditampilkan. Oleh karena itu, perhatikan karakter tokoh maupun isi dalam sebuah cerpen, baik yang positif maupun negatif.

2.

Bentuk Nilai-Nilai Kehidupan Cerpen

Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam sebuah cerpen, antara lain sebagai berikut.

a. Nilai sosial berkaitan dengan hubungan manusia yang satu dengan yang lain.

b. Nilai budaya yakni nilai yang ada kaitannya dengan nilai perbuatan baik, tingkah laku, dan kepribadian.

c. Nilai religius berkaitan dengan agama atau kepercayaan . d. Nilai humanistik berkaitan dengan kemanusiaan.

e. Nilai estetika adalah nilai yang ada kaitannya dengan keindahan atau ketepatan pelukisan dan kesesuaian antara bentuk dan isi.

f. Nilai edukatif (pendidikan), yaitu nilai yang berkaitan dengan pendidikan.

g. Nilai psikologi berkaitan dengan kejiwaan atau watak seseorang.

h. Nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk dalam perilaku sehari-hari.

Sekarang mari kita berlatih menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen berikut. Bacalah dengan saksama cerpen berikut, pahami isi ceritanya!

Kenapa Papa Murka Saat Ulang Tahun, Mama? Oleh: Arswendo Atmowiloto

Itu pertanyaan Okti. Dan Mama tak bisa menjawab. Mendekati Bulan Oktober, Okti selalu tegang. la merayakan ulang tahun tanggal 7, sedang Papa tanggal 10. Okti dirayakan, dan ketika giliran Papa, Papa sama sekali menunjukkan sikap tak suka. Bahkan murka ketika Mama menyiapkan tart khusus, atau mengajak makan-makan. "Saat lain juga bisa. Saya sibuk." Padahal bagi Mama, "Ulang tahun adalah saat yang membahagiakan. Kita akan lebih bahagia, jika ulang tahun bersama orang yang paling dekat, paling kita cintai. "Tapi itu tidak berlaku buat Papa. Padahal tanggal 10 juga Papa melangsungkan pernikahan dengan Mama, 12 tahun lalu. Dalam usianya yang 10 tahun, Okti tak mengerti sikap Papa. Menurut cerita Mama, Papa pernah murka ketika anak buahnya di kantor membuat 'surprise', membuat kejutan. Anak buahnya

menyediakan tart, menyediakan roti untuk lucu-lucuan, menyiapkan lagu, tapi Papa malah mengadakan rapat, lalu bertemu dengan klien. Sampai malam acaranya padat.

Tiga hari sejak ulang tahunnya, Okti selalu tegang. Bahkan ketegangan itu terasakan sejak ulang tahunnya dirayakan. Karena tahu bahwa Papa sepertinya tidak mau dirayakan sekedarnya. Paling ciuman selamat ulang tahun pagi. Itu pun hanya dijawab ‘ngh’, pendek, lalu sudah. Kalaupun Mama menyediakan dasi, baju, atau jas baru juga tak dipakai. Sopir pribadi yang turut mengucapkan pagi pun kena semprot. "Ah kamu ikut-ikutan tidak betul." Jabat tangan yang terulur tak disambut.

Mama sudah menyerah. Sudah lima tahun terakhir ini tak pernah mengajak atau menyinggung soal pesta ulang tahun. Tak ada tart, tak ada acara khusus, bahkan menjadikan hari biasa.

Okti sedih dan tegang. Sedih karena saat ulang tahun, apa yang diinginkan diberikan. Papa sendiri kadang susah payah mencarikan. Okti ingat samar-samar ia mendapat hadiah ulang tahun boneka yang bisa jalan, waktu kecil. Ketika ulang tahun ketujuh, Papa bahkan membuatkan akuarium besaaaar sekali, karena ia sangat menginginkan setelah melihat akuarium besar di Ancol. Ulang tahun kedelapan, Papa mendatangkan rombongan sirkus. Okti dan teman-temannya sangat puas. Ulang tahun kemarin dirayakan di panti asuhan. Mengharukan. "Kenapa untuk Okti, Papa mau melakukan banyak hal Mama? Kenapa kalau untuk Papa sendiri tidak mau?"

"Okti..." kata Mama haru. "Mama bahkan pernah marah besar sama Papa. Mama mengira Papa tak mencintai Mama lagi, karena tidak mau berduaan secara khusus."

"Kenapa Ma?"

"Kalau Mama tahu jawabannya, sakit hati ini bisa terobati." "Jadi kenapa?"

Apakah cukup menganggap Papa aneh? Apakah ia juga melakukan hal sama dengan Papa, tak merayakan ulang tahun? Atau malah marah-marah kalau ada yang menyelenggarakan? Ulang tahun kali ini Okti setengah ‘ngambeg’. la memilih pergi ke desa, ke tempat Nenek yang masih tinggal di desa. Nenek tak tahu menahu soal ulang tahun Okti. Bahkan ketika Okti mengatakan ia akan merayakan ulang tahun ke-11 di rumah Nenek, Nenek tak bereaksi berlebihan.

"Bikin bancakan dari nasi tumpeng." "Apa itu Nek?"

"Nasi tumpeng, hidangan serba sayur. Pakai telor ayam direbus. Telor itu dipotong kecil-kecil menjadi delapan. Biasanya di kampung begitu."

"Papa waktu kecil juga dirayakan begitu, Nek?" "Ya, harusnya..."

"Harusnya? Berarti tidak?"

"Kami tak bisa merayakan, Okti. Papamu anak sulung, tidak dirayakan, juga adik- adiknya, om dan tante kamu. Sejak Kakek meninggal, mereka masih kecil-kecil. Tak punya biaya. Malah kalau diberi nasi tumpeng, Papa kamu selalu menangis. Nasi pemberian itu dianggap menghina."

"Kenapa Nek?"

"Teman-teman memberi, tapi Papa tak pernah membalas." "Papa tak pernah merayakan ulang tahun, sejak Kakek meninggal?"

"Pernah sekali. Saya menjual ayam peliharaannya. Papamu murka. Mengatakan pemborosan, tak tahu diri. Belum pernah saya kena marah seperti itu. Sejak itu tak pernah lagi."

Okti memeluk Nenek.

Kini ia tahu kenapa Papa membenci pesta ulang tahun. Masa kecil yang penuh penderitaan, menggores dalam. Perasaannya terluka. Okti bisa membayangkan pada usia yang sama dengan dirinya sekarang, Papa tak pernah merayakan ulang tahun. Bahkan seakan ulang tahun mengingatkan akan kekurangannya tak bisa membagi nasi tumpeng kecil.

Ketika tanggal 7 Papa datang ke rumah Nenek, Okti merayakan dengan tumpeng kecil. Dengan nasi "bancakan’ : nasi dalam pincuk daun pisang, dengan sayur. Telor ayam satu dibagi empat bukan delapan, karena terlalu kecil. Yang diajak merayakan anak-anak desa. Papa menangis keras, karena tergugah emosinya. Mama turut menangis haru, menyadari perjuangan keras suaminya sejak masa mudanya. Sampai keberhasilannya sekarang. Masa muda yang penuh keprihatinan.

"Papa sekarang kan tidak kekurangan, tak perlu membenci ulang tahun. Memang tak perlu besar-besaran, cukuplah kalau Papa tak membenci," pinta Okti.

Tangis Papa makin keras. Okti dipeluk, diciumi. Mama juga menangis sampai ingusnya berleleran.

"Kok malah pada menangis?" tanya Nenek heran.

Bagi Okti, kesadaran ini adalah sebuah hadiah ulang tahun terindah: lebih dari boneka yang bisa berjalan dan bernyanyi, atau akuarium terbesar di dunia. Hadiah ini paling indah dan bermaknai melalui Nenek memahami Papa.

Sumber: Kumpulan Cerpen Anak Rahasia Tarian Suci oleh Arswedo Atmowiloto dan Daniel Tito, halaman 1 (2004)

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!

1. Siapa nama-nama tokoh pada cerpen di atas dan bagaimana karakternya?

2. Apa tema dan amanat ceritanya? 3. Di mana latar peristiwa berlangsung?

4. Bagaimana isinya? Menarik atau tidak menarik? Berikan alasanmu! 5. Tulislah nilai-nilai kehidupan yang dapat kamu ambil!

Kreatif Berlatih 5

Kerjakan di buku tugas!

Lakukanlah kegiatan berikut bersama delapan kawan.

1. Berkunjunglah kalian ke perpustakaan. 2. Cari dan bacalah buku kumpulan cerpen.

3. Bacalah tiga cerpen dan temukan nilai-nilai kehidupan dalam cerpen yang kamu baca tadi.

4. Laporkan temuanmu itu dengan mengisi tabel di bawah ini!

a. Nama siswa : . . . . b. Judul buku kumpulan cerpen : . . . . c. Pengarang : . . . . d. Judul Cerpen : 1. . . . . 2. . . . . e. Tokoh-Tokoh dan Perwatakannya:

Cerpen 1 Cerpen 2

1. . . 1. . . . 2. . . 2. . . . 3. . . 3. . . .

D. Menulis Cerpen Berdasarkan Peristiwa

Dalam dokumen 149959677 Kreatif Berbahasa Indonesia 3 (Halaman 64-69)