• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi exsperiment design

yaitu ada dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain yang digunakan dalam penelitian ini post-test only control group design, yaitu penelitian dengan melihat nilai post-test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Desain penelitian disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian E X 01

K Y 02 Keterangan:

E = Kelas eksperimen K = Kelas kontrol

X = Model pembelajaran kontekstual yang di implementasikan dengan strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan

42

Y = model pembelajaran ekspositori

01 dan 02 = post test (Sugiyono 2008:75)

Penelitian yang dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelasksanaan.

1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:

a. Merancang instrumen penelitian (seperti: Silabus, RPP, soal tes, lembar observasi).

b. Melakukan uji coba instrumen penelitian (tes kognitif, lembar observasi psikomotor dan afektif serta angket tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran) dan dianalisis daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas instrumen tersebut.

c. Uji coba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen (pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan)

1. Pembentukan kelompok heterogen (comunitylearning).

Pembentukan kelompok dalam kelas ditentukan oleh guru yang lebih mengetahui siswa yang pandai dan siswa yang lemah. Siswa-siswa dalam kelompok merupakan campuran siswa dari tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan suku. Kelas eksperimen yang berjumlah 36 siswa dibagi

menjadi 6 kelompok. Siswa yang terpandai dalam kelompoknya dipilih sebagai ketua kelompok karena harus bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dalam mengerjakan tugas.

2. Penjelasan materi, pemberian percobaan dan kegiatan kelompok (modelling).

Guru memberikan informasi pada siswa berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Kemudian, guru memberi lembar percobaan dan tiap kelompok memahami lembar percobaan. Percobaan yang diberikan guru adalah percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan. Percobaan ini menghubungkan isi pelajaran dengan dunia nyata yang dialami siswa sehingga diharapkan siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kelompok dipersilahkan untuk melakukan percobaan sederhana dengan bimbingan guru (inquiri).

4. Setelah selesai, masing-masing kelompok mengumpulkan hasil pengamatan.

5. Salah satu kelompok diminta mempresentasikan lembar pengamatan percobaan (authentic assessment).

6. Dengan bimbingan guru, kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan saran atau komentar (contructivism).

7. Kelompok yang mau tampil di berikan aplaus oleh guru dan siswa. 8. Guru memberikan kesempatan bertanya untuk siswa (questioning)

44

9. Guru merefleksi seluruh kegiatan dan membuat kesimpulan atas percobaan yang telah di lakukan (reflection).

b. Proses Pembelajaran pada Kelas Kontrol

Pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori. Kelas kontrol yang berjumlah 40 siswa dibagi menjadi 6 kelompok. 4 kelompok beranggotakan 7 siswa dan 2 kelompok 6 siswa. Rincian pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol adalah sebagai berikut: 1) Guru menerangkan dan menyampaikan materi di kelas menggunakan metode ceramah.

2) Siswa mendengarkan dan mencatat materi dibuku catatan. 3) Guru memberikan contoh soal dan latihan soal.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktikum dan mempresentasikan hasil praktikum.

5) Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari proses pembelajaran.

3. Melaksanakan postes untuk mengukur ketuntasan belajar, perbedaan hasil belajar setelah dilakukan perlakuan.

4. Pemberian angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran.

3.5Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian yang dilakukan adalah penggunaan metode pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu metode

pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan dan metode pembelajaran ekspositori.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian yang dilakukan adalah hasil belajar siswa kelas X semester genap materi pokok Redoks.

3.3.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar, jumlah jam, sumber ajar, materi pelajaran, kurikulum yang digunakan, waktu tatap muka.

3.6Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari soal tes yaitu soal post tes, lembar pengamatan psikomotorik dan afektif serta angket tanggapan siswa tentang proses pembelajaran. Penysusunan perangkat pembelajaran meliputi silabus yang disesuaikan dengan sekolah, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar atau materi ajar, media berupa diktat praktikum sederhana, lembar kerja siswa.

3.6.1 Materi dan Bentuk Instrumen

Materi yang digunakan yaitu materi mata pelajaran kimia kelas X semester II, materi redoks, dengan merujuk pada silabus dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku. Bentuk instrumen yang digunakan: lembar penilaian afektif dan psikomotor, soal postes dan angket tanggapan siswa. Soal postes berupa dua puluh lima soal pilihan

46

ganda dengan dengan lima pilihan jawaban dan hanya satu jawaban yang benar.

3.6.2 Metode Penyusunan Soal Postes

Langkah-langkah penyusunan instrumen postes sebagai berikut: 1. Menetukan komposisi jenjang;

Komposisi jenjang dari perangkat tes uji coba pada penelitian yang dilakukan terdiri atas 50 butir soal yaitu:

Aspek pengetahuan (C1) terdiri dari 9 soal = 18 % Aspek pemahaman (C2) terdiri dari 16 soal = 32 % Aspek penerapan (C3) terdiri dari 16 soal = 32 % Aspek analisis (C4) terdiri dari 9 soal = 18 % 2. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal;

Kisi-kisi soal tes dilakukan berdasarkan indikator yang terdapat dalam silabus yang berlaku.

3. Menyusun butir-butir soal;

Sebanyak 50 butir soal dibuat dengan lingkup dan jenjang yang disesuaikan dengan kisi-kisi soal.

4. Mengujicobakan soal;

5. Menganalisis soal uji coba, dalam hal validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda perangkat tes yang digunakan;

3.6.3 Instrumen

Instrumen yang telah disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru pamong sebagai ahli/pakar (expert validity). Untuk soal post test, lembar penilaian afektif dan psikomotor serta angket tanggapan siswa perlu diuji cobakan terlebih dahulu.

3.6.4 Analisis Instrumen Penelitian a. Validitas Soal

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Rencana pelaksanaan pembelajaran; 2. Silabus;

3. Bahan ajar;

4. Lembar percobaan sederhana; 5. Lembar penilaian afektif siswa; 6. Lembar penilaian psikomotorik siswa; 7. Soal postes

8. Angket tanggapan siswa.

Pengujian instrumen nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 dengan expert

validity, yaitu validitas yang disesuaikan dengan kurikulum dan

dikonsultasikan kepada ahli; yaitu dosen pembimbing I, dosen pembimbing II, dan guru pamong.

Validitas soal postes, lembar penilaian afektif dan psikomotor serta angket tanggapan siswa selain dikonsultasikan dengan ahli juga diujicobakan. Kegiatan ini untuk mencari realibilitas dari instrument soal

48

postes, lembar penilaian afektif dan psikomotor serta angket tanggapan siswa.

Untuk mencari reliabilitas lembar observasi (psikomotorik dan afektif), digunakan rumus korelasi Spearman, yaitu:

r = 1 - 6∑B2 / N (N2-1) Keterangan:

r = Reliabilitas instrumen

B = Beda peringkat antara pengamat I dengan pengamat II N = Jumlah siswa yang diamati

(Suharsimi, 2006:196)

Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga critical value

spearman dengan taraf signifikan 5% di mana suatu instrumen dikatakan

reliabel apabila harga r lebih besar dari rcritical value Spearman.

Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 10 dan harga critical value spearman dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,632 baik untuk lembar afektif dan psikomotor. Hasil analisis lembar uji coba psikomotor diperoleh rhitung sebesar 0,803 dan lembar uji coba afektif diperoleh rhitung sebesar 0,721. Nampak dari hasil peritungan bahwa harga rhitung > rcritical value Spearman maka instrument tersebut bisa dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran nomor 20 dan 23 halaman169 dan 171.

Untuk mencari reliabilitas instrumen angket tanggapan sisiwa ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu:

Varians : Keterangan:

= reliabilitas instrument = jumlah kuadrat skor butir = banyak butir pertanyaan = jumlah kuadrat skor total = jumlah varians skor butir = kuadrat jumlah skor butir = varians total = kuadrat jumlah skor total = banyaknya subjek

Kriteria : > rtabel maka instrument dikatakan valid dengan signifikansi 5%.

Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 10 dan harga rtabel dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,632. Hasil analisis lembar angket tanggapan sisiwa diperoleh rhitung sebesar 0,694. Nampak dari hasil peritungan bahwa harga rhitung>rtabel maka instrument tersebut bisa dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran nomor 25 halaman172.

Penelitian ini menggunakan dua macam validitas soal yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.

1. Validitas isi soal

Validitas isi soal dipenuhi dengan cara memerinci instrumen berdasarkan kurikulum yang berlaku, selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru pamong.

50

2. Validitas butir soal

Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi point biserial. Teknik korelasi ini digunakan karena untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yang bersifat dikotomi (alami) dan variabel terikat yang bersifat kontinyu.

rpbis = x keterangan :

rp bis= koefisien korelasi biserial

Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar Mt = rata-rata skor seluruh siswa

p = proporsi skor siswa yang menjawab benar p =

q = 1-p

St = standar deviasi total (Suharsimi, 2006:79) rp bis yang diperoleh diuji dengan tarap signifikan (t hitung) 5% dan dk = n-2 dengan rumus :

t hitung = keterangan :

t hitung = uji signifikansi

rp bis = koefisien korelasi biserial n = jumlah siswa yang mengerjakan soal

Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 28 dan standar deviasi = 8,432 kemudian dihitung harga rpbis. Harga rpbis dan thitung yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel. Kriterianya yaitu, jika t hitung > t tabel maka item tes yang diuji cobakan valid. Contoh perhitungan validitas item soal nomor 1 dengan dk = 28-2 =26 diperoleh r pbis = 0,607, t hitung = 3,899 dan t tabel = 1,706 tampak dari perhitungan bahwa t hitung > t tabel , maka item soal nomor 1 dinyatakan valid. Berdasarkan hasil analisis uji coba validitas soal terdapat 35 soal valid dan 15 soal tidak valid. Soal yang valid yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 41, 43, 45,48 dan 49.

b. Reliabilitas

Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subyek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Reliabilitas soal bentuk obyektif dihitung dengan menggunakan rumus Kuder Richardson, yaitu KR-21.

r 11 = [ [1- keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal Vt = varians total

52

Klasifikasi reliabilitas soal yang digunakan dalam penelitian disajikan Tabel 3.2

Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas Soal Interval Kriteria 0,80 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 ≤ r11 < 0,80 Tinggi 0,40 ≤ r11 < 0,60 Cukup 0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah r11 < 0,20 Sangat rendah

Berdasarkan hasil analisis pada lampiran, maka diperoleh r11 = 0,885 maka koefisien reliabilitas tersebut dalam kategori sangat tinggi.

c. Tingkat Kesukaran Soal

Kualitas soal yang baik, disamping memenuhi kriteria valitidas dan reliabilitas, perlu dianalisis tingkat kesukarannya. Soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran soal dapat diketahui dengan rumus:

B A B A JS JS JB JB IK Keterangan : IK = Indeks kesukaran A

JB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas

B

JB = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok bawah

A

JS = banyak siswa pada kelompok atas

B

JS = banyak siswa pada kelompok bawah

Tolok ukur tingkat kesukaran butir soal disajikan Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kalsifikasi Indeks Kesukaran Soal

Interval Kriteria IK = 0,00 Sangat sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 Mudah IK = 1,00 Sangat mudah

Dari perhitungan tingkat kesukaran soal pada lampiran diperoleh soal

yang termasuk kategori “sukar” yaitu 5, 6, 7, 9, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 25, 26, 32, 38, 39, 40, 42, 44, 46, 47 dan 50. Soal yang termasuk

kategori “sedang” yaitu 2, 3, 4, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 22, 23, 24, 27, 28,

29, 30, 31, 33, 36, 37, 41, 43, 45, 48 dan 49. Soal yang termasuk

kategori “mudah” yaitu 1, 34 dan 35.

d. Daya Pembeda

Suharsimi (2006:211-213) menyatakan bahwa untuk mengetahui daya pembeda masing-masing soal, seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group).

Rumus yang digunakan dalam menghitung daya pembeda soal adalah:

D =

Keterangan :

BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar; BB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar; JA = jumlah siswa kelompok atas;

54

JB = jumlah siswa kelompok bawah (Suharsimi, 2006: 213). Klasifikasi daya pembeda soal yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam tabel 3.4

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval Kriteria D ≤ 0,00 Sangat jelek 0,00 < D ≤ 0,20 Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Sangat baik

Melalui hasil perhitungan daya pembeda soal maka diperoleh soal

yang mempunyai daya beda “sangat jelek” yaitu nomor 21, 32, 38 dan

44. Soal yang mempunyai daya beda “jelek” 6, 16, 18, 39, 42, 47 dan 50.

Soal yang mempunyai daya beda “cukup” yaitu 1, 5, 7, 9, 10, 13, 14, 15,

17, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 31, 34, 35, 36, 40, 41, 45, 46 dan 48. Soal yang mempunyai daya beda “baik” yaitu 2, 3, 4, 8, 11, 12, 22, 27, 28, 29, 33, 37, 43 dan 49. Soal yang mempunyai daya beda “sangat baik” yaitu 30. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran nomor 15 halaman 163.

3.7Teknik Pengumpulan Data

Dokumen terkait