i
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAAN
KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PERCOBAAN
SEDERHANA BERBASIS BAHAN ALAM
LINGKUNGAN SISWA
KELAS X
Skripsi
Disajikan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Lita Lilia 4301409039
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
iv
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah ( Lessing )
Tugas atau pekerjaan itu jangan hanya dipikirkan atau dibayangkan tapi Harus Dikerjakan!. (Komting Eka Fitriani P)
Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri. ( Benyamin Franklin )
Berangkat dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh Keikhlasan istiqomah dalam menghadapi cobaan (TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)
Persembahan :
v
hidayah-Nya yang selalu tercurah sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul
“Implementasi pembelajaran kontekstual dengan percobaan sederhana berbasis alam lingkungan”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini selesai berkat bantuan, petunjuk, saran, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi S1 di UNNES.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahhuan Alam Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelancaran skripsi.
3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelancaran ujian skripsi.
4. Bapak Dr. A. Tri Widodo, dosen pembimbing 1, yang selalu mengarahkan, memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Kasmadi Imam S, M.S, dosen pembimbing 2, yang telah, mengarahkan, memotivasi dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Sri Mantini Rahayu S, MS, dosen penguji, yang telah memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Endang Susilaningsih, M.Si, yang telah memberikan bimbingan dan dorongan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kepala SMA Ihsaniyah Tegal yang telah memberikan izin penelitian.
9. Ibu Sundari, S.Pd, guru kimia kelas X SMA Ihsaniyah Tegal yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.
vi
12.Komting seumur hidup untuk Eka Fitriani yang sudah menjadi tentor di semua perkuliahan, Erna, Nobi, Elga, Mujibatul (Emak/Iyu), Roro (Bos E). 13.Teman-teman “D’Kimoro” yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan semangat kebersamaan selama menempuh kuliah.
14.Siswa Kelas X2 dan X3 SMA Ihsaniyah tahun angkatan 2012/2013 atas partisipasinya dalam membantu penelitian penulis.
Akhirnya penulis berharap, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan perkembangan pendidikan Indonesia pada umumnya.
Semarang, Juli 2013
vii
Percobaan Sederhana Berbasis Alam Lingkungan Siswa Kelas X. Skripsi, Jurusan
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. A. Tri Widodo, Pembimbing II: Prof. Dr. Kasmadi Imam S, M.S.
Kata Kunci: Hasl belajar, konsep redoks, implementasi, pembelajaran kontekstual, percobaan sederhana.
Ilmu kimia bersifat eksperimen oleh karena itu, saat pembelajaran di kelas sebaiknya guru menunjukkan manfaat kimia dalam lingkungan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar dan besarnya ketuntasan belajar materi pokok reaksi redoks di SMA Ihsaniyah Tegal. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 2 SMA Ihsaniyah Tegal. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu X-2 sebagai kelas eksperimen menggunakan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan dan X-3 sebagai kelas kontrol menggunakan metode ekspositori. Desain penelitian adalah postes
only control group design. Setelah pembelajaran maka dilanjutkan dengan postes
pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji statistika yang digunakan adalah uji normalitas, kesamaan dua varians, uji perbedaan dua rata-rata dan ketuntasan belajar. Rata-rata nilai postes kelas eksperimen 80,86 dan kelas kontrol 73,70. Pada uji hipotesis thitung (3,501) > ttabel (1,993) yang berarti rata-rata hasil belajar
viii
Lilia, Lita. 2013.Implementasi Contextual Learning Experiments with Simple
Strategies Based Natural Environment Class X.Thesis, Chemical Majors, Faculty
of Mathematics and Natural Sciences, State University of Semarang. Counselor I: Dr. A. Tri Widodo, Counselor II: Prof. Dr.. Kasmadi Imam S, M.S.
Keywords: Concept of redoks, implementation, result of learning, simple attempt, study of contextual.
ix
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PRAKATA ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Pembatasan Masalah ... 7
1.6 Penegasan Istilah ... 8
2. TINJAUAN PUSTAKA……….10
2.1 Teori Dasar ... 10
2.2 Penelitian Terdahulu ... 28
2.3 Materi Redoks ... 29
2.4 Kerangka Berpikir ... 37
2.5 Hipotesis ... 39
3. METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Lokasi Penelitian ... 40
3.2 Objek Penelitian ... 40
3.3 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ... 41
x
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 54
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Hasil Penelitian ... 67
4.2 Pembahasan ... 79
5. PENUTUP ... 88
5.1 Simpulan ... 88
5.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
xi Halaman
2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Ekspositori ... 23
3.1 Desain Penelitian ... 41
3.2 Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 52
3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal ... 53
3.4 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 54
3.5 Data awal populasi ... 56
3.6 Hasil Uji Normalitas Populasi ... 57
3.7 Hasil Uji Homogenitas Populasi... 59
3.8 Sumber Varians Uji Anava ... 60
4.1 Data Hasil Belajar Reaksi Redoks ... 67
4.2 Uji Normalitas Hasil Postes ... 68
4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Postes ... 69
4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Hasil Belajar Kimia. ... 70
4.5 Hasil Uji secara Statistik Ketuntasan Belajar ... 71
4.6 Rata-Rata Nilai Psikomotorik ... 72
4.7 Rata-Rata Nilai Afektif ... 74
xii
1. Kerangka Berpikir ... 38
2. Grafik Hasil Belajar Reaksi Redoks ... 68
3. Perbandingan Skor Rata-rata Hasil Belajar Psikomotorik ... 73
4. Perbandingan Skor Rata-rata Hasil Belajar Afektif ... 74
xiii
1. Silabus Kelas Eksperimen... 93
2. Rencana Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 95
3. Silabus Kelas Kontrol ... 119
4. Rencana Pembelajaran Kelas Kontrol ... 121
5. Lembar Penilaian Psikomotor ... 139
6. Lembar Penilaian Afektif ... 143
7. Lembar Percobaan Eksperimen 1 ... 147
8. Lembar Percobaan Eksperimen 2 ... 148
9. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 149
10. Soal Uji Coba ... 150
11. Lembar Jawab Uji Coba Soal ... 159
12. Angket ... 160
13. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 161
14. Lembar Soal Diskusi Siswa ... 162
15. Analisis Uji Coba Soal ... 163
16. Kisi-kisi Soal Postes ... 166
17. Rekapitulasi dan Transformasi Nomor Soal ... 167
18. Hasil Uji Coba Lembar Penilaian Afektif Pengamat 1 ... 168
19. Hasil Uji Coba Lembar Penilaian Afektif Pengamat 2 ... 168
20. Hasil Reliabilitas Uji Coba Lembar Penilaian Afektif ... 169
21. Hasil Uji Coba Lembar Penilaian Psikomotor Pengamat 1 ... 170
22. Hasil Uji Coba Lembar Penilaian Psikomotor Pengamat 2 ... 170
23. Hasil Reliabilitas Uji Coba Lembar Penilaian Psikomotor... 171
24. Hasil Uji Coba Angket ... 172
25. Hasil Reliabilitas Uji Coba Angket ... 172
26. Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Kelas X ... 173
27. Uji Normalitas Nilai UAS Kelas X1 ... 174
28. Uji Normalitas Nilai UAS Kelas X2 ... 175
xiv
32. Soal Postes Reaksi Redoks ... 179
33. Nilai Postes kelas Eksperimen dan Kontrol ... 184
34. Uji Normalitas Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 185
35. Uji Normalitas Nilai Postes Kelas Kontrol ... 186
36. Uji Homogenitas Populasi Hasil Postes ... 187
37. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Postes ... 188
38. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Nilai Postes ... 189
39. Daftar Ketuntasan Belajar Nilai Postes ... 190
40. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ... 191
41. Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ... 192
42. Hasil Penilaian Afektif Kelas Eksperimen Pengamat 1 ... 193
43. Hasil Penilaian Afektif Kelas Kontrol Pengamat 1 ... 194
44. Hasil Penilaian Afektif Kelas Eksperimen Pengamat 2 ... 195
45. Hasil Penilaian Afektif Kelas Kontrol Pengamat 2 ... 196
46. Hasil Penilaian Afektif Kelas Eksperimen Pengamat 3 ... 197
47. Hasil Penilaian Afektif Kelas Kontrol Pengamat 3 ... 198
48. Rekapitulasi Nilai Afektif Kelas Eksperimen ... 199
49. Rekapitulasi Nilai Afektif Kelas Kontrol ... 200
50. Grafik Hasil belajar Afektif ... 201
51. Hasil Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen Pengamat 1 ... 202
52. Hasil Penilaian Psikomotor Kelas Kontrol Pengamat 1 ... 203
53. Hasil Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen Pengamat 2 ... 204
54. Hasil Penilaian Psikomotor Kelas Kontrol Pengamat 2 ... 205
55. Hasil Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen Pengamat 3 ... 206
56. Hasil Penilaian Psikomotor Kelas Kontrol Pengamat 3 ... 207
57. Rekapitulasi Nilai Psikomotor Kelas Eksperimen ... 208
58. Rekapitulasi Nilai Psikomotor Kelas Kontrol... 209
59. Grafik Hasil belajar Psikomotor ... 210
xv
1
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia, sehingga manusia tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia di masa yang akan datang. Proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah (pendidikan formal) melibatkan berbagai komponen diantaranya tujuan, bahan, metode, alat dan penilaian (Sudjana, 2004). Jika salah satu komponen tidak ada maka proses pembelajaran kurang berhasil.
Tujuan pendidikan selain untuk mencerdaskan bangsa, juga mengembangkan manusia seutuhnya. Dalam rangka mengembangkan manusia seutuhnya, maka tujuan pengajaran tidak terbatas hanya pada kawasan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga meliputi kawasan afektif.
Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.
sebagai proses penyalur pesan. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nurhadi (2002:31) mengemukakan bahwa ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment). Dengan ini maka di harapkan siswa dapat menyimpan lebih lama pengetahuan yang dipelajarinya karena mereka pengetahuan yang mereka pelajari akan bermanfaat dalam kehidupannya.
Ilmu kimia tidak hanya membahas tentang zat-zat secara teoretis, tetapi juga membahas secara empiris. Hal ini disebabkan ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh melalui kerja ilmiah, sehingga dalam mempelajari ilmu kimia ada dua hal yang harus dipelajari, yaitu aspek produk (fakta, konsep, prinsip, teori, hukum) dan aspek empiris.
Oleh karena itu selain mempelajari produk-produk, ilmu kimia juga sangat perlu untuk mempelajari bagaimana proses penemuan produk ilmu kimia tersebut (proses penemuan konsep, prinsip, teori, atau hukum).
juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi peserta didik yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui praktikum mereka dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahunya secara nyata. Namun banyak sekolah yang tidak bisa melaksanakan praktikum. Hal ini terbentur karena alat dan bahan yang dibutuhkan sangat mahal sehingga memerlukan biaya yang banyak dalam pelaksanaan praktikum.
Percobaan sederhana adalah serangkaian tindakan melakukan eksperimen dengan bahan-bahan dan alat yang mudah diperoleh di lingkungan alam sekitar siswa yang murah harganya. Dengan adanya percobaan ini dapat sebagai alternative yang baik mengenai masalah biaya pelaksanaan praktikum sehingga eksperimen dilaboratorium dapat dilaksanakan secara kontinyu.
SMA Ihsaniyah Tegal merupakan sekolah Yayasan Islam yang dalam kurikulumnya banyak mengedepankan materi agama dan aqidah. Materi eksak umum seperti kimia dalam satu minggu hanya 1 kali pertemuan 2X45 menit. Praktikum kimia untuk kelas X juga belum pernah di lakukan. Dikarenakan alat-bahan yang tersedia terbatas dan jam yang terlalu sedikit ini membuat guru susah dalam membagi waktu untuk penyampaian materi serta praktikum. Hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi sehingga pembelajaran cenderung pasif.
selama proses pembelajaran berlangsung selama ini nampak bahwa hanya sekitar 40% siswa kelas X yang mendapat nilai 7,5. Hal ini disebabkan pengalaman belajar yang diberikan guru lebih ditekankan pada kegiatan ceramah dan latihan soal. Kegiatan tersebut terkesan monoton dan belum menekankan pada kegiatan aktif siswa (student centered) dalam membangun konsep. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran inovatif yang tepat dalam penerapannya di kelas.
Hasil diskusi dengan guru kimia SMA Ihsaniyah Tegal disepakati bahwa salah satu diantara beberapa pembelajaran yang dapat menjembatani permasalahan tersebut adalah Pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan.
Secara substansial, hal yang ditawarkan dalam metode ini adalah suatu bentuk proses belajar mengajar dengan melibatkan siswa dalam menghubungkan materi yang di dapat dengan kebermanfaatan ilmu yang dipelajari. Pembelajaran kontekstual ini dilakukan melalui strategi percobaan sederhana sehingga siswa dapat untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, menyampaikan ide-ide kreatif yang didapatnya dari hasil pengamatan dan diskusi, sehingga dapat memahami konsep yang diajarkan. Dengan demikian ketuntasan hasil belajar dapat tercapai.
dapat dilakukan tanpa laboratorium. Antonius Tri Widodo (2008) menganalisis mengenai pemaksimalan kompetensi kimia siswa SMA dengan pendekatan pembelajaran penerapan penelitian sederhana menunjukkan rerata aspek kognisi sebesar 76, 04 melebihi target 75. Aspek keterampilan sebesar 75 adalah sama dengan target, sementara aspek afeksi dengan rerata 53,74 termasuk kategori baik. Hal ini mendukung rencana penelitian tentang Implementasi Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi Percobaan Sederhana Berbasis Alam Lingkungan Siswa Kelas X.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kontekstual yang di implementasikan melalui strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori?
2. Apakah hasil belajar kognitif kelas eksperimen dengan pembelajaran kontekstual yang di implementasikan melalui strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan mencapai ketuntasan belajar?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori.
2. Untuk mengetahui hasil belajar kognitif kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kontekstual yang di implementasikan melalui strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan mencapai ketuntasan belajar.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai permasalahan, penelitian ini diharapkan memberikan informasi : a. Adanya perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen menggunakan
pembelajaran kontekstual yang di implementasikan melalui strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ekspositori.
b. Adanya pencapaian ketuntasan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang menggunakan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan. c. Manfaat lainnya adalah :
1. Bagi siswa
2. Bagi guru
Memberikan cara mengajar yang lebih bervariasi sehingga dihasilkan pembelajaran yang menyenangkan sekaligus mencapai hasil yang optimal.
3. Bagi sekolah
Dapat memberikan sumbangan dalam hal perbaikan sistem belajar untuk meningkatkan hasil belajar kimia.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam pengembangan penelitian berikutnya.
1.5 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini membatasi masalah sebagai berikut : 1. Materi pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini yaitu redoks. 2. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual
dengan strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan. 3. Target yang diharapkan adalah adanya perbedaan hasil belajar siswa
dengan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan.
1.6 Penegasan Istilah
1. Implementasi
Implementasi adalah menerapkan atau melaksanakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002).
2. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran konstektual adalah konsep belajar dengan menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai bekal mereka untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, dkk., 2003).
3. Strategi
Menurut Ensiklopedia, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. 4. Percobaan Sederhana
mengenali hubungan sebab akibat antara gejala. Sederhana adalah bersahaja, santun dan tidak menjadikan kisruh di kehidupan (Ensiklopedia).
Percobaan sederhana adalah percobaan dengan alat-alat sederhana yang ada di laboratorium SMA, tidak rumit, tidak membahayakan dan alatnya tidak mahal.
5. Bahan Alam Lingkungan
Menurut Ensiklopedia, bahan alam lingkungan adalah zat atau benda yang dari mana sesuatu dapat dibuat darinya, atau barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu yang berasal dari lingkungan alam sekitar
6. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni 2006:5). Dalam penelitian ini hasil belajar meliputi hasil belajar kognitif berupa intelektual akademik, psikomotorik berupa keterampilan dan bertindak serta afektif yang berkenaan dengan sikap siswa selama mengikuti pelajaran.
7. Reaksi Redoks
10
2.1Teori Dasar
2.1.1 Definisi Belajar
Belajar pada umumnya dilakukan seseorang sejak mereka terlahir di dunia ini dan berakhir sampai akhir hayat. Belajar mempunyai pengertian sangat kompleks, sehingga banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang belajar.
Berikut ini diberikan beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli (dalam Syah, 2003) :
a) Menurut Whittaker, belajar adalah proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
b) Menurut Kimble, belajar adalah perubahan relatif permanen dalam potensi bertindak, yang berlangsung sebagai akibat adanya latihan yang diperkuat.
c) Menurut Winkel, belajar adlaah aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan dengan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan belajar dapat berupa ketrampilan, sikap, pengertian, ataupun pengetahuan. Belajar merupakan peristiwa yang terjadi secara sadar dan sengaja, artinya seseorang yang terlibat dalam peristiwa belajar pada akhirnya menyadari bahwa ia mempelajari sesuatu, sehingga terjadi perubahan pada dirinya sebagai akibat dari kegiatan yang disadari dan sengaja dilakukannya tersebut (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:15).
Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaruan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Berhasil tidaknya belajar tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu, faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.
a) Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa, yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi aspek fisiologis (kondisi tubuh dan panca indra) dan aspek psikologis (intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi).
b) Faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa, terdiri atas faktor lingkungan sosial (guru, teman, masyarakat dan keluarga) dan faktor lingkungan sosial (gedung sekolah, tempat tinggal, alat belajar, cuaca dan waktu belajar).
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran (Syah,2003:144-145).
2.1.2 Prinsip – Prinsip Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2002:42-50) menjelaskan ada tujuh prinsip dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaranakan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa. Disamping perhatian, motivasi juga mempunyai peran yang penting, yaitu sebagai tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
b. Keaktifan
Kecenderungan psikologis dewasa ini menganggap anak adalah makhluk yang aktif. Suatu kegiatan belajar hanya mungkin terjadi apabila seorang anak aktif mengalaminya sendiri. Siswa selalu menampakkan keaktifan dalam setiap proses belajar.
c. Ketertiban langsung (pengalaman)
d. Pengulangan
Prinsip pengulangan merupakan prinsip yang paling tua dan sudah diperkenalkan. Tujuan dari dilakukannya pengulangan adalah agar melatih daya ingat siswa dan untuk membentuk respon yang benar serta membentuk respon yang benar serta membentuk suatu kebiasaan.
e. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar akan membuat siwa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru dan mengandung maslaah yang perlu dipecahkan akan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
f. Balikan dan penguatan
Balikan yang diberikan guru kepada siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam suatu hal, tentang kekuatan dan kelemahan siswa. Penguatan berfungsi agar siswa mengulangi perbuatan yang sudah baik.
g. Perbedaan individual
Siswa dalam suatu kelas tidak boleh kita perlakukan dengan cara yang sama karena masing-masing mempunyai karakteristik dan perbedaan kemampuan sehingga guru harus memperlakukan siswa sesuai kemampuannya
2.1.3 Hasil Belajar
(proses), belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:15), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk:
a. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama trhadap suatu benda, definisi dan sebagainya.
b. Kecakapan intelektual; yaitu ketrampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya penggunaan simbol metematika. Termasuk dalam ketrampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan, memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
c. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengedalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikiragar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran. d. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu
kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
e. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar berupa kecakapan ketrampilan dan kemampuan bertindak. Sistem pendidikan nasional mengandung rumusan pendidikan nasional baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom.
Menurut Bloom (dalam Anni, 2006: 6-7), hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik.
Aspek-aspek yang tercakup dalam tiga ranah tersebut adalah: 1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahan, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah Psikomotorik
ketrampilan, gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan komplek serta gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah ini, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Sudjana, 2002:22-23).
Hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.4 Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson dalam Nurhadi, Pengertian CTL adalah sebagai
berikut:“The CTL system is an educational process that aims to help students
see meaning in the academic material they are studying by connecting
academic subjects with the context of their daily lives, that is, with the context
of their personal, social, and cultural circumstances”.
Sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan lingkungan pribadi, sosial, dan budayanya.
siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit-demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang membantu guru menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diharapkan dapat menyimpan lebih lama pengetahuan yang dipelajarinya karena mereka pengetahuan yang mereka pelajari akan bermanfaat dalam kehidupannya.
Beberapa karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu: 1) Kerja Sama
2) Saling Menunjang
3) Menyenangkan dan tidak membosankan 4) Belajar degan bergairah
5) Pembelajaran terintegrasi 6) Menggunakan berbagai sumber 7) Siswa Aktif
10)Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta, gambar, artikel,humor dan lain-lain.
(Sofyan dan Amiruddin,2007:16)
Selanjutnya menurut Zahorik dalam Depdiknas pembelajaran kontekstual itu terdiri atas lima elemen yakni:
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2. Pemerolehan pengetahuan baru (aquiring knoowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikannya secara detail.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun 1) konsep sementara (hipotesis), 2) Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan itu, 3) konsep itu direvisi dan dikembangkan.
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge). 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
2.1.4.1 Komponen Utama Dalam Pembelajaran kontekstual
Nurhadi (2002:31) mengemukakan bahwa ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
1) Konstruktivisme (constructivism)
Menurut Sardiman (2007) konstruktivisme merupakan landasan berpikir bagi pembelajaran kontekstual. Pengetahuan riil bagi siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi siswa harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam proses pembelajaran siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mengemukakan ide-ide dan kemudian mampu merekonstruksinya.
Dalam Pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri
c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar
2) Bertanya (Questioning)
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Menurut Sardiman (2007) kegiatan bertanya dalam proses pembelajaran berguna untuk:
a) Menggali informasi
b) Mengecek pemahaman siswa c) Membangkitkan respon siswa
d) Mengetahui seberapa jauh keingintahuan siswa e) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa
3) Menemukan (Inquiry)
Kegiatan menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Guru diharuskan selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan untuk setiap materi yang diajarkannya.
Dalam Sardiman (2007) disebutkan, langkah-langkah kegiatan menemukan adalah:
a) Merumuskan masalah
b) Mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku, mengumpulkan informasi
c) Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan, gambar, tabel dan sebagainya
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran secara kelompok. Siswa yang pandai mengajari yang lemah dan yang tahu memberi tahu temannya yang belum tahu. Menurut Nurhadi (2002), Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar guru dan siswa. Seseorang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
Perwujudan masyarakat belajar dikelas dapat dilakukan dengan cara pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan
”ahli” ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan
kelas diatasnya dan lain-lain. 5) Pemodelan (modeling)
Dalam pembelajaran kontekstual keterampilan atau pengetahuan tertentu menghendaki model yang bisa ditiru. Model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melakukan suatu percobaan kimia atau cara penyampaian materi lainnya oleh guru. Dengan demikin guru berperan sebagai model.
itu dapat dikatakan sebagai model, dan siswa yang lain dapat menggunakan model sebagai standar kompetensi yang harus dicapai.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan bagian penting dalam pembelajaran dengan CTL. Refleksi adalah cara berpikir atau perenungan tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yng sudah kita lakukan di masa lalu. Dalam refleksi ini siswa mengendapkan apa-apa yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru dan merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Dalam Nurhadi (2002) disebutkan bahwa guru perlu melaksanakan refleksi pada akhir program pengajaran. Pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi, realisasinya berupa:
a) Pernyataan langsung mengenai hal-hal yang diperolehnya hari itu b) Catatan atau jurnal siswa
c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d) Diskusi
e) Hasil karya
f) Cara-cara lain yang ditempuh guru untuk mengarahkan siswa kepada pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari
7) Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
a) Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja dan produk
b) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung c) Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber
d) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian
e) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
2.1.4.2 Perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan ekspositori terlihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Ekspositori
Ekspositori Kontekstual
1.Menyandarkan kepada hafalan 2.Pemilihan informasi ditentukan oleh guru
3.Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
4. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai
pada saatnya diperlukan
5. Penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan berupa ujian / ulangan.
1.Mendasarkan pada memori special 2. Pemilihan informasi berdasarkan pengalaman
3.Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang (disiplin)
4. Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
5. Menerapkan penilaian autentik melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah.
2.1.4.3 Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Komponen pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan melalui beberapa model pembelajaran diantaranya: pembelajaran langsung, pembelajaran berdasarkan masalah dan pembelajaran kooperatif.
2.1.4.4 Contoh penerapan strategi CTL dengan percobaan untuk bab reaksi redoks a. Pendahuluan (Awal)
1. Sebagai kegiatan pembuka guru mengajukan pertanyaan kepada peserta:
”Apakah yang dimaksud dengan reaksi elektrolisis? Apakah kegunaan dari penyepuhan? Apakah ada diantara siswa yang pernah melakukan penyepuhan emas, tembaga, atau logam lainnya?
2. Dengan instruksi dari guru, siswa diminta membentuk 10 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 3 orang (jumlah anggota kelompok praktikum dibuat sedikit agar aktivitas peserta lebih intens).
b. Kegiatan Inti
1. Dengan bimbingan guru, siswa diminta untuk menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktek penyepuhan tembaga dan emas di atas meja masing-masing.
3. Guru membagikan lembar kerja praktikum dan menjelaskan cara kerja penyepuhan tembaga. Siswa diminta untuk menyimak, mencatat, dan bertanya.
4. Setelah semua siswa paham prosedur kerja praktikum penyepuhan, dengan bimbingan guru semua kelompok dipersilakan untuk melaksanakan praktikum sendiri-sendiri.
5. Setelah selesai praktikum, masing-masing kelompok mengumpulkan lembar kerja praktikum.
6. Dengan bimbingan guru salah satu kelompok diminta mempresentasikan lembar kerja hasil praktikumnya dan menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dialami selama praktikum.
7. Dengan bimbingan guru, kelompok lain diminta memberikan masukan. 8. Guru dan siswa memberikan aplaus pada kelompok yang mau tampil
presentasi.
9. Kelompok yang mau tampil diberi penghargaan untuk mendemonstrasikan proses penyepuhan emas dibimbing oleh guru. Siswa mengamati, mencatat dan bertanya.
c. Penutup
Guru merefleksikan seluruh kegiatan dan membuat kesimpulan dari penyepuhan tembaga dan emas.
Jika dicermati rencana pembelajaran yang ditempuh di atas, maka beberapa prinsip Kontektual dapat dilihat dari kegiatan sebagai berikut : (1)
guru membimbing siswa dengan pertanyaan ”apakah yang dimaksud dengan
reaksi elektrolisis” dan ” apakah kegunaan dari penyepuhan”, bertanya tentang prosedur kerja yang belum jelas dan dalam diskusi dengan teman kelompoknya, (3) Learning community terjadi pada saat kerja kelompok, saling bertanya dan berdiskusi antar siswa dalam kelompok dan dalam diskusi kelas, (4) Modeling muncul ketika guru memperagakan cara-cara praktikum, (5) Authentic assesment dilakukan ketika peserta berdiskusi, presentasi, dan lembaran kerja praktikum yang dikumpulkan. Dari semua langkah tersebut peserta diberi kesempatan untuk membangun dan memperdalam konsep penyepuhan dengan cara membangun sendiri pengetahuan barunya berbasis pada pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki peserta, itulah makna
constructivism(6) , kemudian pembelajaran diakhiri dengan refleksi(7) dari guru bersama siswa dan guru memberi penguatan.
Sumber : Arief zainul, 2007
2.1.5 Percobaan Sederhana Berbasis Alam Lingkungan
Dengan berlakunya KTSP saat ini, seorang guru dituntut untuk dapat menyajikan materi ajar dengan berbagai pendekatan dan strategi yang kesemuanya diharapkan mampu mengaktifkan peserta didik. Oleh karena itu, guru harus kreatif dan inovatif menciptakan berbagai kegiatan yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi di luar kelas dan laboratorium. Menurut
John W. Hansen & Gerald G. Lovedahl (2004) ”belajar dengan melakukan”
harus lebih banyak memberikan kegiatan aktif kepada peserta didik, sehingga pemahaman peserta didik terhadap materi ajar akan lebih efektif. Confucius
menyatakan bahwa “what I do, I understand” (apa yang saya lakukan, saya
paham (Mel Silberman, 2002 : 1), artinya ketika seorang guru banyak memberikan aktivitas yang bersifat keterampilan, maka peserta didik akan memahaminya secara lebih baik.
Percobaan sederhana berbasis alam lingkungan ini merupakan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh di lingkungan alam sekitar siswa dan murah harganya, sehingga eksperimen dilaboratorium dapat dilaksanakan secara kontinyu.
2.2Penelitian Terdahulu
persyaratan bagi mahasiswanya untuk lulus dalam pelatihan laboratorium sebagai bekal ketika mereka nanti mengajar (Aldrin E. Sweeney & Jeffrey A. Paradis, 2003).
Menurut Sylvia Kerr & Olaf Runquist (2005) seorang guru sebaiknya selalu berusaha meningkatkan kualitas profesionalismenya. Selain memiliki bekal bagaimana mengajar sains yang baik, guru juga perlu memiliki keterampilan laboratorium sebagai penunjang pelaksanaan tugas di lapangan serta kemampuan pemecahan masalah, sehingga tidak mudah menyerah ketika menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan tugas mengajarnya.
Dengan keterampilan laboratorium yang baik, seorang guru senantiasa dapat berbuat dan berkreasi merancang kegiatan praktikum bagi peserta didiknya meskipun dalam kondisi sarana dan prasarana laboratorium yang serba kekurangan.
2.3Materi
Reaksi Reduksi dan Oksidasi (Redoks)
Dalam penelitian ini digunakan materi reaksi redoks. Berikut ini adalah paparan materi reaksi redoks:
1) Perkembangan Konsep Reaksi Reduksi dan Oksidasi
a) Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Pengikatan dan Pelepasan Oksigen a.1) Reaksi Oksidasi adalah reaksi pengikatan oksigen oleh suatu zat.
Contoh:
Pembakaran magnesium: 2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s)
Reaksi perkaratan besi: 4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s)
a.2) Reaksi reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat. Contoh:
Reaksi antara tembaga (II) oksida dengan gas hidrogen CuO(s) + H2(g) Cu(s) + H2O(g)
Reduksi bijih besi oleh karbon monoksida
Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)
Reduksi kromium (III) oksida oleh aluminium Cr2O3(s) + 2Al(s) Al2O3(s) + 2Cr(s)
b) Konsep Reaksi Redoks Berdasarkan Pelepasan dan Penerimaan Elektron b.1) Reaksi Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron oleh suatu zat
Contoh:
Na(s) Na+(aq) + e
-Ca(s) Ca2+(aq) + 2e
-Fe(s) Fe3+(aq) + 3e
-b.2) Reaksi Reduksi adalah reaksi penangkapan elektron oleh suatu zat. Contoh:
Ag+(aq) + e- Ag(s)
S(s) + 2e- S2-(aq)
Cl2(g) + 2e- 2Cl-(aq)
selanjutnya disebut reaksi redoks. Reaksi reduksi atau oksidasi disebut sebagai setengah reaksi.
Contoh reaksi antara atom Zn dengan ion Cu2+ : Oksidasi: Zn(s) Zn2+(aq) + 2e
-Reduksi: Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)
Redoks: Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s)
c) Konsep reaksi Redoks Berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Sebelum membahas konsep ini, terlebih dahulu perlu diperhatikan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam penentuan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi suatu unsur adalah besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom dalam suatu senyawa jika semua elektron ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif. Aturan penentuan bilangan oksidasi adalah sebagai berikut:
c.1) Bilangan oksidasi unsur bebas adalah 0.
Contoh: bilangan oksidasi H, N, dan Fe dalam H2, N2 dan Fe adalah 0.
c.2) Bilangan oksidasi unsur logam selalu positif sesuai dengan nomor golongannya, kecuali atom transisi yang memiliki lebih dari satu biloks. Contoh:
Golongan IA (logam alkali) = +1 Golongan IIA (logam alkali tanah) = +2
c.3) Bilangan oksidasi suatu unsur dalam suatu ion tunggal = muatannya. Contoh: Bilangan oksidasi Fe dalam Fe3+ = +3
c.4) Bilangan oksidasi O umumnya = -2, kecuali dalam F2O (biloks O= +2),
dalam peroksida (bilangan oksidasi O = -1), dan dalam superoksida (bilangan oksidasi O = -1/2).
c.5) Bilangan oksidasi H umumnya = +1, kecuali bersenyawa dengan logam, maka bilangan oksidasinya H = -1.
Contoh: Bilangan oksidasi H dalam HCl, H2O, dan NH3 = +1
Bilangan oksidasi H dalam NaH, BaH2 = -1
c.6) Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa = 0
Contoh: dalam H2SO4 = (2 x biloks H) + (1 x Biloks S) + (4 x biloks O) =0
c.7) Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu ion = muatannya Contoh: dalam S2O32- = (2 x biloks S) + (3 x biloks O) = -2
Berdasarkan perubahan bilangan oksidasi:
c.8) Reaksi oksidasi adalah reaksi dimana suatu atom atau unsur mengalami pertambahan atau kenaikan bilangan oksidasi
c.9) Reaksi reduksi adalah reaksi dimana suatu atom atau unsur mengalami penurunan bilangan oksidasi
Contoh: reaksi Na dengan Cl
Na(s) + Cl2(g) Na+(aq) + Cl-(aq)
Biloks 0 biloks 0 Biloks +1 Biloks -1
Oksidasi
Jadi natrium mengalami reaksi oksidasi sedangkan klorin mengalami reaksi reduksi.
2) Reduktor dan Oksidator
a) Pengertian Oksidator dan Reduktor
Pada dasarnya, reaksi reduksi dan oksidasi selalu berlangsung bersamaan sehingga disebut dengan reaksi redoks. Di dalam reaksi redoks tersebut terdapat zat-zat yang bertindak sebagai pereduksi dan pengoksidasi.
a.1) Pereduksi atau reduktor adalah zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi reduksi atau zat yang mengalami reaksi oksidasi. a.2) Pengoksidasi atau oksidator adalah suatu zat yang dapat menyebabkan
zat lain mengalami reaksi oksidasi atau zat yang mengalami reaksi reduksi.
b) Cara Menentukan Oksidator dan Reduktor
Untuk menentukan oksidator dan reduktor dalam suatu reaksi redoks, maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
b.1) Tentukan bilangan oksidasi masing-masing atom atau senyawa.
b.2) Cermati atom-atom yang mengalami kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi.
b.3) Atom yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi berarti mengalami reaksi oksidasi dan disebut reduktor, sedangkan atom yang mengalami penurunan bilangan oksidasi berarti mengalami reaksi reduksi dan disebut oksidator. Contoh: reaksi Ca dengan S
Biloks 0 biloks 0 biloks +2 biloks -2
Setelah melepas 2 elektron bilangan oksidasi kalsium mengalami kenaikan dari 0 menjadi +2, jadi kalsium merupakan reduktor, sedangkan sulfur menangkap 2 elektron bilangan oksidasi sulfur mengalami penurunan dari 0 menjadi -2, jadi sulfur merupakan oksidator.
3) Reaksi Disproporsionasi dan Reaksi Konproporsionasi
Reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama. Jika sebagian zat tersebut mengalami reduksi, maka sebagian yang lain mengalami oksidasi (Purba, 2002:55). Reaksi Konproporsionasi merupakan kebalikan dari reaksi disproporsionasi, yaitu reaksi redoks yang hasil reduksi dan oksidasinya sama.
4) Tata Nama Senyawa
a) Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang terdiri dari dua unsur. Unsur-unsur ini dapat berupa logam dan nonlogam atau nonlogam dengan nonlogam. a.1) Senyawa ionik yang terdiri atas atom logam dan nonlogam diberi nama
dengan cara menyebutkan ion positifnya diikuti ion negatifnya dan diberi akhiran –ida.
Contoh:
KCl : Kalium Klorida
oksidasi
MgBr2 : Magnesium Bromida
NaI : Natrium Iodida
a.2)Senyawa biner yang terdiri atas atom-atom nonlogam diberi nama dengan menentukan atom yang bersifat lebih positif dan lebih negatif. Atom yang lebih positif diberi nama sesuai nama unsurnya diikuti nama atom yang lebih negatif, kemudian diberi akhiran –ida. Pada atom dengan biloks lebih dari satu, maka senyawanya diberi awalan yang menyatakan jumlah atom tersebut.
Contoh:
HCl : Hidrogen Klorida
P4O7 : Tetrafosfor Heptaoksida
N2O3 : Dinitrogen Trioksida b) Tatanama senyawa poliatomik
Senyawa poliatomik terdiri atas lebih dari dua unsur. Pertama, identifikasi kation dan anionnya. Kedua, nama kation disebut dahulu, diikuti nama anion. Sebagian besar anion poliatomik berakhiran –it atau –at, hanya sebagian kecil yang berakhiran –ida.
Contoh:
K2SO4 : Kalium Sulfat
NaNO3 : Natrium Nitrat
5) Penerapan Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-hari a) Baterai
Baterai biasa atau sel kering dibuat dari wadah seng yang berfungsi sebagai anoda dan batang karbon sebagai katoda, sedangkan elektrolitnya digunakan campuran berupa pasta yang terdiri atas MnO2, NH4Cl, dan sedikit
air. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut: Anoda : Zn(s) Zn+2(aq) + 2e
-Katoda : 2MnO2(s) + 2NH4+(aq) + 2e- Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)
a.2) Sel Aki
Aki disebut juga sel timbal (Pb) karena terdiri atas rangkaian lempeng timbal. Lempeng Pb sebagai anoda dan lempeng PbO2 sebagai katoda,
sedangkan elektrolitnya larutan H2SO4. Reaksi sel yang berlangsung adalah
sebagai berikut:
Anoda : Pb(s) Pb2+(aq) + 2e-
Katoda : PbO2(s) + 4H+(aq) + 2e- Pb2+(aq) + 2H2O(l)
Redoks : Pb(s) + PbO2(s) + 4H+(aq) 2Pb2+(aq) + 2H2O(l) Ion Pb2+ akan bergabung dengan ion SO42- dari larutan elektrolit
membentuk PbSO4(aq).
Pb(s) + PbO2(s) + H2SO4(aq) 2PbSO4(aq) + 2H2O(l)
Adanya air dari reaksi ini membuat konsentrasi H2SO4 berkurang. Sel ini
dapat disetrum kembali untuk mengembalikan konsentrasi asam sulfat. Reaksinya sebagai berikut:
2.4Kerangka Berpikir
Model pembelajaran yang diimplementasikan dalam strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa. Pemilihan model dan strategi pembelajaran diharapkan mengefektifkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memilih model dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga lebih mempermudah siswa dalam menerima pelajaran.
Materi pokok redoks merupakan materi dasar untuk mempelajari materi selanjutnya. Kenyataan menunjukkan masih dijumpai beberapa kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam memahami dan mendalami materi kimia, sehingga nilai rata-rata hasil belajar siswa masih rendah dan belum mencapai standar kelulusan kompetensi. Hal ini disebabkan kegiatan siswa dikelas belum menekankan pada kegiatan aktif dalam membangun konsep. Dari permasalahan ini, perlu adanya model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam menemukan dan membangun konsep materi tersebut.
Penelitian ini menggunakan pembelajaran kontekstual yang diimplementasikan dengan strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan pada kelas ekperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
dilaksanakan dikelas eksperimen dan kelas kontrol diharapkan terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi redoks, sehingga yang diperoleh lebih baik. Hasil belajar di kedua kelas dibandingkan untuk mengetahui besarnya pengaruh penggunaan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan terhadap hasil belajar kimia.
Secara ringkas gambaran penelitian yang akan dilakukan terlihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian Siswa kesulitan memahami materi
Reaksi Redoks
Nilai rata-rata hasil belajar rendah
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pembelajaran ekspositori Pembelajaran kontekstual
melalui percobaan sederhana berbasis alam
lingkungan Diharapkan tercapai
ketuntasan hasil belajar
Diharapkan tercapai ketuntasan hasil
belajar
Dibandingkan
Dengan dilakukannya implementasi pembelajaran kontekstual melalui strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan dapat memberikan kelebihan:
1. Mengajarkan pada siswa untuk memantau dan mengarahkan cara serta
aktivitas belajarnya sehingga menjadi pelajar yang aktif dan terkendali.
2. Menekankan materi, proses dan hasil pembelajaran dalam konteks
kehidupan siswa sehari-hari.
3. Mendorong siswa dapat belajar tidak hanya sendirian tetapi dengan
orang lain atau bersama-sama saling membantu dan berbagi.
2.5Hipotesis
Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Ha : Ada perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan menggunakan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan.
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan menggunakan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan.
2. Ha : Hasil belajar kognitif kelas eksperimen yang menggunakan implementasi pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan mencapai ketuntasan belajar.
40
3.1Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Ihsaniyah Tegal dengan kelas X-3 sebagai kelas kontrol dan kelas X-2 sebagai kelas eksperimen.
3.2Objek Penelitian
3.4.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas X SMA Ihsaniyah. Ciri-ciri populasi dalam penelitian ini adalah:
1) Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkat kelas yang sama, yaitu kelas X SMA Ihsaniyah kota Tegal.
2) Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama yaitu semester 2. 3) Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan
kurikulum, media, dan jumlah jam pelajaran yang sama. 3.4.2 Sampel
Menurut Suharsimi (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi. Sampel yang diteliti tergantung setidak-tidaknya dari :
a. Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, keuangan, dan dana b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti
3.3Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu memilih secara acak dari populasi yang ada dengan mengambil dua kelas untuk dijadikan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Teknik cluster random sampling dipilih karena analisis data awal menunjukkan populasi mempunyai homogenitas dan rata-rata sama. Hasil pengambilan sampel diperoleh kelas ekperimen yaitu kelas X2 mendapatkan pembelajaran kontekstual yang diimplementasikan melalui strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan, sedangkan yang sebagai kelas kontrol yaitu kelas X3 mendapatkan pembelajaran ekspositori.
3.4Jenis, rancangan, desain penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi exsperiment design
yaitu ada dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain yang digunakan dalam penelitian ini post-test only control group design, yaitu penelitian dengan melihat nilai post-test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Desain penelitian disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian E X 01
K Y 02
Keterangan:
E = Kelas eksperimen K = Kelas kontrol
Y = model pembelajaran ekspositori
01 dan 02 = post test (Sugiyono 2008:75)
Penelitian yang dilakukan terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelasksanaan.
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut:
a. Merancang instrumen penelitian (seperti: Silabus, RPP, soal tes, lembar observasi).
b. Melakukan uji coba instrumen penelitian (tes kognitif, lembar observasi psikomotor dan afektif serta angket tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran) dan dianalisis daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas instrumen tersebut.
c. Uji coba soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Proses pembelajaran pada kelas eksperimen (pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana bahan alam lingkungan)
1. Pembentukan kelompok heterogen (comunitylearning).
menjadi 6 kelompok. Siswa yang terpandai dalam kelompoknya dipilih sebagai ketua kelompok karena harus bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dalam mengerjakan tugas.
2. Penjelasan materi, pemberian percobaan dan kegiatan kelompok (modelling).
Guru memberikan informasi pada siswa berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Kemudian, guru memberi lembar percobaan dan tiap kelompok memahami lembar percobaan. Percobaan yang diberikan guru adalah percobaan sederhana berbasis bahan alam lingkungan. Percobaan ini menghubungkan isi pelajaran dengan dunia nyata yang dialami siswa sehingga diharapkan siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kelompok dipersilahkan untuk melakukan percobaan sederhana dengan bimbingan guru (inquiri).
4. Setelah selesai, masing-masing kelompok mengumpulkan hasil pengamatan.
5. Salah satu kelompok diminta mempresentasikan lembar pengamatan percobaan (authentic assessment).
6. Dengan bimbingan guru, kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan saran atau komentar (contructivism).
9. Guru merefleksi seluruh kegiatan dan membuat kesimpulan atas percobaan yang telah di lakukan (reflection).
b. Proses Pembelajaran pada Kelas Kontrol
Pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori. Kelas kontrol yang berjumlah 40 siswa dibagi menjadi 6 kelompok. 4 kelompok beranggotakan 7 siswa dan 2 kelompok 6 siswa. Rincian pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol adalah sebagai berikut: 1) Guru menerangkan dan menyampaikan materi di kelas menggunakan metode ceramah.
2) Siswa mendengarkan dan mencatat materi dibuku catatan. 3) Guru memberikan contoh soal dan latihan soal.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan praktikum dan mempresentasikan hasil praktikum.
5) Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari proses pembelajaran.
3. Melaksanakan postes untuk mengukur ketuntasan belajar, perbedaan hasil belajar setelah dilakukan perlakuan.
4. Pemberian angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran.
3.5Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
pembelajaran kontekstual dengan strategi percobaan sederhana berbasis alam lingkungan dan metode pembelajaran ekspositori.
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian yang dilakukan adalah hasil belajar siswa kelas X semester genap materi pokok Redoks.
3.3.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar, jumlah jam, sumber ajar, materi pelajaran, kurikulum yang digunakan, waktu tatap muka.
3.6Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari soal tes yaitu soal post tes, lembar pengamatan psikomotorik dan afektif serta angket tanggapan siswa tentang proses pembelajaran. Penysusunan perangkat pembelajaran meliputi silabus yang disesuaikan dengan sekolah, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar atau materi ajar, media berupa diktat praktikum sederhana, lembar kerja siswa.
3.6.1 Materi dan Bentuk Instrumen
ganda dengan dengan lima pilihan jawaban dan hanya satu jawaban yang benar.
3.6.2 Metode Penyusunan Soal Postes
Langkah-langkah penyusunan instrumen postes sebagai berikut: 1. Menetukan komposisi jenjang;
Komposisi jenjang dari perangkat tes uji coba pada penelitian yang dilakukan terdiri atas 50 butir soal yaitu:
Aspek pengetahuan (C1) terdiri dari 9 soal = 18 %
Aspek pemahaman (C2) terdiri dari 16 soal = 32 %
Aspek penerapan (C3) terdiri dari 16 soal = 32 %
Aspek analisis (C4) terdiri dari 9 soal = 18 %
2. Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal;
Kisi-kisi soal tes dilakukan berdasarkan indikator yang terdapat dalam silabus yang berlaku.
3. Menyusun butir-butir soal;
Sebanyak 50 butir soal dibuat dengan lingkup dan jenjang yang disesuaikan dengan kisi-kisi soal.
4. Mengujicobakan soal;
5. Menganalisis soal uji coba, dalam hal validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda perangkat tes yang digunakan;
3.6.3 Instrumen
Instrumen yang telah disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru pamong sebagai ahli/pakar (expert validity). Untuk soal post test, lembar penilaian afektif dan psikomotor serta angket tanggapan siswa perlu diuji cobakan terlebih dahulu.
3.6.4 Analisis Instrumen Penelitian a. Validitas Soal
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Rencana pelaksanaan pembelajaran; 2. Silabus;
3. Bahan ajar;
4. Lembar percobaan sederhana; 5. Lembar penilaian afektif siswa; 6. Lembar penilaian psikomotorik siswa; 7. Soal postes
8. Angket tanggapan siswa.
Pengujian instrumen nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 dengan expert
validity, yaitu validitas yang disesuaikan dengan kurikulum dan
dikonsultasikan kepada ahli; yaitu dosen pembimbing I, dosen pembimbing II, dan guru pamong.
postes, lembar penilaian afektif dan psikomotor serta angket tanggapan siswa.
Untuk mencari reliabilitas lembar observasi (psikomotorik dan afektif), digunakan rumus korelasi Spearman, yaitu:
r = 1 - 6∑B2 / N (N2-1)
Keterangan:
r = Reliabilitas instrumen
B = Beda peringkat antara pengamat I dengan pengamat II N = Jumlah siswa yang diamati
(Suharsimi, 2006:196)
Harga r yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga critical value
spearman dengan taraf signifikan 5% di mana suatu instrumen dikatakan
reliabel apabila harga r lebih besar dari rcritical value Spearman.
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 10 dan harga critical value spearman dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,632 baik untuk lembar afektif dan psikomotor. Hasil analisis lembar uji coba psikomotor diperoleh rhitung sebesar 0,803 dan lembar uji coba
afektif diperoleh rhitung sebesar 0,721. Nampak dari hasil peritungan
bahwa harga rhitung > rcritical value Spearman maka instrument tersebut bisa
dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran nomor 20 dan 23 halaman169 dan 171.
Untuk mencari reliabilitas instrumen angket tanggapan sisiwa ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu:
Varians : Keterangan:
= reliabilitas instrument = jumlah kuadrat skor butir = banyak butir pertanyaan = jumlah kuadrat skor total = jumlah varians skor butir = kuadrat jumlah skor butir = varians total = kuadrat jumlah skor total = banyaknya subjek
Kriteria : > rtabel maka instrument dikatakan valid dengan
signifikansi 5%.
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 10 dan harga rtabel dengan taraf signifikan 5% sebesar 0,632. Hasil analisis
lembar angket tanggapan sisiwa diperoleh rhitung sebesar 0,694. Nampak
dari hasil peritungan bahwa harga rhitung>rtabel maka instrument tersebut
bisa dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran nomor 25 halaman172.
Penelitian ini menggunakan dua macam validitas soal yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.
1. Validitas isi soal
2. Validitas butir soal
Validitas butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi point biserial. Teknik korelasi ini digunakan karena untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yang bersifat dikotomi (alami) dan variabel terikat yang bersifat kontinyu.
rpbis = x
keterangan :
rp bis= koefisien korelasi biserial
Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar Mt = rata-rata skor seluruh siswa
p = proporsi skor siswa yang menjawab benar p =
q = 1-p
St = standar deviasi total (Suharsimi, 2006:79) rp bis yang diperoleh diuji dengan tarap signifikan (t hitung) 5% dan dk =
n-2 dengan rumus : t hitung =
keterangan :
t hitung = uji signifikansi
rp bis = koefisien korelasi biserial
n = jumlah siswa yang mengerjakan soal
Berdasarkan uji coba soal yang telah dilaksanakan dengan N = 28 dan standar deviasi = 8,432 kemudian dihitung harga rpbis. Harga rpbis dan
thitung yang diperoleh dibandingkan dengan t tabel. Kriterianya yaitu, jika t hitung > t tabel maka item tes yang diuji cobakan valid. Contoh perhitungan
validitas item soal nomor 1 dengan dk = 28-2 =26 diperoleh r pbis =
0,607, t hitung = 3,899 dan t tabel = 1,706 tampak dari perhitungan bahwa t hitung > t tabel , maka item soal nomor 1 dinyatakan valid. Berdasarkan
hasil analisis uji coba validitas soal terdapat 35 soal valid dan 15 soal tidak valid. Soal yang valid yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 41, 43, 45,48 dan 49.
b. Reliabilitas
Seperangkat tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap, artinya apabila tes tersebut dikenakan pada sejumlah subyek yang sama pada waktu lain, maka hasilnya akan tetap sama atau relatif sama. Reliabilitas soal bentuk obyektif dihitung dengan menggunakan rumus Kuder Richardson, yaitu KR-21.
r 11 = [
[1-keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal Vt = varians total