• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi Rumah Sakit

2.1.3 Jenis Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem informasi klinis di rancang untuk menunjang kegiatan langsung kepada pasien dengan menyediakan informasi klinis yang aksesibilitas, akurat, terkini, lengkap dan relevan. Jenis sistem informasi klinis adalah: sistem informasi pembantu diagnose (diagnostic assistance), sistem informasi pembantu pengobatan dan tindak lanjut (therapy critiquing and planning), sistem informasi pemantauan pasien dan sistem informasi rekam medis. Contoh Aplikasi Sistem Informasi Klinis diantaranya: sistem informasi untuk menentukan kebutuhan perawatan pasien, sistem informasi peresepan obat oleh dokter untuk menentukan

10

dosis yang tepat dan informasi tentang reaksi obat, sistem informasi pemeriksaan pasien di laboratorium, sistem informasi yang dapat memberikan informasi/saran tentang tindakan medis yang akan dilakukan dokter, sistem informasi pemantauan pasien ICU dan sistem informasi pemantauan operasi.

b. Sistem Informasi Administrasi

Sistem Informasi administrasi menempati posisi ke dua dalam kelompok sistem informasi yang digunakan di rumah sakit. Sistem ini didayagunakan untuk membantu pelaksanaan administratif di rumah sakit.

Contoh sistem informasi administrasi adalah:

1. Sistem Informasi Pendaftaran pasien.

Sistem ini meliputi aktifitas pasien masuk, keluar dan rujuk (admission, discharge and transfer/ADT). Sistem ini semestinya terkait dengan sistem lain agar dapat lebih didayagunakan untuk pengisian formulir yang membutuhkan data dasar dan tanda tangan pasien, misalnya informed consent dan pernyataan izin pelepasan informasi medis untuk keperluan tertentu.

2. Sistem Informasi Pembayaran dan Tagihan

Sistem ini menerima masukan mengenai cara pembayaran pasien melalui sistem informasi pendaftaran pasien. Data cara pembayaran digabungkan dengan data pelayanan pasien yang mencakup semua bentuk pelayanan yang telah diterima oleh pasien selama masa perawatan. Dari hasil pengelolaan ini akan didapatkan informasi

mengenai jumlah dan rincian biaya pelayanan untuk seorang pasien dalam suatu periode perawatan.

c. Sistem Informasi Penunjang

Sistem informasi penunjang di rumah sakit diantaranya adalah:

1. Sistem informasi finansial

2. Sistem informasi sumber daya manusia 3. Sistem informasi material

4. Sistem informasi fasilitas 2.1.4 Pelaporan Rumah Sakit

Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan laporan secara cepat, tepat dan akurat (Gavinov dan Soemantri, 2016).

Jenis laporan yang dibuat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Pelaporan intern rumah sakit, yaitu laporan yang dibuat sebagai masukan untuk dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.

Laporan intern dibuat oleh pihak rumah sakit dan digunakan/

dimanfatkan oleh pihak rumah sakit itu sendiri. Dilaksanakan dengan sensus harian yang meliputi: pasien masuk rumah sakit, pasien keluar rumah sakit, pasien meninggal di rumah sakit, lamanya pasien dirawat, hari perawatan, persentase pemakaian tempat tidur, kegiatan persalinan, kegiatan pembedahan dan tindakan medis lainnya serta kegiatan rawat jalan penunjang lainnya.

12

2. Pelaporan ekstern rumah sakit, yaitu pelaporan yang wajib dibuat oleh rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku, ditunjukkan kepada Departemen Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Berikut merupakan isi dari pelaporan rumah sakit menurut Petunjuk Teknis Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun 2011 yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan:

1. RL 1.1 Data Dasar Rumah Sakit

2. RL 1.2 Indikator Pelayanan Rumah Sakit 3. RL 1.3 Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap 4. RL 2 Data Ketenagaan

5. RL 3.1 Data Kegiatan Pelayanan Rawat Inap 6. RL 3.2 Data Kegiatan Pelayanan Rawat Darurat 7. RL 3.3 Data Kegiatan Kesehatan Gigi dan Mulut 8. RL 3.4 Kegiatan Kebidanan

9. RL 3.5 Kegiatan Perinatologi 10. RL 3.6 Kegiatan Pembedahan 11. RL 3.7 Kegiatan Radiologi

12. RL 3.8 Pemeriksaan Laboratorium 13. RL 3.9 Pelayanan Rehabilitasi Medik 14. RL 3.10 Kegiatan Pelayanan Khusus 15. RL 3.11 Kegiatan Kesehatan Jiwa 16. RL 3.12 Kegiatan Keluarga Berencana

17. RL 3.13 Kegiatan Obat, Penulisan Dan Pelayanan Resep 18. RL 3.14 Kegiatan Rujukan

19. RL 3.15 Cara Pembayaran

20. RL 4a Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap Rumah Sakit 21. RL 4b Data Keadaan Morbiditas Rawat Jalan Rumah Sakit 22. RL 5.1 Pengunjung Rumah Sakit

23. RL 5.2 Kunjungan Rawat Jalan

24. RL 5.3 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap 25. RL 5.4 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan

Jenis Pelaporan Berdasarkan Waktu menurut Petunjuk Teknis SIRS Revisi VI adalah sebagai berikut:

1. Laporan Updating: RL 1.1.

2. Laporan Tahunan: RL 1.2, RL 1.3, RL 2, RL 3.1, RL 3.2, RL 3.3, RL 3.4, RL 3.5, RL 3.6, RL 3.7, RL 3.8, RL 3.9, RL 3.10, RL 3.11, RL 3.12, RL 3.13, RL 3.14, RL 3.15, RL 4a, RL 4b.

3. Laporan Bulanan: RL 5.1, RL 5.2, RL 5.3, RL 5.4.

2.1.4.1 Data Keadaan Morbiditas Rawat Inap (RL 4a)

RL 4a adalah data keadaan morbiditas pasien rawat inap yang merupakan rekapitulasi dari jumlah pasien rawat inap keluar Rumah Sakit (hidup dan mati) untuk periode tahunan. Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember setiap tahunnya. Pengelompokan jenis penyakit pada RL 4a disusun menurut pengelompokan jenis penyakit sesuai dengan Daftar Tabulasi Dasar dan ICD-10. Jumlah kelompok pada Gabungan Sebab Sakit terdapat 507 kelompok,

14

sedangkan pada Golongan Sebab Luar Morbiditas dan Mortalitas yaitu penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja terdapat 30 kelompok. Data jumlah pasien rawat inap keluar Rumah Sakit untuk setiap jenis penyakit diperinci menurut golongan umur dan jenis kelamin.

2.1.4.2 Data Keadaan Morbiditas Rawat Jalan (RL 4b)

RL 4b adalah data keadaan morbiditas pasien rawat jalan yang merupakan rekapitulasi dari jumlah pasien rawat jalan Rumah Sakit untuk periode tahunan.

Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember setiap tahunnya. Pengelompokan jenis penyakit pada RL 4b disusun menurut pengelompokan jenis penyakit sesuai dengan Daftar Tabulasi Dasar dan ICD-10.

Jumlah kelompok pada Gabungan Sebab Sakit terdapat 507 kelompok, sedangkan pada Golongan Sebab Luar Morbiditas dan Mortalitas yaitu penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja terdapat 30 kelompok. Data tentang jumlah kasus baru untuk setiap jenis penyakit diperoleh dari masing-masing unit rawat jalan kecuali radiologi diperoleh dari unit penunjang serta diperinci menurut golongan umur dan jenis kelamin dari kasus baru tersebut.

2.1.4.3 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap (RL 5.3)

RL 5.3 adalah daftar 10 besar penyakit rawat inap yang merupakan rekapitulasi dari jumlah pasien keluar Rumah Sakit (hidup dan mati) untuk satu bulan dan dilaporkan secara periodik setiap bulannya.

2.1.4.4 Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Jalan (RL 5.4)

RL 5.4 adalah daftar 10 besar penyakit rawat jalan yang merupakan rekapitulasi dari jumlah banyaknya kasus baru pada unit rawat jalan untuk satu bulan dan dilaporkan secara periodik setiap bulannya.

2.1.4.5 ICD-10 dan DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

ICD merupakan singkatan dari International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems. ICD memuat klasifikasi diagnostik penyakit dengan standar internasional yang disusun berdasarkan sistem kategori dan dikelompokkan dalam satuan penyakit menurut kriteria yang telah disepakati pakar internasional.

Tujuan klasifikasi ini adalah untuk memudahkan pencatatan data morbiditas sehingga menjadi sistematik, membantu penganalisisan, menerjemahkan dan membandingkan peristiwa penyakit yang telah dikumpulkan di berbagai tempat, negara pada saat yang berlainan.

Kegunaan ICD-10 yang menonjol adalah sebagai sarana penterjemah diagnosis penyakit dan masalah kesehatan dari bentuk kata menjadi kode atau sandi alfanumerik sehingga memudahkan untuk disimpan, dicari dan kemudian dianalisis. ICD- 10 menggunakan kode alfanumerik dengan sebuah huruf pada posisi pertama dan sebuah angka pada posisi ke-2, ke-3, dan ke-4. Karakter ke-4 didahului oleh sebuah titik decimal. Jadi nomor kode yang mungkin ada berkisar dari A00.0 sampai Z99.9.

Menurut Hatta Gemala R (2013) penerapan pengkodean sistem ICD digunakan untuk:

16

1. Mengindeks pencacatan penyakit dan tindakan di sarana pelayanan kesehatan.

2. Masukan bagi sistem pelaporan diagnosis medis.

3. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan.

4. Bahan dasar dalam pengelompokkan DRGs (diagnosis related groups) untuk sistem penagihan pembayaran biaya pelayanan.

5. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas.

6. Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan pelayanan medis.

7. Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan dikembangkan sesuai kebutuhan zaman.

8. Analisis pembiayaan pelayanan kesehatan.

9. Untuk penelitian epidemiologi dan klinis.

Tabel 2.1 Rincian Bab ICD Revisi 10 (Edisi 2-2005)

Bab ICD Kode Awal Farr’”s

I Penyakit parasit dan infeksi tertentu A,B Epidemiologi

II Neoplasma C,D Umum

III Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan kelainan tertentu yang mengakibatkan mekanisme imun

D Umum

IV Penyakit endokrin nutrisi dan metabolik

E Umum

V Gangguan mental dan perilaku F Umum

VI Penyakit sistem saraf G Sistem Tubuh

VII Penyakit mata dan adneksa H Sistem Tubuh

V111 Penyakit telinga dan prosessus mastoideus

H Sistem Tubuh

IX Penyakit sistem sirkulasi I Sistem Tubuh

X Penyakit sistem napas J Sistem Tubuh

Tabel 2.1 (Lanjutan)

Bab ICD Kode Awal Farr’”s

XII Penyakit kulit dan jaringan subkutan L Sistem Tubuh XIII Penyakit sistem muskulokeletal dan

jaringan penunjang M Sistem Tubuh

XIV Penyakit sistem kemih N Sistem Tubuh

XV Kehamilan, kelahiran dan nifas O Umum

XVI Kondisi tertentu yang bermula dari masa perinatal

P Umum

XVII Malformasi, deformasi, dan kelainan

kromosom kongenital Q Umum

XVIII Gejala, tanda dan temuan klinik &

laboratorium abnormal

R Umum

XIX Cedera, keracunan dan akibat lain

tertentu dari penyebab eksternal S,T Umum

XX Penyebab luar morbiditas dan mortalitas

V,W,X,Y Umum

XXI Faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan kontak dengan

pelayanan kesehatan

Z Umum

XXII Kode untuk tujuan khusus U Umum

DTD (Daftar Tabulasi Dasar) adalah daftar kode yang sudah disusun Menteri Kesehatan Indonesia untuk kebutuhan pengkodean Indonesia. DTD disusun merujuk pada ICD-10.

2.2 Metode Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle/SDLC) Sistem yang sedang berjalan atau sedang digunakan oleh organisasi atau perusahaan akan terus dikembangkan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada sistem tersebut (Mulyani, 2016). Kegiatan pengembangan sistem dapat diartikan sebagai kegiatan membangun sistem baru untuk mengganti, memperbaiki atau meningkatkan fungsi sistem yang sudah ada.

Menurut Kusrini (2007) indikator sistem yang mengalami masalah

18

1. Adanya keluhan dari pelanggan atas pelayanan perusahaan.

2. Adanya pelaporan yang salah/terlambat/sulit.

3. Terjadinya keterlambatan dalam pembayaran.

4. Biaya operasi yang tinggi.

5. Investasi yang tidak efisien.

6. Peramalan penjualan dan produksi yang salah.

7. Waktu kerja yang berlebihan.

8. Kesalahan manual yang tinggi.

9. Pengolah file yang tidak teratur.

Menurut O’Brien (2001) dalam Anggraeni (2017) daur hidup pengembangan sistem informasi (System Development Life Cycle/SDLC) merupakan metode klasik yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara dan menggunakan sistem informasi.

System Development Life Cycle/SDLC terdiri dari lima langkah yaitu:

perencanaan (planning), analisis (analysis), perancangan (design), implementasi (implementatation) serta uji coba dan integrasi (testing and integration).

Gambar 2.1 Pengembangan Sistem Dengan Cara SDLC

2.2.1 Perencanaan (planning)

Perencanaan sistem merupakan tahapan awal dalam pengembangan sistem. Perencanaan pengembangan sistem informasi bertujuan untuk mengenali masalah, menentukan masalah, menentukan tujuan, mengenali kendala dan laporan ke manajemen (Sutanta, 2011).

2.2.2 Analisis (analysis)

Tujuan utama analisis sistem adalah menganalisis masalah dan penyebab masalah yang ada pada sistem sebelumnya serta menentukan apa saja yang akan dikerjakan oleh sistem yang diusulkan. Tahapan ini dilakukan analisis yang mendalam dengan mengadakan studi kelayakan. Studi kelayakan mencoba melihat apakah kebutuhan akan pengembangan sistem informasi baru layak secara ekonomis maupun menurut kriteria yang lain. Dalam studi kelayakan dilakukan telaah terhadap:

a. Kondisi sistem informasi yang ada saat ini.

b. Kebutuhan (requirements) sistem informasi yang seharusmya dipenuhi oleh sistem baru.

c. Apa saja kebutuhan sistem yang tidak terpenuhi dan mengapa tidak terpenuhi.

d. Kebutuhan sistem baru yang muncul setelah sistem informasi lama diterapkan dan dijalankan.

e. Secara singkat menelaah alternatif pengembangan solusi sistem informasi baru.

Kriteria kelayakan yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan ini adalah:

20

1. Kelayakan teknis, menyangkut apakah hardware/software yang akan dikembangkan tersedia untuk membangun sistem.

2. Kelayakan operasional, menyangkut apakah secara operasional sistem yang baru dapat dilaksanakan dengan sumber daya manusia yang tersedia.

3. Kelayakan hukum, menyangkut apakah sistem yang dibuat tidak melanggar aturan maupun undang-undang yang berlaku.

4. Kelayakan ekonomis, menyangkut biaya untuk membuat dan menjalankan sistem baru serta keuntungan yang akan diperoleh dari sistem tersebut.

2.2.3 Perancangan (design)

Perancangan sistem adalah tahapan berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan dengan menyatukan beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi (Anggraeni, 2017). Tahap ini dilakukan oleh perancang sistem (system designer). Pada tahap ini berbagai pekerjaan yang dilakukan antara lain:

a. Merancang berbagai prosedur atau langkah-langkah baku untuk menangani suatu pekerjaan (perancangan sistem secara umum).

b. Merancang berbagai dokumen input maupun output. Dokumen ini dapat berupa dokumen yang tercetak maupun yang tidak tercetak (merupakan tampilan komputer).

c. Merancang basis data yang akan digunakan di dalam sistem.

Agar perancangan sistem berhasil dengan baik, perancang sistem harus memperhatikan kebutuhan pemakai (manajemen) dan para pemakai (karyawan

dan manajer pelaksana). Hasil dari tahap perancangan ini adalah rancangan sistem yang baru.

2.2.4 Implementasi (implementation)

Tahap implementasi adalah tahap menjalankan sistem yang baru atau sistem yang diperbaiki. Pada tahap ini pengembang sistem melakukan pemasangan dan penginstalan berbagai perangkat, menguji sistem yang telah dibuat agar bebas dari kesalahan sintaks maupun logika serta memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada para pemakai sistem maupun para penerima informasi sistem. Bilamana perlu, perancang sistem akan mengadakan perubahan kecil atas rancangannya.

Metode implementasi ada tiga, yaitu:

a. Metode langsung (direct cutover). Dalam metode ini, sistem lama langsung digantikan oleh sistem yang baru. Metode ini sangat cocok untuk organisasi yang baru pertama kali menggunakan sistem informasi berbasis computer (menggantikan sistem informasi manual). Keuntungan metode ini adalah tidak menghabiskan waktu terlalu lama untuk menggunakan sistem yang baru. Kelemahannya adalah, apabila sistem baru tidak dapat berjalan dengan baik sedangkan sistem lama sudah terlanjur dihentikan, perusahaan akan mengalami kesulitan beroperasi.

b. Metode bertahap. Dalam metode bertahap, sebagian sistem lama dihentikan dan digantikan dengan sistem baru. Apabila berhasil, akan diteruskan dengan penghentian sistem lama yang lain, untuk digantikan sistem baru lainnya.

22

c. Metode paralel. Dalam metode ini, sistem baru akan digunakan bersama-sama dengan sistem lama dalam kurun waktu tertentu. Apabila sistem baru sudah dapat berfungsi dengan baik, sistem lama akan segera dihentikan.

2.2.5 Uji Coba dan Integrasi (testing and integration)

Setelah sistem dirancang dan diterapkan atau diinstal, tahap berikutnya adalah mencoba menjalankan sistem dalam kondisi sesungguhnya. Karyawan yang sudah dilatih, kini harus menjalankan sistem di lokasi transakasi yang sesungguhnya. Namun pengembang sistem masih mendampingi selama kurun waktu tertentu sampai semua bagian sistem berjalan dengan baik. Setelah itu perancang sistem akan menyerahkan pelaksanaan sistem kepada manajemen.

2.3 Program Komputer Untuk Pengembangan Sistem Informasi 2.3.1 Database

Database adalah sekumpulan data yang disusun dalam bentuk (beberapa) table yang saling berkaitan maupun berdiri sendiri. Database terbagi atas 2 hal, yaitu sebuah database flat dan sebuah database relasional. Database yang memiliki struktur relasional terdapat table-tabel untuk menyimpan data. Database relasional lebih banyak digunakan pada saat sekarang ini karena lebih mudah dipahami dan mempunyai bentuk yang sederhana serta mudah dilakukan operasi data. Beberapa contoh database adalah MySQL, Oracle, PostgreSQL, mSQL, Microsoft SQL Server.

2.3.1.1 MySQL

MySQL adalah sebuah database relasional, pertama kali dirilis oleh seorang programer database bernama Michael Widenius. MySQL adalah sebuah

aplikasi Relational Database Management Server (RDBMS) yang bersifat terbuka (open source). Dengan menggunakan MySQL server, maka data dapat diakses oleh banyak pemakai secara bersamaan. MySQL menggunakan bahasa SQL (Structure Query Language) yaitu bahasa pemprograman standar yang digunakan untuk mengakas server database.

MySQL mempunyai keunggulan, yaitu:

1. Memiliki kecepatan paling baik dibanding database server lainnya.

2. Perintah-perintah dan aturan-aturan pada MySQL maupun proses instalasinya relative mudah digunakan.

3. Open Source (kode sumbernya terbuka), yaitu software ini bersifat free atau bebas digunakan oleh perseorangan ataupun instansi.

4. Mampu menyimpan data berkapasitas besar, sampai berukuran Gigabyte.

5. Server dapat diakses dalam satu waktu, tanpa harus menunggu yang lain untuk mengakses database.

6. Dapat diakses dari semua tempat internet dengan hak akses tertentu.

7. Dapat berjalan di berbagai operating system seperti Linux, Windows, Solaris, dll.

2.3.2 Web Server

Web server adalah aplikasi yang berguna untuk menerima permintaan informasi dari pengguna melalui web browser, dan mengirimkan kembali informasi yang diminta melalui HTTP (HyperText Transfer Protocol). Biasanya web server diletakkan di komputer tertentu pada web hosting. Sedangkan Web

24

Browser adalah salah satu perangkat lunak disisi client yang digunakan untuk mengakses informasi web, seperti Mozilla Firefox dan Google Chrome.

Dikarenakan web server dirancang untuk menampilkan data, dimulai dari teks, hypertext, gambar yang merupakan keunggulan dari web sehingga web tidak hanya dapat diterima di universitas tetapi di seluruh perusahaan komersial yang dapat menampilkan datanya dalam internet. Macam-macam web server antara lain Apache (Open Source), Xitami , IIS, PWS.

2.3.2.1 Apache

Apache merupakan perangkat lunak sumber terbuka yang dikembangkan oleh komunitas terbuka di bawah naungan Apache Software Foundation. Apache adalah web server yang dapat dijalankan di banyak sistem operasi (Unix, BSD, Linux, Microsoft Windows dan Novell Netware serta platform lainnya) yang berguna untuk melayani dan memfungsikan situs web. Protokol yang digunakan untuk melayani fasilitas web/www ini menggunakan HTTP.

2.3.3 PHP

PHP (PHP Hypertext Preprocessor) merupakan sebuah bahasa pemprograman yang berjalan dalam sebuah web server. PHP diciptakan oleh seorang programmer Unix dan Perl bernama Rasmus Lerdoft. Penggunaan program PHP memungkinkan sebuah website menjadi lebih interaktif dan dinamis. Data yang dikirim akan diolah dan disimpan dalam database web server dan bisa ditampilkan kembali apabila diakses.

Beberapa keunggulan PHP adalah:

1. Bersifat free atau gratis

2. Beberapa database baik yang bersifat gratis ataupun komersial sangat mendukung akses PHP, diantaranya MySQL, PosgreSQL, mSQL, dll.

3. Beberapa server seperti Apache, Microsoft IIS, PWS, dll mampu menjalankan PHP.

4. Tingkat akses PHP lebih cepat serta memiliki tingkat keamanan yang tinggi.

5. PHP dapat digunakan pada semua sistem operasi , antara lain di Linux sebagai platform sistem operasi utama bagi PHP, tetapi dapat juga berjalan di FreeBSD, Unix, Solaris, Windows, dll.

BAB III

METODE PERANCANGAN

3.1 Metode

Pelaporan Data Keadaan Morbiditas Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Rumah Sakit Universitastas Sumatera Utara dirancang dengan menggunakan metode Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Development Life Cycle) yang terdiri dari lima langkah dalam pengembangannya yaitu: perencanaan (planning), analisis (analysis), perancangan (design), implementasi (implementatation) serta uji coba dan integrasi (testing and integration), dimana empat fase pertama disediakan untuk pengembangan dan yang kelima untuk penggunaan. Metode ini dipilih karena lebih mudah dipahami dan sering digunakan dalam pengembangan sistem.

3.2 Perencanaan Sistem

Perencanaan sistem merupakan tahapan awal dalam pengembangan sistem. Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi sistem informasi pelaporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara serta menentukan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.

Pelaporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tidak sesuai dengan format laporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap dan rawat jalan pada Petunjuk Teknis Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun 2011 yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, yaitu tidak menampilkan kode penyakit

berdasarkan Daftar Tabulasi Dasar (DTD) sehingga sulit dalam membuat laporan Rumah Sakit tersebut yang mengakibatkan keterlambatan pengiriman ke Dinas Kesehatan. Untuk mengatasi permasalahan ini maka dibuat perencanaan pembuatan sistem informasi pelaporan data keadaan morbiditas pasien rawat inap dan rawat jalan sesuai dengan Petunjuk Teknis Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun 2011 yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan untuk memudahkan dalam pembuatan laporan tersebut serta dapat dilaporkan tepat waktu.

3.3 Analisis Sistem

Fase Analisis adalah fase menganalisa fasilitas apa saja yang dibutuhkan dalam perancangan suatu sistem yang diinginkan. Penganalisaan dilakukan dengan wawancara langsung dengan petugas rekam medis dan bagian informasi teknologi serta observasi terhadap data-data yang ada dibagian rekam medis, termasuk model rekam medis yang digunakan dan sistem informasi pelaporan yang digunakan serta dibutuhkan rumah sakit itu sendiri.

Pada fase ini perlu dilakukan studi kelayakan untuk melihat apakah sistem yang akan dirancang dapat berjalan dengan baik. Adapun 4 aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

3.3.1 Kelayakan Teknis

Aspek teknis yaitu dengan ketersediaan hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses yang telah direncanakan. Dimana perangkat keras yang perlu dipersiapkan dalam

28

keyboard, printer. Sedangkan perangkat lunak yang dibutuhkan dalam perancangan program ini adalah sistem operasi MySQL dengan bantuan PHP untuk database dan Apache sebagai webserver.

Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara sendiri terdapat 4 unit komputer pada ruang rekam medis dan 2 unit komputer pada ruang kendali (Teknologi Informasi) khusus rekam medis yang telah dilengkapi CPU, piranti input (mouse, keyboard, dan printer) serta dilengkapi sistem operasi MySQL dengan bantuan PHP untuk database dan Apache sebagai webserver.

3.3.2 Kelayakan Operasional

Hal yang perlu dipertimbangkan pada aspek ini adalah apakah program yang dibuat akan mendapatkan dukungan dari petugas yang menggunakannya.

Dukungan yang dimaksud adalah adanya petugas yang mampu mengoperasikan program tersebut dengan sistem operasi MySQL dengan bantuan PHP untuk database dan Apache sebagai webservernya. Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara sendiri khususnya di bagian rekam medis terdapat petugas di bagian registrasi pasien dan pembuatan pelaporan itu sendiri yang akan menjalan program tersebut.

3.3.3 Kelayakan Hukum

Sebelum dilakukan perancangan sistem informasi pelaporan data keadaan morbiditas penyakit rawat inap dan rawat jalan, hal pertama yang perlu dilakukan adalah meminta izin dan dukungan dari Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, terutama pada bagian pelaporan karena merupakan tempat program ini akan dijalankan nantinya. Rumah Sakit Universitas

Dokumen terkait