• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORIKAJIAN TEORI

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1.Kajian Teori1.Kajian Teori

2) Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Dalam strategi pembelajaran ada banyak macam atau jenis-jenisnya. Dari beberapa ahli pendidikan mengklasifikasikan jenis-jenis atau macam-macam strategi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dikarenakan strategi pembelajaran ada banyak jenisnya, maka seorang guru dapat memilih satu atau beberapa strategi sekaligus untuk digunakan dalam pembelajarannya, dan bahkan dapat pula strategi tersebut diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, materi yang disampaikan, keadaan siswa, kondisi lingkungan, serta kemampuan pengajar itu sendiri dalam melaksanakannya. Aqib (2000) dikutip oleh Riyanto, mengelompokkan strategi pembelajaran berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu: berdasarkan proses pengelolaan pesan, berdasarkan pertimbangan pihak pengelola pesan, berdasarkan pertimbangan pengaturan guru, berdasarkan pertimbangan jumlah siswa, dan berdasarkan pertimbangan interaksi guru dengan siswa (2009). Berikut di bawah ini adalah rincian masing-masing jenis strategi pembelajaran.

a) Berdasarkan proses pengelolaan pesan. Ada dua macam yaitu: strategi deduktif dan strategi induktif.

Strategi deduktif yaitu pengolahan materi atau bahan ajar dimulai dari umum ke khusus atau bagian-bagian. Menurut W.gulo (2002) bahwa,

“Strategi pembelajaran deduktif yaitu pesan diolah mulai dari umum menuju

kepada khusus, dari hal-hal yang abstrak menuju hal-hal yang konkret, dari

konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkret” (hlm.11).

Sedangkan strategi induktif yaitu pengolahan materi atau bahan ajar dimulai

dari khusus ke umum. Menurut W.Gulo bahwa, “Strategi pembelajaran

induktif yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus menuju kepada hal-hal yang umum, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat individual menuju kepada generalisasi, dari pengalaman-pengalaman empiris

yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum” (hlm.12).

b) Berdasarkan pihak pengelola pesan. Ada dua macam yaitu strategi ekspositorik dan strategi heuristik atau kurioristik.

Strategi ekspositorik yaitu seorang guru mencari dan mengolah bahan pengajaran, lalu disampaikan kepada siswa, dimana guru mengolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

secara tuntas pesan atau materi sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal menerima saja. Kemudian strategi heuoristik atau kurioristik yaitu di mana seorang guru hanya menjadi fasilitator untuk memberikan dorongan, arahan dan bimbingan kepada siswa. Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan atau materi pengajaran, di mana peserta didik mengolah sendiri pesan atau materi dengan pengarahan dari guru.

c) Berdasarkan segi pengaturan guru, ada dua macam jenis yaitu strategi seorang

guru dan strategi pengajaran beregu (team teaching).

Strategi seorang guru artinya seorang guru melakukan pembelajaran kepada sejumlah siswa. Pada pembelajaran ini seorang guru membutuhkan tenaga yang ekstra, karena siswa yang dihadapi biasanya jumlahnya lebih besar dari pada pembelajaran secara beregu. Sedangkan strategi pengajaran

beregu(team teaching)dilakukan dengan dua orang atau lebih guru mengajar

sejumlah siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam satu kelas atau ruang terdapat beberapa guru yang melakukan pembelajaran terhadap beberapa jumlah atau sebagian siswa.

d) Berdasarkan jumlah siswa, ada tiga yaitu strategi klasikal, kelompok kecil,dan individu.

Pembelajaran klasikal dilakukan dengan jumlah siswa yang banyak dan pembelajaran ini dirasakan kurang begitu efektif, karena dalam melakukan pembelajaran seorang guru menangani banyak siswa, sehingga perhatiannya tidak penuh pada semua siswa. Strategi kelompok kecil yakni pembelajaran dilakukan hanya dengan sejumlah siswa, dan tidak sebanyak pada pembelajaran klasikal, namun juga tidak sesedikit seperti pembelajaran individual. Sedangkan pembelajaran individu yaitu pembelajaran yang dilakukan secara individual, dimana seorang guru mengajar seorang siswa saja. dalam pembelajaran ini perhatian guru dapat benar-benar terpusat pada siswanya, namun terkadang apabila pembelajarannya kurang menarik siswa akan cepat merasa bosan.

e) Berdasarkan interaksi guru dengan siswa, ada dua jenis yaitu strategi tatap muka dan melalui media.

commit to user

Strategi tatap muka yaitu seorang guru dalam melakukan pembelajaran dengan bertemu langsung dengan para siswa, sehingga antara guru dan siswa dapat melakukan interaksi secara langsung tanpa melalui media ataupun perantara. Strategi pengajaran melalui media yakni guru tidak menjalin kontak langsung dengan siswa, sehingga siswa berinteraksi dengan media.

Pendapat lain dikemukakan oleh Gulo menerangkan bahwa, Strategi pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, tergantung dari segi apa kita mengelompokkannya. Dalam hal ini dikenal tiga macam strategi pembelajaran, yaitu: Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran, strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, dan strategi pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik (2002).

a) Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran. Jenis strategi

pembelajaran ini menurut Gulo bahwa, sering disebut dengan Material

Centre Strategy. Dalam strategi ini perlu diperhatikan dua hal, yakni kecenderungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan keterampilan kurang mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan kualitas manusia seutuhnya, dan materi pelajaran yang disampaikan di kelas serta yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang dengan makin pesatnya perkembangan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Materi pelajaran lebih berfungsi sebagai masukan (input) yang akan berbaur dalam proses pembelajaran (2002).

Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi di sekolah, sedangkan materi informal adalah bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran lebih relevan dan aktual atau berdasarkan situasi nyata. Pendidikan yang berlangsung di lembaga pendidikan formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu. Salah satunya berorientasi pada disiplin ilmu pengetahuan, yang mengantar peserta didik pada penguasaan ilmu pengetahuan atau materi pengajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, strategi pembelajaran yang berpusat pada materi dapat berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus globalisasi yang berakibat guru tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah juga bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, seperti melalui media massa dan elektronik.

b) Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru(Teacher Centered Learning /

TCL).Teacher Centred Learning merupakan sebuah cara pandang mengenai proses pembelajaran berupa metode pembelajaran dalam dunia pendidikan di

mana guru selaku pakar (expert) di bidangnya memfokuskan diri untuk

menyampaikan (transfer) ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada

siswa-siswanya selaku orang awam (novice). Firdaus (2007) menyatakan bahwa,

“Pola proses pembelajaran di mana dosen (guru) lebih aktif dibandingkan dengan mahasiswa (siswa). Dosen (guru) menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber

ilmu” (hlm.62).

Pendapat lain juga dikemukakan oleh W.Gulo (2002) bahwa,

“Teacher Centred Strategies adalah suatu strategi pembelajaran yang

berpusat pada guru” (hlm.5). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa, sebenarnya pembelajaran yang berpusat pada guru sudah cukup baik, namun ketika harus berhadapan dengan kondisi siswa-siswa yang berbeda-beda, guru akan banyak mengalami kesulitan karena sulitnya mengatur dan memfasilitasi seluruh potensi siswa. Guru yang berada dalam lingkungan

TCL lebih memfokuskan dirinya dan siswa-siswanya untuk memahami

materi-materi yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum dari pada memperhatikan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa-siswanya sendiri.

c) Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered

Learning / SCL). “Student Centered Leearning (SCL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada aktivitas belajar siswa

commit to user

dinyatakan melalui formulasi matematik, K= f(E,C,O), dimana K adalah

kinerja proses pembelajaran, E (effect) adalah besarnya upaya untuk

menjadikan proses pembelajaran efektif serta harapan-harapan peserta didik untuk memperoleh manfaat dalam mengikuti proses pembelajaran seperti

yang dicita-citakan, C (courage) merupakan faktor pendorong untuk

melakukan pembelajran dengan baik, dan O (opportunity) menyatakan

peluang untuk berkinerja dengan baik (Firdaus, 2007).

Dengan demikian Student Centered Learning merupakan metode

pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga

mendorong siswa untuk belajar lebih aktif (active learning) dan bermakna

(experiental learning). Dimana guru dan penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat atau lambat tahapan dalam pembelajaran. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa yang telah didapatkan sebelumnya.

Dari uraian mengenai jenis-jenis strategi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, strategi pembelajaran yang kita kenal dan ketahui ada banyak jenisnya, namun dalam melakukan kegiatan atau proses pembelajaran maka seorang guru harus mampu memilih salah satu atau beberapa jenis strategi sekaligus yang sesuai dengan keadaan kelas dan siswa yang dihadapi, serta seorang guru juga harus mampu menentukan jenis strategi apa yang harus digunakan dalam pembelajaran dengan mengingat bahwa kondisi sekarang ini yaitu globalisasi yang pengaruhnya sangat besar pada dunia pendidikan.

Sekian banyak jenis strategi pembelajaran di atas ada yang membawa pengaruh positif pada siswa, namun juga ada yang membawa pengaruh kurang baik pada siswa. Contoh jenis strategi pembelajaran yang membawa pengaruh baik pada siswa yaitu jenis pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana suatu pembelajaran dengan menggunakan jenis strategi ini siswa menjadi lebih aktif dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreatifitasnya dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pembelajaran dengan baik. Sedangkan contoh jenis strategi pembelajaran yang membawa pengaruh kurang baik pada siswa yaitu jenis pembelajaran yang dominan berpusat pada guru, karena jenis pembelajaran seperti ini hanya akan membuat siswa menjadi manja dan enggan menggunakan otaknya untuk berfikir secara optimal, siswa tinggal menerima segala pengetahuan yang diberikan oleh guru. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan menentukan strategi pembelajaran yang hendak dipilih perlu diperhatikan pula bagaimana pengaruhnya bagi peserta didik.

3) Klasifikasi Strategi Pembelajaran

Klasifikasi strategi pembelajaran disini berbeda dengan jenis strategi pembelajan. Apabila dilihat dari lingkup pemahamannya, klasifikasi strategi pembelajaran lebih luas dari jenis strategi pembelajaran. Pada klasifikasi strategi pembelajaran pembagiannya lebih condong pada isi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersama siswa. Menurut Yatim Riyanto bahwa pada umumnya strategi pembelajaran diklasifikasikan atas empat sistem pembelajaran

atau proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut :enquiry-discovery learning,

expository learning, mastery learning, dan humanistic education (2009). Untuk lebih jelasnya masing-masing dapat dijabarkan maksudnya seperti di bawah ini.

Enquiry-Discovery Learning merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mencari dan menemukan sendiri, maksudnya anak diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaian dan jawaban-jawabannya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach). Pendekatan ini lebih banyak mengandung proses

mental. Secara garis besar prosedurnya adalah : simulation (mengajukan

permasalahan), problem statement (penentuan hipotesis), data collection

(mengumpulkan data),data processing(olah data),verification(pembuktian), dan

generalization(penarikan kesimpulan).

Expository Learning, dalam sistem ini, guru telah menyiapkan bahan pelajaran secara rapi, lengkap, dan sistematis, siswa tinggal menyimak dan mencerna. Secara garis besar prosedurnya adalah : preparasi (persiapan bahan ajar), apersepsi, presentasi, resitasi tentang pokok-pokok permasalahan yang telah

commit to user

dipelajari. Mastery Learning merupakan upaya-upaya pembelajaran yang

dilakukan untuk dapat menghantarkan siswa kearah tercapainya penguasaan penuh terhadap materi pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah dengan

melakukan remedial (perbaikan) kepada siswa yang belum menguasai materi

pelajaran, dan dengan melakukan pengayaan diberikan kepada siswa kelompok cepat agar memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang lebih kaya, dan lebih

mendalami bahan pelajaran. Kemudian yang terakhir adalah Humanistik

Education yaitu upaya-upaya pembelajaran yang dilakukan untuk membantu

siswa agar dapat mencapai perwujudan dirinya (self realization) sesuai dengan

kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara pendekatannya masih

bersifatenquiry-discovery based approaches.

Dari uraian mengenai klasifikasi strategi pembelajaran tersebut, pada dasarnya semua jenis strategi pembelajaran yang dipilih baik itu metode, model dan teknik pembelajaran semua dalam prakteknya mengacu pada empat sistem atau proses pembelajaran di atas. Dari penjelasan keempat sistem atau proses

pembelajaran di atas dapat kita lihat bahwa pada sistem enquiry-discovery

learning siswa dididik untuk dapat mencari dan menemukan sendiri suatu permasalahan, sehingga dapat membuat siswa lebih mampu berfikir kritis serta menyeluruh, karena pada sistem tersebut siswa mencari suatu permasalahan, hingga menemukan sendiri solusinya. Siswa tidak hanya diajarkan untuk mencari dan menganalisis sesuatu saja, namun juga siswa diajarkan bagaimana mencari jalan keluar atau solusi yang baik dari permasalahan itu.

Di sisi lain pada sistem atau proses pembelajaran expository learning

siswa lebih condong untuk menjadi pendengar pengetahuan dari guru, siswa kurang begitu aktif dalam mencari pengetahuan, karena pada proses pembelajaran ini siswa hanya menyimak dan mencerna apa yang diberikan atau dsampaikan oleh guru. Sistem pembelajaran atau proses pembelajaran ini sifatnya sangat tradisional, seperti pembelajaran yang dilakukan pada jaman-jaman dahulu dan apabila diterapkan pada jaman dan kondisi sekarang sangat tidak cocok dan kurang menjadikan mutu pendidikan lebih maju. Alhasil mutu pendidikan negara kita akan tertinggal jauh dari negara-negara lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Apabila pembelajaran yang dilakukan secara terpadu, artinya tidak hanya mengacu pada salah satu sistem pembelajaran saja (mengacu pada keempat sistem pembelajaran tersebut diatas) maka tidak akan ada salah satu pengaruh yang mendominasi pada siswa. Selain siswa hanya menjadi penerima dan pencerna ilmu yang diberikan oleh guru, namun siswa juga dilatih untuk belajar mencari dan menemukan pengetahuan sendiri sehingga siswa lebih aktif.

Dokumen terkait