• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan, wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan, dan para pekerja mengenai data yang berhubungan dengan biaya sarana produksi, termasuk biaya investasi, biaya opersional, biaya umum, jumlah produksi, tingkat harga dan sumber modal, aspek pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti Balitro, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran internet, buku, jurnal dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan terdiri dari metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Sedangkan metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan.

Data dan informasi yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan bantuan kalkulator, komputer dengan menggunakan software Microsoft Excel, dan disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mempermudah proses analisis

data. Dari berbagai data yang telah didapat akan diperoleh arus kas tunai, biaya investasi, biaya operasional, harga jual dan harga beli yang selanjutnya dianalisis menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Setelah kriteria investasi tersebut didapatkan, kemudian ditarik kesimpulan mengenai layak atau tidaknya usaha budidaya nilam tersebut dijalankan. Apabila hasil yang didapatkan menyatakan bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisis sensitivitas, untuk mengetahui kepekaan usaha budidaya nilam ini apabila terjadi kenaikan harga pada variabel pupuk kandang, pupuk pendukung, dan bibit nilam, serta jika terjadi penurunan pada volume produksi dan penurunan harga nilam basah.

4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi

Tingkat kelayakan usaha budidaya nilam dapat diketahui dengan menggunakan kriteria investasi usaha yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP).

4.3.1.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) yaitu manfaat bersih sekarang (present value) yang diperoleh selama umur bisnis. Maka NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya. Suatu proyek dapat dikatakan layak jika menghasilkan NPV lebih besar dari nol (positif), sedangkan jika proyek menghasilkan NPV kurang dari nol (negatif) maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV (Gittinger 1986) adalah sebagai berikut:

NPV = Bt − Ct

(1 + )

Keterangan :

Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang merupakan perkalian antara harga jagung dan nilam basah dengan jumlah yang dihasilkan pada triwulan ke-t

Ct = Biaya usaha budidaya nilam pada triwulan ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan.

i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen).

Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu:

a) NPV > nol, berarti usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

b) NPV = nol, berarti usaha budiaya nilam ini memperoleh pengembalian yang besarnya sama dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan.

c) NPV < nol, berarti usaha budidaya nilam tidak layak dilaksanakan karena usaha tersebut hanya akan mendatangkan kerugian.

4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan presentase tingkat pengembalian investasi yang diperoleh selama umur proyek. Atau dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Pada umumnya menghitung tingkat IRR dilakukan dengan metode interpolasi diantara tingkat suku bunga yang lebih rendah (yang menghasilan NPV positif) dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif).

Suatu dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate, maka usahanya tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986):

IRR = + ( − ) ( − )

Keterangan :

i1 = Discount rate untuk menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate untuk menghasilkan NPV negatif NPV1= NPV yang bernilai positif

NPV2= NPV yang bernilai negatif

4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai NPV yang bernilai positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang bernilai negatif (sebagai penyebut). Perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut (Gittinger 1986) :

Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang diterima pada triwulan ke-t Ct = Biaya usaha budidaya nilam yang dikeluarkan pada triwulan ke-t n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan.

i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen) Jika :

a) Net B / C > 1, maka investasi usaha budidaya nilam menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan

b) Net B / C = 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak menguntungkan dan tidak merugikan.

c) Net B / C < 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak layak untuk dilaksanakan karena hanya akan mendatangkan kerugian.

PP = I / A

b

4.3.1.4 Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan untuk membayar kembali pengeluaran investasi suatu usaha. Semakin cepat kemampuan suatu usaha mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi usaha maka usaha tersebut semakin layak.

Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan:

I = besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya nilam.

Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh dari usaha budidaya nilam setiap triwulannya.

4.3.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam adalah dengan analisis nilai pengganti (switching value analysis). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen arus masuk (penurunan harga nilam basah dan penurunan hasil produksi nilam basah) atau komponen arus keluar (kenaikan harga pupuk kandang dan harga bibit nilam polibag) yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya nilam masih tetap layak.

Perbedaan antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah besarnya perubahan pada analisis sensitivitas sudah diketahui secara empiris, sedangkan pada perhitungan switching value besarnya perubahan tersebut dicari hingga mendapat perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.

Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba hingga mendapat perubahan maksimum yang boleh terjadi.

4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk per unit. Perhitungan HPP pada umumnya dilakukan untuk menentukan harga jual suatu produk. Adapun perhitungan HPP yaitu:

TR = TC

TR = TVC + TFC P . Q = TVC + TFC P = TVC + TFC

Q Keterangan:

TR = Penerimaan Total TC = Pengeluaran Total TVC = Biaya Variabel Total TFC = Biaya Tetap Total P = Harga Pokok Per Unit Q = Jumlah Unit

4.5 Asumsi Dasar

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk mempermudah analisis. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:.

1. Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar 17 persen per tahun, yang merupakan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).

2. Umur dari proyek usaha budidaya tanaman nilam ini adalah selama tiga tahun, yang diasumsikan dari umur maksimum tanaman nilam yang dibudidayakan.

3. Hari kerja untuk memproduksi minyak nilam yang ditargetkan perusahaan dalam sebulan adalah 24 hari.

4. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus.

5. Harga input dan output yang digunakan adalah harga aktual yang diasumsikan sama dari awal proyek hingga akhir proyek.

6. Arus masuk dan arus keluar merupakan proyeksi berdasarkan pada informasi biaya yang didapatkan dari perusahaan.

7. Kebutuhan bibit untuk lahan seluas satu hektar dengan jarak tanam 100 x 100 cm adalah 10.000 bibit. Dan untuk mengantisipasi terjadinya kematian maka persediaan bibit nilam ditambah sebanyak 10 persen, sehingga kebutuhan total bibit per hektar adalah 11.000 bibit.

8. Jenis nilam yang digunakan adalah Nilam Aceh (Pogostemon cablin, Benth) dengan umur ekonomis selama tiga tahun. Bibit nilam yang digunakan perusahaan merupakan bibit nilam polibag yang dibeli dari daerah Subang.

Volume produksi nilam basah yang digunakan dalam perhitungan analisis kelayakan penelitian ini adalah 13 ton untuk menghindari kekurangan bahan baku perusahaan dalam memproduksi minyak nilam.

9. Panen pertama dilakukan pada saat nilam berusia enam bulan sejak penanaman, sedangkan panen berikutnya dapat dilakukan setiap tiga bulan. Namun karena budidaya nilam yang akan dijalankan menggunakan pola tanam yaitu dengan tiga tahap penanaman, maka pemanenan nilam dapat dilakukan setiap bulan setelah tanaman nilam pada penanaman tahap pertama berusia enam bulan.

10. Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan UU pasal 17 nomor 36 tahun 2008 dan pasal 31, yang baru disahkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009 tentang pajak penghasilan badan usaha, yaitu:

a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dikenakan pajak sebesar 28 persen pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 dan selanjutnya dikenakan pajak sebesar 25 persen.

b. Wajib pajak perseroan terbatas yang 40 persen sahamnya diperdagangkan dibursa efek, dikenakan pajak lima persen lebih rendah dari yang seharusnya.

c. Wajib pajak yang peredaran brutonya sampai dengan 50.000.000.000, dikenakan pengurangan pajak sebesar 50 persen dari yang seharusnya.

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec Tbk.

merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tekstil yang telah berdiri sejak 6 April 1973. Sejak tahun 1975 perusahaan ini berlokasi di Moch. Toha Km. 6,8 Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung yang merupakan pusat tekstil Indonesia.

Perusahaan ini memilki pembangkit listrik tenaga uap yang berbasis batu bara dengan kapasitas daya sebesar 30 Mw. Sedangkan kapasitas daya listrik yang dimiliki perusahaan melebihi dari kebutuhan listrik perusahaan, sehingga pada bulan Desember 2009 PT Panasia menjual listrik pada PLN yang disambungkan dengan jaringan Jawa-Bali sebanyak 3 Mw. Selain itu, untuk memanfaatkan kelebihan uap yang dihasilkan mesin pembangkit tersebut maka PT Panasia Indosyntec Tbk mengembangkan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri.

PT Panafil Essential Oil dilengkapi dengan alat suling dengan kapasitas total alat sebesar 800 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel. Teknologi penyulingan yang digunakan pabrik ini adalah sistem penyulingan tidak langsung.

Perusahaan melakukan satu kali kegiatan penyulingan minyak nilam per hari, dengan waktu penyulingan selama lima sampai enam jam. Rendemen minyak nilam yang dihasilkan perusahaan rata-rata sebesar 2,5 persen sehingga perusahaan dapat menghasilkan minyak nilam sebanyak 20 kg per hari.

Banyaknya hari kerja PT Panafil Essential Oil dalam sebulan adalah sebanyak 24 hari.

Minyak atsiri yang telah diproduksi PT Panafil Essential Oil salah satunya adalah minyak nilam, namun karena bahan baku minyak nilam yang terbatas dan sulit didapatkan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat.

Berdasarkan hal tersebut untuk dapat memproduksi minyak nilam secara optimal, maka perusahaan berencana untuk melakukan usaha budidaya nilam dengan menerapkan system pola tanam agar kebutuhan bahan baku nilam perusahaan dapat terpenuhi secara kontinyu. Usaha budidaya nilam akan dilakukan di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Lokasi tersebut dipilih

karena perusahaan memiliki yang belum dimanfaatkan seluas 120 ha dan luas lahan yang rencananya akan digunakan untuk budidaya nilam adalah seluas 18 ha.

Pemasaran minyak nilam dilakukan perusahaan dengan menjual minyak secara langsung kepada agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir minyak nilam. Umumnya agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir yang akan membeli minyak nilam kepada perusahaan ini mendatangi langsung pabrik nilam tersebut. Setelah agen-agen pengumpul atau eksportir tersebut menyetujui kualitas minyak nilam tersebut maka kemudian dilakukan transaksi pembelian atau bahkan melakukan kontrak kerjasama untuk jangka waktu tertentu. Kuota minimal agen pengumpul membelian minyak nilam dari perusahaan adalah sebanyak 400 kg.

5.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dimiliki PT Panafil Essential Oil sederhana, mengingat jenis usaha penyulingan minyak nilam ini hanya membutuhkan tenaga kerja yang relatif sedikit. Pembagian kerja yang dilakukan perusahaan ini terdiri atas empat bagian yaitu bagian keuangan, bagian produksi, bagian pemasaran, dan bagian pengadaan bahan baku. Pembagian kerja tersebut telah miliki tugas masing-masing antara lain:

1. Bagian Keuangan, bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab dalam pembuatan laporan laba rugi dan pencatatan arus kas.

2. Bagian Produksi, bertugas membuat rencana kegiatan produksi (penyulingan), mengontrol kegiatan penyulingan dan hasil produksi minyak, bertanggung jawab atas laporan hasil produksi.

3. Bagian Pemasaran, bertugas memperluas jaringan pemasaran serta bertanggung jawab atas kegiatan penjualan minyak yang dihasilkan perusahaan.

4. Bagian Pengadaan Bahan Baku, bertanggung jawab atas ketersediaan dan kualitas bahan baku utama yang dibutuhkan untuk kegiatan penyulingan.

Pada bagian ini terdapat bagian gudang yang bertanggung jawab atas penyimpanan bahan baku, dan selanjutnya akan dilengkapi dengan bagian

budidaya nilam yang bertanggung jawab atas rangkaian kegiatan budidaya dari mulai pembibitan, penyemaian, perawatan sampai panen.

5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan 5.3.1 Proses Penyulingan Nilam

Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing komponen tersebut. Sistem penyulingan minyak nilam yang digunakan PT Panafil Essential Oil adalah sistem penyulingan uap tidak langsung. Prinsip dasar sistem penyulingan ini yaitu penggunaan uap bertekanan tinggi. Menurut Mangun (2005) metode penyulingan uap tidak langsung merupakan metode yang paling baik, karena dapat menghasilkan minyak berkualitas dan rendemen yang tinggi.

Selain itu proses penyulingannya berjalan relatif lebih cepat. Adapun tahapan proses penyulingan minyak nilam ini antara lain:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku daun nilam. Daun nilam basah yang terdiri dari daun, ranting, dahan dan batang yang berasal dari lahan budidaya terlebih dahulu dilakukan pemotongan atau dirajang sepanjang 10-15 cm. Pemotongan daun nilam bertujuan agar kadar minyak nilam yang dihasilkan lebih tinggi.

Daun nilam yang telah dirajang kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari hingga daun menjadi layu. Daun yang telah layu selanjutnya diangin-anginkan, dengan cara dihamparkan diatas rak-rak bambu yang berada digudang dan dibolak-balikkan sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Lama pengeringan biasanya membutuhkan waktu selama 2-3 hari. Proses pengeringan yang dilakukan menghasilkan daun nilam kering dengan perbandingan daun kering dan basah satu banding empat.

2. Tahap Destilasi

Pada tahap ini, daun nilam kering dimasukkan kedalam ketel penyulingan, pengisian ketel dilakukan sesuai kapasitas ketel suling dan secara merata pada seluruh bagian, agar uap air dalam ketel dapat menyebar secara merata.

Selanjutnya dilakukan penembakan tekanan uap dalam ketel tersebut yang

bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air.

3. Tahap Pendinginan

Proses ini bertujuan untuk pengembunan serta mendinginkannya sampai suhu dibawah 30

menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan uap air dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin pendingin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan ditampung dalam sebuah tangki pemisah.

4. Tahap Pemisahan

Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air.

dipisahkan dalam alat bernama separator (

memiliki berat jenis lebih rendah daripada air sehingga minyak a permukaan air.

5. Tahap Pengemasan

Minyak nilam yang telah dipisahkan, kemudian akan kaca gelap dan

drum-Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung

bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air.

3. Tahap Pendinginan

Proses ini bertujuan untuk pengembunan campuran uap air dan minyak, serta mendinginkannya sampai suhu dibawah 300C sehingga minyak dan air menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin ngin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan ditampung dalam sebuah tangki pemisah.

Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air.

dipisahkan dalam alat bernama separator (Florentine flask). Minyak nilam memiliki berat jenis lebih rendah daripada air sehingga minyak akan berada diatas

5. Tahap Pengemasan

Minyak nilam yang telah dipisahkan, kemudian akan dikemas dalam botol -drum penyimpanan minyak nilam untuk dipasarkan.

Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung

bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air.

campuran uap air dan minyak, C sehingga minyak dan air menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin ngin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan

Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air. Minyak dan air ). Minyak nilam kan berada diatas

dikemas dalam botol drum penyimpanan minyak nilam untuk dipasarkan.

Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung

5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku Nilam

PT Panafil Essential Oil memiliki target produksi minyak nilam sebanyak 480 kilogram per bulan, dengan kapasitas bahan baku daun nilam kering yang dibutuhkan sebanyak 800 kilogram per hari atau setara dengan 3,2 ton daun nilam basah per hari, dengan kadar kekeringan sebesar 25 persen. Perusahaan untuk dapat menghasilkan minyak nilam yang berkualitas baik dan dapat memenuhi target produksi maka dibutuhkan bahan baku yang baik. Bahan baku yang baik tergantung pada pemilihan bibit unggul, pemeliharaan, pengelolaan, pola tanam, serta tingkat kesuburan tanah yang dimiliki. Bibit tanaman nilam yang digunakan dalam budidaya nilam ini adalah jenis Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth).

Nilam jenis ini memiliki rendemen minyak nilam yang tinggi yaitu 2,5 sampai lima persen dibandingkan jenis nilam lainnya.

Kelancaran persediaan dan mutu bahan baku nilam merupakan hal yang cukup penting untuk menjaga kontinuitas produksi serta kualitas produk yang dihasilkan. Karena itu perusahaan berencana memanfaatkan lahan yang dimilikinya yang belum dimanfaatkan untuk budidaya tanaman nilam guna memenuhi kebutuhan bahan baku minyak nilam dengan menerapkan sistem pola tanam.

5.4 Perencanaan Budidaya

Luasan budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan PT Panasia disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku daun nilam untuk kegiatan produksi.

Kebutuhan bahan baku nilam dalam sehari adalah sebanyak 800 kilogram daun nilam kering atau setara dengan 3,2 ton daun nilam basah, sehingga kebutuhan daun nilam basah dalam satu bulan dengan jumlah hari kerja sebanyak 24 hari adalah sebesar 76,8 ton.

Produksi daun nilam dalam satu kali panen diasumsikan sebanyak 13 ton daun nilam basah per ha. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku nilam per bulan dibutuhkan lahan seluas 5,908 ha atau 6 ha. Nilam dapat dipanen pertama kali setelah tanaman berusia enam bulan setelah waktu penanaman, sedangkan untuk panen berikutnya dibutuhkan selang waktu selama tiga bulan dari panen pertama.

Pengembangan unit usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam setiap bulan secara kotinyu, maka perusahaan akan menerapkan sistem pola tanam dengan melakukan tiga tahap penanaman sehingga waktu panen dilakukan setiap bulan. Hal tersebut mengakibatkan luasan lahan yang dibutuhkan menjadi tiga kali lipat yaitu seluas 18 ha.

5.4.1 Proses Budidaya Nilam

Proses budidaya tanaman nilam memiliki beberapa tahap, tahapan tersebut terdiri dari:

1. Persiapan Lahan

Tahap persiapan lahan untuk usaha budidaya nilam antara lain land clearing, pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan lubang tanam, serta pemupukan lahan. Land clearing merupakan kegiatan membersihkan lahan dari rumput dan tanaman yang sebelumnya telah ada dilahan tersebut. Namun karena lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam di Desa Ciburuy ini sudah tidak terdapat tanaman dan pepohonan, maka tahapan land clearing tidak perlu dilakukan. Dan langsung pada tahap pengolahan lahan.

Pengolahan lahan merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan, karena dapat menentukan keberhasilan budidaya. Dalam tahapan ini, tanah terlebih dahulu melalui proses penggemuran dengan cara dicangkul. Kedalaman galian ini sekitar 30 cm, yang kemudian dilakukan pembalikan tanah yang berada dipermukaan. Setelah itu, didiamkan selama tiga hari agar terjadi proses penguapan dari tanah yang diolah.

Tanah yang telah gembur lalu dibuat bedengan, setiap bedengan diberi jarak selebar 30 cm sebagai penampung air, sekaligus sebagai sarana jalan untuk mengontrol tanaman dengan kedalaman sekitar 15-25 cm. Bedengan tersebut dilubangi dengan jarak tanam 100 x 100 cm untuk ditanami nilam, sedangkan untuk tanaman jagung sebagai tanaman naungan jarak tanamnya adalah 100 x 100

Tanah yang telah gembur lalu dibuat bedengan, setiap bedengan diberi jarak selebar 30 cm sebagai penampung air, sekaligus sebagai sarana jalan untuk mengontrol tanaman dengan kedalaman sekitar 15-25 cm. Bedengan tersebut dilubangi dengan jarak tanam 100 x 100 cm untuk ditanami nilam, sedangkan untuk tanaman jagung sebagai tanaman naungan jarak tanamnya adalah 100 x 100

Dokumen terkait