ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NIL (Pogostemon cab
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NIL gostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL
BANDUNG
SKRIPSI
SHORAYA INDAH H34076141
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM PT PANAFIL ESSENTIAL OIL
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
SHORAYA INDAH. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara eksportir terbesar di dunia. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro 2009).
Salah satu jenis minyak atsiri yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah minyak nilam. Pangsa pasar minyak nilam Indonesia di dunia mencapai 90 persen (Balitro, 2009), dan permintaan minyak nilam di dunia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Hal tersebut dikarenakan minyak nilam (Patchouli Oil) berfungsi sebagai bahan pengikat (fiksasi) yang baik dan sebagai pengendali penerbang untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Serta belum berkembangnya bahan substitusi essensial oil sebagai bahan pengikat dalam industri parfum dan kosmetik. Kenaikan permintaan minyak nilam dilihat dari pertumbuhan rata-rata volume ekspor per tahun (tahun 2003-2006) adalah sebesar 39,64 persen (Biro Pusat Statistik 2008) dan permintaan tersebut tidak diiringi dengan suplai minyak nilam yang memadai, sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga minyak nilam. Rendahnya suplai minyak nilam salah satunya disebabkan oleh semakin menurunkan produksi bahan baku nilam Indonesia.
PT Panafil Essential Oil adalah perusahaan yang bergerak pada bidang atsiri, salah satu minyak atsiri yang diproduksinya ialah minyak nilam. Namun dalam kegiatan produksinya perusahaan ini mengalami permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku nilam, yang mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Oleh karena itu, perusahaan berencana melakukan usaha di bidang budidaya nilam guna memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan. Lokasi lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Padalarang Bandung.
Lahan tersebut merupakan lahan milik perusahaan induk dari PT Panafil Essential Oil yang belum dimanfaatkan dan di sekitar lahan juga belum ada petani yang melakukan budidaya nilam.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial
yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dari
usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil Bandung. (2)
Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT
Panafil Essential Oil. (3) Menganalisis sentivitas dari kelayakan usaha budidaya
nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.Data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan penyusutan
investasi usaha dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Pengolahan
data kuantitatif menggunakan Software Microsoft Excel. Penelitian ini mengkaji beberapa aspek yakni aspek pasar, teknis, manajemen, sosial lingkungan, dan finansial. Kriteria kelayakan finansial usaha yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan payback period.
Berdasarkan hasil penelitian, proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan PT Panafil Essential Oil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar dapat dilihat dari peluang pasar yang masih terbuka, serta bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kelayakan aspek manajemen yang dapat dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan budidaya yang sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan perusahaan, yang juga menerapkan pola tanam untuk memperoleh bahan baku yang kontinyu sepanjang tahun dan koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. Kelayakan aspek sosial dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat diantaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.
Berdasarkan analisis finansial, proyek pengembangan usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari nilai kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV sebesar Rp 293.338.047,00 , Net B/C sebesar 1,89.
IRR sebesar 14 persen per triwulan, payback period sebesar 7,71 triwulan (satu tahun 11 bulan 17 hari). Analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa proyek pengembangan usaha budidaya nilam akan tetap layak sampai terjadi kenaikan pada harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Serta akan tetap layak apabila terjadi perubahan volume produksi sebesar 23,2431157 persen dan penurunan harga jual nilam basah sebesar 23,2431157 persen.
Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, maka pengembangan unit usaha
budidaya nilam PT Panafil Essential Oil dengan menerapkan polatanam
disarankan untuk membagi setiap tahap menjadi empat blok untuk ditanam
dengan jarak waktu satu minggu, agar pemanenan dapat dilakukan setiap minggu
guna mengefisienkan biaya penyimpanan nilam kering. Pemeliharaan tanaman
nilam sebaiknya dilakukan secara intensif sesuai dengan rencana kerja yang telah
dibuat perusahaan agar tanaman nilam dapat berproduksi secara optimal.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM (Pogostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL
BANDUNG
SHORAYA INDAH H34076141
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung
Nama : Shoraya Indah NIM : H34076141
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP. 19630228 199003 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dan penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2010
Shoraya Indah
H34076141
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan dari sisi finansial dan non finansial usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku produksi perusahaan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2010
Shoraya Indah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di daerah Bogor pada tanggal 10 Desember 1985.
Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwan Susilo dan Ibunda Hj. Solihah.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Rimba Putra Bogor pada
tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di
SLTP Insan Kamil Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Insan
Kamil Bogor diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima pada Program Studi
Diploma Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan
(SEIP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun
2007. Kemudian penulis melanjutkan di program ekstensi Departemen Agribisnis,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Masuk IPB pada tahun 2007.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk dari rasa syukur kepada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator kolokium yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis demi perbaikan proposal penelitian.
3. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Ir. Juniar Atmakusuma, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji Komisi Pendidikan pada sidang skripsi telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Ayah (H. Iwan S) dan Ibu (Hj. Solihah) yang tercinta atas segala perjuangan, kasih sayang, doa, dan dukungan, baik secara moral maupun material kepada penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
6. Kakak dan adikku tersayang. Mustaqfirin, Ibah, Sofiawati, Humaedi, dan M.
Faruq Sanjaya atas semangat, doa, bantuan, dan kasih sayang yang telah diberikan.
7. Seseorang yang sangat berarti bagi penulis, Dani Prawirakusumah Alm atas perhatian, dukungan, bantuan, doa, dan cinta, serta ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan penelitian ini. Semoga ilmu pengetahuan yang telah diberikan pada penulis dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca skripsi ini, dan dapat menjadikan cahaya bagi kehidupan kita semua, Amin.
8. Pihak perusahaan PT Panafil Essential Oil khususnya Bapak Adam S.Hut atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
9. Sahabat-sahabatku Sri Wisdya, Dira, Qiqi (Pembahas Seminar), Dian
Nurjanah, dan Fitria Fatimah atas semua bantuan, dukungan serta doa yang
telah diberikan.
10. Semua teman-teman AGB Ekstensi angkatan 3, teman-teman seperjuangan AGP 41 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
11. Seluruh staf pengajar Ekstensi Agribisnis dan seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis atas kesediaannya membantu penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata semoga doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis mendapat berkat dari Allah SWT. Amin.
Bogor, Mei 2010
Shoraya Indah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Perkembangan Nilam Indonesia ... 10
2.2 Minyak Nilam ... 10
2.2.1 Mutu Minyak Nilam ... 11
2.3 Tanaman Nilam ... 12
2.4 Budidaya Tanaman Nilam ... 13
2.5 Penyulingan Nilam ... 16
2.6 Penelitian Terdahulu ... 19
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22
3.1.1 Konsep Analisis Kelayakan Proyek ... 22
3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan ... 23
3.1.3 Analisis Sensitivitas ... 25
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 27
IV METODE PENELITIAN ... 30
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30
4.3 Metode Pengolahan Data ... 30
4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi ... 31
4.3.1.1 Net Present Value (NPV) ... 31
4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 32
4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 33
4.3.1.4 Payback Period (PP) ... 34
4.3.2 Analisis Sensitivitas ... 34
4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) ... 35
4.5 Asumsi Dasar ... 35
V DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL ... 37
5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 37
5.2 Struktur Organisasi... 38
5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan ... 39
5.3.1 Proses Penyulingan Nilam ... 39
5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku ... 41
5.4 Perencanaan Budidaya ... 41
5.4.1 Proses Budidaya Nilam ... 42
5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya ... 46
5.4.3 Pengendalian Produksi ... 46
VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL ... 48
6.1 Aspek Pasar ... 48
6.1.1 Potensi Pasar ... 48
6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran ... 49
6.1.2.1 Produk (Product) ... 49
6.1.2.2 Harga (Price) ... 50
6.1.2.3 Tempat (Place) ... 51
6.1.2.4 Promosi (Promotion) ... 51
6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 51
6.2 Aspek Teknis ... 52
6.2.1 Kesesuaian Kodisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy ... 52
6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi ... 53
6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 54
6.2.4 Skala Operasi ... 54
6.2.5 Layout Lahan ... 54
6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 55
6.3 Aspek Manajemen ... 55
6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 56
6.4 Aspek Sosial ... 57
6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial ... 57
VII ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ... 58
7.1 Arus Masuk ... 58
7.2 Arus Keluar ... 59
7.2.1 Biaya Investasi ... 59
7.2.2 Biaya Operasional ... 61
7.2.3 Analisis Rugi Laba... 63
7.3 Kelayakan Finansial Proyek ... 64
7.4 Analisis Sensitivitas ... 65
7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 66
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
LAMPIRAN ... 71
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Daftar Negara Eksportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun
2002-2006 ... 1 2. Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006... 3 3. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008... 4 4. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Nilam
Tahun 2003-2006 ... 7 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006 ... 12 6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam... 14 7. Produksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan
Kadar Patchouli Alkohol Tiga Varietas Nilam ... 15 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam
PT Panafila Essential Oil ... 59 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential
Oil... 60 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ... 61 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential
Oil... 64 13. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil
Essential Oil ... 66
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tiga Varietas Unggul Nilam ... 15
2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 29
3. Sistem Penyulingan Uap Tidak Langsung ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Struktur Organisasi PT Panafil Essensial Oil ... 71 2. Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ... 72 3. Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam
PT Panafil Essential Oil ... 73 4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil
Per Triwulan... 74 5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT
Panafil Essential Oil... 75 6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT
Panafil Essential Oil... 76 7. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha
Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Kenaikan
Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,26219 persen. ... 77 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha
Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen... 78 9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha
Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Harga Jual
Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen... 79
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara eksportir terbesar di dunia yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro 2009).
Konsumsi dunia terhadap minyak atsiri setiap tahunnya naik sebesar 10 persen, yang disebabkan karena perkembangan kebutuhan industri pangan, kosmetik dan farmasi yang didorong dengan adanya pertumbuhan populasi dan perubahan preferensi konsumen terhadap bahan alami (Balitro 2009).
Tabel 1. Daftar Negara Ekportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun 2002-2006
No Negara Nilai dalam Ekspor US$ 000 Trend
(persen)
2002 2003 2004 2005 2006
1 Amerika
Serikat 312.498 293.428 329.193 351.707 368.715 4,44
2 Perancis 161.932 191.904 214.485 204.518 216.413 7,70
3 Brazil 78.6 114.385 98.529 105.565 130.637 16,40
4 Inggris 88.529 108.69 107.926 105.465 119.227 4,70
5 China 68.693 62.873 76.644 84.58 107.898 10,01
6 Argentina 67.155 51.182 55.691 96.718 102.511 11,88
7 Jerman 41.361 48.159 63.072 64.555 72.184 15,88
8 Indonesia 51.365 44.194 47.204 64.601 67.324 5,33
9 Italia 40.988 45.763 51.423 49.717 0 0
10 India 66.842 101.997 96.531 0 0 0
Total
Dunia 1.403.160 1.554.138 1.618.910 1.429.121 1768568 4,60 Sumber: UN Comtrade, diacu dalam Balitro 2009.
Indonesia sebagai penghasil minyak atsiri mengekspor sekitar 9-12 jenis
minyak atsiri dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar
internasional. Pangsa pasar ekspor Indonesia untuk beberapa jenis minyak atsiri
antara lain minyak nilam 85 persen, minyak pala 70 persen, minyak cengkeh 63 persen, dan minyak sereh 15 persen.
1Potensi Indonesia untuk mengembangkan minyak atsiri juga sangat besar, mengingat di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman dari sekitar 150-200 jenis tanaman penghasil minyak atsiri di dunia.
2Salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam, yang menghasilkan minyak atsiri yang cukup penting. Tanaman ini termasuk tanaman yang mudah tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah kering dan tandus menjadi suatu lahan yang produktif (Mangun 2005), serta teknik budidaya dan pengelolaan tanaman ini pun sederhana sehingga mudah dikembangkan.
Minyak nilam Indonesia yang dikenal dengan nama “Patchouli Oil”
memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pasar dunia, yaitu sekitar 90 persen dari total kebutuhan minyak nilam dunia disuplai dari Indonesia (Balitro, 2009). Peluang pasar minyak nilam baik di dalam maupun luar negeri masih sangat besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetik, trend mode dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Terlebih lagi pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor (Mangun 2005).
Minyak nilam diperoleh dari tanaman nilam dengan cara penyulingan.
Minyak ini memiliki komponen utama patchouli alcohol (C
15H
26O) yang berfungsi sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion, dan deodorant), kebutuhan industri makanan (diantaranya untuk essence atau penambahan rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat antiradang, antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antidepresi,
1
Bisnis Indonesia. 2009. Ekspor minyak nilam prospektif. http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi- harian/perdagangan/lid99645.html. [22 September 2009]
2
Atsiri Indonesia. Tanaman Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php.[22 September
2009]
dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan barang, serta sebagai kebutuhan industri lainnya.
Perkembangan ekspor minyak nilam Indonesia pada tahun 2003-2006 meningkat, baik dari segi volume maupun dari segi nilainya (Tabel 2).
Peningkatan ekspor minyak nilam dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$
19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000 disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri-industri parfum, kosmetika, farmasi, dan tren mode yang terus berkembang, serta belum berkembangnya bahan substitusi minyak nilam sebagai bahan pengikat dalam industri parfum dan kosmetika. Kebutuhan pasar dunia terhadap minyak nilam setiap tahunnya mencapai 1.200-1.400 ton dan volume tersebut cenderung terus meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.
3Tabel 2. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006
Tahun
Volume Nilai
Ton Pertumbuhan (%)
US$
(000)
Pertumbuhan (%)
2003 1.127 19.165
2004 2.074 84,03 27.137 41,60
2005 2.679 29,17 43.894 61,75
2006 2.832 5,71 43.984 0,21
Rata-rata Pertumbuhan
Per Tahun (%) 2.178 39,64 33.545 34,52
Sumber: Biro Pusat Statistik 2008, diolah.
Produksi minyak nilam sangat dipengaruhi oleh persediaan bahan baku nilam dan teknologi penyulingan nilam yang digunakan. Pada 2003-2008 produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam di Indonesia mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton (Tabel 3), yang disebabkan oleh fluktuasi harga minyak nilam yang terjadi pada tahun 2003-2006 yang berada dikisaran Rp130.000,00-Rp170.000,00 per kilogram. Kondisi tersebut mengakibatkan para produsen minyak nilam menekan harga beli bahan baku nilam dari petani sehingga petani tidak lagi bersemangat dalam membudidayakan nilam.
3
Kapan lagi.com. 2007. Harga Minyak Nilam Bertahan Rp 1 juta.http://www.kapanlagi.com/h/00
Hal tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan baku nilam, dan suplai minyak nilam Indonesia di pasar internasional menjadi menurun. Pada saat itu, kenaikan harga minyak nilam pada akhir 2007 hingga mencapai Rp 1.000.000,00 per kilogram
4, dan harga minyak nilam selama tahun 2008 mengalami kenaikan hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp 1.200.000,00 per kilogram. Namun kenaikan harga tersebut menyebabkan banyak petani yang membudidayakan nilam sehingga harga kembali ke harga normal yaitu sebesar Rp 250.000,00 per kilogram.
Tabel 3. Data Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008
Lokasi
Produksi (ton)/tahun Rata-rata
Pertumbuhan Produksi 2003-2008
(%)
2003 2004 2005 2006 2007 2008*)
NAD 239 121 87 88 110 130 -33
Sumatera Utara 383 233 178 118 98 116 -95
Sumatera Barat 613 404 396 152 300 318 6
Riau 362 22 23 20 19 33 -34
Jambi - - - 29 23 48 -
Sumatera Selatan 438 42 42 108 19 79 300
Bengkulu 146 584 286 297 - - -
Lampung 45 15 15 19 25 33 24
Jawa Barat 25 55 180 223 155 181 357
Jawa Tengah 129 234 330 424 292 388 153
D.I Yogyakarta - - - 51 - - -
Jawa Timur 2 2 1 967 110 164 96,510
Indonesia 2.382 1.712 1.538 2.496 1.151 1.490 -0,5
Sumber : Departemen Pertanian 2003-2008
5Keterangan : *) = angka sementara
Selain teknologi yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam di Indonesia masih sederhana, yang mengakibatkan suplai minyak nilam menurun ialah kurangnya bahan baku nilam di Indonesia, sehingga produksi dan mutu minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan permintaan pasar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya fluktuasi pada harga minyak nilam.
4
Trubusid. 2008. Bedah Dulu Supaya Aman. http://www.trubus online.co.id/mod.php?mod
=Publisher&op=viewarticle&cid=1&arid=1481. [10 Oktober 2009]
5
Departemen Pertanian, Pencarian Data Berdasarka Indikator. http/database.deptan.go.id/Bdsp/
hasil_ind.asp. [11 Oktober 2009]
Sentra produksi tanaman nilam Indonesia salah satunya berada didaerah Jawa Barat. Kondisi lingkungan di Jawa Barat sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman nilam, terlebih lagi nilam termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan dibandingkan tanaman atsiri lainnya. Daerah yang menjadi pusat produksi minyak nilam di Jawa Barat antara lain Cianjur, Majalengka, Garut, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Sumedang, Subang, Purwakarta dan Bandung (Balitro 2009). Salah satu produsen minyak nilam di Bandung yaitu PT Panafil Essential Oil.
PT Panafil Essential Oil baru berdiri pada bulan Oktober tahun 2009, dan perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk.
Perusahaan ini didirikan karena PT Panasia Indosyntec Tbk yang awalnya hanya bergerak dibidang tekstil, memiliki alat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas besar. Kapasitas PLTU yang dimiliki oleh PT Panasia Indosyntec Tbk adalah sebesar 30 Mw, namun daya yang digunakan untuk kebutuhan perusahaan tidak sebesar itu sehingga perusahaan menjual daya sebesar tiga megawatt kepada PLN yang disambungkan dengan jaringan Jawa-Bali. Selain itu, untuk memanfaatkan kelebihan uap yang dimiliki, maka perusahaan melakukan pengembangan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri. Dan salah satu komoditi yang diproduksi perusahaan adalah minyak nilam karena prospek pasar minyak nilam yang sangat baik.
Perusahaan ini telah dilengkapi dengan alat suling modern, yaitu dengan menggunakan teknologi sistem penyulingan tidak langsung sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas dan rendemen tinggi. Alat suling yang dimilliki perusahaan ini dilengkapi dengan dua ketel suling yang berkapasitas masing-masing sebesar 400 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel, dalam sehari perusahaan melakukan satu kali proses produksi dengan kapasitas bahan baku total sebanyak 800 kg nilam kering dibutuhkan waktu selama lima sampai enam jam dengan rendemen minyak yang dihasilkan rata-rata sebesar 2,5 persen dari bahan baku nilam kering yaitu sekitar 20 kg minyak nilam yang dihasilkan.
PT Panafil Essential Oil dalam melakukan kegiatan produksi minyak
nilam pada awalnya memperoleh bahan baku nilam dengan membeli dari daerah
sekitar, seperti Garut, Kuningan, Subang dan lain-lain. Namun diantara bahan
baku yang dibeli perusahaan, bahan baku yang berasal dari petani yang berada di daerah Subang merupakan bahan baku yang paling baik menurut perusahaan karena rendemen yang dihasilkan dari bahan baku tersebut paling tinggi dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari tempat lain, dan kualitas minyak yang dihasilkan juga sangat baik.
Persediaan bahan baku nilam basah dari daerah Subang masih sangat terbatas, sehingga baku nilam yang dipasok ke perusahaan jumlahnya tidak mencukupi dari kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat, hingga perusahaan harus menghentikan produksi minyak nilam dan menggantikannya dengan komoditi yang lain. Oleh karena itu, untuk dapat memproduksi minyak nilam secara optimal maka PT Panafil Essential bermaksud melakukan pengembangan unit usaha dibidang budidaya nilam.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa potensi pasar minyak nilam masih terbuka lebar, dengan kebutuhan minyak nilam yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan minyak nilam pada industri-industri seperti industri makanan, kosmetika, parfum, farmasi, tren mode yang terus berkembang, dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Serta masih kurangnya jumlah produksi minyak nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia.
Kurangnya jumlah produksi minyak nilam dunia salah satunya disebabkan
oleh produksi nilam Indonesia yang menurun pada tahun 2003-2008 dari 2.382
ton menjadi 1.490 ton, sehingga ketersediaan bahan baku utama minyak nilam
menjadi terbatas dan produksi minyak nilam di Indonesia menurun. Penurunan
produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam salah satunya
disebabkan karena produktivitas nilam di Indonesia yang menurun pada tahun
2003-2006 (Tabel 4), yang dapat lihat dari jumlah areal lahan yang meningkat
namun tidak diiringi dengan jumlah produksi nilamnya.
Penurunan produksi tersebut dikarenakan pada umumnya budidaya nilam tersebut dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang relatif kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga produksi nilam menjadi tidak optimal. Hal tersebut juga berdampak terhadap suplai minyak nilam dunia mengingat Indonesia memiliki pangsa pasar minyak nilam yang sangat besar di dunia yaitu sekitar 85 persen.
Oleh karena itu, didukung dengan potensi yang dimiliki perusahaan, PT Panasia Indosyntec tbk mendirikan usaha penyulingan minyak atsiri, salah satunya adalah minyak nilam. Namun karena keterbatasan bahan baku yang dialami perusahaan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Karena hal tersebut, agar produksi minyak nilam perusahaan dapat dilakukan secara optimal, maka diperlukan persediaan bahan baku yang mencukupi secara kontinyu. Oleh sebab itu PT Panafil Essential Oil bermaksud melakukan pengembangan unit usaha dibidang budaya nilam dengan menerapkan pola tanam untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan secara kontinyu.
Tabel 4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003- 2006
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)
2003 16.354 2.382 199,38
2004 20.179 1.712 103,42
2005 20.455 1.537 103,11
2006 22.498
[4]1.758
[4]107,23
[4]Sumber : Departemen Pertanian 2003-2006
6. Keterangan : [4] = angka sementara
Lokasi lahan yang dipilih untuk pengembangan usaha budidaya nilam ini berada di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, yang merupakan lahan milik PT Panasia Indosyntec Tbk yang belum dimanfaatkan sebelumnya. Pada lokasi tersebut sebelumnya juga belum ada yang melakukan budidaya nilam, sehingga untuk melaksanakan pengembangan usaha budidaya nilam ini perusahaan perlu melakukan analisis kelayakan baik secara teknis
6
Departemen Pertanian. Pencarian Data Berdasarkan Indikator. http://database.deptan. go.id
/Bdsp/hasil _ind.asp.[10 Oktober 2009]
maupun finansial untuk mengetahui dapat tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Mengingat kondisi yang cenderung mengalami perubahan, maka dalam menganalisis kelayakan usaha ini perlu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat sensitivitas dari kelayakan usaha budidaya nikam yang akan dilakukan perusahaan. Karena usaha yang dianalisis kelayakannya masih dalam tahap perencanaan maka metode yang digunakan dalam menganalisis sentinsitivitas adalah switching value. Adapun variabel yang uji antara lain perubahan dari kenaikan harga pupuk kandang, penurunan volume produksi, dan penurunan harga jual nilam basah. Maka dari perumusan masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil?
3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada variabel usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.
3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada
komponen variabel yang dapat mempengaruhi usaha budidaya nilam yang
akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian antara lain:
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai penerapan studi kelayakan bisnis.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi pada usaha budidaya tanaman nilam.
3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai studi kelayakan usaha budidaya nilam, serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian ini ialah menganalisis kelayakan usaha
budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam
rangka memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan yang mencakup aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial, serta aspek finansial
perusahaan. Menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam PT Panafil Essential
Oil dengan mengunakan metode analisis switching value. Variabel-variabel yang
digunakan dalam analisis switching value adalah kenaikan pada komponen biaya
variabel harga bibit nilam dan kenaikan pupuk kandang, serta penurunan volume
produksi dan penurunan harga jual nilam basah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Nilam Indonesia
Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998).
Hasil tanaman tersebut berupa terna yang dikeringkan dan diekspor ke Singapura untuk disuling, yang kemudian diekspor ke berbagai negara terutama Perancis, Jerman, dan Amerika. Pada tahun 1920 daerah Tapak Tuan mulai melakukan penyulingan minyak nilam. Setahun kemudian (1921) minyak nilam asal Indonesia mulai di ekspor ke Singapura dan Malaysia disamping mengekspor terna kering Indonesia juga mulai mengekspor minyak nilam (Heyne 1927; Anon 1939, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Pada saat itu budidaya nilam Indonesia telah menyebar ke pulau Jawa salah satunya di daerah Kediri. Indonesia masih mengekspor terna dan minyak nilam ke singapura dan Malaysia sampai pada tahun 1940, dan setelah tahun 1950 Indonesia hanya mengekspor minyak saja.
Namun setelah tahun 1960 posisi Singapura dan Malaysia sebagai negara pengekspor minyak nilam terbesar digantikan oleh Indonesia (Allen 1969, diacu dalam Dhalimin et al. 1998)
Pada tahun 1956 ekspor minyak nilam Indonesia baru mencapai 30 ton dan meningkat menjadi 245 ton pada tahun 1961, dan pada waktu yang sama ekpor minyak nilam Malaysia dan Singapura juga mengalami peningkatan dari 160 ton (1956) menjadi 232 ton (1961), namun produksi minyak nilam Indonesia terus meningkat sedang negara-negara lain seperti Cina, Srilanka, Malaysia dan Brazil tidak begitu pesat perkembangannya. Periode 1960an ekspor minyak nilam Indonesia berkisar antara 250-300 ton tiap tahun (Robbin 1982, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Volume ekspor terus meningkat menjadi 300-500 ton (1970-1980) dan 500-700 ton (1980-1990). Pada tahun 1990 volume ekspor minyak nilam meningkat secara tajam dan mencapai puncaknya pada tahun 1995 (1445 ton) (Dhalimin et al. 1998).
2.2 Minyak Nilam
Menurut B S Hieronymus (1990) Minyak nilam diperoleh dengan cara
penyulingan uap dan air terhadap herba kering tanaman nilam Pogostemon cablin.
Kandungan utama dari minyak nilam adalah Patchuli alcohol. Senyawa inilah yang menyebabkan minyak nilam memiliki bau yang harum. Minyak nilam dapat digunakan secara langsung tanpa diproses lebih lanjut. Namun patculi dapat diubah menjadi ester, patchouli asetat. Senyawa ester mempunyai bau yang harum dan dapat digunakan sebagai bahan pewangi. Patculi alcohol dapat direaksikan dengan asam fosfat mengalami hidrasi dan diperoleh patculena.
Minyak nilam merupakan bahan baku parfum yang terpenting dan sebagai bahan fiksatif yang paling baik pada parfum berkualitas baik. Minyak ini digunakan juga dalam pembuatan sabun dan kosmetik, karena dapat diblending secara baik dengan minyak atsiri lainnya seperti minyak cengkeh, geranium, akar wangi dan minyak cassia. Aroma minyak nilam sangat kaya, terkesan rasa manis, hangat dan menyengat (Dhalimin et al. 1998).
2.2.1 Mutu Minyak Nilam
Mutu minyak nilam sangat menentukan mampu atau tidaknya minyak nilam tersebut diekspor ke pasar luar negeri, bahkan mutu juga dapat menentukan harga dari minyak nilam yang diproduksi. Menurut Sumangat D dan Risfaheri (1989) senyawa patchouli alcohol merupakan penentu mutu minyak nilam.
Minyak nilam yang kadar patchouli alhokolnya lebih tinggi dalam dunia perdagangan mendapatkan harga lebih tinggi, karena mutunya dinilai lebih tinggi.
Kadar patchouli alcohol minyak nilam Indonesia berkisar antara 20-45 persen.
Mutu minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain klon atau varietas, lingkungan tumbuh, teknik budidaya, perilaku pendahuluan, proses peyulingan, pengemasan, serta penyimpanan (Anggraeni et al. 1998). Standar mutu minyak nilam Indonesia ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-2006. Standar ini meliputi ruang lingkup syarat mutu pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan, dan penandaan milik nilam.
Berdasarkan Standar ini minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan dari daun tanaman P. cabin Benth. Minyak nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu dengan nama “patchouli oil”
Adapun syarat-syarat mutu minyak nilam ditetapkan seperti pada Tabel 3.
Tabel 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006
No Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Warna - Kuning muda-cokelat kemerahan
2 Bobot jenis 25°C/25°C - 0,950-0,975
3 Indeks bias (nD²º) - 1,507-1,515
4 Kelarutan dalam etanol 90%
pada suhu 20ºC ±3ºC -
Larutan jernih atau opalesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10
5 Bilangan asam - Maks. 8
6 Bilangan Ester - Maks. 20
7 Putaran optic - (-40°)-(-65º)
8 Patchouli alcohol (C
15H
26O) % Min. 30 9 Alpha opaene (C
15H
24) % Maks. 0,5 10 Kandungan besi (Fe) mg/kg Maks. 25 Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2006).
12.3 Tanaman Nilam
Tanaman nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili labiatae, dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0.3-1.3 m.
Tanaman ini tumbuh di alam bebas secara tidak teratur dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun di kebun tanaman nilam tumbuhnya tegak ke atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (B. S. Hieronymus 1990).
Tanaman nilam terdiri beberapa jenis dan setiap jenis nilam memiliki kadar dan mutu minyak yang berbeda-beda. Jenis nilam tersebut antara lain Pogostemon cablin Benth, Pagostemon heyneatus, Benth, dan Pogostemon hortensis, Backer (B. S. Hieronymus 1990).
a) Pogostemon cablin Benth (Nilam Aceh)
Nilam ini memiliki ciri daunnya agak membulat seperti jantung, dibagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya tampak pucat, dan tidak atau jarang berbunga. Kadar minyaknya antara 2,5-5 persen dan komposisi minyaknya bagus. Menurut para ahli, minyak jenis ini terdapat di Filipina, Brazilia, Malaysia, Paraguay, Madagaskar, dan Indonesia.
b) Pagostemon heyneatus Benth (Nilam Jawa)
Nilam jenis ini sering tumbuh secara liar di pekarangan rumah atau ditempat yang jarang dijamah oleh manusia, oleh karena itu nilam ini sering disebut nilam hutan.
11