• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYAA NILAM (Pogostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYAA NILAM (Pogostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL BANDUNG"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NIL (Pogostemon cab

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NIL gostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

BANDUNG

SKRIPSI

SHORAYA INDAH H34076141

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

SHORAYA INDAH. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara eksportir terbesar di dunia. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro 2009).

Salah satu jenis minyak atsiri yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah minyak nilam. Pangsa pasar minyak nilam Indonesia di dunia mencapai 90 persen (Balitro, 2009), dan permintaan minyak nilam di dunia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Hal tersebut dikarenakan minyak nilam (Patchouli Oil) berfungsi sebagai bahan pengikat (fiksasi) yang baik dan sebagai pengendali penerbang untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Serta belum berkembangnya bahan substitusi essensial oil sebagai bahan pengikat dalam industri parfum dan kosmetik. Kenaikan permintaan minyak nilam dilihat dari pertumbuhan rata-rata volume ekspor per tahun (tahun 2003-2006) adalah sebesar 39,64 persen (Biro Pusat Statistik 2008) dan permintaan tersebut tidak diiringi dengan suplai minyak nilam yang memadai, sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga minyak nilam. Rendahnya suplai minyak nilam salah satunya disebabkan oleh semakin menurunkan produksi bahan baku nilam Indonesia.

PT Panafil Essential Oil adalah perusahaan yang bergerak pada bidang atsiri, salah satu minyak atsiri yang diproduksinya ialah minyak nilam. Namun dalam kegiatan produksinya perusahaan ini mengalami permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku nilam, yang mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Oleh karena itu, perusahaan berencana melakukan usaha di bidang budidaya nilam guna memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan. Lokasi lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Padalarang Bandung.

Lahan tersebut merupakan lahan milik perusahaan induk dari PT Panafil Essential Oil yang belum dimanfaatkan dan di sekitar lahan juga belum ada petani yang melakukan budidaya nilam.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial

yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dari

usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil Bandung. (2)

Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT

Panafil Essential Oil. (3) Menganalisis sentivitas dari kelayakan usaha budidaya

nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.Data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan penyusutan

investasi usaha dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Pengolahan

(3)

data kuantitatif menggunakan Software Microsoft Excel. Penelitian ini mengkaji beberapa aspek yakni aspek pasar, teknis, manajemen, sosial lingkungan, dan finansial. Kriteria kelayakan finansial usaha yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan payback period.

Berdasarkan hasil penelitian, proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan PT Panafil Essential Oil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar dapat dilihat dari peluang pasar yang masih terbuka, serta bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kelayakan aspek manajemen yang dapat dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan budidaya yang sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan perusahaan, yang juga menerapkan pola tanam untuk memperoleh bahan baku yang kontinyu sepanjang tahun dan koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. Kelayakan aspek sosial dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat diantaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.

Berdasarkan analisis finansial, proyek pengembangan usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari nilai kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV sebesar Rp 293.338.047,00 , Net B/C sebesar 1,89.

IRR sebesar 14 persen per triwulan, payback period sebesar 7,71 triwulan (satu tahun 11 bulan 17 hari). Analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa proyek pengembangan usaha budidaya nilam akan tetap layak sampai terjadi kenaikan pada harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Serta akan tetap layak apabila terjadi perubahan volume produksi sebesar 23,2431157 persen dan penurunan harga jual nilam basah sebesar 23,2431157 persen.

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, maka pengembangan unit usaha

budidaya nilam PT Panafil Essential Oil dengan menerapkan polatanam

disarankan untuk membagi setiap tahap menjadi empat blok untuk ditanam

dengan jarak waktu satu minggu, agar pemanenan dapat dilakukan setiap minggu

guna mengefisienkan biaya penyimpanan nilam kering. Pemeliharaan tanaman

nilam sebaiknya dilakukan secara intensif sesuai dengan rencana kerja yang telah

dibuat perusahaan agar tanaman nilam dapat berproduksi secara optimal.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM (Pogostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

BANDUNG

SHORAYA INDAH H34076141

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung

Nama : Shoraya Indah NIM : H34076141

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.Sc NIP. 19630228 199003 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dan penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2010

Shoraya Indah

H34076141

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan dari sisi finansial dan non finansial usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku produksi perusahaan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2010

Shoraya Indah

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di daerah Bogor pada tanggal 10 Desember 1985.

Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwan Susilo dan Ibunda Hj. Solihah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Rimba Putra Bogor pada

tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di

SLTP Insan Kamil Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Insan

Kamil Bogor diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima pada Program Studi

Diploma Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan

(SEIP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun

2007. Kemudian penulis melanjutkan di program ekstensi Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Masuk IPB pada tahun 2007.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk dari rasa syukur kepada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator kolokium yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis demi perbaikan proposal penelitian.

3. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Ir. Juniar Atmakusuma, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji Komisi Pendidikan pada sidang skripsi telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ayah (H. Iwan S) dan Ibu (Hj. Solihah) yang tercinta atas segala perjuangan, kasih sayang, doa, dan dukungan, baik secara moral maupun material kepada penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Kakak dan adikku tersayang. Mustaqfirin, Ibah, Sofiawati, Humaedi, dan M.

Faruq Sanjaya atas semangat, doa, bantuan, dan kasih sayang yang telah diberikan.

7. Seseorang yang sangat berarti bagi penulis, Dani Prawirakusumah Alm atas perhatian, dukungan, bantuan, doa, dan cinta, serta ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan penelitian ini. Semoga ilmu pengetahuan yang telah diberikan pada penulis dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca skripsi ini, dan dapat menjadikan cahaya bagi kehidupan kita semua, Amin.

8. Pihak perusahaan PT Panafil Essential Oil khususnya Bapak Adam S.Hut atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

9. Sahabat-sahabatku Sri Wisdya, Dira, Qiqi (Pembahas Seminar), Dian

Nurjanah, dan Fitria Fatimah atas semua bantuan, dukungan serta doa yang

telah diberikan.

(10)

10. Semua teman-teman AGB Ekstensi angkatan 3, teman-teman seperjuangan AGP 41 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

11. Seluruh staf pengajar Ekstensi Agribisnis dan seluruh staf sekretariat Ekstensi Agribisnis atas kesediaannya membantu penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata semoga doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis mendapat berkat dari Allah SWT. Amin.

Bogor, Mei 2010

Shoraya Indah

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Perkembangan Nilam Indonesia ... 10

2.2 Minyak Nilam ... 10

2.2.1 Mutu Minyak Nilam ... 11

2.3 Tanaman Nilam ... 12

2.4 Budidaya Tanaman Nilam ... 13

2.5 Penyulingan Nilam ... 16

2.6 Penelitian Terdahulu ... 19

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Konsep Analisis Kelayakan Proyek ... 22

3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan ... 23

3.1.3 Analisis Sensitivitas ... 25

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

IV METODE PENELITIAN ... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

4.3 Metode Pengolahan Data ... 30

4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi ... 31

4.3.1.1 Net Present Value (NPV) ... 31

4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR) ... 32

4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 33

4.3.1.4 Payback Period (PP) ... 34

4.3.2 Analisis Sensitivitas ... 34

4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) ... 35

4.5 Asumsi Dasar ... 35

V DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL ... 37

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 37

5.2 Struktur Organisasi... 38

(12)

5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan ... 39

5.3.1 Proses Penyulingan Nilam ... 39

5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku ... 41

5.4 Perencanaan Budidaya ... 41

5.4.1 Proses Budidaya Nilam ... 42

5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya ... 46

5.4.3 Pengendalian Produksi ... 46

VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL ... 48

6.1 Aspek Pasar ... 48

6.1.1 Potensi Pasar ... 48

6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran ... 49

6.1.2.1 Produk (Product) ... 49

6.1.2.2 Harga (Price) ... 50

6.1.2.3 Tempat (Place) ... 51

6.1.2.4 Promosi (Promotion) ... 51

6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 51

6.2 Aspek Teknis ... 52

6.2.1 Kesesuaian Kodisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy ... 52

6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi ... 53

6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja ... 54

6.2.4 Skala Operasi ... 54

6.2.5 Layout Lahan ... 54

6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 55

6.3 Aspek Manajemen ... 55

6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 56

6.4 Aspek Sosial ... 57

6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial ... 57

VII ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ... 58

7.1 Arus Masuk ... 58

7.2 Arus Keluar ... 59

7.2.1 Biaya Investasi ... 59

7.2.2 Biaya Operasional ... 61

7.2.3 Analisis Rugi Laba... 63

7.3 Kelayakan Finansial Proyek ... 64

7.4 Analisis Sensitivitas ... 65

7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 66

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 71

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Daftar Negara Eksportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun

2002-2006 ... 1 2. Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006... 3 3. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008... 4 4. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Nilam

Tahun 2003-2006 ... 7 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006 ... 12 6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam... 14 7. Produksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan

Kadar Patchouli Alkohol Tiga Varietas Nilam ... 15 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam

PT Panafila Essential Oil ... 59 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential

Oil... 60 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ... 61 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential

Oil... 64 13. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil

Essential Oil ... 66

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tiga Varietas Unggul Nilam ... 15

2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 29

3. Sistem Penyulingan Uap Tidak Langsung ... 40

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi PT Panafil Essensial Oil ... 71 2. Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ... 72 3. Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam

PT Panafil Essential Oil ... 73 4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

Per Triwulan... 74 5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT

Panafil Essential Oil... 75 6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT

Panafil Essential Oil... 76 7. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha

Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Kenaikan

Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,26219 persen. ... 77 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha

Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen... 78 9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha

Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Harga Jual

Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen... 79

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara eksportir terbesar di dunia yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro 2009).

Konsumsi dunia terhadap minyak atsiri setiap tahunnya naik sebesar 10 persen, yang disebabkan karena perkembangan kebutuhan industri pangan, kosmetik dan farmasi yang didorong dengan adanya pertumbuhan populasi dan perubahan preferensi konsumen terhadap bahan alami (Balitro 2009).

Tabel 1. Daftar Negara Ekportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun 2002-2006

No Negara Nilai dalam Ekspor US$ 000 Trend

(persen)

2002 2003 2004 2005 2006

1 Amerika

Serikat 312.498 293.428 329.193 351.707 368.715 4,44

2 Perancis 161.932 191.904 214.485 204.518 216.413 7,70

3 Brazil 78.6 114.385 98.529 105.565 130.637 16,40

4 Inggris 88.529 108.69 107.926 105.465 119.227 4,70

5 China 68.693 62.873 76.644 84.58 107.898 10,01

6 Argentina 67.155 51.182 55.691 96.718 102.511 11,88

7 Jerman 41.361 48.159 63.072 64.555 72.184 15,88

8 Indonesia 51.365 44.194 47.204 64.601 67.324 5,33

9 Italia 40.988 45.763 51.423 49.717 0 0

10 India 66.842 101.997 96.531 0 0 0

Total

Dunia 1.403.160 1.554.138 1.618.910 1.429.121 1768568 4,60 Sumber: UN Comtrade, diacu dalam Balitro 2009.

Indonesia sebagai penghasil minyak atsiri mengekspor sekitar 9-12 jenis

minyak atsiri dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar

internasional. Pangsa pasar ekspor Indonesia untuk beberapa jenis minyak atsiri

(17)

antara lain minyak nilam 85 persen, minyak pala 70 persen, minyak cengkeh 63 persen, dan minyak sereh 15 persen.

1

Potensi Indonesia untuk mengembangkan minyak atsiri juga sangat besar, mengingat di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman dari sekitar 150-200 jenis tanaman penghasil minyak atsiri di dunia.

2

Salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam, yang menghasilkan minyak atsiri yang cukup penting. Tanaman ini termasuk tanaman yang mudah tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah kering dan tandus menjadi suatu lahan yang produktif (Mangun 2005), serta teknik budidaya dan pengelolaan tanaman ini pun sederhana sehingga mudah dikembangkan.

Minyak nilam Indonesia yang dikenal dengan nama “Patchouli Oil”

memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pasar dunia, yaitu sekitar 90 persen dari total kebutuhan minyak nilam dunia disuplai dari Indonesia (Balitro, 2009). Peluang pasar minyak nilam baik di dalam maupun luar negeri masih sangat besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetik, trend mode dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Terlebih lagi pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor (Mangun 2005).

Minyak nilam diperoleh dari tanaman nilam dengan cara penyulingan.

Minyak ini memiliki komponen utama patchouli alcohol (C

15

H

26

O) yang berfungsi sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai salah satu bahan campuran produk kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi, shampo, lotion, dan deodorant), kebutuhan industri makanan (diantaranya untuk essence atau penambahan rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat antiradang, antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antidepresi,

1

Bisnis Indonesia. 2009. Ekspor minyak nilam prospektif. http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi- harian/perdagangan/lid99645.html. [22 September 2009]

2

Atsiri Indonesia. Tanaman Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php.[22 September

2009]

(18)

dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan barang, serta sebagai kebutuhan industri lainnya.

Perkembangan ekspor minyak nilam Indonesia pada tahun 2003-2006 meningkat, baik dari segi volume maupun dari segi nilainya (Tabel 2).

Peningkatan ekspor minyak nilam dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$

19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000 disebabkan karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri-industri parfum, kosmetika, farmasi, dan tren mode yang terus berkembang, serta belum berkembangnya bahan substitusi minyak nilam sebagai bahan pengikat dalam industri parfum dan kosmetika. Kebutuhan pasar dunia terhadap minyak nilam setiap tahunnya mencapai 1.200-1.400 ton dan volume tersebut cenderung terus meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.

3

Tabel 2. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006

Tahun

Volume Nilai

Ton Pertumbuhan (%)

US$

(000)

Pertumbuhan (%)

2003 1.127 19.165

2004 2.074 84,03 27.137 41,60

2005 2.679 29,17 43.894 61,75

2006 2.832 5,71 43.984 0,21

Rata-rata Pertumbuhan

Per Tahun (%) 2.178 39,64 33.545 34,52

Sumber: Biro Pusat Statistik 2008, diolah.

Produksi minyak nilam sangat dipengaruhi oleh persediaan bahan baku nilam dan teknologi penyulingan nilam yang digunakan. Pada 2003-2008 produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam di Indonesia mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton (Tabel 3), yang disebabkan oleh fluktuasi harga minyak nilam yang terjadi pada tahun 2003-2006 yang berada dikisaran Rp130.000,00-Rp170.000,00 per kilogram. Kondisi tersebut mengakibatkan para produsen minyak nilam menekan harga beli bahan baku nilam dari petani sehingga petani tidak lagi bersemangat dalam membudidayakan nilam.

3

Kapan lagi.com. 2007. Harga Minyak Nilam Bertahan Rp 1 juta.http://www.kapanlagi.com/h/00

(19)

Hal tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan baku nilam, dan suplai minyak nilam Indonesia di pasar internasional menjadi menurun. Pada saat itu, kenaikan harga minyak nilam pada akhir 2007 hingga mencapai Rp 1.000.000,00 per kilogram

4

, dan harga minyak nilam selama tahun 2008 mengalami kenaikan hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp 1.200.000,00 per kilogram. Namun kenaikan harga tersebut menyebabkan banyak petani yang membudidayakan nilam sehingga harga kembali ke harga normal yaitu sebesar Rp 250.000,00 per kilogram.

Tabel 3. Data Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008

Lokasi

Produksi (ton)/tahun Rata-rata

Pertumbuhan Produksi 2003-2008

(%)

2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

NAD 239 121 87 88 110 130 -33

Sumatera Utara 383 233 178 118 98 116 -95

Sumatera Barat 613 404 396 152 300 318 6

Riau 362 22 23 20 19 33 -34

Jambi - - - 29 23 48 -

Sumatera Selatan 438 42 42 108 19 79 300

Bengkulu 146 584 286 297 - - -

Lampung 45 15 15 19 25 33 24

Jawa Barat 25 55 180 223 155 181 357

Jawa Tengah 129 234 330 424 292 388 153

D.I Yogyakarta - - - 51 - - -

Jawa Timur 2 2 1 967 110 164 96,510

Indonesia 2.382 1.712 1.538 2.496 1.151 1.490 -0,5

Sumber : Departemen Pertanian 2003-2008

5

Keterangan : *) = angka sementara

Selain teknologi yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam di Indonesia masih sederhana, yang mengakibatkan suplai minyak nilam menurun ialah kurangnya bahan baku nilam di Indonesia, sehingga produksi dan mutu minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan permintaan pasar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya fluktuasi pada harga minyak nilam.

4

Trubusid. 2008. Bedah Dulu Supaya Aman. http://www.trubus online.co.id/mod.php?mod

=Publisher&op=viewarticle&cid=1&arid=1481. [10 Oktober 2009]

5

Departemen Pertanian, Pencarian Data Berdasarka Indikator. http/database.deptan.go.id/Bdsp/

hasil_ind.asp. [11 Oktober 2009]

(20)

Sentra produksi tanaman nilam Indonesia salah satunya berada didaerah Jawa Barat. Kondisi lingkungan di Jawa Barat sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman nilam, terlebih lagi nilam termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan dibandingkan tanaman atsiri lainnya. Daerah yang menjadi pusat produksi minyak nilam di Jawa Barat antara lain Cianjur, Majalengka, Garut, Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Sumedang, Subang, Purwakarta dan Bandung (Balitro 2009). Salah satu produsen minyak nilam di Bandung yaitu PT Panafil Essential Oil.

PT Panafil Essential Oil baru berdiri pada bulan Oktober tahun 2009, dan perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk.

Perusahaan ini didirikan karena PT Panasia Indosyntec Tbk yang awalnya hanya bergerak dibidang tekstil, memiliki alat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas besar. Kapasitas PLTU yang dimiliki oleh PT Panasia Indosyntec Tbk adalah sebesar 30 Mw, namun daya yang digunakan untuk kebutuhan perusahaan tidak sebesar itu sehingga perusahaan menjual daya sebesar tiga megawatt kepada PLN yang disambungkan dengan jaringan Jawa-Bali. Selain itu, untuk memanfaatkan kelebihan uap yang dimiliki, maka perusahaan melakukan pengembangan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri. Dan salah satu komoditi yang diproduksi perusahaan adalah minyak nilam karena prospek pasar minyak nilam yang sangat baik.

Perusahaan ini telah dilengkapi dengan alat suling modern, yaitu dengan menggunakan teknologi sistem penyulingan tidak langsung sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas dan rendemen tinggi. Alat suling yang dimilliki perusahaan ini dilengkapi dengan dua ketel suling yang berkapasitas masing-masing sebesar 400 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel, dalam sehari perusahaan melakukan satu kali proses produksi dengan kapasitas bahan baku total sebanyak 800 kg nilam kering dibutuhkan waktu selama lima sampai enam jam dengan rendemen minyak yang dihasilkan rata-rata sebesar 2,5 persen dari bahan baku nilam kering yaitu sekitar 20 kg minyak nilam yang dihasilkan.

PT Panafil Essential Oil dalam melakukan kegiatan produksi minyak

nilam pada awalnya memperoleh bahan baku nilam dengan membeli dari daerah

sekitar, seperti Garut, Kuningan, Subang dan lain-lain. Namun diantara bahan

(21)

baku yang dibeli perusahaan, bahan baku yang berasal dari petani yang berada di daerah Subang merupakan bahan baku yang paling baik menurut perusahaan karena rendemen yang dihasilkan dari bahan baku tersebut paling tinggi dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari tempat lain, dan kualitas minyak yang dihasilkan juga sangat baik.

Persediaan bahan baku nilam basah dari daerah Subang masih sangat terbatas, sehingga baku nilam yang dipasok ke perusahaan jumlahnya tidak mencukupi dari kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat, hingga perusahaan harus menghentikan produksi minyak nilam dan menggantikannya dengan komoditi yang lain. Oleh karena itu, untuk dapat memproduksi minyak nilam secara optimal maka PT Panafil Essential bermaksud melakukan pengembangan unit usaha dibidang budidaya nilam.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa potensi pasar minyak nilam masih terbuka lebar, dengan kebutuhan minyak nilam yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan minyak nilam pada industri-industri seperti industri makanan, kosmetika, parfum, farmasi, tren mode yang terus berkembang, dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Serta masih kurangnya jumlah produksi minyak nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia.

Kurangnya jumlah produksi minyak nilam dunia salah satunya disebabkan

oleh produksi nilam Indonesia yang menurun pada tahun 2003-2008 dari 2.382

ton menjadi 1.490 ton, sehingga ketersediaan bahan baku utama minyak nilam

menjadi terbatas dan produksi minyak nilam di Indonesia menurun. Penurunan

produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam salah satunya

disebabkan karena produktivitas nilam di Indonesia yang menurun pada tahun

2003-2006 (Tabel 4), yang dapat lihat dari jumlah areal lahan yang meningkat

namun tidak diiringi dengan jumlah produksi nilamnya.

(22)

Penurunan produksi tersebut dikarenakan pada umumnya budidaya nilam tersebut dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang relatif kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga produksi nilam menjadi tidak optimal. Hal tersebut juga berdampak terhadap suplai minyak nilam dunia mengingat Indonesia memiliki pangsa pasar minyak nilam yang sangat besar di dunia yaitu sekitar 85 persen.

Oleh karena itu, didukung dengan potensi yang dimiliki perusahaan, PT Panasia Indosyntec tbk mendirikan usaha penyulingan minyak atsiri, salah satunya adalah minyak nilam. Namun karena keterbatasan bahan baku yang dialami perusahaan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Karena hal tersebut, agar produksi minyak nilam perusahaan dapat dilakukan secara optimal, maka diperlukan persediaan bahan baku yang mencukupi secara kontinyu. Oleh sebab itu PT Panafil Essential Oil bermaksud melakukan pengembangan unit usaha dibidang budaya nilam dengan menerapkan pola tanam untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan secara kontinyu.

Tabel 4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003- 2006

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)

2003 16.354 2.382 199,38

2004 20.179 1.712 103,42

2005 20.455 1.537 103,11

2006 22.498

[4]

1.758

[4]

107,23

[4]

Sumber : Departemen Pertanian 2003-2006

6

. Keterangan : [4] = angka sementara

Lokasi lahan yang dipilih untuk pengembangan usaha budidaya nilam ini berada di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, yang merupakan lahan milik PT Panasia Indosyntec Tbk yang belum dimanfaatkan sebelumnya. Pada lokasi tersebut sebelumnya juga belum ada yang melakukan budidaya nilam, sehingga untuk melaksanakan pengembangan usaha budidaya nilam ini perusahaan perlu melakukan analisis kelayakan baik secara teknis

6

Departemen Pertanian. Pencarian Data Berdasarkan Indikator. http://database.deptan. go.id

/Bdsp/hasil _ind.asp.[10 Oktober 2009]

(23)

maupun finansial untuk mengetahui dapat tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Mengingat kondisi yang cenderung mengalami perubahan, maka dalam menganalisis kelayakan usaha ini perlu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat sensitivitas dari kelayakan usaha budidaya nikam yang akan dilakukan perusahaan. Karena usaha yang dianalisis kelayakannya masih dalam tahap perencanaan maka metode yang digunakan dalam menganalisis sentinsitivitas adalah switching value. Adapun variabel yang uji antara lain perubahan dari kenaikan harga pupuk kandang, penurunan volume produksi, dan penurunan harga jual nilam basah. Maka dari perumusan masalah tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil?

3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada variabel usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.

3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada

komponen variabel yang dapat mempengaruhi usaha budidaya nilam yang

akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.

(24)

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian antara lain:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan mengenai penerapan studi kelayakan bisnis.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi pada usaha budidaya tanaman nilam.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai studi kelayakan usaha budidaya nilam, serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini ialah menganalisis kelayakan usaha

budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam

rangka memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan yang mencakup aspek

pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial, serta aspek finansial

perusahaan. Menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam PT Panafil Essential

Oil dengan mengunakan metode analisis switching value. Variabel-variabel yang

digunakan dalam analisis switching value adalah kenaikan pada komponen biaya

variabel harga bibit nilam dan kenaikan pupuk kandang, serta penurunan volume

produksi dan penurunan harga jual nilam basah.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Nilam Indonesia

Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998).

Hasil tanaman tersebut berupa terna yang dikeringkan dan diekspor ke Singapura untuk disuling, yang kemudian diekspor ke berbagai negara terutama Perancis, Jerman, dan Amerika. Pada tahun 1920 daerah Tapak Tuan mulai melakukan penyulingan minyak nilam. Setahun kemudian (1921) minyak nilam asal Indonesia mulai di ekspor ke Singapura dan Malaysia disamping mengekspor terna kering Indonesia juga mulai mengekspor minyak nilam (Heyne 1927; Anon 1939, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Pada saat itu budidaya nilam Indonesia telah menyebar ke pulau Jawa salah satunya di daerah Kediri. Indonesia masih mengekspor terna dan minyak nilam ke singapura dan Malaysia sampai pada tahun 1940, dan setelah tahun 1950 Indonesia hanya mengekspor minyak saja.

Namun setelah tahun 1960 posisi Singapura dan Malaysia sebagai negara pengekspor minyak nilam terbesar digantikan oleh Indonesia (Allen 1969, diacu dalam Dhalimin et al. 1998)

Pada tahun 1956 ekspor minyak nilam Indonesia baru mencapai 30 ton dan meningkat menjadi 245 ton pada tahun 1961, dan pada waktu yang sama ekpor minyak nilam Malaysia dan Singapura juga mengalami peningkatan dari 160 ton (1956) menjadi 232 ton (1961), namun produksi minyak nilam Indonesia terus meningkat sedang negara-negara lain seperti Cina, Srilanka, Malaysia dan Brazil tidak begitu pesat perkembangannya. Periode 1960an ekspor minyak nilam Indonesia berkisar antara 250-300 ton tiap tahun (Robbin 1982, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Volume ekspor terus meningkat menjadi 300-500 ton (1970-1980) dan 500-700 ton (1980-1990). Pada tahun 1990 volume ekspor minyak nilam meningkat secara tajam dan mencapai puncaknya pada tahun 1995 (1445 ton) (Dhalimin et al. 1998).

2.2 Minyak Nilam

Menurut B S Hieronymus (1990) Minyak nilam diperoleh dengan cara

penyulingan uap dan air terhadap herba kering tanaman nilam Pogostemon cablin.

(26)

Kandungan utama dari minyak nilam adalah Patchuli alcohol. Senyawa inilah yang menyebabkan minyak nilam memiliki bau yang harum. Minyak nilam dapat digunakan secara langsung tanpa diproses lebih lanjut. Namun patculi dapat diubah menjadi ester, patchouli asetat. Senyawa ester mempunyai bau yang harum dan dapat digunakan sebagai bahan pewangi. Patculi alcohol dapat direaksikan dengan asam fosfat mengalami hidrasi dan diperoleh patculena.

Minyak nilam merupakan bahan baku parfum yang terpenting dan sebagai bahan fiksatif yang paling baik pada parfum berkualitas baik. Minyak ini digunakan juga dalam pembuatan sabun dan kosmetik, karena dapat diblending secara baik dengan minyak atsiri lainnya seperti minyak cengkeh, geranium, akar wangi dan minyak cassia. Aroma minyak nilam sangat kaya, terkesan rasa manis, hangat dan menyengat (Dhalimin et al. 1998).

2.2.1 Mutu Minyak Nilam

Mutu minyak nilam sangat menentukan mampu atau tidaknya minyak nilam tersebut diekspor ke pasar luar negeri, bahkan mutu juga dapat menentukan harga dari minyak nilam yang diproduksi. Menurut Sumangat D dan Risfaheri (1989) senyawa patchouli alcohol merupakan penentu mutu minyak nilam.

Minyak nilam yang kadar patchouli alhokolnya lebih tinggi dalam dunia perdagangan mendapatkan harga lebih tinggi, karena mutunya dinilai lebih tinggi.

Kadar patchouli alcohol minyak nilam Indonesia berkisar antara 20-45 persen.

Mutu minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain klon atau varietas, lingkungan tumbuh, teknik budidaya, perilaku pendahuluan, proses peyulingan, pengemasan, serta penyimpanan (Anggraeni et al. 1998). Standar mutu minyak nilam Indonesia ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-2006. Standar ini meliputi ruang lingkup syarat mutu pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan, dan penandaan milik nilam.

Berdasarkan Standar ini minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang diperoleh dengan cara penyulingan dari daun tanaman P. cabin Benth. Minyak nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu dengan nama “patchouli oil”

Adapun syarat-syarat mutu minyak nilam ditetapkan seperti pada Tabel 3.

(27)

Tabel 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006

No Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Warna - Kuning muda-cokelat kemerahan

2 Bobot jenis 25°C/25°C - 0,950-0,975

3 Indeks bias (nD²º) - 1,507-1,515

4 Kelarutan dalam etanol 90%

pada suhu 20ºC ±3ºC -

Larutan jernih atau opalesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10

5 Bilangan asam - Maks. 8

6 Bilangan Ester - Maks. 20

7 Putaran optic - (-40°)-(-65º)

8 Patchouli alcohol (C

15

H

26

O) % Min. 30 9 Alpha opaene (C

15

H

24

) % Maks. 0,5 10 Kandungan besi (Fe) mg/kg Maks. 25 Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2006).

1

2.3 Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili labiatae, dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0.3-1.3 m.

Tanaman ini tumbuh di alam bebas secara tidak teratur dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun di kebun tanaman nilam tumbuhnya tegak ke atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (B. S. Hieronymus 1990).

Tanaman nilam terdiri beberapa jenis dan setiap jenis nilam memiliki kadar dan mutu minyak yang berbeda-beda. Jenis nilam tersebut antara lain Pogostemon cablin Benth, Pagostemon heyneatus, Benth, dan Pogostemon hortensis, Backer (B. S. Hieronymus 1990).

a) Pogostemon cablin Benth (Nilam Aceh)

Nilam ini memiliki ciri daunnya agak membulat seperti jantung, dibagian bawah daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya tampak pucat, dan tidak atau jarang berbunga. Kadar minyaknya antara 2,5-5 persen dan komposisi minyaknya bagus. Menurut para ahli, minyak jenis ini terdapat di Filipina, Brazilia, Malaysia, Paraguay, Madagaskar, dan Indonesia.

b) Pagostemon heyneatus Benth (Nilam Jawa)

Nilam jenis ini sering tumbuh secara liar di pekarangan rumah atau ditempat yang jarang dijamah oleh manusia, oleh karena itu nilam ini sering disebut nilam hutan.

11

Badan Standarisasi Nasional. Minyak Nilam. http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/

sni/detail_sni/7400. [10 Oktober 2009].

(28)

Daunnya lebih tipis dibandingkan daun nilam jenis Pogostemon cablin dan ujung daunnya agak runcing. Spesifikasi nilam ini adalah berbunga. Kadar minyaknya rendah sekitar 0.5-1.5 persen dari berat daun kering. Komposisi minyaknya jelek.

c) Pogostemon hortensis Backer (Nilam Sabun)

Nilam jenis ini disebut nilam sabun, karena digunakan sebagai pengganti sabun.

Bentuknya hampir sama dengan Pagostemon heyneatus. Daunnya tipis, ujung daun agak runcing dan tidak berbunga. Kadar minyaknya rendah 0.5-1,5 persen dan komposisi minyaknya pun jelek.

Berdasarkan ketiga jenis tanaman nilam tersebut, yang layak untuk dikembangkan dan dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku penyulingan minyak nilam adalah pogostemon cablin sebab kadar dan komposisi minyaknya paling bagus diantara jenis lainnya (B S Hieronymus 1990). Selain itu menurut Balitro (2009) Indonesia memiliki varietas tanaman nilam unggulan yang dinamakan berdasarkan nama daerah asalnya yaitu Tapak Tuan, Lhoksemawe dan Sidikalang.

2.4 Budidaya Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan diberbagai jenis lahan seperti pekarangan, sawah, kebun, dan tegalan. Namun untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, tanaman nilam memerlukan lapisan tanah yang dalam, subur, kaya humus, berstruktur gembur, dan drainase yang baik.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil keberhasilan budidaya tanaman nilam antara lain yaitu:

A. Kesesuaian Lahan dan Iklim

Lahan dan iklim sangat mempengaruhi produksi dan kualitas minyak

nilam, terutama ketinggian tempat dan ketersediaan air. Nilam sangat peka

terhadap kekeringan (heavy drinker), kemarau panjang setelah panen dapat

menyebabkan tanaman mati. Tanaman nilam dapat tumbuh pada ketinggian 0-

1.500 m di atas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan

berproduksi tinggi pada tempat dengan ketinggian antara 50-400 m diatas

permukaan laut. Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar

patchouli alkohol lebih rendah, sebaliknya pada dataran tinggi kadar minyak

(29)

rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi. Jenis tanah yang sesuai dengan tanaman nilam antara lain latosol, andosol, regosol, tumbuhan ini dapat tumbuh baik pada tanah yang gembur dengan humus yang tinggi.

Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 1.750-3.500 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun, suhu optimum untuk tanaman ini adalah 24-25°C. dengan kelembaban lebih dari 70-80 persen (Balitro 2009).

Intensitas penyinaran agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam optimal adalah berkisar antara 75-100 persen. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka (B. S. Hieronymus 1990).

Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam

Parameter

Tingkat Kesesuaian Sangat

Sesuai Sesuai Kurang

Sesuai

Tidak Sesuai Ketinggian Tanah (m, dpl.) 100 – 400 0 – 700 > 700 > 700 1. Jenis tanah

Andosol, latosol

Regosol,

podsolik Lainnya Lainnya

2. Drainase Baik Baik Agak baik Terhambat

3. Tekstur Lempung Liat berpasir Lainnya Pasir

4. Kedalaman air > 100 75 – 100 50 – 75 < 50

5. pH 5.5 – 7 5 – 5.5. 4.5 – 5 < 4.5

6. C-organik (%) 2 – 3 3 – 5 < 1 -

7. P

2

0

5

(ppm) 16 – 25 10 – 15 > 25 -

8. K

2

0 (me/100 g) > 1.0 0.6 – 1.0 0.2 – 0.4 -

KTK (me/100 g) > 17 5 – 16 < 5 -

Iklim 2.300-3.000 1.750-2.300 1.200-1.750 > 3.500 1. Curah hujan (mm) 190-200 3000-3.500 > 3500 -

2. H H/ tahun 11-Oct 170-180 < 100 < 8

3. Bln basah/ tahun 80-90 10-Sep < 9 < 50

4. Kelembaban udara (%) 75-100 70-80 < 60 -

5. Temperatur

0

C 22-23 24-25 > 25 -

Intensitas cahaya - - -

Sumber: Balitro (2009).

B. Bahan Tanaman

Tanaman nilam umumnya dikembangkan secara vegetatif, yaitu dengan

mempergunakan potong-potongan cabang. Bibit yang baik untuk ditanam harus

(30)

berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan dijamin terbebas dari kontaminasi hama da

bibit, telah dikembangkan serta penggunaan setek pendek

bahan tanaman lebih hemat, pertumbuhan bibit cepat pertumbuhan di lapangan lebih tinggi

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam Sabun. Varietas unggulan tanaman nilam yang menj

Tapak tuan, Lhoksemawe, dan Sidikalang. T

dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5).

Tabel 7. Produksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Patchouli Alkohol 3 Varietas Nilam

Varietas Tapak Tuan Lhokseumawe Sidikalang

Sumber: Balitro (2009).

Varietas tersebut dapat dibe

Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas Lhoksemawe lebih ungu

Gambar 1. Tiga Varietas Unggul Nilam

C. Pola Tanam

Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman

Tapak Tuan

berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan dijamin terbebas dari kontaminasi hama dan penyakit. Upaya meningkatkan

telah dikembangkan penggunaan bibit yang telah diakarkan

penggunaan setek pendek, dengan penggunaan teknik tersebut pemakaian lebih hemat, pertumbuhan bibit cepat dan keberhasilan lapangan lebih tinggi (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam

unggulan tanaman nilam yang menjadi koleksi Balitro

Tapak tuan, Lhoksemawe, dan Sidikalang. Tapak Tuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5).

roduksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Alkohol 3 Varietas Nilam

Produksi terna kering

(ton/ha)

Kadar minyak

(%)

Produksi minyak (kg/ha) 13,278

11,087 10,902

2,83 3,21 2,89

375,76 355,89 315,06 Sumber: Balitro (2009).

Varietas tersebut dapat dibedakan dari warna pangkal batang

Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas Lhoksemawe lebih ungu dan varietas Sidikalang paling ungu (Gambar 1).

Gambar 1. Tiga Varietas Unggul Nilam

Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman

Sidikalang Lhokseumawe

berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan paya meningkatkan mutu penggunaan bibit yang telah diakarkan lebih dahulu tersebut pemakaian dan keberhasilan (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam adi koleksi Balitro yaitu apak Tuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5).

roduksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Kadar Patchouli alkohol (%)

33,31 32,63 32,95

dakan dari warna pangkal batangnya. Varietas Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas

ikalang paling ungu (Gambar 1).

Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman

Lhokseumawe

(31)

palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya). Selain dengan tanaman palawija, nilam dapat dipolatanamkan dengan tanaman tahunan seperti diantara kelapa, kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman nilam masih berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya minimum 75 persen. Semua tanaman dapat ditumpangsarikan dengan nilam dengan syarat tidak menimbulkan persaingan dalam hal penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari dan tidak merupakan sumber hama atau penyakit bagi tanaman nilam sebaiknya yang saling menguntungkan. Oleh sebab itu, waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman pokok dan antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan dengan cermat (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

Nilam yang ditanam dibawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan (B. S. Hieronymus 1990).

D. Jarak Tanam

Jarak tanam akan menentukan populasi tanaman dan luas permukaan daun

yang aktif melakukan fotosintesa sehingga akan mempengaruhi kompetisi

tanaman dalam penggunaan cahaya, air dan unsur hara, kerapatan yang tinggi

kompetisi akan tinggi dibandingkan dengan yang lebih jarang. Jarak tanam yang

ideal adalah sesuai bagi perkembangan tanaman bagian atas serta tersedianya

ruang bagi perkembangan perakaran dalam tanah yaitu antara 75-100 cm antar

baris dan 50 – (75 – 100) cm dalam baris. Pada lahan datar dan subur dapat

digunakan jarak tanam yang lebih lebar misalnya 100 x 100 cm, sedangkan

dilahan miring jarak tanam yag digunakan lebih sempit misalnya 50 x 75 cm atau

75 x 75 cm. Kebutuhan bibit tergantung dengan jarak tanam ini (Emmyzar dan

Ferry Y. 2004).

(32)

E. Pemupukan

Menurut Wahid et al, diacu dalam Emmyzar dan Ferry Y. (2004) Tanaman nilam termasuk tanaman yang memerlukan unsur hara cukup tinggi, untuk mempertahankan produksi agar tetap optimal maka pemberian pupuk sangat menentukan, dan rekayasa pemupukan akan mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan oleh tanaman nilam (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

F. Pemeliharaan dan Pemanenan

Nilam memerlukan pemeliharaan yang intensif terutama pada awal pertumbuhan dan setelah panen. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyulaman tanaman yang mati, penyiangan, pembumbunan, pemangkasan, pemupukan dan pemberian mulsa. Pemberian pupuk dan mulsa sangat penting sekali dilakukan terutama setelah panen pertama (umur 6 bulan), tujuannya guna merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.

Tanaman nilam dapat dipanen pertama kali saat umur tanaman 6-8 bulan, dan panen berikutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur tiga tahun. Setelah itu sebaiknya tanaman diremajakan, karena hasilnya sudah makin menurun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Di samping itu, pada siang hari transpirasi daun berlangsung lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan berkurang.

Panen sebaiknya dilakukan sebelum daun nilam menjadi coklat kemerahan, karena daun yang berwarna coklat kemerahan rendemen minyak sudah berkurang.

Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih

berwarna hijau. Alat untuk panen dapat menggunakan sabit dengan cara

memangkas tanaman pada ketinggian 15-30 cm dari permukaan tanah. Ada

baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu tanaman tetap tumbuh untuk

merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.

(33)

G. Penanganan Hasil Panen

Hasil pangkasan tanaman nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm kemudian dijemur selama 1-2 hari atau dijemur 5 jam dan dikering anginkan selama 2-3 hari untuk mengurangi kadar airnya sampai 15 persen. Pengeringan yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Kalau terlalu lambat seperti musim hujan, daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur, hingga redemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah.

2.5 Penyulingan Nilam

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyulingan yang akan mempengaruhi mutu minyak nilam yang dihasilkan adalah cara dan waktu penyulingan, kepadatan bahan dalam tangki penyulingan dan perbandingan antara daun dan batang yang disuling. Perbandingan optimal antara tangkai dan daun pada campuran bahan yang disuling adalah 1 banding 0,5. Semakin banyak proporsi tangkai, kadar minyak dan rendemen minyak makin berkurang. Selain mempengaruhi rendemen cara penyulingan juga mempengaruhi kadar patchouli alcohol, serta waktu penyulingan mempengaruhi rendemen, bobot jenis, bilangan ester dan kadar patchouli alcohol (Anggraeni et al. 1989). Sedangkan menurut Mangun (2006) mutu minyak nilam dan rendemen sangat dipengaruhi oleh mesin dan sistem penyulingan yang digunakan. Selain itu sanitasi lingkungan, tempat penyulingan, gudang tempat menyimpan daun, dan kedekatan lokasi dengan lahan perkebunan juga berpengaruh. Oleh karena itu, peralatan mesin yang digunakan harus memiliki kelebihan secara teknis agar diperoleh rendemen minyak yang tinggi.

Sistem penyulingan nilam terdiri dari system penyulingan dengan air, system penyulingan uap langsung dan system penyulingan uap tidak langsung. 1).

System penyulingan dengan air merupakan cara penyulingan yang paling

sederhana, namun cara ini kurang disukai karena waktu yang dibutuhkan lama dan

hasilnya kurang banyak serta mutunya kurang bagus. 2). Sistem penyulingan uap

langsung (uap dan air) memiliki kelebihan dalam hasil uap yang selalu dalam

kondisi jernih dan tingkat kekosongan minyak lebih terkendali. Namun karena

tekanan uap yang dihasilkan dengan sistem ini relatif rendah, sehingga belum

(34)

dapat menghasilkan minyak dalam waktu yang cepat, yaitu dibutuhkan waktu lebih dari delapan jam untuk memperoleh rendemen minyak yang banyak dan tingkat persentase patchouli alcohol yang tinggi. 3). Sistem penyulingan uap tidak langsung. Prinsip dasar penyulingan ini adalah menggunakan uap bertekanan tinggi. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi, serta proses penyulingan berjalan lebih cepat (Mangun 2006).

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis kelayakan investasi telah banyak dilakukan, beberapa diantaranya adalah Analisis Kelayakan Finansial dan Pemasaran Minyak Pala. Penelitian ini dilakukan oleh Naiborhu pada tahun 2004 di PT Pavettia Atsiri Indonesia di Bogor. Dari penelitian tersebut, dilihat dari aspek finansial usaha ini layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat didasarkan pada hasil analisis kriteria kelayakan investasi yang didapatkan pada penelitian tersebut yaitu NPV sebesar Rp.140.235.090, IRR sebesar 36 persen, nilai Gross B/C 1,076 dan payback period selama dua tahun sebelas bulan.

Penelitian tentang analisis kelayakan usaha minyak nilam pernah

dilakukan dengan judul Analisis Kelayakan dan Peranan Pemerintah dalam Usaha

Agroindustri Penyulingan Nilam yang dilaksanakan di Pabrik Mitra Usaha Jaya di

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan oleh Triwagia pada

tahun 2003. Dilihat dari aspek pasar dan teknis, usaha ini dinilai layak karena

permintaan terhadap minyak nilam masih tinggi. Dan secara teknis lokasi pabrik

telah memenuhi syarat untuk penyulingan minyak nilam, teknologi penyulingan

dan peralatan sudah memadai. Dari aspek hukum dan manajemen usaha ini juga

layak dilaksanakan, karena Pabrik Mitra Usaha Jaya telah berbadan hukum dan

memiliki struktur organisasi yang jelas. Sedangkan untuk aspek finansial usaha ini

layak untuk dilaksanakan, karena berdasarkan analisis kriteria investasi

didapatkan NPV sebesar Rp. 732 880 851, nilai NBCR 1.7086, IRR sebesar 28

persen dam Payback period selama tiga tahun sebelas bulan dengan tingkat

diskonto sebesar 16 persen. Berdasarkan analisis switching value menunjukkan

bahwa usaha penyulingan minyak nilam sangat peka terhadap perubahan manfaat

dan biaya. Secara finansial perubahan maksimal yang toleran terhadap kelayakan

(35)

investasi adalah penurunan harga hasil produksi maksimal sebesar sebelas persen, kenaikan biaya produksi maksimal 14 persen, dan produktivitas daun nilam kering turun maksimal sebesar 46 persen. Bila perubahan parameter input dan output lebih besar dari persentase tersebut maka investasi akan menjadi tidak layak dilaksanakan.

Penelitian berikutnya adalah tentang analisis kelayakan usaha penyulingan minyak nilam pada PT Perkasa Primata Mandiri Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan oleh Siregar pada tahun 2009. Penelitian ini menggunakan dua skenario dalam menganalisis aspek finansialnya, skenario pertama adalah menganalisis usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana kapasitas mesin yang digunakan sebesar 30 kg. sedangkan skenario kedua ialah dengan menaikkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling 100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering (bahan baku) yang dihasilkan dari budidaya. Hasil penelitian ini dari aspek finansial menunjukkan bahwa usaha minyak nilam yang dilakukan PT Perkasa Primata Mandiri layak untuk dijalankan dengan tingkat diskonto 33,3 persen, yang diambil dari tingkat deviden yang diterima oleh masing-masing investor dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV dari analisis kriteria investasi yang didapatkan adalah sebesar Rp 563.632.417, Net B/C sebesar 2,93, IRR sebesar 119,64 persen dan periode pengemblian investasi adalah selama satu tahun 26 hari. Sedangkan dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi usaha pennyulingan minyak nilam tersebut layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini lebih sensitive terhadap perubahan harga jual maupun penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering.

Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering masing-masing sebesar 18,94 persen. Apabila perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha penyulingan minyak nilam yang dilakukan perusahaan menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan.

Penelitian mengenai kelayakan budidaya tanaman nilam pernah dilakukan

Wulansari pada tahun 2005, yang berjudul Analisis Kelayakan Ekonomi

Usahatani Nilam studi kasus Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten

(36)

Garut. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial dari penelitian tersebut, usaha ini layak dijalankan karena karakteristik wilayah yang relevan untuk ditanami nilam, meskipun teknik budidaya yang dilakukan oleh petani di daerah ini masih belum mengikuti standar operasionl prosedur budidaya tanaman nilam.

Dan secara finansial, didapatkan hasil NPV sebesar Rp 4.180.266,575, IRR sebesar 229,04 persen, Net B/C sebesar 4,137 dengan tingkat diskonto sebesar 12,5 persen. Sedangkan berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan, usahatani nilam lebih sensitif terhadap perubahan harga jual output, yaitu pada penurunan sebesar 33 persen maka usahatani nilam tidak layak dijalankan.

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha agroindustri minyak atsiri khususnya minyak nilam, dapat disimpulkan bahwa usaha tersebut sangat menguntungkan untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis kriteria investasi NPV yang dihasilkan sangat tinggi (Naiborhu 2004; Triwagia 2003; Siregar 2009). Sedangkan untuk usaha budidaya tanaman nilam menurut Wulansari (2005) tingkat keuntungan yang didapat relatif kecil dibandingkan dengan usaha penyulingan nilam. Semua penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha tersebut, menggunakan pertimbangan kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period.

Hanya pada analisis kelayakan budidaya tanaman nilam saja yang tidak

mencantumkan payback period, sehingga tidak diketahui waktu pengembalian

investasi yang telah dilakukan pertani nilam di Desa Jatiwangi.

Referensi

Dokumen terkait

gives sense of ownership; great er public involvem ent gives sense of ownership; great er public involvem ent &amp; ensures sust ainabilit y of int ervent ions planned.

10 Pemeriksaan MRI pada pasien ini ditemukan lokasi tumor pada daerah retroorbita dengan perluasan ke ruang masticator dan ruang parapharyngeal kanan serta

Konversi dari format video PAL-B menjadi format video RGB dapat dilakukan dengan baik, namun kalibrasi pada proses digitasi belum dapat memenuhi standard format video digital 5 : 6

Berdasarkan hasil analisis data berupa hasil tes yang diberikan kepada siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa kesalahan- kesalahan siswa dalam menyelesaikan

Analisis lintas sektor meliputi subsektor pemerintahan/administrasi publik, lingkungan hidup, dan perbankan serta keuangan. Perkiraan kerusakan dan kerugian sudah mencakup

Dilihat dari kebanyakan mesin injektor cleaner yang pengukuran uji volumenya masih menggunakan gelas ukur, dan untuk mempermudah operator dalam pembacaan volume

Selama tahun 1834 tidak ada usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh pasukan Belanda untuk menaklukkan Bonjol, markas besar pasukan Padri, kecuali pertempuran

Kedua hal inilah (fenomena empiris dan research gap) yang kemudian mendorong dilakukannya penelitian ini untuk mengenalisis data penelitian yang menggabungkan aspek