• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.6 Jenis Tindak Tutur

Bertolak dari pengertian tindak tutur dari beberapa ahli bahasa mengenai tiga jenis tindak tutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi di atas, Wijana (1996: 31-35) membagi tindak tutur berdasarkan kesesuaian maksud pembicara dengan kata-kata yang menyusunya, yang dimaksud di sini adalah tindak tutur literal dan non literal. Terdapat juga berbagai macam tindak tutur lainnya yang timbul karena adanya persinggungan atau keterkaitan antara tindak tutur langsung-tidak langsung dengan tindak tutur literal-tidak lietaral. Berikut ini penjelasan dari berbagai bentuk tindak tutur.

2.2.6.1 Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur langsung adalah kalimat berita yang difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, dan memohon (Wijana, 1996:31). Adapun Yule (2006:95) berpendapat bahwa tindak tutur langsung memiliki hubungan langsung antara struktur dengan fungsi dalam berkomunikasi. Struktur yang dimaksud adalah bahasa dan fungsi adalah tujuan penuturan.

Rahardi (2003:74) berpendapat bahwa dari berbagai macam suruhan dapat disimpulkan adanya dua hal yang amat mendasar dalam pembicaraan tindak tutur ini, yakni: (1) adanya tuturan yang bersifat langsung dan (2) adanya tuturan yang pada hakikatnya memang berciri tidak langsung. Tingkat

sebuah kelangsungan sebuah tuturan dapat diukur berdasarkan besar kecilnya jarak tempuh. Adapun yang dimaksud dengan jarak tempuh dalam hal ini adalah jarak antara titik ilokusi yang secara konseptual berada di dalam diri si penutur, dengan titik tujuan ilokusi yang terdapat dalam diri si mitra tutur. Semakin jauh jarak tempuhnya, akan semakin tidak langsunglah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin dekat jarak tempuhnya akan semakin langsunglah tuturan tersebut. Berdasarkan pendapat Rahardi, tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang memiliki jarak tempuh yang dekat antara titik tolak ilokusi dan titik tujuan ilokusi. Selain itu, Rahardi (2003:75) berpendapat bahwa tingkat kelangsungan sebuah tuturan dapat pula diukur berdasarkan kejelasan pragmatiknya. Adapun kejelasan pragmatiknya adalah kenyataan bahwa semakin tembus pandang maksud sebuah tuturan akan semakin langsunglah maksud tuturan yang dimunculkan. Rahardi menegaskan kembali bahwa kelangsungan dan tidak langsung sebuah tuturan tergantung kejelasan pragmatik, yaitu semakin tembus pandang maksud, semakin langsunglah sifat tuturan tersebut. Sementara semakin tidak tembus pandang maksud sebuah tuturan, semakin tidak langsunglah sifat tuturan tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tindak tutur langsung dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dalam pengungkapannya secara langsung tanpa mengandung kata-kata tersirat seperti perumpamaan, peribahasa atau kata yang mengandung kiasan dalam bertutur.

Contoh:

Konteks: dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya pada saat selesai makan.

Ibu : “Nak, bawa piring-piringnya ke belakang!” Anak : “Iya, Bu.”

Tuturan seorang ibu kepada anaknya di atas, tergolong sebagai tindak tutur langsung karena dalam pengungkapannya secara langsung tanpa mengandung makna-makna tersirat.

2.2.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung

Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang diutarakan secara tidak langsung biasanya tidak dijawab secara langsung, tetapi harus segera dilaksanakan maksud dan terimplikasi di dalamnya (Wijana, 1996:31). Berdasarkan pendapat Wijana, tindak tutur tidak langsung adalah suatu tuturan yang tidak serta merta dapat dijawab langsung, harus memerhatikan konteks untuk menangkap maksud dan impilkasinya.

Yule (2006:95) mengatakan tindak tutur tidak langsung adalah apabila ada hubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi. Berdasarkan pendapat Yule, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung adalah tidak adanya hubungan struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksud adalah bahasa dan fungsi adalah tujuan penuturan. Tindak tutur tidak langsung itu harus dimaknai dengan sesuatu yang tersirat atau yang terimplikasi di dalamnya. Makna yang demikian itu dapat diperoleh hanya dengan melibatkan konteks situasi (Rahardi dan Cummings dalam Ida Bagus, 2014:92).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tindak tutur tidak langsung dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung merupakan tindak tutur yang dalam pengungkapannya secara tidak langsung dan mengandung kata-kata tersirat seperti menggunakan peribahasa, kiasan, atau perumpamaan dalam bertutur, sehingga mitra tutur tidak serta-merta bisa menangkap langsung maksud tuturan dari penutur.

Contoh:

Konteks: dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya pada saat melihat ruang tamu berantakan.

Ibu : “Apa tidak malu jika nanti temanmu datang ke rumah?”

Tuturan seorang ibu kepada anaknya di atas, tergolong sebagai tindak tutur tidak langsung karena dalam pengungkapannya menggunakan kalimat tanya, tetapi maknanya tidak sekedar untuk bertanya melainkan secara tidak langsung memerintah anaknya untuk membersihkan ruang tamu.

2.2.5.3 Tindak Tutur Literal

Wijana (1996:32) mengatakan tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

Contoh:

Konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya pada saat siswa selesai menyapu kelas.

Guru : “Wah, kelasnya bersih sekali.”

Maksud tuturan guru di atas memang untuk memuji kelas yang bersih setelah disapu oleh siswanya.

Berdasarkan pendapat Wijana mengenai tindak tutur literal, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur literal adalah tindak tutur yang di dalamnya memiliki kesamaan antara maksud dan makna kata yang menyusunya.

2.2.5.4 Tindak Tutur Tidak Literal

Wijana (1996:32) mengatakan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

Contoh:

Konteks: dituturkan oleh seorang guru kepada siswanya pada saat melihat banyak kertas berserakan di dalam kelas.

Guru : “Wah, kelasnya bersih sekali.”

Maksud tuturan guru di atas ingin mengatakan bahwa kelasnya sangat kotor. Berdasarkan pendapat Wijana mengenai tindak tutur tidak literal, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur antara maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama.

Wijana (1996:33) berpendapat bahwa bila tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan (diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan tidak literal, akan didapatkan tindak tutur berikut ini:

2.2.5.5 Tindak Tutur Langsung Literal

Wijana (1996:33) berpendapat bahwa tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Contoh: (a) Orang itu sangat pandai. Maksudnya memberitakan orang itu sangat pandai. (b) Buka mulutnya! Maksudnya menyuruh lawan tuturnya membuka mulut. (c) Jam berapa sekarang? Maksudnya menanyakan pukul berapa ketika itu.

Wijana menekankan pada kesamaan antara modus tuturan dan makna dan maksud pengutaraannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung literal adalah adanya kesesuaian antara modus tuturan, makna dan maksud pengutaraannya.

2.2.5.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur. Contoh: (a) Lantainya kotor sekali. Maksudnya tuturan ini tidak hanya sekedar menginformasikan tetapi terkandung maksud memerintah yang secara tidak langsung dengan kalimat berita. (b) Dimana sepatunya? Maksudnya memerintah untuk mengambil sepatu diungkapkan dengan kalimat tanya. Wijana menekankan tindak tutur langsung tidak literal pada modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud tuturan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung literal merupakan tuturan yang dituturkan dengan bentuk yang tidak sesuai dengan tindakan yang diharapkan tetapi ada kesamaan antara makna literal dengan tindakan yang diharapkan.

2.2.5.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Wijana (1996:34) berpendapat bahwa tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speedh act) adalah tindak tutur yang diutarakan

dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Contoh: (a) Suaramu bagus kok. Maksudnya suara lawan tuturnya tidak bagus. (b) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu! Maksudnya menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini anak, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan. Wijana membalikan dari arti tindak tutur tidak langsung literal, yaitu jika tindak tutur tidak langsung literal tidak sesuai antara modus tuturan dan maksud tetapi makna kata-katanya sama dengan maksud tuturan. Sebaliknya tindak tutur langsung tidak literal, yaitu kesesuaian antara modus tuturan dengan maksud. Namun, makna kata-kata yang menyusunnya tidak sama dengan maksud.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diungkapkan sesuai dengan tindakan, tetapi mempunyai maksud lain dari ungkapan yang dituturkan. 2.2.5.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Wijana (1996:35) berpendapat bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Contoh: (a) lantainya bersih sekali. Maksudnya menyuruh membersihkan. (b) Radionya terlalu pelan, tidak kedengaran. Maksudnya menyuruh mengecilkan volume atau mematikan radionya supaya tidak berisik. Wijana menekankan pada ketidaksesuaian antara modus kalimat

dan makna kalimat dengan maksud pengutaraannya. Maksudnya kebalikan dari apa yang dituturkan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang tidak sesuai antara bentuk dan makna literal dengan tindakan atau maksud yang diharapkan.