• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jeremy Bentham

Dalam dokumen PRAKATA. Surabaya, Juni Xaverius Chandra (Halaman 106-113)

(1748-1832)

1. Apa yang mempengaruhi etika Bentham? Bentham dipengaruhi terutama oleh John Locke dan David Hume dalam menggabungkan pendekatan empiris dan rasionalisme. Ia menentang teori “hukum kodrat” dan memandang teori-teori klasik dari Plato dan Aristoteles dan juga istilah-istilah seperti “Imperatif Kategoris” dari Kant sebagai sudah usang, membingungkan, dan kontroversial untuk banyak menolong masyarakat dari penyakit-penyakitnya dan untuk suatu program reformasi sosial. Karenanya, ia memakai suatu suatu pendekatan simpel namun “ilmiah” untuk problem-problem hukum dan moralitas sebagaimana diletakkannya dalam “Prinsip Kegunaan.” Salah satu prinsip bagi etika Bentham adalah prinsip kebahagiaan terbesar atau prinsip kegunaan. Istilah “Prinsip Kegunaan” dipinjam Bentham dari Hume, namun ia tidak mengartikannya semata-mata sebagai kegunaan dari hal-hal atau tindakan-tindakan, tetapi pada bagaimana hal-hal atau tindakan-tindakan ini meningkatkan kebahagiaan umum sehingga apa yang bersifat wajib secara moral adalah apa yang menghasilkan jumlah terbesar dari kebahagiaan bagi jumlah terbesar orang, yang mana kebahagiaan di sini ditentukan oleh adanya kesenangan dan tiadanya kesakitan.

106

2. Bagaimanakah kodrat manusia menurut Bentham? Bagi Bentham moral dipaparkan dengan mengacu pada kodrat manusia. Akan tetapi, bagaimanakah kodrat manusia itu? Sebagaimana alam dijelaskan dengan mengacu pada hukum-hukum fisika, demikian pula perilaku manusia dapat dijelaskan dengan mengacu pada dua motif pertama, yaitu kesenangan dan kesakitan. Dalam Introduction to the Principles of Morals and

Legislation Bentham menulis: “Alam sudah menempatkan

kemanusiaan di bawah pemerintahan dua tuan berdaulat,

kesakitan dan kesenangan. Adalah untuk keduanya saja kita

menentukan apa yang seharusnya kita lakukan, dan juga menentukan apa yang akan kita lakukan. Di satu sisi standar benar dan salah, di sisi lain rantai sebab-sebab dan akibat-akibat, diikatkan pada tahta-tahta mereka. Mereka memerintah kita dalam semua yang kita lakukan, dalam semua yang kita katakan, dalam semua yang kita pikirkan: ....” (bab 1) Ini disebut teori hedonisme psikologis. Pribadi manusia digagas dengan berdasar pada asosianisme psikologis dari David Hartley dan David Hume. Individu sebagai unit dasar lapisan sosial merupakan suatu “atom.” Tidak ada “diri” atau “individual” yang lebih besar daripada individu manusia. Relasi seseorang dengan yang lain tidak esensial dan tidak menunjukkan apa-apa yang perlu bagi keberadaannya.

3. Apakah karakteristik utama dari etika Bentham? Teori yang dikembangkan Bentham didasarkan pada pandangan empiris atas kodrat manusia. Ia memiliki pandangan hedonistis atas motivasi dan nilai yang menurutnya apa yang bernilai secara fundamental dan apa yang pada akhirnya memotivasi kita adalah kesenangan dan kesakitan. Etika Bentham menunjukkan

107

suatu pandangan psikologis terhadap penggerak-penggerak pertama dalam manusia, yaitu kesenangan dan kesakitan. Kesenangan dan kesakitan di sini merupakan suatu hedonisme mendasar yang mengedepankan kepentingan diri rasional dan natural, semacam egoisme psikologis. Menurut Bentham etika dapat digambarkan sebagai yang mengarahkan tindakan-tindakan manusia untuk memproduksi sebesar mungkin kuantitas kebahagiaan pada pihak mereka yang kepentingannya diperhitungkan. Akan tetapi, apa itu kebahagiaan sebagai tujuan terakhir tindakan manusia? Di antara begitu banyak tujuan terakhir dari tindakan, mengikuti Hume, Bentham kerap berbicara tentang “kegunaan” yang baginya berhubungan sangat erat dengan kebahagiaan.

4. Apa itu kegunaan menurut Bentham? Menurut Bentham “kita mengerti kegunaan apa yang memiliki suatu objek yang dapat menghasilkan manfaat, keuntungan, kesenangan, kebaikan, atau kebahagiaan” (Introduction). Kegunaan juga berkenaan dengan negasi dari kerugian, kesakitan, keburukan, kemalangan. Maksimalisasi kegunaan berarti maksimalisasi kebahagiaan, kesenangan. Kebaikan diartikan sebagai manfaat, keuntungan. Manfaat di sini diartikan sebagai apa yang menghasilkan kesenangan dan mengurangi kesakitan.

5. Apa itu “Prinsip Kegunaan”? Menurut Bentham “Prinsip Kegunaan” merupakan prinsip yang menyetujui atau tidak menyetujui setiap tindakan apapun menurut apakah ia dapat meningkatkan atau malahan mengurangi kebahagiaan pihak yang terlibat. (Introduction, Bab 1). Tindakan yang tidak memaksimalkan kebahagiaan yang terbesar adalah buruk

108

secara moral. Prinsip kegunaan ini diacu oleh manusia dalam bertindak. Ia dapat diamati dan dikonformasi karena ia dapat dilihat sebagai semacam prinsip simpati dan antipati yang karenanya bisa mendefinisikan kegunaan. Simpati dan antipati di sini mengandaikan bahwa kesenangan itu sesuatu yang umum pada semua orang sehingga bisa dirasakan oleh yang lain dengan lepas atau independen dari bilamana ada kepentingan spesifik individual di sana. Bagi Bentham “Prinsip Kegunaan” itu jelas dibandingkan prinsip-prinsip moral lainnya, memungkinkan diskusi publik secara objektif dan bebas kepentingan, dan memampukan orang untuk membuat keputusan dalam konflik kepentingan-kepentingan. Dengan memperhitungkan kesenangan dan kesakitan terjamin komitmen pada kesetaraan manusia karena diandaikan bahwa satu manusia sama-sama berharganya dengan manusia yang lain, yang mana ini juga mendukung apa yang mau dikejar: kebahagiaan terbesar dalam keadaan di mana tiap orang diperhitungkan dan tidak ada orang yang diperhitungkan lebih daripada yang lain. Bagi Bentham “Prinsip Kegunaan” merupakan satu-satunya yang dapat memberikan suatu makna atau arti yang menentukan penilaian. Ia lebih mendukung prinsip ini daripada prinsip yang lain. Baginya prinsip-prinsip lain dari sumber nilai-nilai, seperti intuisi, Allah, hak manusia, perasaan moral, membuat suatu hal menjadi dianggap tepat semata-mata karena dikatakan oleh prinsip-prinsip itu sebagai tepat sehingga adalah cukup memiliki ide bahwa suatu hal adalah tepat karena ia dianggap seharusnya tepat dengan bersandar pada prinsip-prinsip tersebut yang mengatakan sesuatu itu tepat. Bagi Bentham istilah “nilai” seharusnya

109

memiliki makna tertentu yang dengannya orang dapat menyesuaikan diri dan daripadanya ditentukan apa yang disetujuinya atau tidak disetujuinya. Nilai-nilai dapat ditentukan oleh orang-orang dengan menemukan fakta-fakta bagi pengambilan keputusan. Baginya prinsip dari nilai dapat dianalisis isinya dengan tepat dengan kesenangan dan kesakitan. Dengan itu prinsip dari nilai itu pun memiliki arti dan terhindar dari omong kosong.

6. Apa itu kebaikan menurut Bentham? Bagi Bentham kesenangan dan kepedihan tidak hanya menjelaskan tindakan, tetapi juga mendefinisikan kebaikan. Tingkat kepenuhan kebaikan dihitung dari apakah semakin maksimal kesenangan dan semakin minimal kesedihan yang dihasilkan oleh pilihan tindakan. Dengan kesenangan dan kesakitan yang mengada dalam diri manusia, seseorang bisa memperhitungkan nilai. Bentham menyamakan kebaikan dengan kesenangan dan keburukan dengan kesakitan. Tindakan disetujui dan ditolak juga berdasarkan atas jumlah dari efek dari kesenangan atau kesakitan. Kebahagiaan menurut Bentham merupakan soal mengalami kesenangan dan meniadakan kesakitan dan ditentukan oleh keberadaan kesenangan dan kesakitan itu. 7. Bagaimanakah menentukan kesenangan dan kesakitan? Kesenangan dan kesakitan dapat dihitung sebagai bertambah atau berkurang sehingga dapat diukur tindakan mana yang dapat hasilkan lebih banyak kesenangan dan lebih sedikit kesakitan. Pengukuran kesenangan dan kesakitan memakai kriteria: intensitas, durasi, kepastian, kedekatan, keberbuahan,

110

dan kemurnian, yang masing-masing daripadanya ditimbang tingkatnya dalam perspektif akan efeknya.

8. Apakah menurut Bentham manusia tidak perlu berelasi dengan sesamanya untuk mencapai kebahagiaannya? Menurut Bentham kodrat pribadi manusia sudah memadai untuk membawanya pada kebahagiaan meski tanpa relasi sosial. Bagi Bentham relasi itu “entitas fiktif” dan “komunitas itu suatu badan fiktif” serta tak lain daripada “jumlah kepentingan dari sejumlah anggota yang menyusunnya.” Lagipula, kelompok sosial yang lebih luas daripada “individu” tidak beda dari sekadar entitas biologis. Atas perhitungan kesenangan dan kesakitan yang dialami individu ini keadaan masyarakat dipikirkan dengan mengandaikan pada asosiasi dengan yang dialami individu. Karena itu, etika Bentham berhubungan dekat dengan konteks filsafat politisnya. Dengan asosianisme psikologisnya dengan simpati dan antipati dimungkinkan perhitungan tindakan yang memiliki efek kebaikan bagi jumlah terbesar individu yang disebut “egoisme universal” dan “identifikasi artifisial kepentingan diri seseorang dengan kepentingan orang-orang yang lain.” Ini mengandaikan bahwa kesenangan dan kesedihan itu merupakan keadaan-keadaan yang objektif dan dapat diukur menurut intensitas, durasi, kepastian, kedekatan, keberbuahan, dan kemurniannya sehingga bisa ditentukan secara objektif dengannya tindakan atau keadaan serta perbandingan dengan yang lain untuk menentukan mana yang efek (kebaikan)-nya lebih mengenai jumlah terbanyak orang. Sebagai reformis sosial, Bentham menerapkan prinsip ini pada hukum Inggris misalnya di bidang kriminalitas dan hukuman suatu pencurian dipandang tidak

111

hanya menyebabkan bahaya pada korban, sehingga bila tidak dihukum, maka ia membahayakan status barang milik pribadi dan stabilitas masyarakat sehingga legislator seharusnya menetapkan hukuman yang berguna untuk mencegah pencurian. Akan tetapi, dalam urusan-urusan “moralitas privat” seperti preferensi seksual, Bentham memandang adalah tidak diperlukan keterlibatan undang-undang.

112

Dalam dokumen PRAKATA. Surabaya, Juni Xaverius Chandra (Halaman 106-113)

Dokumen terkait