• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH

LANDASAN TEORI A. Produk Tabungan Emas

B. Jual Beli

1. Pengertian Jual beli

Secara terminologi jual beli disebut dengan al-ba‟i yang berarti menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal al-ba‟i , dalam terminologi fiqh terkadang dipakai untuk pengertian lawannya, yaitu lafal al-syira yang berarti membeli. Dengan demikian, al-ba‟i mengandung arti menjual sekaligus membeli atau jual beli. Menurut Hanafiah pengertian jual beli (al-bay) secara defenitif yaitu tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut ulama Malikiyah, Syafi‟iyah dan Hanabilah, bahwa jual beli (al-ba‟i) yaitu tukar menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan.

Dan menurut pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum ekonomi Syariah, ba‟i adalah jual beli antara benda dan benda, atau pertukaran antara benda dengan uang.22

Jual beli merupakan perpindahan barang dari seseorang kepada orang lain yang disertai dengan perpindahan kepemilikan atas barang tersebut, sehingga barang tersebut bisa dimanfaatkan, jual kembali ataupun diwariskan yang disertai dengan sighat ijab dan qabul. Ulama Hanafiah menjadikan sighat ijab dan qabul sebagai satu-satunya rukun dalam jual beli, namun ulama Malikiyah, Hanabilah dan Syafi‟iyah dalam jual beli harus memenuhi rukun jual beli yaitu penjul, pembeli, barang yang diperjual belikan, harga dan sighat.

22 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 101

23

2. Hukum Jual Beli Emas Tidak Tunai a. Al-Quran

Al-Baqarah Ayat 275

َِّْٰٓ أ ذذذذذذَّ لآَِّٰ ذذذذذذِّ َّ ََٰٓ أيي ذذذذذذَّلآَِّٰ أوذذذذذذِّم ََُٰٓذذذذذذ َ ََٰٓ َّلَّيآَٰ أوذذذذذذِّي أوِّم ََٰٓ لََّٰٓاوذذذذذذ و يقَلآَٰ أوِّبَِّألذذذذذذ ََٰٓ ْأَي ذذذذذذَّل ا

َٰٓ َذذذذذذأ ألآَِّٰ ََّٰٓ ذذذذذذ ا َٰٓ اوذذذذذذ و يقَلآَِّٰ ذذذذذذأ ييََِّٰٓذذذذذذأ ألآَُٰذذذذذذ ََّ يآَٰا أوِّلُذذذذذذ َْٰٓأبِّلَّ ُذذذذذذيوَٰٓ ُذذذذذذيل ََّٰٓ َيقبذذذذذذ َألآَٰ ْذذذذذذيي

َٰٓ ََّذذذذ

َٰٓ ٌَِّذذذذأي ا َٰٓ َ بذذذذ َُٰٓذذذذ يَٰٓ ذذذذ ب نَُٰٓ ل أ ُذذذذ نَٰٓ س ذذذذيقوَََّٰٓ أْذذذذيقيَٰٓف ذذذذ َّي أو يَٰٓ ٌ َظُذذذذ َٰٓ أْذذذذ َ نََٰٓاوذذذذ و يقَلا

َٰٓ أ ِّديب خَُٰٓ لأ ينَٰٓأبِّهََٰٰٓۚٓ يََُّنلآَٰ ِّب حأص آَٰ ُِٕى ظ ل ُِّ نَٰٓ دُ َٰٓأْ ي َََٰٰٓٓي َُٰٓ ليا

Artinya: orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulusebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Riba pada ayat di atas terbagi dua macam yaitu riba nasiah dan fadhl.

Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.

b. Hadis

Hadis Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi SAW bersabda:

َٰٓ ِّب هَّ ذذذذذذذذلا

gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma dan garam dengan garam, dengan syarat harus sama dan sejenis serta secara tunai, jika jenisnya berbeda jualah sekehandakmu jika dilakukan secara tunai.

Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengharaman jual beli emas dengan perak atau sebaliknya serta kerusakannya jika tidak dilakukan pembayaran secara kontan di antara penjual dan pembeli sebelum berpisah dari tempat akad, inilah yang disebut musyarafah

2. Pengharaman menjual biji gandum dengan biji gandum atau tepung gandung dengan tepung gandum serta kerusakannya, jika tidak dilakukan secara kontan sebelum penjual dan pembeli berpisah dari tempat akad.

3. Keabsahan akad jika dilakukan pembayaran secara kontan dalam musyarafah, atau jual beli biji gandum dengan biji gandum atau tepung gandum dengan tepung

4. Yang dimaksud tempat akad ialah tempat berjual beli dan bertransaksi, baik keduanya sama-sama duduk atau sambil berjalan atau sambil berkendara.

Sedangkan yang dimaksud berpisah ialah apapun yang menurut kebiasaan dianggap sebagai perpisahan di antara manusia.23

23 Mardani, Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2014) h. 134

25

Ada beberapa pendapat Ulama mengenai Jual beli Emas secara tidak langsung a. Syaikh Ali Jumu‟ah, mufti al-Diyar alMishriyah, al-Kalim al-Thayyibah

Fatawa Ashriyah, al-Qahirah

boleh jual beli emas dan perak yang telah dibuat atau disiapkan untuk dibuat dengan angsuran pada saat ini di mana keduanya tidak lagi diperlakukan sebagai media pertukaran di masyarakat dan keduanya telah menjadi barang (sil‟ah) sebagaimana barang lainnya yang diperjualbelikan dengan pembayaran tunai dan tangguh. Pada keduanya tidak terdapat gambar dinar dan dirham yang dalam (pertukarnnya) diisyaratkan tunai dan diserahterimakan sebagaimana dikemukakan oleh hadits Riwayat Abu Sa‟id al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Jangan kalian menjual emas dengan emas yang gha‟ib (tidak diserahkan saat ini) dengan emas yang tunai.” (HR. Al-Bukhari).

b. Prof.Dr.Wahbah Zuhaily dalam Mu’amalat alMaliyah al-Mu’ashirah,

“Demikian juga, membeli perhiasan dari pengrajin dengan pembayaran angsuran tidak boleh, karena tidak dilakukan penyerahan harga (uang), dan tidak sah juga dengan cara berutang dari pengrajin.”

3. Ketentuan Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai

a. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo

b. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn).

c. Emas yang dijadikan jaminan sebagimana dimaksud dalam angka b tidak boleh diperjualbelikan atau dijadikan objek akad lain yang menyebabkan perpindahan kepemilikan yang bertemu pada alasan ribawi, yaitu takaran atau timbangan, yang harus dilakukan pembayaran secara kontan di antara keduanya di tempat akad.

Dalam hal jual beli emas dalam konteks emas sebagai komoditi atau barang, boleh dilakukan secara tidak tunai atau kredit dan jumlahnya tidak harus sama, sesuai dengan kesepakatan kedua belahpihak

B. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Dokumen terkait