• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH

LANDASAN TEORI A. Produk Tabungan Emas

3. Keuntungan Tabungan Emas

a. Mudah ditemukan, sebab tabungan Emas Pegadaian tersedia di seluruoutlet Pegadaian dan melalui Pegadaian Digital Service, Agen Pegadaian, dan Marketplace

b. Order cetak emas dapat dilakukan mulai dari kepingan 1 gram c. Harga jual dan harga beli yang kompetitif

d. Biaya pengelolaan dan administrasi yang ringan e. Karatase terjamin 24 karat

f. Fleksibel dan bisa start small. Nasabah dapat melakukan transfer ke rekening tabungan emas mulai dari 0,01 gram

g. Dikelola secara profesional dan transparan

h. Nasabah dapat melakukan Top Up tabungan emas mulai dari 0,01 gram

13Tresna Rahmawati, “Pengaruh Produk Pegadaian Syariah (Tabungan Emas) Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Nasabah”,Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Pelita Bangsa, 2017

15

B. Teori Akad Murabahah 1. Murabahah

Secara umum Murabahah diartikan sebagai akad jual beli barang dengan menyatakan harga tsaman (harga perolehan) dan ribh (keuntungan/margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.14 Murabahah adalah istilah dalam fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli dimana penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut.15 Sebagaimana dikutip dari buku karangan Syafi’i Antonio mendefinisikan Bai’

al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.16

Dalam Ba’I Murabahah ini, penjual harus memberi tahu harga pokok pembelian dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Tingkat keuntungan dari akad Murabahah ini dapat diperoleh dari persentase tertentu dari biaya perolehan. Dalam akad Murabahah. Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai penjaul dan nasabah sebagai pembeli dengan harga jual dari Lembaga Keuangan Syariah adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan sesuai kesepakatan.17

Dalam pandangan Islam Murabahah merupakan suatu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan merupakan implementasi muamalah tijariyah (interaksi bisnis). Hal ini berdasarkan dalil Fatwa DSN MUI No. 4/DSN-MUI/IV/2000, bahwa dalam rangka membantu masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan, maka Lembaga Keuangan Syariah perlu memiliki fasilitas murabahah bagi yang memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan

14 Andrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dari beberapa segi Hukum ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 122.

15 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 82..

16 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.

102

17 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 30

menegaskan harga belinya kepada pembeli, dan pembeli membelinya dengan harga lebih sebagai laba.18

Menurut Fuqohah Hanafi yang terkenal, Al-Marginani mendefinisikan murabahah sebagai penjualan barang apapun pada harga pembelian yang ditambah dengan jumlah yang tetap sebagai keuntungan. Ibnu Qudamah Fuqohah Hambali, mendefinisiskan murabahah sebagai penjualan pada biaya ditambah keuntungan yang telah diketahui. Pengetahuan akan biaya modal adalah persyaratan utamanya. Pada mulanya murabahah adalah sekedar jual beli berdasarkan harga pokok dan keuntungan. Namun, setelah ada perkembangan metode atau cara pembayaran yang tertunda (kredit), maka murabahah telah digunakan sebagai suatu metode atau cara pembayaran, dalam hal nasabah bermaksud untuk membeli suatu barang dengan cara mengangsur (menyicil) pembayaran harga.

Pelaksanaan akad Murabahah pada Lembaga Keuangan Syariah ini adalah pihak Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli.

2. Mekanisme akad Murabahah pada Lembaga Keuangan Syariah adalah sebagai berikut

a. Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam transaksi akad Murabahah dengan nasabah.

b. Lembaga Keuangan Syariah dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan nasabah.

c. Lembaga Keuangan Syariah wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang telah dipesan oleh nasabah.

18Ahmad Irham Sholihin, Pedoman Umum Keuangan Syariah ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2010), h. 14

17

d. Lembaga Keuangan Syariah dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar namun tidak disebutkan dalam awal perjanjian.

Ada beberapa ketentuan untuk melakukan Transaksi Jual Beli Emas diantaranya jika Menggunakan Akad Murabahah dan ditambah saat transksi dengan keuntungan yang disepekati. Dengan Ini ada beberapa Hal yang harus disepakati antara Nasabah dan Pihak Pegadaian Syariah diantanya:

a. Pegadaian Harus membeli emas terlebih dahulu atas nama Pegadaian Kemudian dijual kepada Nasabah untuk Menjadi Tabungan Emas.

b. Pegadaian harus menjelaskan harga pokok emas disaat transaksi (on the Spot).

c. Nasabah menyepakati transaksi dan menyimpannya sebagai Tabungan Emas Dalam Hal ini ada pengaturan 04/DPS-DSN/VII/2015 yang

menyatakan ada beberapa aturan didalamnya diantaranya yaitu:

a. Tabungan Emas Hukumnya Boleh dengan menggunakan akad jual beli secara Langsung antara Pembeli dan Penjual atau dengan Menggunakan Akad Murabahah

b. Jika menggunakan Akad Jual beli secara Tunai maka Pegadaian harus memiliki Emas tersebut kemudian menjualnya kepada Nasabah

c. Jika Tabungan Emas Menggunakan Akad Murabahah maka dilakukan transaksi dengan harga yang digunakan pada saat transaksi ditambah dengan keuntungan yang disepakati dengan ketentuan: Pertama Pegadaian Harus Membeli Emas terlebih dahulu atas nama Pegadaian Kemudian dijual kepada Nasabah untuk menjadi TabunganEmas. Kedua, Pegadaian Harus menjelaskan Harga Pokok Emas disaat Transaksi (On the Spot) dan menjelaskan kerugian yang diperoleh. Ketiga Nasabah menyepakati transaksi dan menyimpannya sebagai Tabungan Emas.

2. Rukun dan Syarat Akad Murabahah a. Rukun Murabahah

1. Pelaku akad yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah Pihak yang memerlukan dan akan membeli barang.

2. Objek Akad yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga) 3. Shighah, yaitu adanya Ijab dan Qabul.19

b. Syarat Akad Murabahah

1. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara eksplesit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan yang diinginkan.

2. Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk persentase tertentu dari biaya.

3. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang, seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan ke dalam biaya perolehan untuk menentukan harga margin

4. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehannya barang dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat dipastikan, barang tersebut tidak dapat dijual dengan prinsip murabahah.

19 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 82

19 yang beriman untuk memakan, memanfaatkan, menggunakan segala bentuk transaksi harta orang lain dengan jalan yang batil, yaitu yang tidak dibenarkan oleh syariat. Umat manusia diperbolehkan melakukan transaksi terhadap harta orang lain dengan jalan perdagangan dengan asas saling ridha dan ikhlas.

Surah An-nisa :29

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu denga jalan yang bathil, kecuali dengan suka sama suka diantara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S An-nisa:29)

Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsir ayat diatas mengatakan: Allah SWT melarang hamba-hamba Nya yang beriman memakan harta sebagian dari mereka atas sebagian yang dengan cara yang bathil, yakni melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat, seperti dengan cara riba dan judi, serta cara-cara lainnya yang termasuk kedalam kategori tersebut dengan menggunakan berbagai macam tipuan dan pengelabuan. Sekalipun pada lahiriahnya cara-cara tersebut memakai

cara yang diakui oleh hukum Syara‟ tetapi Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya para pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba, tetapi dengan cara hailah ( tipu muslihat).

4. Bentuk-bentuk Akad Murabahah a. Murabahah Sederhana

Murabahah sederhana adalah bentuk akad murabahah ketika penjual memasarkan barangnya kepada pembeli dengan harga sesuai perolehan ditambah margin keuntungan yang diinginkann.

b. Murabahah Kepada Pemesanan

Bentuk Murabahah ini melibatkan pihak ketiga yaitu pemesanan, pembeli dan penjual bentuk murabahah ini juga melibatkan perantara karena keahliannya atau karena kebutuhan pemesanan akan pembiayaan.20

5. Jenis-Jenis Jual beli Murabahah

a. Murabahah dengan Tunai, yaitu jual beli barang dimana lembaga keuangan syariah bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.

b. Murabahah dengan cicilan (bitsman ajil), yaitu jual beli barang dimana harga jual dicantumkan dalam akad jual beli.

6. Prinsip Pembiayaan Murabahah

Beberapa Prinsip Pembiayaan murabahah diantaranya

a. Pembiayaan Murabahah dapat digunakan untuk tujuan konsumtif seperti pembelian kendaraan bermotor,rumah dan alat rumah tangga lainnya maupun tujuan produktif seperti kebutuhan modal kerjaataupun investasi.

b. Dalam kontrak perjanjian pembiayaan murabahah harus tertera dengan jelas bahwa lembaga keuangan syariah menjual obyek pembiayaan kepada nasabah dengan harga jual yang terdiri atas harga perolehan dan margin.

20 Ascaraya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 82-90

21

c. Harga perolehan terdiri dari sejumlah dana yang dikeluarkan bank untuk memiliki obyek pembiayaan ditambah dengan pengadaan barang yang harus dinyatakan dengan jelas dan transparan oleh lembaga keuangan syariah.

7. Manfaat dan Resiko Ba’I Murabahah

Transaksi jual beli dengan akad Murabahah tentunya memiliki manfaat dan resiko. Ba’I Murabahah memberi manfaat kepada Lembaga Keuangan Syariah dengan adanya keuntungan yangmuncul dari selisih harga beli dan harga jual kepada nasabah dalam Ba’i Murabahah ini dapat memudahkan nasabah dan memudahkan barang, namun belum mempunyai uang yang cukup untuk memiliki barang tersebut.21

Menurut Muhammad Syafi’I Antonio, beberapa kemungkinan risiko yang perlu di antisipasi pada Ba;I Murabahah antara lain sebagai berikut :

a. Taqhshir (kelalaian), nasabah sengaja tidak membayar angsuran.

b. Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi apabila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

c. Penolakan nasabah, Barang yang dikirim bisa saja ditolak nasabah karena berbagai hal. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Kemungkinan lain adalah karena kriteria barang berbeda dari yang dipesan nasabah.

d. Dijual kepada pihak lain. Ketika kontrak ditandatangani, barang itu pun menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya kepada pihak lain. Jika terjadi demikian, risiko untuk taqhshir sangat besar.

21Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Gema Insani:

Jakarta, 2001), h. 106

Dokumen terkait