• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Akad Murabahah Pada Tabungan Emas menurut Fatwa DSN- DSN-MUI

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH

ANALISIS AKAD MURABAHAH PADA TABUNGAN EMAS

B. Kesesuaian Akad Murabahah Pada Tabungan Emas menurut Fatwa DSN- DSN-MUI

Kegiatan Operasional yang ada pada Bank atau Lembaga keuangan Syariah yang berjalan harus sesuai dengan Fatwa DSN-MUI agar kegiatan yang sudah dilaksanakan berupa usaha atau Produk dan Jasa Lembaga keuangan tetap dalam kategori Prinsip Syariah. Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional saling memiliki keterkaitan dikarenakan anggota Dewan Pengawas Syariah direkomendasikan oleh Dewan Syariah Nasional seperti Fatwa DSN-MUI no.04 Tahun 2000 mengenai Akad Murabahah.

Akad Murabahah merupakan salah satu contoh dari jual beli yang benar (shahih). Murabahah termasuk akad jual beli yang dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari, karena jual beli itu merupakan bagian dari ta‟awun (saling menolong), bagi pembeli berarti menolong penjual yang membutuhkan uang (keuntungan), sedangkan bagi penjual juga berarti menolong pembeli yang sedang membutuhkan barang. Karenanya, jual beli itu merupakan perbuatan yang mulia dan orang yang melakukannya mendapat keridhaan Allah SWT. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan bahwa penjual yang jujur dan benar kelak di akhirat akan ditempatkan bersama para nabi, syuhada, dan orang-orang sholeh. Hal ini menunjukkan tingginya derajat penjual yang jujur dan benar.

49

Kemudian ada beberapa Rukun akad seperti yang diketahui secara umum yaitu, Pelaku akad, obyek akad serta ijab dan qabul. Segi obyek dari barang yang diakadkan adalah barang yang menjadi sebab perjanjian jual beli. Benda-benda yang menjadi obyek akad ini haruslah memenuhi syarat-syarat dalam jual beli diantaranya: Pertama, barang tersebut adalah milik orang yang melakukan akad.

Orang yang melakukan perjanjian jual beli atas suatu barang yaitu pemilik sah dari barang tersebut ataupun telah memiliki izin dari pemilik barang yang sah.

Oleh karena itu, barang yang dilakukan oleh orang yang tidak berhak berdasarkan kuasa dari pemilik sahnya dianggap akad batal.

Kedua, Mampu menyerahkan. Obyek yang menjadi inti jual beli harus bisa diserahkan, oleh karena itu, pihak penjual (baik sebagai pemilik maupun sebagai kuasa) dapat menyerahkan barang yang dimilikinya yang dijadikan sebagai obyek akad jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang disepakati. Dengan demikian barang-barang yang dalam keadaan sedang digadaikan, atau sudah diwakafkan tidak sah karena penjual tidak mampu lagi untuk menyerahkan barang kepada pihak pembeli.

Ketiga, mengetahui. Maksud dari Mengetahui di sini yaitu dalam suatu transaksi jual beli dapat diketahui keadaan barang baik hitungannya, takaran, timbangan, atau kualitas dari barang tersebut. Apabila keadaan barang maupun spesifikasi barang tidak diketahui, maka perjanjian jual beli tersebut mengandung unsur gharar.

Keempat, barang yang diakadkan ada di tangan. Jual beli yang apabila barangnya belum ada di tangan (tidak berada dalam penguasaan penjual) maka jual beli tersebut dilarang karena bisa jadi barang sudah rusak atau barang tersebut tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan

Dalam penjelasan diatas Unit Pegadaian Syariah Peninggilan harus memenuhi rukun Murabahah agar dalam jual beli tersebut sah atau sesuai dengan syariah.

Berdasarkan praktiknya dalam proses pemesanan dengan cara terus menabung, dan pembeliannya hanya tercantum dalam nota dan buku rekening tabungannya saja supaya nasabah bisa mengetahui saldo emas yang dimiliki saat itu sehingga bisa dijadikan sebuah bukti atas setiap pembelian yang dilakukan nasabah. Emas yang dijual di pegadaian tidak secara langsung emas fisik akan dipesankan kepada produsen Antam oleh Pegadaian setelah ada permintaan dari nasabah untuk mencetaknya.

Dari hukum ekonomi syariah sistem yang digunakan adalah Murabahah kepada Pemesan Pembelian (KPP). Perjanjian dari pemesan untuk membeli barang dalam al bai murabahah dapat dilakukan berupa janji yang mengikat maupun tidak. Ulama syariah terdahulu menyepakati pemesan seharusnya tidak boleh diikat untuk memenuhi kewajiban dalam membeli barang yang dipesan tersebut.

Namun ada beberapa ketentuan yang tercantum pada fatwa DSN-MUI No.04 Tahun 2000 tentang akad Murabahah diantaranya:

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara utang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus

51

memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

8. Untuk mencegah terjadiya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut. Pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

Menurut Fatwa DSN-MUI No.04 Tahun 2000 tentang Murabahah, ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ketentuan fatwa tersebut di Unit Pegadaian Syariah Peninggilan yaitu salah satunya pada saat Melakukan Transaksi Tabungan Emas tidak Adanya Barang saat Melakukan Transaksi Tabungan Emas tersebut.

Barang tersebut belum menjadi hak milik Unit Pegadaian Syariah Peninggilan saat nasabah melakukan Tabungan emas

Dalam hal ini tercantum dalam ketentuan nomor 4 yaitu barang tersebut harus dimiliki dahulu atas nama pegadaian syariah. Dalam Unit Pegadaian Syariah Peninggilan menggunakan Akad Murabahah pada Tabugan Emas yang dalam pelaksanaannya Nasabah hanya membeli saldo emas tersebut dengan cicilan yang belum terlihat objek atau emasnya, dikarenakan Pihak Unit Pegadaian Syariah Peninggilan tidak mempunyai emas secara langsung tetapi harus memesan terlebih dahulu

Dalam Aplikasi Tabungan Emas, Nasabah akan memiliki saldo emas, dimana saldo emas tersebut tercantum dalam buku tabungan saja. Dalam kesepakatan tersebut Unit Pegadaian Syariah Peninggilan akan menghubungi Pihak PT. ANTAM yang kemudian akan dibeli oleh Pegadaian Syariah dan emas tersebut baru akan dimiliki oleh Unit Pegadaian Syariah Peninggilan dan akan disimpan oleh Pihak Pegadaian Syariah jika nasabah sudah memenuhi saldo emas yang akan dimiliki yaitu 1gram emas. .

Saldo emas tersebut bukan saldo rupiah tetapi dalam bentuk saldo emas.

Konsep ini adalah titip seperti menabung dan tanpa ada bunga. Ketika melakukan pembelian atau menabung mengikuti harga emas yang ada dan ketika pengembalian mengikuti harga saat menjadi konversi emas Dalam aplikasinya, saldo tabungan emas ini bukan nominal uang, tetapi jumlah berat emas yang dimiliki oleh nasabah.

Jadi berapapun jumlah uang yang disetorkan ke rekening langsung dikonversikan ke dalam satuan berat emas logam mulia Untuk tabungan emas ini Pihak Pegadaian menggunakan sistem beli-titip emas. Artinya, nasabah membeli sejumlah emas kemudian menitipkannya ke pihak Pegadaian Syariah. Setelah mencapai jumlah tertentu, nasabah dapat mencetak emas yang dimiliki atau menjual kembali saat membutuhkan uang tunai. Dan nasabah yang ingin mencetak emas dalam bentuk fisik emas akan dikenakan biaya dengan perhitungan sesuai berat emas yang akan dicetak nasabah pada saat itu.

Dalam Ketentuan Nomor 6 barang tersebut dijual kepada nasabah dengan memberitahukan kepada nasabah harga jual dan keuntungannya. Pada proses yang ada pada unit Pegadaian Syariah Peninggilan nasabah hanya diberitahukan harga jual emas tanpa adanya harga perolehan pada saat pembelian di PT.Antam. dalam pelaksanaan tersebut pegadaian tidak dapat memberitahukan harga yang didapatkan dari PT.Antam karena harga tersebut selalu mengalami perubahan disetiap pembeliannya.

53

Dalam Akad Murabahah mengenai Tabungan Emas di Unit Pegadaian Syariah Peninggilan, Tabungan Emas diperbolehkan dalam jual beli emas secara tidak langsung asal tidak mengandung unsur yang tidak sesuai dengan Syariah.

Selanjutnya, operasional pada produk tabungan emas di Unit Pegadaian Syariah Peninggilan tidak hanya menggunakan akad murābahah saja, namun ternyata pegadaian syariah terdapat akad wadī‟ah ketika setoran dana nasabah sudah ada di dalam rekening tabungan emas dalam proses pembelian atau percetakan emas tersebut hanya dibuktikan print out bukti nota pembelian saja, jadi bukan berupa fisik emas batangan, baru setelah ada nasabah yang ingin mencetak emas.

Akad titipan (wadiah) ini pada intinya terletak ketika sejumlah uang yang dititipkan oleh nasabah kepada pihak pegadaian tersebut yang kemudian dikonversi kedalam bentuk gram emas pada saat menabung dan selanjutnya disimpan kedalam buka rekening milik nasabah tabungan emas. Menabung disini adalah bahasa pemasaran untuk menawarkan produk Tabungan Emas kepada Nasabah. Kemudian jika nasabah ingin mencetak emas pihak pegadaian akan memesan sekaligus mengecek harga ANTAM pada hari ketika nasabah akan mencetak emas. Selanjtnya jika nasabah sudah sepakat ingin mencetak dan persyaratan mencetak sudah terpenuhi maka pihak pegadaian akan memesan emas ke PT. ANTAM sesuai kebutuhan Pegadaian

Dalam Praktek Akad Wadiah yang ada di unit Pegadaian Syariah Peninggilan, Pegadaian memberikan biaya sebesar Rp. 30.000 kepada nasabah untuk biaya penyimpanan emas dan biaya perawatan selama disimpan pada Unit Pegadaian Syariah Peninggilan. Dalam hal ini Pegadaian Syariah mendapatkan keuntungan dari produk tabungan emas tersebut yaitu dari biaya penyimpanan selama 1 tahun yang didapatkan dari nasabah dan biaya biaya dari mencetak emas pada setiap nasabah yang ingin melakukan transaksi.

Dalam Praktek Penyimpanan Emas yang dimiliki nasabah kepada Pegadaian Syariah setelah Pemesanan, Pihak Pegadaian Syariah akan melakukan Penyimpanan di Galeri 24 tempat tersebut adalah penyimpanan emas dari semua cabang yang nantinya Pegadaian pusat akan mengirimkan emas tersebut kepada Cabang-cabang Pegadaian Syariah.

Hal ini dilakukan karena pegadaian syariah memikirkan antisipasi apabila nasabah berubah pikiran, yang tadinya ingin menabung emas dengan tujuan mendapatkan emas, namun di tengah jalan dalam keadaan tertentu nasabah membutuhkan dana, sehingga tabungan tersebut bisa diambil kembali, dalam bentuk uang yang telah diinvestasikan/ditabung untuk pembelian emas tersebut

Dalam Pembelian Tabungan Emas tersebut, Nasabah bisa melakukan buyback atau menjual kembali emas tersebut kepada Pegadaian Syariah tanpa melihat Barang/objek tersebut. Setelah melakukan buyback emas yang dimiliki oleh nasabah akan menjadi milik Pegadaian Syariah. Pelaksanaaan buyback yang ada pada Unit Pegadaian Syariah Peninggilan, Pegadaian Akan membeli emas dengan harga yang sesuai dengan berat emas karatarase.

Ketika pada hari ini nasabah seIndonesia menabung emas, maka kantor pusat khususnya bagian divisi bisnis emas langsung menghimpun dana nasabah kemudian pada hari ini juga hasil dari penghimpunan dana nasabah tersebut langsung dibelikan emas ke PT. ANTAM sesuai dengan orderan emas pada hari tersebut. Sehingga, jika suatu saat harga naik dan tiba-tiba semua nasabah melakukan buyback pada situasi tertentu, maka bersamaan ini pihak Pegadaian Syariah juga akan melakukan buyback kepada pihak PT. ANTAM

Sistem buyback dalam tabungan emas ini meskipun istilah yang digunakan yaitu dibeli kembali akan tetapi sebetulnya emas tersebut belum pernah dilihat secara fisik sebelumnya oleh nasabah dan emaspun belum ada di pegadaian tempat kita menabung. Nasabah hanya menyimpan saldonya berupa angka yang terdapat dalam buku rekening untuk mengetahui besar saldo emas yang dimilikinya.

55

Contoh buyback yang ada pada Pegadaian Syariah, misal Nasabah memiliki Saldo emas sebesar 1gram dengan harga Rp.100.000 kemudian nasabah tersebut akan menjual kembali kepada Pegadaian Syariah, Pegadaian Syariah akan membeli emas tersebut dengan harga jual yang sesuai dengan aturan yaitu Rp.130.000 maka nasabah akan mendapatkan uang sebesar Rp.130.000 jika melakukan buyback kepada Pegadaian Syariah.

Selain itu diadakannya tabungan emas ini, saldo yang dicantumkan dalam buku rekening bentuknya seperti aset investasi emas yang dikemudian hari bisa dijual kembali kepada pihak pegadaian apabila nasabah sedang membutuhkan uang tunai.

Dalam sistem pegadaian syariah, pegadaian belum mempunyai Emas yang tidak pernah dilihat oleh nasabah karena memang emas belum ada di pegadaian tempat menabung secara langsung dikarenakan pegadaian menyesuaikan keinginan nasabah apakah nantinya akan diambil secara fisik ataukah diambil uang secara tunai. Dan hal ini dilakukan untuk kemaslahatan bersama antara nasabah dan pegadaian syariah. Kemudian Ketika proses jual beli itu berlangsung para pihak yang berakad menyepakati keputusan yang terdapat dalam produk tersebut.

Berdasarkan dari penjelasan Fatwa DSN-MUI NO.04 Tahun 2000 penjelasan yang dilakukan oleh Unit Pegadaian Syariah peninggilan belum detail dan terperinci kepada para nasabah atau calon nasabah mengenai obyek yang dititipkan. dan penjelasan akad apa saja yang digunakan dalam produk tabungan emas. Dimana sebenarnya emas ini belum dimiliki oleh pihak pegadaian tetapi pihak pegadaian memesan emas ke PT. ANTAM jika nasabah ingin mencetak emasnya.

Pada praktiknya, penitipan tabungan emas ini tidak ada karena emas yang dijaga oleh pihak PT. Pegadaian Syariah, hanya berbentuk saldo rekening tabungan yang dipegang oleh nasabah itu sendiri, tidak ada penjagaan apapun yang dilakukan oleh PT. Pegadaian Syariah, tetapi ada penetapan biaya penitipan sebesar Rp.30.000, dan nasabah hanya mengetahui itu biaya penitipan dan pemeliharaan emas, tanpa mengetahui emas itu tidak disimpan oleh Pegadaian,

Berdasarkan penjelasan yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Peninggilan,.

Pegadaian belum menjelaskan secara detail dan terperinci kepada para nasabah atau calon nasabah mengenai obyek yang dititipkan. dan penjelasan akad apa saja yang digunakan dalam produk tabungan emas. Dimana sebenarnya emas ini belum dimiliki oleh pihak pegadaian tetapi pihak pegadaian akan memesan emas ke PT. ANTAM jika nasabah ingin mencetak emasnya barulah Pegadaian Syariah akan menyimpan emas tersebut di Galeri 24 yang ada pada Pegadaian Syariah

Pusat.

57 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang sudah didapatkan dari penelitian mengenai pelaksanaan akad murabahah pada Tabungan Emas dibab sebelumnya pada rumusan masalah yang terdapat dibab pendahuluan, maka dari itu peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mekanisme Pelaksanaan Tabungan Emas di Unit Pegadaian Syariah Peninggilan menggunakan Akad Murabahah dalam jual beli Tabungan emas. Dalam hal ini ada beberapa tahap untuk melakukan Tabungan emas.

Dalam Akad Murabahah Pihak unit Pegadaian Syariah Peninggilan memberikan jumlah saldo emas yang akan diberikan kepada Nasabah yaitu nasabah mendapatkan 0,01gram seharga Rp.8.000. Unit Pegadaian Syariah Peninggilan hanya memberikan saldo dan tidak mempunyai fisik emas tersebut. Pihak Unit Pegadaian Syariah Peninggilan akan melakukan pemesanan emas pada PT.Antam saat nasabah sudah melakukan transaksi tabungan emas. Dalam hal ini pihak unit Pegadaian Syariah Peninggilan hanya bisa memberikan bukti buku tabungan bahwa emas hanya diberikan saat sudah mencapai saldo emas yang sesuai dengan ketentuan. Dalam Proses Transaksi Tabungan Emas Nasabah tidak dapat mengetahui Jumlah keuntungan Emas tersebut yang didapatkan oleh Pihak Unit Pegadaian Syariah Peninggilan dengan Pihak ketiga dikarenakan Unit Pegadaian Syariah Peninggilan tersebut hanya mengikuti sistem jadi nasabah tidak dapat mengetahui keuntungan yang didapat pihak unit Pegadaian Syariah Peninggilan.

2. Dalam Jual beli Emas di Unit Pegadaian Syariah Peninggilan menggunakan Akad Murabahah yang dijelaskan pada saat pembukaan Tabungan Emas. Pada Unit Pegadaian Syariah Peninggilan menggunakan Fatwa DSN-MUI No.04 Tahun 2000 tentang Akad Murabahah. Dalam hal Penetapan Akad Murabahah Unit Pegadaian Syariah tidak mempunyai emas secara fisik. Emas tersebut akan dimiliki Unit Pegadaian Syariah Peninggilan saat nasabah akan melakukan transaksi Tabungan Emas. Pada saat itu Pegadaian akan melakukan pemesanan terlebih dahulu kepada PT.Antam. kemudian emas tersebut akan disimpan di Galeri 24, jika nasabah di unit pegadaian peninggilan akan mencetak emas tersebut, galeri 24 akan mengirimkan emas kepada unit dan akan diberikan kepada nasabah. dalam hal ini nasabah akan mendapatkan emas tersebut saat melakukan pencetakan emas yang ada pada buku tabungan emas tersebut.

Akan tetapi Pada dasarnya Unit Pegadaian Syariah tidak mempunyai objek tersebut dikarenakan tidak semua nasabah mengambil emas atau mecetak emas tersebut melainkan dijual kembali kepada pihak Unit Pegadaian Syariah Peninggilan.

59

B. SARAN.

Berdasarkan dari Penelitian yang didapatkan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Pelayanan yang ada di Unit Pegadaian Syariah Peninggilan harus lebih diperjelas bagaimana proses menabung emas dan menjelaskan bagaimana bentuk emas tersebut secara fisik kepada nasabah yang ingin melakukan tabungan emas.

2. Unit Pegadaian Syariah Peninggilan dalam pelaksanaan Tabungan emas sebaiknya mempertahankan dalam ketentuan Syariah yang berlaku dan kesesuain akad murabahah diharapkan Unit Pegadaian Syariah Peninggilan dapat mengikuti ketentuan Fatwa DSN-MUI yang berlaku.

dan kepada masyarakat dapat memilih dengan bijak dalam membeli produk yang sesuai dengan ketentuan.

Dokumen terkait