• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. ANALISIS DATA ARTIKEL OPINI BENCANA MERAPI SURAT

5. Judul Artikel Opini “Letusan Pencerah Bangsa”

Judul, meskipun kurang sentral, tetapi amat penting. Dengan membaca judul, pembaca diharapkan sudah tahu isi artikel apa yang hendak dibaca. Yang tampak pertama kali dalam sebuah tulisan adalah judul. Judul bisa dirumuskan dan diambilkan dari bagian yang paling menarik dari tulisan. Bisa pula diambil dari bagian yang mewakili tulisan. namun, sedapat mungkin, tidak keluar dari telling the story.

6) Anak Judul

Anak judul sering ada seringkali tidak ada dalam artikel opini. Dalam esai pendek atau kolom, anak judul sering tidak dijumpai. Anak judul biasanya dipergunakan apabila ada lompatan-lompatan yang sangat jauh pada masalah yang ditulis. Ada perbedaan yang tajam antara sub-topik satu dengan berikutnya.

7) Detail

Yang dimaksud detail disini adalah dalam hubungannya dengan fakta atau data yang dipakai dalam tulisan artikel opini. Ada data yang perlu diungkapkan secara detail, tetapi ada pula data yang tidak perlu ditulis secara detail. ni terganung dari sentralitas data dalam konteks tulisan.

commit to user

8) Ritme

Agar tidak membosankan, tulisan artikel opini diusahakan dibuat tidak monoton. Salah satu caranya adalah dengan menjaga ritme. Mirip dengan lagu. Jika ritme lagu dikendalikan tinggi rendahnya nada, maka ritme tulisan diatur oleh tanda baca. Sering pelan, dengan tempo lamban, tetapi juga cepat dengan break-break yang menghentak.

9) Gaya

Gaya atau style adalah unik, hanya dimiliki seseorang. Dengan adanya style ini membuat tulisan seseorang menjadi khas, berbeda dengan tulisan orang lain, dan membuat kita dikenal hanya melalui tulisan. Gaya atau style bersifat personal, mempribadi. isa dilihat dari berbagai ciri atau unsur, gabungan dari ritme, pilihan kata, logika, dan sesuatu yang khas pribadi, dengan penekanan pada unsur tertentu.

Asep Syamsul M. Romli menggambarkan struktur tulisan sebuah artikel opini pada umumnya sebagai berikut:

1. Judul (Head)

2. Nama Penulis (By Line)

3. Prolog, pembuka tulisan, atau intro

4. Bridge, pengail, atau jembatan antara intro dan pokok bahasan 5. Isi (Body), paparan masalah, biasanya berupa sub-subjudul 6. Penutup (Closing), bisa berupa kesimpulan atau ajakan 7. Keterangan atau identitas penulis

commit to user

Meskipun artikel opini termasuk dalam kelompok public opinion (opini publik), tetapi penulisnya tidak hanya terdiri dari orang-orang di luar penerbitan pers. Wartawan, redaksi bahkan pekerja pers lainnya yang mampu menulis artikel bisa membuatnya. Hanya saja dalam memberikan pendapat atau pemikiran lain, diatasnamakan dirinya sendiri. Itu sebabnya, nama penulisnya selalu ditulis lengkap, untuk mempertanggungjawabkan isi tulisannya.20

3. Bahasa dan Makna

Bahasa oleh Jalaludin Rakhmad didefinisikan melalui dua cara yakni fungsional dan formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya yakni alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared

means for expressing ideas). Penekanan kata “socially shared” dikarenakan

bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota kelompok-kelompok sosial. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences that

could be generated according to the rules of its grammar). Ini berarti setiap

bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberikan arti.21

Menurut Halliday (dalam Alex Sobur, 2009: 17), secara makro fungsi-fungsi bahasa dapat dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Fungsi ideasional: untuk membentuk, mempertahankan, dan memperjelas hubungan di antara anggota masyarakat.

20

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal.71 21

commit to user

2. Fungsi interpersonal: untuk menyampaikan informasi diantara anggota masyarakat.

3. Fungsi tekstual: untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian diskursus (wacana) yang relevan dengan situasi.

Fungsi tekstual dikatakan berkaitan dengan tugas bahasa untuk membentuk berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi

(features of the situation) yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh para

pemakainya. Menurut Halliday, fungsi tekstual tampak pada struktur yang melibatkan tema, yaitu struktur tematik dan struktur informasi.22

Bahasa merupakan sistem lambang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala macam pemikiran. Bahasa manusia mempunyai kekuatan untuk menjelaskan. namun menurut Peursen hal ini tidak berarti pengetahuan dan makna dari apa yang terjadi telah diberikan sebelumnya. Hanya dengan menunjuk kepada kejadian, dan dalam berbagai perwujudan peristiwa itu, kata memperoleh maknanya. Makna ini belum ada sebelum kata digunakan -makna tersebut bukannya diberikan secara apriori- melainkan mendapatkan bentuk melalui penggunaan kata.23

4. Wacana dan Analisis Wacana

Menurut Webster (dalam Alex Sobur, 2009: 9-10) wacana merupakan terjemahan bahasa Inggris yakni discourse. Sementara kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian kemari, diturunkan dari dis-dari

22

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,

dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal.18

23

commit to user

dalam arah yang berbeda dan currere-lari. Untuk selanjutnya oleh Webster kata tersebut dimaknai sebagai:

1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan.

2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu obyek studi atau pokok telaah.

3. Risalah tulis; desertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah

Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara obyek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang menyebar luas. Sementara Alex Sobur menyimpulkan wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun non-segmental bahasa.24

Pawito menyatakan bahwa analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun konstektual.25

Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian diantaranya berupa teks, seperti naskah pidato, transkip sidang atau perdebatan di forum sidang parlemen, artikel yang termuat di surat kabar, buku-buku dan iklan kampanye pemilihan umum. Analisis wacana memungkinkan kita melihat bagaimana pesan-pesan diorganisasikan, digunakan dan dipahami.26

24

Alex Sobur, ibid, hal.11 25

Pawito. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007, hal.170

26

commit to user

Mills membedakan pengertian wacana menjadi tiga macam yakni wacana dilihat dari level konseptual teoritis, konteks penggunaan dan metode penjelasan. Berdasarkan level konseptual teoritis wacana diartikan sebagai domain umum dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. Sementara dalam konteks penggunaannya wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokan ke dalam kategori konseptual tertentu. Pengertian ini menekankan pada upaya untuk mengidentifikasi struktur tertentu dalam wacana, yaitu kelompok ujaran yang diatur dengan suatu cara tertentu, misalnya wacana imperialisme dan wacana feminimisme. Sedangkan dilihat dari metode penjelasannya wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.27

Analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Menurut Littlejohn analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana.28

Analisis wacana merupakan salah satu alternatif dari penelitian mengenai media. Pendekatan analisis wacana dapat digunakan untuk melihat bagaimana suatu pesan diorganisasikan, digunakan, dan dimengerti. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan littlejohn, yakni:

Discourse analysis enables us to look closely at how messages are organized, used and understood. The structure of discourse will change depending on what you want to accomplish. The process of discourse

27

Mills dalam Alex Sobur, Op Cit, hal.11 28

commit to user

analysis enables us to examine the various ways in which

accomplishments are achieved through messages.29

Dari segi analisisnya, Syamsudin mengemukakan ciri dan sifat analisis wacana sebagai berikut:

1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat.

2. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks dan situasi.

3. Analisis wacana merupakan pemehaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik.

4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa.

5. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional.30

Dalam penelitian Goldman dan Wiley tentang analisis wacana teks tertulis menerangkan bahwa, analisis wacana teks tertulis merupakan sebuah metode untuk mendeskripsikan gagasan dan hubungan antar gagasan di dalam teks. Metode ini bekerja meliputi bidang yang bervarisasi antara lain; gaya bicara, kebahasaan sebuah teks dan psikologi. Bidang-bidang tersebut menyediakan cara untuk mendeskripsikan dan menganalisis struktur dan isi gagasan sebuah teks dan hubungan antar gagasan. Hal yang penting dalam mendeskripsikan hubungan tersebut adalah mendefinisikan jenis teks yang hendak diteliti karena setiap jenis

29

Stephen Littlejohn, Theory of Human Communication, Sixth ed, Wadsworth Publishing

Company, Belmont LA, 1999, hal.83

30

commit to user

teks memiliki struktur yang berbeda. Sebagai contoh: cerita naratif berbeda dengan karangan persuasif, artikel berita berbeda dengan editorial, dan teks fiksi berbeda dangan non-fiksi. Perbedaan struktur juga menyatakan perbedaan hubungan antar gagasan dalam sebuah teks, khususnya pada tingkat global.31

Dalam penelitian ini analisis wacana digunakan untuk mendapatkan pemahaman akan maksud penyampaian tulisan dalam artikel opini terkait bencana alam gunung Merapi. Pengorganisasian, penggunaan, dan pemahaman pesan-pesan komunikasi yang berupa analisis teks media pada artikel opini surat kabar harian Kompas.

F. Definisi Konseptual

1. Bencana Gunung Merapi 26 Oktober 2010

Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta yang masih aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Yogyakarta dan masih terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700m. Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa.

Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava. Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Tapi pada tahun 1930 letusan gunung merapi menghancurkan 13

31

Susan R. Goldman and Jennifer Wiley, Discourse Analysis: Written Text, University of Illinois at Chicago, 2011

commit to user

desa dan menewaskan 1400 orang. Pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia hingga yang terbaru adalah erupsi pada 26 Oktober 2010.

Pada bencana kali ini, status waspada Merapi dimulai tanggal 20 September 2010, status siaga tanggal 21 Oktober 2010, status awas pada tanggal 25 Oktober 2010, dan erupsi I dimulai pada tanggal 26 Oktober 2010. Menurut laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.32 Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, sampai dengan tanggal 2 Desember 2010 jumlah korban meninggal bencana erupsi Gunung Merapi mencapai 277 orang. Selain korban meninggal juga terdapat ratusan ribu pengungsi yang tersebar di berbagai daerah di Magelang, Boyolali, Klaten, dan beberapa daerah lain.

Pembahasan masalah bencana gunung Merapi tidak hanya terbatas masalah lingkungan semata, malainkan mencakup kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik di pemerintahan. Berbagai wacana muncul dari berbagai sudut pandang yang secara tidak langsung memberikan gambaran dan pembahasan masalah terkait bencana gunung Merapi di media massa. Wacana tentang bencana gunung Merapi dalam penelitian ini mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa bencana Merapi dari berbagai sudut pandang yang ada.

32

commit to user 2. Artikel Halaman Opini

Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halamn khusus opini bersama tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah, artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai di bidangnya masing-masing.33

Melalui berbagai tulisan pada halaman opini, perbedaan pendapat masyarakat, aspirasi dan persoalan masyarakat diberi saluran untuk dinyatakan dan saling dikaji serta diuji. Melalui aneka macam karangan yang ditinjau dari berbagai segi dengan berbagai latar belakang, khalayak diajak belajar menghargai perbedaan dan mengembangkan perbedaan sebagai sumber konstruktif untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.34

Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa halaman artikel opini memiliki fungsi yang penting sebagai sarana dialog dan penyalur aspirasi rakyat. Sementara penulis artikel biasanya orang-orang yang bukan dari pengelola penerbitan pers itu sendiri. Bisa berasal dari ilmuan, tokoh masyarakat, atau penulis yang kritis yang dapat memberikan pandangan mengenai suatu peristiwa ataupun memberi pendapat-pendapat. Dalam penelitian ini artikel yang dieliti adalah artikel opini pada halaman opini surat kabar harian Kompas. Artikel

33

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia:Penulisan Berita dan Feature, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006, hal.13

34

commit to user

halaman opini pada surat kabar Kompas cukup lengkap memuat artikel-artikel opin dari berbagai sudut pandang yang ada.

3. Surat Kabar

Surat kabar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita, dan sebagainya. Surat kabar atau yang sering disebut Koran merupakan salah satu bentuk media cetak selain majalah ataupun buletin.

Djujuk Juyoto memberikan pengertian surat kabar dalam 2 hal yaitu: 1. Suatu lembaran sekurang-kurangnya terbit seminggu sekali

mengutamakan pemberitaan (kabar) dalam isi.

2. Lembaran-lembaran yang berisi kabar, dicetak dan terbit secara rutin, tertentu dan periodik.35

Surat kabar merupakan salah satu bentuk penerbitan yang tergolong tua. Meski pada awalnya hanya berfungsi sebagai media informasi (to inform), dalam perkembangannya mencakup fungsi mendidik (to educate), menghibur (to

entertain) dan mempengaruhi (to influence). Menurut Onong Uchjana, surat kabar

memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Publisitas, bahawa isi pesan harus bersifat umum dalam arti semua dapat membacanya

2. Periodesitas, bahwa surat kabar diterbitkan secara periodik dan teratur 3. Universalitas, keserempakan isi, beranekaragam dan dari seluruh dunia

35

Djujuk Juyoto, Jurnalistik Praktik Sarana Penggerak Lapangan Kerja Raksasa, Nurcahaya, Yogyakarta, 1985, hal.18

commit to user

4. Aktualitas, bahwa isi pesan harus sesuatu yang baru atau hangat

5. Kontinuitas, bahwa isi pesan harus berkesinamungan dan terus menerus selama masih menjadi perhatian khalayak luas.36

Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegaranya, karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Ini terkait dengan kebutuhan pembaca akan sisi menarik informasi yang ingin dibacanya.37

Waktu terbit sebuah surat kabar bervariasi, ada surat kabar harian dan mingguan, ada surat kabar pagi atau surat kabar sore. Target distribusinya pun berbeda pula, ada yang menjangkau beberapa ratus penduduk sebuah kota kecil, ada yang memasok seluruh rakyat disebuah Negara atau bangsa, bahkan untuk seluruh orang di dunia sebagai “pasar” internasional.38 Surat kabar dalam penelitian ini merupakan surat kabar yang terbit dalam format harian yakni Kompas yang berskala nasional.

G. Kerangka Pemikiran

Untuk memahami kedudukan wacana artikel opini dalam penelitian ini, penulis menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

36

Onong Uchjana Effendi, Dimensi-Dmensi Komunikasi, Penerbit Alumni, Bandung, 1981, hal.98-99

37

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005, hal.87 38

Septiawan Santana K, ibid, hal.86

Pengumpulan Artikel Opini Dari Surat Kabar

commit to user

Skema I.1 : Kerangka Pemikiran Peneliti

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini bermula dari pengumpulan artikel opini dari surat kabar, dalam hal ini adalah surat kabar harian Kompas. Selanjutnya, melakukan penyeleksian artikel yang terkumpul disesuaikan dengan isu yang hendak diteliti yaitu peristiwa bencana gunung Merapi 26 Oktober 2010. Proses seleksi dilakukan dengan cara membandingkan konten atau isi disetiap artikel.

Langkah selanjutnya adalah membaca keseluruhan artikel opini yang telah diseleksi hingga mendapatkan pemahaman akan artikel-artikel tersebut. Proses membaca keseluruhan artikel diikuti dengan pengkajian atau analisis dengan menggunakan analisis wacana. Analisis wacana yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis wacana Teun Van Dijk. Dengan menggunakan metode analisis wacana, maka akan didapatkan pemahaman terhadap wacana-wacana yang muncul terkait bencana gunung Merapi pada artikel opini di surat kabar Kompas. Selain itu mengetahui pula bagaimana pesan diorganisir dan digunakan oleh para penulis artikel.

Membaca Keseluruhan Artikel Opini

Analisis Wacana Artikel Opini

Mengetahui Pengorganisasian, Penggunaan, dan Pemahaman Pesan Komunikasi

commit to user H. Metodologi

1.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dapat dilakukan dengan menghimpun data sewajarnya, menggunakan cara kerja yang sistematis, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Seluruh kerja atau proses penelitian kualitatif berlangsung serempak, dilakukan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan penginterpretasian data yang bersifat kualitatif.

Deskriptif merupakan usaha untuk mengungkap suatu masalah, keadaan dan peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkap fakta. Peneliti bertindak sebagai pengamat yang mengamati seluruh gajala, membuat kategori perilaku dan mencatat informasi untuk didokumentasikan.

Cara lain dari metode diskriptif kualitatif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (natural setting). Peneliti yang bertindak sebagai pengamat. Peneliti hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam buku observasi. Suasana alamiah yang dimaksud adalah peneliti tidak berusaha memanipulasi variabel, dan kehadirannya juga jangan sampai menolak kenormalan.39

Tujuan penelitian kualitatif adalah bukan untuk selalu mencari sebab akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu. Penelitian kualitatif juga mampu menangkap berbagai informasi dan lebih berharga dari pada sekedar menyatakan jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka. Maka penelitian inipun hanya akan memaparkan wacana tekstual, tidak mencari

39

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal.24

commit to user

hubungan sebab akibat, tidak menguji hipotesis ataupun membuat prediksi-prediksi.

2.Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode analisis wacana. Metode ini merupakan salah satu alternatif analisis isi media selain analisis kuantitatif yang lebih dulu dikenal.

Menurut Scott Jacobs terdapat tiga jenis persoalan yang dapat dilacak menggunakan analisis wacana. Pertama masalah makna, yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana orang memahami pesan-pesan ata informasi-informasi apa yang terkemas dalam suatu struktur pesan. Kedua masalah tindakan, yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana cara yang digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu dengan pesan-pesan yang disampaikan. Ketiga adalah koherensi, yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana menyusun pola-pola perbincangan yang mudah diterima dan logis serta prinsip bagaimana yang dipakai dalam menjalin suatu pertanyaan lain.40

Penelitian ini selanjutnya akan merujuk pada jenis persoalan atau level yang pertama yakni bagaimana pesan-pesan mengenai bencana alam gunung Merapi dalam artikel opini surat kabar dipahami oleh khalayak pembacanya.

Pesan yang diproduksi seseorang tidak semata-mata melambangkan suatu keterangan tetapi untuk menyatakan tujuan. Dalam komunikasi cara menyampaikan maksud menjadi masalah utama bagi komunikator. Sementara

40

Pawito, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007, hal.104

commit to user

masalah utama bagi penerima pesan yakni memahami secara penuh maksud dari pesan yang disampaikan. Penerima pesan dapat menginterpretasikan maksud hanya dengan membuat kesimpulan. Seseorang dapat mengerti satu sama lain hanya dari perspektif yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman.41

Selanjutnya pada penelitian ini penulis menggunakan model analisis wacana Teun Van Dijk karena memiliki struktur yang jelas dan lengkap untuk diaplikasikan dalam analisis sebuah teks media dibanding dengan model analisis yang lain. Dengan demikian diharapkan dapat membongkar struktur wacana artikel opini surat kabar Kompas tentang bencana Merapi secara gamblang.

3.Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah artikel opini bencana alam gunung Merapi pada surat kabar harian Kompas periode Oktober-November 2010. Pemilihan periode waktu obyek penelitian didasarkan pada gencarnya pemberitaan media masa khususnya surat kabar terkait masalah bencana gunung Merapi. Sebanyak 8 artikel opini terdapat di surat kabar Kompas periode Oktober-November 2010.

Tabel I.1

Artikel Opini Surat Kabar Harian Kompas Yang Akan Diteliti

Hari dan Tanggal Penulis Judul Artikel

Sabtu, 30 Oktober 2010 Sari Bahagiarti K Erupsi Merapi dan Kearifan Lokal Sabtu, 6 November 2010 FX Wikan Indrarto Ironi Merapi

Sabtu, 6 November 2010 Herry Tjahjono Ada Cinta di Balik Merapi Selasa, 16 November 2010 Yenny Sucipto Sadar (Anggaran) Bencana

41

commit to user

Dokumen terkait