commit to user
WACANA TENTANG BENCANA MERAPI DALAM ARTIKEL OPINI (Analisis Wacana Artikel Opini Bencana Alam Gunung Merapi Pada Surat
Kabar Harian Kompas Periode Oktober – November 2010)
Disusun Oleh :
RIAN ERPATRIATMOKO D0206092
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Prodi Ilmu Komunikasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Dosen Pembimbing
commit to user
commit to user
iv
KATA MUTIARA
Tak Ada Gading Yang Tak Retak.
(Peribahasa Indonesia)
No Rose Without Torn
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ibu dan Bapak tercinta, terimakasih untuk segalanya.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang tak terhingga tiada hentinya terucap kepada Tuhan
Yang Maha Esa, atas segala rahmad dan karuniaNya sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
Peristiwa bencana alam meletusnya gunung Merapi tahun 2010 banyak
dibicarakan di media dan menjadi topik utama di bebagai media massa. Tidak
dapat dipungkiri peristiwa bencana alam tersebut merupakan bencana alam yang
dasyat di Indonesia pada tahun 2010 dan menarik perhatian berbagai kalangan
masyarakat. Berbagai sudut pandang dan pembahasan muncul mengenai peristiwa
ini dalam bentuk artikel opini di surat kabar. Setiap penulis artikel opini yang
berasal dari kalangan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda
memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengkonstruksi pesan maupun
mengkritisi peristiwa bencana gunung merapi lewat tulisan yang dibuatnya. Setiap
penulis artikel opini juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai dalam
menyampaikan pesan komunikasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui wacana tentang bencana gunung Merapi dalam artikel opini surat
kabar Kompas terkait pengorganisasian, penggunaan, dan pemahaman pesan.
Dalam menyusun skripsi ini, Peneliti menyadari banyak pihak telah
membantu, memberi dukungan baik moral maupun material. Untuk itu, Peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
commit to user
vii
2. Dra. Prahastiwi Utari, M.si Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP UNS.
3. Drs. Mursito, SU selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dengan baik. Terima kasih atas semua waktu, saran dan
masukannya.
4. Semua staf pengajar dan karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
UNS. Terima kasih telah memberikan ilmu, semoga semua ilmu yang
diberikan dapat bermanfaat untuk hal yang positif. Terima kasih atas
segala bantuannya.
5. Teman-teman Markas (Fajri, Barlian, Rendra, Kukuh, Sidiq, Lukman,
Wahyu, Subkhan, Yogi, Ikhsanudin, Daniel, Surya dan Naldi). Tuhan
memberkati kita semua.
6. Seluruh teman seperjuangan Jurusan Ilmu Komunikasi 2006. Tuhan
memberkati kita semua.
7. Temen-temen hidup dan sepermainan di Kidul Pasar, Laweyan. Tuhan
memberkati kita semua.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Untuk
itu, kritik dan saran selalu diharapkan untuk perbaikan ke depan. Semoga karya
sederhana ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Surakarta, Mei 2011
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN KATA MUTIARA...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
KATA PENGANTAR...vi
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR SKEMA...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
ABSTRAK...xiv
ABSTRACT...xv
Bab I PENDAHULUAN...1
A. LATAR BELAKANG...1
B. PERUMUSAN MASALAH...7
C. TUJUAN PENELITIAN...7
D. MANFAAT PENELITIAN...8
E. TINJAUAN PUSTAKA...8
1. Pers Sebagai Bentuk Komunikasi Massa...8
2. Artikel Opini...11
commit to user
ix
4. Wacana dan Analisis Wacana...19
F. DEFINISI KONSEPTUAL...23
1. Bencana Gunung Merapi 26 Oktober 2010...23
2. Artikel Halaman Opini...24
3. Surat Kabar...25
G. KERANGKA PEMIKIRAN...27
H. METODOLOGI...29
1. Jenis Penelitian...29
2. Metode Penelitian...30
3. Objek Penelitian...31
4. Sumber Data...32
5. Teknik Pengumpulan Data...32
6. Validitas...33
7. Teknik Analisis Data...33
Bab II GAMBARAN UMUM KOMPAS...39
A. SEJARAH DAN FALSAFAH...39
1. Sejarah Singkat...39
2. Falsafah...43
B. VISI, MISI, DAN KEBIJAKAN REDAKSIONAL...44
1. Visi...45
2. Misi...46
3. Kebijakan Redaksional...47
commit to user
x
Bab III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...51
A. ANALISIS DATA ARTIKEL OPINI BENCANA MERAPI SURAT KABAR HARIAN KOMPAS...51
1. Judul Artikel Opini “Erupsi dan Kearifan Lokal”...52
2. Judul Artikel Opini “Ironi Merapi”...60
3. Judul Artikel Opini “Ada Cinta Dibalik Merapi”...67
4. Judul Artikel Opini “Sadar (Anggaran) Bencana”...73
5. Judul Artikel Opini “Letusan Pencerah Bangsa”...81
6. Judul Artikel Opini “Birokrasi Bencana”...88
7. Judul Artikel Opini “Gara-Gara Mbah Merapi”...95
8. Judul Artikel Opini “Gara-Gara Mbah Maridjan”...104
B. PENYAJIAN ANALISIS DATA DALAM TABEL...111
Bab IV PENUTUP...,...118
A. KESIMPULAN...118
B. SARAN...123
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 : Artikel Opini Surat Kabar Harian Kompas Yang Akan Diteliti...31
Tabel I.2 : Kerangka analisis teks model Van Dijk...34
Tabel II.1 : Rubrik dan Pembagian Halaman Surat Kabar Harian Kompas...50
Tabel III.1: Hasil Analisis Tematik Artikel Opini Kompas Oktober-November
2010...111
Tabel III.2 : Hasil Analisis Skematik Artikel Opini Kompas Oktober-November
2010...112
Tabel III.3 : Hasil Analisis Semantik Artikel Opini Kompas Oktober-November
2010...112
Tabel III.4 : Hasil Analisis Sintaksis Artikel Opini Kompas Oktober-November
2010...114
Tabel III.5 : Hasil Analisis Stilistik Artikel Opini Kompas Oktober-November
2010...115
Tabel III.6 : Hasil Analisis Retoris Artikel Opini Kompas Oktober-November
commit to user
xii
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Kerangka Pemikiran Peneliti...27
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Artikel Opini “Erupsi Merapi dan Kearifan Lokal”
2. Artikel Opini “Ironi Merapi”
3. Artikel Opini “Ada Cinta di Balik Merapi”
4. Artikel Opini “Sadar (Anggaran) Bencana”
5. Artikel Opini “Letusan Pencerahan Bangsa”
6. Artikel Opini “Birokrasi Bencana”
7. Artikel Opini “Gara-gara Mbah Merapi”
commit to user
xiv
ABSTRAK
Rian Erpatriatmoko, D0206092, Analisis Wacana Artikel Opini Bencana Alam Gunung Merapi Pada Surat Kabar Harian Kompas Periode Oktober – November 2010, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011.
Peristiwa bencana alam meletusnya gunung Merapi 26 Oktober 2010 banyak dibicarakan di media dan menjadi topik utama di bebagai media massa. Tidak dapat dipungkiri peristiwa bencana alam tersebut merupakan bencana alam yang dasyat di Indonesia pada tahun 2010 dan menarik perhatian berbagai kalangan masyarakat. Berbagai sudut pandang dan pembahasan muncul mengenai peristiwa ini dalam bentuk artikel opini di surat kabar. Setiap penulis artikel opini yang berasal dari kalangan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengkonstruksi pesan maupun mengkritisi peristiwa bencana gunung merapi lewat tulisan yang dibuatnya. Setiap penulis artikel opini juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai dalam menyampaikan pesan komunikasinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana dalam artikel opini surat kabar Kompas terkait bencana alam erupsi Gunung Merapi. Mengetahui bagaimana pesan diorganisir, dipahami, dan digunakan. Dengan menggunakan teknik analisis wacana, peneliti mencoba menganalisis permasalahan melalui teks artikel opini tersebut.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Wacana yang diperkenalkan oleh Teun A. Van Dijk. Van Dijk memandang bahwa pemakaian kalimat, kata, dan gaya bahasa tertentu sebagai bagian dari strategi komunikator yang memiliki kaitan yang erat dengan masalah politik kebahasaan. Pemakaian kalimat, kata, dan gaya bahasa tertentu bukan semata-mata dipandang sebagai cara berkomunikasi, tetapi harus dipandang sebagai politik berkomunikasi yakni suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, dan memperoleh legitimasi. Struktur wacana van Dijk adalah suatu cara yang efektif untuk melihat proses pemakaian bahasa dan persuasi yang dilakukan oleh komunikator dengan menggunakan kata-kata tertentu, gaya bahasa tertentu untuk menekankan sikap politik atau pendapat tertentu.
commit to user
xv
ABSTRACT
Rian Erpatriatmoko, D0206092, Discourse Analysis of Opinion Article About Merapi Mount Natural Disaster in Kompas Daily Newspaper Period October-November 2010, Communications Science Majors Faculty of Political and Social Science Sebelas Maret University.
The eruption of Merapi mount in October 26th 2010 had been discussed in many media and becomes the main topic in many mass media. Undeniable, this disaster is a big natural disaster in Indonesia in the year of 2010 and draws attention from various public circles. Various viewpoints and solution emerges about this disaster in the form of opinion article in newspaper. Every opinion article writer coming from public circle with different background has different approach in construction of message and also in criticizes the incident of Merapi mount disaster through the opinion article. Every opinion article writer also has specific purpose which will be reached in submitting their communications message.
This research intent to know discourses in opinion articles Kompas newspaper related to natural disaster of eruption Merapi mount. To look closely at how messages are organized, used and understood. By using discourse analysis technique, researcher tries to analyze the problems through the opinion article text.
Analysis that is used in this research is discourse analysis which introduces by Teun Van Dijk. Van Dijk sees that sentence usage, word, and certain language style as part of communicator strategy having tightly bearing with language politics problem. Sentence usage, word, and certain language style is not solely viewed as way to communicate, but viewed as politics way to communicate, that is a way to influence public opinion, creating support, and getting legitimation. Van Dijk discourse structure is an effective way to see linguistic usage process and persuation done by communicatorby using certain words, certain language style to emphasize political position or certain opinion.
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman modern ini, berbagai jenis media baik cetak maupun elektronik
dapat dengan mudah diperoleh oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi.
Sebuah media dapat dijangkau dengan harga yang murah dan mudah mencarinya.
Saat ini media yang merupakan salah satu yang mudah dijangkau oleh masyarakat
dan murah untuk mendapatkan informasi adalah media cetak terutama surat kabar
atau koran. Melalui surat kabar, masyarakat dapat dengan mudahnya memperoleh
informasi yang bermanfaat dan informasi yang dibutuhkan. Sebagai contoh
informasi yang terdapat dalam surat kabar secara umum adalah informasi
pendidikan, informasi tentang politik, ekonomi serta sosial dan budaya, serta
berbagai informasi lainnya.
Berakhirnya masa pemerintahan orde baru telah membuka lembaran baru
perjalanan pers di Indonesia. Adanya jaminan kebebasan berpendapat di muka
umum secara langsung ikut berpengaruh terhadap kebebasan pers. Akibatnya
kalangan jurnalis semakin berani, kristis, dan kreatif dalam menyajikan informasi
yang hendak ditampilkan.
Setiap media dalam memandang suatu peristiwa mempunyai peluang
berbeda dalam mengkonstruksikannya. Sehingga boleh jadi satu peristiwa yang
sama bisa berbeda dalam penyajiannya. Sesuai dengan sudut pandang mana
commit to user
tertentu. Sehingga peristiwa satu bisa dinggap penting oleh media yang satu, tapi
tidak bagi yang lain. Tergantung siapa yang terdapat dalam media tersebut dan
kepentingan apa yang ingin dikedepankan.
Pada dasarnya isi media cetak khususnya surat kabar terbagi menjadi dua
bagian yakni fakta dan opini. Fakta sering dipahami sebagai sesuatu yang ada dan
benar-benar terjadi. Fakta merupakan hasil pengamatan, penjelasan teoritis,
konseptualisasi atau investigasi jurnalistik. Fakta tidak ditemukan melainkan
dibuat.1 Produk jurnalistik di media massa yang sepenuhnya berisi fakta adalah
berita dan feature. Sedangkan yang dikategorikan tulisan opini antara lain tajuk
rencana, artikel opini, kolom, surat pembaca, karikatur, dan pojok. Fakta dan
opini secara teoritis dipisahkan secara tajam demi tujuan obyektifitas, bahwa fakta
tidak bisa dicampuri oleh opini.
Opini merupakan pendapat, pandangan atau pemikiran lain dari
masyarakat luas untuk menanggapi atau membahas suatu permasalahan yang
dimuat dalam penerbitan pers.2 Dengan demikian opini selalu mengandung
subjektifitas dari penulisnya. Tulisan opini dalam media cetak salah satunya
berbentuk artikel opini. Meski memiliki sifat subjektif, bukan berarti artikel opini
tidak menyajikan data dan fakta. Sebab beberapa fakta hanya dapat disajikan
dalam bentuk berita dan ada pula yang lebih tepat disajikan sebagai sebuah artikel
opini.
1
Mursito BM, Memahami Institusi Media: Sebuah Pengantar, Linda Pustaka dan SPIKOM,
Surakarta, 2006, hal.159 2
commit to user
Artikel opini biasanya berisi pendapat, tanggapan atau penjelasan
mengenai isu-isu atau peristiwa yang sedang hangat dibicarakan. Oleh karena itu,
penulis artikel biasanya mereka yang memiliki kemampuan atau keahlian di
bidang tertentu. Meski demikian terkadang ada institusi pers yang mengontrak
orang luar sebagai penulis artikel tetap di suatu kolom. Selain itu, awak media
seperti wartawan dan redaktur juga dapat menulis artikel. Namun artikel yang
ditulis harus mengatasnamakan pribadi bukan atas nama media yang
bersangkutan.
Tulisan artikel opini dalam surat kabar merupakan suatu bagian yang
penting karena memiliki audience yang cukup banyak. Artikel opini merupakan
perwujudan dari institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Opini dalam
penerbitan pers dapat berasal dari masayarakat umum yang biasa disebut pendapat
umum (public opinion) dan yang berasal dari penerbitan pers itu sendiri yang
dinamakan pendapat redaksi (desk opinion).
Seperti halnya berita dan feature yang terbagi dalam beberapa jenis, artikel
opini juga dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk yakni analisis berita,
kolom, komentar, kritik dan review serta tajuk rencana. Setiap jenis artikel opini
memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya. Selain itu, artikel
opini juga dapat dibedakan menurut jenis dan tingkat kesulitannya yakni artikel
praktis, artikel ringan, artikel halaman opini, dan artikel analisis ahli.3
Suatu peristiwa ditinjau dari berbagai segi dalam artikel opini, sehingga
semakin jelas duduk perkaranya, semakin lengkap seluruh dimensinya, dan
3
commit to user
semakin tercapai proporsinya. Pembahasan persoalan secara demikian menjadi
kontribusi bagi proses perumusan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan oleh
para pemegang tanggung jawab di pemerintah maupun di kalangan masyarakat.
Oleh karena itu, artikel opini menjadi saluran untuk menyampaikan aspirasi
masyarakat, sebagai forum dialog dan mengkaji suatu persoalan dari berbagai
sudut pandang.
Peristiwa mengenai bencana alam meletusnya gunung Merapi akhir-akhir
ini banyak dibicarakan di media dan menjadi topik utama di bebagai media massa.
Tidak dapat dipungkiri peristiwa bencana alam tersebut merupakan bencana alam
yang dasyat di Indonesia pada tahun 2010 hingga dianggap sebagai bencana
nasional yang menarik perhatian dari berbagai kalangan masyarakat.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di
Indonesia sampai saat ini. Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, gunung Merapi
mengalami letusan pertama pada 1006. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus
pendek antara 2 – 5 tahun dan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun. Siklus
terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun
yaitu pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus
terpanjang Merapi adalah 71 tahun, jeda letusan 1587-1658. Pusat Vulkanologi
mencatat letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.4
Pada tanggal 26 Oktober 2010, gunung Merapi kembali megalami erupsi.
Walaupun erupsi tersebut bukan yang terbesar, tetapi erupsi kali ini mengundang
commit to user
banyak perhatian dari berbagai kalangan masyarakat mulai dari pemerintah hingga
masyarakat umum. Banyak yang menjadi korban dalam bencana alam ini. Ratusan
jiwa melayang akibat bencana ini dan terdapat ratusan ribu pengungsi tersebar di
Magelang, Boyolali, Klaten, dan beberapa dearah lainnya. Peristiwa ini menyita
banyak perhatian khalayak karena pemberitaan di media yang besar. Peristiwa ini
menjadi topik utama di hampir di setiap media di Indonesia termasuk di media
cetak baik berupa berita maupun artikel opini.
Berbagai sudut pandang dan pembahasan muncul mengenai peristiwa
bencana Merapi di berbagai media massa, khususnya surat kabar dalam bentuk
artikel opini. Setiap penulis artikel opini dalam surat kabar yang berasal dari
kalangan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda-beda memiliki cara
pandang yang berbeda dalam mengkonstruksi pesan maupun mengkritisi peristiwa
bencana gunung merapi lewat tulisan yang dibuatnya. Setiap penulis artikel opini
juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai dalam menyampaikan pesan
komunikasinya.
Untuk mendapatkan pemahaman akan maksud penyampaian tulisan
tertentu dapat digunakan analisis wacana. Analisis wacana merupakan metode
untuk mengkaji wacana yang terdapat pada pesan komunikasi. Isi pesan
komunikasi yang dapat dikaji menggunakan metode ini sebagian diantaranya
berupa analisis teks, termasuk dalam artikel opini. Dengan demikian penelitian
tentang isi media pada dasarnya diperlukan untuk memahami makna yang
commit to user
Penelitian ini mengambil obyek tentang artikel opini pada surat kabar
Kompas selama Periode Oktober-November 2010 terkait dengan bencana alam
Gunung Merapi. Dalam penelitian ini penulis berfokus pada analisis wacana teks
media pada obyek yang diteliti. Pemilihan obyek penelitian yang berupa artikel
opini yang ditulis oleh masyarakat umum disebabkan karena artikel opini dapat
menjelaskan dan menerangkan secara terperinci terkait suatu peristiwa tertentu.
Hal ini berbeda dengan berita yang hanya mengatakan apa yang terjadi. Dalam
artikel opini disajikan logika, konsep atau teori yang mampu menunjukan
sebab-akibat dan berbagai sudut pandang dari suatu peristiwa.
Adapun artikel opini media cetak yang dipilih untuk diteliti adalah artikel
opini pada surat kabar harian Kompas. Dengan tagline "Amanat Hati Nurani
Rakyat" serta padangan pokok atau visi "Menjadi institusi yang memberikan
pencerahan bagi perkembangan masyarakat Indonesia yang demokratis dan
bermartabat serta menjunjung tinggi asas dan nilai kemanusiaan", maka Kompas
dianggap sebagai surat kabar nasional yang berkarakter humanis.
Manusia dan kemanusiaan, serta karena itu juga cobaan dan
permasalahannya, aspirasi dan hasratnya, keagungan dan kehinaannya, adalah
faktor yang ingin ditempatkan secara sentral dalam pandangan pokok Kompas.
Karena itu, manusia dan kemanusiaan senantiasa menjadi nafas pemberitaan dan
komentarnya.5 Ini terbukti pada bulan November 2010, Kompas merupakan surat
kabar harian yang paling kerap mengangkat masalah bencana alam yang terjadi di
Indonesia di banding surat kabar harian lainnya. Tercatat sebanyak 23 artikel
5
commit to user
opini tentang bencana alam, 8 diantaranya terkait bencana gunung Merapi, dimuat
pada surat kabar Kompas dalam bulan November 2010, itu belum termasuk Tajuk
Rencana dan Pojok.
Oleh karena karakter dan padangan pokok yang kuat tentang humanisme,
Kompas dipilih menjadi media yang diteliti dalam penelitian ini karena
humanisme sangat erat hubungannya dengan peristiwa bencana alam sehingga
diharapkan mampu menjelaskan gambaran secara jelas mengenai pembahasan
wacana bencana gunung Merapi.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimana wacana bencana alam gunung Merapi dalam artikel
opini surat kabar Kompas periode Oktober-November 2010 berkenaan dengan
pengorganisasian, penggunaan, dan pemahaman pesan komunikasi?
C. Tujuan penelitian
Penelitian ini pada intinya berkenaan dengan wacana artikel opini tentang
bencana alam gunung Merapi pada surat kabar harian Kompas periode
Oktober-November 2010. Adapun tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pesan-pesan komunikasi dalam wacana tentang bencana
alam gunung Merapi yang terdapat pada artikel opini di surat kabar Kompas
commit to user D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah:
1. Teoritis
Untuk menambah dan memperluas pengetahuan dibidang jurnalis
pada media cetak, khususnya dalam bidang analisis wacana artikel
opini pada media cetak.
2. Praktis
Diharapkan dengan penelitian ini masyarakat lebih paham tentang
wacana artikel opini tentang bencana alam gunung Merapi pada media
cetak dan dapat mengerti informasi yang diperoleh dari media.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pers Sebagai Bentuk Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir
seiring dengan perkembangan teknologi, berupa peralatan mekanis untuk
melipatgandakan pesan. Melalui bantuan media massa ini pesan-pesan
komunikasi dapat tersampaikan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak
luas.
Kata “komunikasi massa” diadopsi dari istilah bahasa inggris “mass
communication” atau komunikasi media massa (mass media communication),
yang berarti komunikasi dengan menggunakan media massa atau “mass
mediated”, komunikator tak dapat bertatap langsung dengan khalayak. Misalnya;
commit to user
perbincangannya, sedangkan istilah “mass media” atau “media massa” adalah
dari “media of mass communication” – media yang digunakan dalam komunikasi
massa. Istilah lain yang paling banyak digunakan adalah pers.6
Charles Wright, seorang ahli komunikasi mencoba merumuskan mengenai
ciri-ciri komunikasi massa:
1. Diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen dan
anonim
2. Pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai
kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas
3. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisansi
yang kompleks yang melibatkan biaya besar.7
Media massa elektronik dan cetak sebagai saluran penyampaian
pesan-pesan komunikasi biasa disebut sebagai pers. Sementara dalam arti sempit, pers
sering diidentikan dengan media massa cetak atau penerbitan. Pers atau media
massa sering disebut lembaga sosial. Dalam UU No.40 Tahun 1999 tentang pers,
istilah ini juga digunakan.
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik serta dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.8
Meskipun dalam pengertiannya pers disebut sebagai lembaga sosial tetapi
kata “sosial” di sini tidak sama dengan pengertian sosial yang melekat pada
6
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita, SPIKOM, Surakarta, 1999, hal.18
7
Charles Wright dalam Mursito BM, ibid, 1999, hal.18 8
commit to user
yayasan sosial, misalnya yang berkonotasi nirlaba. Sebab pers juga memiliki
aspek komersial yakni sebagai badan usaha. Layaknya suatu perusahaan, pers
membutuhkan pembiayaan untuk dapat bertahan hidup. 9
Sebagai salah satu lembaga sosial pers atau media massa memiliki
kekuatan yang sangat besar untuk mempengaruhi massa. Kekuatan ini masuk
melalui interaksi media dengan individu secara halus. Cara-cara penyampaiannya
yang sangat halus ini seringkali luput dari kesadaran individu atau khalayaknya.
Meski demikian sebagai wujud tanggung jawab terhadap masyarakat, media
massa biasanya menempatkan diri pada posisi sebagai pengendali sekaligus
melakukan kontrol sosial.10
Dalam Teori Pers Tanggungjawab Sosial, media harus melakukan fungsi
yang esensial bagi masyarakat. Media harus menyediakan informasi, memberi
tempat bagi keragaman informasi, kemandirian media secara maksimal, dan ada
pedoman untuk pengendalian media.
Pada dasarnya fungsi pers dalam Teori Tanggungjawab Sosial terbagi
menjadi 6 tugas yakni:
1. Melayani sistem politik dengan menyediakan informasi, diskusi, dan
perdebatan tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
2. Memberi penerangan kepada masyarakat sedemikian rupa sehingga
masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri.
9
Mursito BM, Memahami Institusi Media: Sebuah Pengantar, Linda Pustaka dan SPIKOM,
Surakarta, 2006, hal.10 10
commit to user
3. Menjadi penjaga hak-hak orang perorang dengan bertindak sebagai anjing
penjaga yang mengawasi pemerintah.
4. Melayani sistem ekonomi dengan mempertemukan pembeli dengan
penjual barang atau jasa melalui medium periklanan.
5. Menyediakan Hiburan.
6. Mengusahakan sendiri biaya finansial sedemikian rupa sehingga bebas
dari tekanan-tekanan orang-orang yang mempunyai kepentingan tertentu.11
Teori Tanggungjawab Sosial mempunyai asumsi utama yakni bahwa
kebebasan, terkandung di dalamnya suatu tanggung jawab yang sepadan, dan
pers, yang telah menikmati kedudukan yang terhormat dalam pemerintahan harus
bertanggungjawab kepada masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi penting
komunikasi massa dalam masyarakat. Asal saja pers tahu tanggungjawabnya dan
menjadikan itu landasan operasional mereka, maka sistem pers akan memuaskan
kebutuhan masyarakat.12
2. Artikel Opini
Penerbitan Pers khususnya surat kabar dan majalah, hampir semuanya
menyediakan kolom atau rubrik untuk menampung pendapat atau pandangan
(opini). Ini merupakan perwujudan dari institusi pers sebagai lembaga kontrol
sosial. Pendapat umum (public opinion) adalah pendapat, pandangan atau
11
Theodore Peterson, Empat Teori Pers, PT. Intermasa, Jakarta, 1986, hal. 84 12Ibid
commit to user
pemikiran lain dari masyarakat luas, untuk menanggapi atau membahas suatu
permasalahan yang dimuat dalam penerbitan pers.13
Opini oleh Totok Djuroto dimaksudkan sebagai sarana bagi masyarakat
untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada sistem kehidupan
bermasyarakat yang merupakan kontrol bagi pelaksanaan pemerintah. Opini atau
pendapat di dalamnya mengandung unsur ide, keyakinan, atau ideologi dan
pemikiran. Semua pembentukan pendapat didasarkan pada pengalaman pribadi
dan pengalaman orang lain (secara langsung maupun tidak langsung diketahui
oleh individu yang dikenal sebagai lingkup referensi) akhirnya pendapat dibentuk
berdasarkan:
1. Kumpulan data dan fakta
2. Rekonstruksi dari keadaan (daya berfikir dan daya abstraksi
individu)
3. Reaksi atau sikap individu sebagai komunikator maupun
komunikan. Hal mana ditentukan lebih lanjut lagi untuk situasi
komunikasi serta masing-masing situasi komunikan maupun
komunikator sendiri.14
Artikel adalah opini masyarakat yang dituangkan dalam tulisan tentang
berbagai soal, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi bahkan
olahraga. Bedanya dengan komentar, jika komentar tulisannya terfokus untuk
menanggapi atau mengomentari nuansa/fenomena dari suatu permasalahan yang
terjadi. Sedangkan artikel, penulisanya tidak sekedar mengomentari masalah,
13
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal.67
14
commit to user
tetapi juga mengajukan pandangan, pendapat atau pemikiran lain, baik yang sudah
banyak diketahui masyarakat maupun yang belum diketahui.15
Bagi surat kabar, artikel berfungsi sebagai penafsir dan penerjemah berita.
Artikel berguna untuk menggabungkan atau menyatukan serpihan fakta-fakta
dalam berita yang berserakan ke dalam suatu bangunan satu cerita yang utuh, jelas,
tegas, dan enak dibaca. Sedangkan bagi penulis, artikel berfungsi sebagai:
a. Wahana diskusi dan sosialisasi gagasan kepada masyarakat luas.
b. Sarana kontribusi pemikiran untuk memberikan solusi terhadap suatu
persoalan yang sedang dihadapi masyarakat atau bangsa.
c. Sarana proses aktualisasi sekaligus untuk menunjukkan eksistensi
diri.16
Kata "artikel" (article) sendiri dipahami sebagai karangan atau tulisan
tentang suatu masalah berikut pendapat penulisnya tentang masalah tersebut yang
dimuat di media massa cetak.17 Menurut Asep Syamsul M. Romli, menulis
(artikel) pada hakikatnya merupakan pengungkapan pendapat atau ide tentang
sesuatu tema atau hal dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain menulis adalah
aktivitas menuangkan pemikiran tentang suatu masalah dalam sebuah karya tulis.
Secara definitif, artikel diartikan sebagai sebuah karangan faktual
(nonfiksi) tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk
dimuat di surat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya, dengan tujuan untuk
15
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, Hal.70
16
Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hal.10-14
17
commit to user
menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan
pemecahan suatu masalah, atau menghibur. 18
Secara umum, elemen-elemen atikel opini sebenarnya tidak berbeda
dengan elemen dari jenis tulisan lain. Hanya saja, dalam penerapannya artikel
opini memiliki beberapa kekhasan. Adapun beberapa elemen artikel opini dapat
dijelaskan sebagai berikut:19
1) Tema dan Topik
Tema dan topik selalu ada dalam setiap tulisan, bahkan dalam
setiap wacana. Tema berarti sesuatu yang diuraikan atau sesuatu yang
telah ditempatkan. Sedangkan topik berasal dari behasa Yunani, topoi,
berarti tempat. Dalam perkembanganya, topik diartikan sebagai pokok
pembicaraan. Sedangkan tema diartikan sebagai suatu amanat utama yang
disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
Dalam artikel opini, istilah yang lazim digunakan adalah angle,
atau sudut pandang. Para redaktur koran, khususnya desk article, akan
selalu mempertanyakan apa angle-nya dalam setiap artikel yang
diterimanya. Angle-lah yang membuat suatu artikel ditulis, yang membuat
suatu artikel bisa dibedakan dari artikel yang lain dalam topik yang sama.
Tanpa angle, boleh dikatakan tidak ada artikel.
2) Topic Sentence dan Paragraf
Ide pokok, sudut pandang, atau angle merupakan syarat mutlak
bagi terciptanya artikel opini. Tetapi disamping itu, dalam setiap paragraf
18
Asep Syamsul M. Romli, Ibid, hal.46 19
commit to user
harus ada semacam proposisi yang dikenal sebagai topic sentence, yang
diwujudkan dalam satu kalimat. Letaknya bisa di awal atau di akhir
paragraf/alinia. Topic sentence ini umumnya diuraikan dalam satu paragraf.
Namun bila tidak cukup, bisa menginjak paragraf berikutnya, dua paragraf
misalnya.
3) Lead
Lead adalah paragraf pertama dari tulisan, apapun jenis tulisan itu.
Umumnya dalam penulisan jurnalistik, pada format berita langsung
(straight news) saja yang menganggap lead sebagai bagian yang penting
dari seluruh bagian sebuah tulisan. Tetapi sebenarnya tulisan artikel opini
pun memerlukan lead, dan memandang lead sebagai bagian yang penting.
Fungsi lead dalam artikel opini adalah sebagai etalase, "merayu"
pembaca agar mau melanjutkan membaca tulisan berikutnya. Bila artikel
tidak dapat membuat pembaca tertarik pada lead, boleh dikatakan tersebut
telah gagal sebagai sebuah artikel opini.
4) Jembatan
Oleh karena sebuah tulisan merupakan sebuah ide yang utuh, maka
antara topic sentence satu dengan lainnya, antara paragraf satu dengan
lainnya harus "nyambung". Ada kohesi, kesatuan, dangan masing-masing
paragraf dan topic sentence saling berhubungan dan mendukung.
Dalam menyambungkan paragraf satu dan lainnya itu, dibutuhkan
"jembatan" untuk menghubungkan paragraf-paragraf tersebut. Ada banyak
commit to user
dipakai, yakni mengawali sebuah paragraf dengan menggunakan kata yang
sama dengan kata terakhir paragraf sebelumnya.
5) Judul
Judul, meskipun kurang sentral, tetapi amat penting. Dengan
membaca judul, pembaca diharapkan sudah tahu isi artikel apa yang
hendak dibaca. Yang tampak pertama kali dalam sebuah tulisan adalah
judul. Judul bisa dirumuskan dan diambilkan dari bagian yang paling
menarik dari tulisan. Bisa pula diambil dari bagian yang mewakili tulisan.
namun, sedapat mungkin, tidak keluar dari telling the story.
6) Anak Judul
Anak judul sering ada seringkali tidak ada dalam artikel opini.
Dalam esai pendek atau kolom, anak judul sering tidak dijumpai. Anak
judul biasanya dipergunakan apabila ada lompatan-lompatan yang sangat
jauh pada masalah yang ditulis. Ada perbedaan yang tajam antara
sub-topik satu dengan berikutnya.
7) Detail
Yang dimaksud detail disini adalah dalam hubungannya dengan
fakta atau data yang dipakai dalam tulisan artikel opini. Ada data yang
perlu diungkapkan secara detail, tetapi ada pula data yang tidak perlu
ditulis secara detail. ni terganung dari sentralitas data dalam konteks
commit to user
8) Ritme
Agar tidak membosankan, tulisan artikel opini diusahakan dibuat
tidak monoton. Salah satu caranya adalah dengan menjaga ritme. Mirip
dengan lagu. Jika ritme lagu dikendalikan tinggi rendahnya nada, maka
ritme tulisan diatur oleh tanda baca. Sering pelan, dengan tempo lamban,
tetapi juga cepat dengan break-break yang menghentak.
9) Gaya
Gaya atau style adalah unik, hanya dimiliki seseorang. Dengan
adanya style ini membuat tulisan seseorang menjadi khas, berbeda dengan
tulisan orang lain, dan membuat kita dikenal hanya melalui tulisan. Gaya
atau style bersifat personal, mempribadi. isa dilihat dari berbagai ciri atau
unsur, gabungan dari ritme, pilihan kata, logika, dan sesuatu yang khas
pribadi, dengan penekanan pada unsur tertentu.
Asep Syamsul M. Romli menggambarkan struktur tulisan sebuah artikel
opini pada umumnya sebagai berikut:
1. Judul (Head)
2. Nama Penulis (By Line)
3. Prolog, pembuka tulisan, atau intro
4. Bridge, pengail, atau jembatan antara intro dan pokok bahasan
5. Isi (Body), paparan masalah, biasanya berupa sub-subjudul
6. Penutup (Closing), bisa berupa kesimpulan atau ajakan
commit to user
Meskipun artikel opini termasuk dalam kelompok public opinion (opini
publik), tetapi penulisnya tidak hanya terdiri dari orang-orang di luar penerbitan
pers. Wartawan, redaksi bahkan pekerja pers lainnya yang mampu menulis artikel
bisa membuatnya. Hanya saja dalam memberikan pendapat atau pemikiran lain,
diatasnamakan dirinya sendiri. Itu sebabnya, nama penulisnya selalu ditulis
lengkap, untuk mempertanggungjawabkan isi tulisannya.20
3. Bahasa dan Makna
Bahasa oleh Jalaludin Rakhmad didefinisikan melalui dua cara yakni
fungsional dan formal. Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya
yakni alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared
means for expressing ideas). Penekanan kata “socially shared” dikarenakan
bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota
kelompok-kelompok sosial. Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang
dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences that
could be generated according to the rules of its grammar). Ini berarti setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberikan arti.21
Menurut Halliday (dalam Alex Sobur, 2009: 17), secara makro
fungsi-fungsi bahasa dapat dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Fungsi ideasional: untuk membentuk, mempertahankan, dan
memperjelas hubungan di antara anggota masyarakat.
20
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal.71 21
commit to user
2. Fungsi interpersonal: untuk menyampaikan informasi diantara
anggota masyarakat.
3. Fungsi tekstual: untuk menyediakan kerangka, pengorganisasian
diskursus (wacana) yang relevan dengan situasi.
Fungsi tekstual dikatakan berkaitan dengan tugas bahasa untuk
membentuk berbagai mata rantai kebahasaan dan mata rantai unsur situasi
(features of the situation) yang memungkinkan digunakannya bahasa oleh para
pemakainya. Menurut Halliday, fungsi tekstual tampak pada struktur yang
melibatkan tema, yaitu struktur tematik dan struktur informasi.22
Bahasa merupakan sistem lambang tidak terbatas yang mampu
mengungkapkan segala macam pemikiran. Bahasa manusia mempunyai kekuatan
untuk menjelaskan. namun menurut Peursen hal ini tidak berarti pengetahuan dan
makna dari apa yang terjadi telah diberikan sebelumnya. Hanya dengan menunjuk
kepada kejadian, dan dalam berbagai perwujudan peristiwa itu, kata memperoleh
maknanya. Makna ini belum ada sebelum kata digunakan -makna tersebut
bukannya diberikan secara apriori- melainkan mendapatkan bentuk melalui
penggunaan kata.23
4. Wacana dan Analisis Wacana
Menurut Webster (dalam Alex Sobur, 2009: 9-10) wacana merupakan
terjemahan bahasa Inggris yakni discourse. Sementara kata discourse berasal dari
bahasa Latin discursus yang berarti lari kian kemari, diturunkan dari dis-dari
22
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hal.18
23
commit to user
dalam arah yang berbeda dan currere-lari. Untuk selanjutnya oleh Webster kata
tersebut dimaknai sebagai:
1. Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau
gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan.
2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu obyek studi atau
pokok telaah.
3. Risalah tulis; desertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah
Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara obyek atau
ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan
pemahaman tertentu yang menyebar luas. Sementara Alex Sobur menyimpulkan
wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan
suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan
yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun non-segmental bahasa.24
Pawito menyatakan bahwa analisis wacana adalah suatu cara atau metode
untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung di dalam
pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun konstektual.25
Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian
diantaranya berupa teks, seperti naskah pidato, transkip sidang atau perdebatan di
forum sidang parlemen, artikel yang termuat di surat kabar, buku-buku dan iklan
kampanye pemilihan umum. Analisis wacana memungkinkan kita melihat
bagaimana pesan-pesan diorganisasikan, digunakan dan dipahami.26
24
Alex Sobur, ibid, hal.11 25
Pawito. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007, hal.170
26
commit to user
Mills membedakan pengertian wacana menjadi tiga macam yakni wacana
dilihat dari level konseptual teoritis, konteks penggunaan dan metode penjelasan.
Berdasarkan level konseptual teoritis wacana diartikan sebagai domain umum dari
semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai makna dan
mempunyai efek dalam dunia nyata. Sementara dalam konteks penggunaannya
wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokan ke dalam
kategori konseptual tertentu. Pengertian ini menekankan pada upaya untuk
mengidentifikasi struktur tertentu dalam wacana, yaitu kelompok ujaran yang
diatur dengan suatu cara tertentu, misalnya wacana imperialisme dan wacana
feminimisme. Sedangkan dilihat dari metode penjelasannya wacana merupakan
suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah pernyataan.27
Analisis wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam
komunikasi. Menurut Littlejohn analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa
persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan
kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan
yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana.28
Analisis wacana merupakan salah satu alternatif dari penelitian mengenai
media. Pendekatan analisis wacana dapat digunakan untuk melihat bagaimana
suatu pesan diorganisasikan, digunakan, dan dimengerti. Hal ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan littlejohn, yakni:
Discourse analysis enables us to look closely at how messages are organized, used and understood. The structure of discourse will change depending on what you want to accomplish. The process of discourse
27
Mills dalam Alex Sobur, Op Cit, hal.11 28
commit to user
analysis enables us to examine the various ways in which
accomplishments are achieved through messages.29
Dari segi analisisnya, Syamsudin mengemukakan ciri dan sifat analisis
wacana sebagai berikut:
1. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam
masyarakat.
2. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam
konteks, teks dan situasi.
3. Analisis wacana merupakan pemehaman rangkaian tuturan melalui
interpretasi semantik.
4. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak
berbahasa.
5. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara
fungsional.30
Dalam penelitian Goldman dan Wiley tentang analisis wacana teks tertulis
menerangkan bahwa, analisis wacana teks tertulis merupakan sebuah metode
untuk mendeskripsikan gagasan dan hubungan antar gagasan di dalam teks.
Metode ini bekerja meliputi bidang yang bervarisasi antara lain; gaya bicara,
kebahasaan sebuah teks dan psikologi. Bidang-bidang tersebut menyediakan cara
untuk mendeskripsikan dan menganalisis struktur dan isi gagasan sebuah teks dan
hubungan antar gagasan. Hal yang penting dalam mendeskripsikan hubungan
tersebut adalah mendefinisikan jenis teks yang hendak diteliti karena setiap jenis
29
Stephen Littlejohn, Theory of Human Communication, Sixth ed, Wadsworth Publishing
Company, Belmont LA, 1999, hal.83
30
commit to user
teks memiliki struktur yang berbeda. Sebagai contoh: cerita naratif berbeda
dengan karangan persuasif, artikel berita berbeda dengan editorial, dan teks fiksi
berbeda dangan non-fiksi. Perbedaan struktur juga menyatakan perbedaan
hubungan antar gagasan dalam sebuah teks, khususnya pada tingkat global.31
Dalam penelitian ini analisis wacana digunakan untuk mendapatkan
pemahaman akan maksud penyampaian tulisan dalam artikel opini terkait bencana
alam gunung Merapi. Pengorganisasian, penggunaan, dan pemahaman
pesan-pesan komunikasi yang berupa analisis teks media pada artikel opini surat kabar
harian Kompas.
F. Definisi Konseptual
1. Bencana Gunung Merapi 26 Oktober 2010
Merapi adalah nama sebuah gunung berapi di provinsi Jawa Tengah dan
Yogyakarta yang masih aktif hingga saat ini. Sejak tahun 1548, gunung ini
meletus sebanyak 68 kali. Letaknya cukup dekat dengan Yogyakarta dan masih
terdapat desa-desa di lerengnya sampai ketinggian 1700m. Gunung Merapi adalah
yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan
sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya
menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15
tahun sekali. Tapi pada tahun 1930 letusan gunung merapi menghancurkan 13
31
commit to user
desa dan menewaskan 1400 orang. Pada November 1994 menyebabkan hembusan
awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban
puluhan jiwa manusia hingga yang terbaru adalah erupsi pada 26 Oktober 2010.
Pada bencana kali ini, status waspada Merapi dimulai tanggal 20
September 2010, status siaga tanggal 21 Oktober 2010, status awas pada tanggal
25 Oktober 2010, dan erupsi I dimulai pada tanggal 26 Oktober 2010. Menurut
laporan BPPTKA, letusan terjadi sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi
hingga tiga kali letusan. Letusan diiringi keluarnya awan panas setinggi 1,5 meter
yang mengarah ke Kaliadem, Kepuharjo. Letusan ini menyemburkan material
vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km.32 Berdasarkan data yang dihimpun oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, sampai dengan tanggal 2 Desember 2010
jumlah korban meninggal bencana erupsi Gunung Merapi mencapai 277 orang.
Selain korban meninggal juga terdapat ratusan ribu pengungsi yang tersebar di
berbagai daerah di Magelang, Boyolali, Klaten, dan beberapa daerah lain.
Pembahasan masalah bencana gunung Merapi tidak hanya terbatas
masalah lingkungan semata, malainkan mencakup kehidupan sosial, ekonomi,
bahkan politik di pemerintahan. Berbagai wacana muncul dari berbagai sudut
pandang yang secara tidak langsung memberikan gambaran dan pembahasan
masalah terkait bencana gunung Merapi di media massa. Wacana tentang bencana
gunung Merapi dalam penelitian ini mencakup segala sesuatu yang berkaitan
dengan peristiwa bencana Merapi dari berbagai sudut pandang yang ada.
32
commit to user 2. Artikel Halaman Opini
Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halamn khusus opini bersama
tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat
pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah secara serius dan tuntas dengan
merujuk pada pendekatan analitis akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah,
artikel opini kerap ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan,
pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai di bidangnya masing-masing.33
Melalui berbagai tulisan pada halaman opini, perbedaan pendapat
masyarakat, aspirasi dan persoalan masyarakat diberi saluran untuk dinyatakan
dan saling dikaji serta diuji. Melalui aneka macam karangan yang ditinjau dari
berbagai segi dengan berbagai latar belakang, khalayak diajak belajar menghargai
perbedaan dan mengembangkan perbedaan sebagai sumber konstruktif untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat.34
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa halaman artikel opini
memiliki fungsi yang penting sebagai sarana dialog dan penyalur aspirasi rakyat.
Sementara penulis artikel biasanya orang-orang yang bukan dari pengelola
penerbitan pers itu sendiri. Bisa berasal dari ilmuan, tokoh masyarakat, atau
penulis yang kritis yang dapat memberikan pandangan mengenai suatu peristiwa
ataupun memberi pendapat-pendapat. Dalam penelitian ini artikel yang dieliti
adalah artikel opini pada halaman opini surat kabar harian Kompas. Artikel
33
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia:Penulisan Berita dan Feature, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006, hal.13
34
commit to user
halaman opini pada surat kabar Kompas cukup lengkap memuat artikel-artikel
opin dari berbagai sudut pandang yang ada.
3. Surat Kabar
Surat kabar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita, dan sebagainya. Surat
kabar atau yang sering disebut Koran merupakan salah satu bentuk media cetak
selain majalah ataupun buletin.
Djujuk Juyoto memberikan pengertian surat kabar dalam 2 hal yaitu:
1. Suatu lembaran sekurang-kurangnya terbit seminggu sekali
mengutamakan pemberitaan (kabar) dalam isi.
2. Lembaran-lembaran yang berisi kabar, dicetak dan terbit secara rutin,
tertentu dan periodik.35
Surat kabar merupakan salah satu bentuk penerbitan yang tergolong tua.
Meski pada awalnya hanya berfungsi sebagai media informasi (to inform), dalam
perkembangannya mencakup fungsi mendidik (to educate), menghibur (to
entertain) dan mempengaruhi (to influence). Menurut Onong Uchjana, surat kabar
memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Publisitas, bahawa isi pesan harus bersifat umum dalam arti semua dapat
membacanya
2. Periodesitas, bahwa surat kabar diterbitkan secara periodik dan teratur
3. Universalitas, keserempakan isi, beranekaragam dan dari seluruh dunia
35
commit to user
4. Aktualitas, bahwa isi pesan harus sesuatu yang baru atau hangat
5. Kontinuitas, bahwa isi pesan harus berkesinamungan dan terus menerus
selama masih menjadi perhatian khalayak luas.36
Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegaranya,
karakteristik headline-nya, dan keanekaragaman liputan yang menyangkut
berbagai topik isu dan peristiwa. Ini terkait dengan kebutuhan pembaca akan sisi
menarik informasi yang ingin dibacanya.37
Waktu terbit sebuah surat kabar bervariasi, ada surat kabar harian dan
mingguan, ada surat kabar pagi atau surat kabar sore. Target distribusinya pun
berbeda pula, ada yang menjangkau beberapa ratus penduduk sebuah kota kecil,
ada yang memasok seluruh rakyat disebuah Negara atau bangsa, bahkan untuk
seluruh orang di dunia sebagai “pasar” internasional.38 Surat kabar dalam
penelitian ini merupakan surat kabar yang terbit dalam format harian yakni
Kompas yang berskala nasional.
G. Kerangka Pemikiran
Untuk memahami kedudukan wacana artikel opini dalam penelitian ini,
penulis menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
36
Onong Uchjana Effendi, Dimensi-Dmensi Komunikasi, Penerbit Alumni, Bandung, 1981, hal.98-99
37
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005, hal.87 38
Septiawan Santana K, ibid, hal.86
Pengumpulan Artikel Opini Dari Surat Kabar
commit to user
Skema I.1 : Kerangka Pemikiran Peneliti
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini bermula dari pengumpulan
artikel opini dari surat kabar, dalam hal ini adalah surat kabar harian Kompas.
Selanjutnya, melakukan penyeleksian artikel yang terkumpul disesuaikan dengan
isu yang hendak diteliti yaitu peristiwa bencana gunung Merapi 26 Oktober 2010.
Proses seleksi dilakukan dengan cara membandingkan konten atau isi disetiap
artikel.
Langkah selanjutnya adalah membaca keseluruhan artikel opini yang telah
diseleksi hingga mendapatkan pemahaman akan artikel-artikel tersebut. Proses
membaca keseluruhan artikel diikuti dengan pengkajian atau analisis dengan
menggunakan analisis wacana. Analisis wacana yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan model analisis wacana Teun Van Dijk. Dengan menggunakan
metode analisis wacana, maka akan didapatkan pemahaman terhadap
wacana-wacana yang muncul terkait bencana gunung Merapi pada artikel opini di surat
kabar Kompas. Selain itu mengetahui pula bagaimana pesan diorganisir dan
digunakan oleh para penulis artikel.
Membaca Keseluruhan Artikel Opini
Analisis Wacana Artikel Opini
Mengetahui Pengorganisasian, Penggunaan, dan
commit to user H. Metodologi
1.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dapat dilakukan
dengan menghimpun data sewajarnya, menggunakan cara kerja yang sistematis,
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Seluruh kerja atau proses
penelitian kualitatif berlangsung serempak, dilakukan dalam bentuk
pengumpulan, pengolahan, dan penginterpretasian data yang bersifat kualitatif.
Deskriptif merupakan usaha untuk mengungkap suatu masalah, keadaan
dan peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkap fakta. Peneliti
bertindak sebagai pengamat yang mengamati seluruh gajala, membuat kategori
perilaku dan mencatat informasi untuk didokumentasikan.
Cara lain dari metode diskriptif kualitatif ialah titik berat pada observasi
dan suasana alamiah (natural setting). Peneliti yang bertindak sebagai pengamat.
Peneliti hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat dalam
buku observasi. Suasana alamiah yang dimaksud adalah peneliti tidak berusaha
memanipulasi variabel, dan kehadirannya juga jangan sampai menolak
kenormalan.39
Tujuan penelitian kualitatif adalah bukan untuk selalu mencari sebab
akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu. Penelitian
kualitatif juga mampu menangkap berbagai informasi dan lebih berharga dari
pada sekedar menyatakan jumlah atau frekuensi dalam bentuk angka. Maka
penelitian inipun hanya akan memaparkan wacana tekstual, tidak mencari
39
commit to user
hubungan sebab akibat, tidak menguji hipotesis ataupun membuat
prediksi-prediksi.
2.Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode analisis
wacana. Metode ini merupakan salah satu alternatif analisis isi media selain
analisis kuantitatif yang lebih dulu dikenal.
Menurut Scott Jacobs terdapat tiga jenis persoalan yang dapat dilacak
menggunakan analisis wacana. Pertama masalah makna, yakni berkenaan dengan
persoalan bagaimana orang memahami pesan-pesan ata informasi-informasi apa
yang terkemas dalam suatu struktur pesan. Kedua masalah tindakan, yakni
berkenaan dengan persoalan bagaimana cara yang digunakan oleh seseorang
untuk mendapatkan sesuatu dengan pesan-pesan yang disampaikan. Ketiga adalah
koherensi, yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana menyusun pola-pola
perbincangan yang mudah diterima dan logis serta prinsip bagaimana yang
dipakai dalam menjalin suatu pertanyaan lain.40
Penelitian ini selanjutnya akan merujuk pada jenis persoalan atau level
yang pertama yakni bagaimana pesan-pesan mengenai bencana alam gunung
Merapi dalam artikel opini surat kabar dipahami oleh khalayak pembacanya.
Pesan yang diproduksi seseorang tidak semata-mata melambangkan suatu
keterangan tetapi untuk menyatakan tujuan. Dalam komunikasi cara
menyampaikan maksud menjadi masalah utama bagi komunikator. Sementara
40
commit to user
masalah utama bagi penerima pesan yakni memahami secara penuh maksud dari
pesan yang disampaikan. Penerima pesan dapat menginterpretasikan maksud
hanya dengan membuat kesimpulan. Seseorang dapat mengerti satu sama lain
hanya dari perspektif yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman.41
Selanjutnya pada penelitian ini penulis menggunakan model analisis
wacana Teun Van Dijk karena memiliki struktur yang jelas dan lengkap untuk
diaplikasikan dalam analisis sebuah teks media dibanding dengan model analisis
yang lain. Dengan demikian diharapkan dapat membongkar struktur wacana
artikel opini surat kabar Kompas tentang bencana Merapi secara gamblang.
3.Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah artikel opini bencana alam
gunung Merapi pada surat kabar harian Kompas periode Oktober-November
2010. Pemilihan periode waktu obyek penelitian didasarkan pada gencarnya
pemberitaan media masa khususnya surat kabar terkait masalah bencana gunung
Merapi. Sebanyak 8 artikel opini terdapat di surat kabar Kompas periode
[image:46.595.113.514.250.488.2]Oktober-November 2010.
Tabel I.1
Artikel Opini Surat Kabar Harian Kompas Yang Akan Diteliti
Hari dan Tanggal Penulis Judul Artikel
Sabtu, 30 Oktober 2010 Sari Bahagiarti K Erupsi Merapi dan Kearifan Lokal Sabtu, 6 November 2010 FX Wikan Indrarto Ironi Merapi
Sabtu, 6 November 2010 Herry Tjahjono Ada Cinta di Balik Merapi Selasa, 16 November 2010 Yenny Sucipto Sadar (Anggaran) Bencana
41
commit to user
Selasa, 16 November 2010 Indra Tranggono Letusan Pencerahan Bangsa Kamis, 18 November 2010 Saiful Rohman Birokrasi Bencana
Jumat, 19 November 2010 Sindhunata Gara-gara Mbah Merapi Sabtu, 20 November 2010 Radhar Panca
Dahana
Gara-gara Mbah Maridjan
4.Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2007: 157) sumber data
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tidakan, selebihnya adalah dari
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.42 Sementara data dalam penelitian ini
berupa teks yang menjadi obyek penelitian yakni artikel opini bencana alam
Gunung Merapi pada surat kabar harian Kompas periode Oktober-November
2010. Selain itu untuk menunjang data utama, digunakan referensi baik dari buku
maupun internet guna mendapatkan pemahaman terkait masalah bencana alam
Gunung Merapi.
5.Teknik Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara mengambil sampel
yang lebih bersifat selektif atau yang sering disebut dengan metode purposive
sampling. Peneliti mendasarkan pada landasan teori yang digunakan,
keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi, dan sebagainya.43
Sumber data digunakan disini tidak sebagai yang mewakili populasinya, tetapi
42
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal.157 43
commit to user
lebih cenderung mewakili informasinya.44 Data yang didapat kemudian dianalisis
oleh penulis berdasarkan metode analisis wacana.
6.Validitas
Keabsahan (validitas) merupakan bentuk batasan yang berkaitan dengan
suatu kepastian bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin
diukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang
tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data. Menurut Patton dalam HB Sutopo, terdapat empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu
triangulasi data, triangulasi pengamat, triangulasi teori, triangulasi metode.45
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi teori yakni penggunaan
berbagai teori atau lebih dari satu teori yang berlainan. Terdapat berbagai teori
tentang analisis wacana yang telah dijelaskan pada kajian pustaka untuk
dipergunakan dalam menganalisis penelitian.
7.Analisis Data
Definisi analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data mengoganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskan, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Metode analisis kualitatif
44
Ibid, hal. 56 45
commit to user
merupakan sebuah usaha untuk mengambil kesimpulan berdasarkan pemikiran
yang logis dari berbagai data yang diperoleh.46
Dalam penelitiannya, Linda M. Philips menjelaskan bahwa langkah yang
ditempuh guna memahami suatu wacana adalah pertama, memahami data yang
terkumpul. Dalam hal ini, dilakukan kegiatan membaca dan membaca ulang teks
yang terkumpul serta mencari data yang berhubungan secara tekstual dengan
obyek analisis. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi tema yang dapat
menguak sebuah pembahasan terkait dengan teks yang dianalisis. Setelah itu
dilakukan analisis teks yang lebih mendalam guna mendapatkan kesimpulan atas
wacana-wacana yang muncul dari suatu teks.47
Selanjutnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
analisis wacana Teun Van Dijk. Van Dijk melihat suatu wacana terdiri atas
berbagai struktur atau tingkatan yang saling mendukung dan berhubungan satu
sama lain. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Struktur makro, merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang
dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan.
2. Superstuktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun secara
utuh.
46
Bogdan dan Biklen dalam Lexy J Moleong, ibid, hal.248 47
commit to user
3. Struktur mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian
kecil suatu teks yakni, kata, kalimat, proposisi, anak kalimat,
parafrase, dan gambar.48
Struktur atau elemen wacana teks yang dikemukakan Van Dijk dapat
[image:50.595.109.518.241.643.2]digambar dalam kerangka tabel sebagai berikut:
Tabel I.2
Kerangka analisis teks model Van Dijk
Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen
Struktur Makro Tematik
(Apa yang dikatakan)
Topik
Superstruktur Skematik
(Bagaimana pendapat disusun dan
dirangkai)
Skema
Semantik
(Makna yang ingin ditekankan dalam
teks berita)
Latar, Detail,
Maksud,
Sintaksis
(Bagaimana pendapat disampaikan)
Koherensi, Kata
Ganti
Stilistik
(Pilihan kata apa yang dipakai)
Leksikon Struktur Mikro
Retoris
(Bagaimana dan dengan cara apa
penekanan dilakukan)
Metafora
Sumber: diadopsi dari Eriyanto.2006
48
commit to user
Dalam pandangan Van Dijk segala teks bisa dianalisis dengan
menggunakan elemen tersebut. Meskipun terdiri atas beberapa elemen tetapi
kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan.49 Sementara itu,
analisis teks dalam penelitian ini hanya menggunakan beberapa elemen dari
sekian banyak elemen Van Dijk. Berikut penjelasan singkat terkait dengan elemen
dalam penelitian ini:
a. Tematik
Tema merupakan gambaran umum dari suatu teks. Tema atau sering
disebut dengan topik mampu menunjukkan inti dari suatu pesan yang disampaikan
komunikator. Dengan demikian mengenai topik dapat diketahui masalah dan
tindakan yang diambil komunikator untuk mengatasi permasalahan. Suatu topik
biasanya terdiri atas subtopik yang berfungsi untuk mendukung, memperkuat,
bahkan membentuk topik utama suatu teks.
b. Skematik
Skematik menggambarkan bentuk umum dari suatu teks yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks. Skema dalam suatu teks mungkin
sengaja dihadirkan komunikator sebagai strategi penyamaian informasi untuk
mendukung topik tertentu. Melalui hal tersebut komunikator dapat memberikan
penekanan terhadap suatu informasi yang hendak disampaikan ke khalayak.
Mesalnya menempatkan informasi yang cukup penting dibagian