BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan beserta analisisnya, maka penulis memberikan saran-saran terkait masalah ini, yaitu:
1. Independensi seharusnya tidak menghalangi transparansi, karena tidak adanya sifat keterbukaan akan menyubat pengawasan sehingga pelaksanaan wewenang menjadi sesuka hati. Indepensensi seharusnya dibangun melalui proses oleh institusi yang bersangkutan dari dalam ke luar, dan bukan sebaliknya, dari luar ke dalam. Independensi yang rasional harus mendorong daya guna (efesiensi) dan hasil guna (efektifitas) dan bukan dimaksudkan untuk menyembunyikan penyelewengan. Independensi tidak boleh kaku atau formal, harus senatiasa membuka diri. Independensi bukan untuk menutup-nutupi penyelewengan dan korupsi. Independensi kekuasaan kehakiman perlu ditegakkan dengan penyempurnaan UU di bidang kekuasaan kehakiman. Selain itu independensi kekuasaan kehakiman dibatasi oleh rambu-rambu, karena hakim tidak bisa bertindak kontra legem, kebebasan hakim juga harus dibatasi akuntabilitas, transparansi dalam penyelenggaraan proses peradilan. Kebebasan kehakiman harus didasarkan pada asas-asas umum peradilan yang baik serta kemungkinan impeachment terhadap hakim. Mekanisme pengawasan kinerja badan peradilan termasuk perilaku aparatnya perlu ditingkatkan dibarengi dengan profesionalisme dan imparsialitas hakim dalam menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara.
2. Berdasarkan pentingnya prinsip checks and balances di setiap cabang kekuasaan yang terpisahkan, seharusnya konsep checks and balances tidak dimaknai secara kaku hanya berlaku pada main state organ. Seharusnya checks and balances dipahami dalam konteks menciptakan relasi konstitusional yang bisa mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Jika prinsip checks and balances hanya dimaknai pada main state organ, maka kekuasaan kehakiman menjadi kekuasaan yang merdeka tanpa dikendalikan dan diimbangi oleh kekuasaan lain. Paradigma checks and balancesakan mereduksi kewenangan konstitusional Komisi Yudisial sebagai lembaga penunjang yang bukan merupakan pelaku kekuasaan kehakiman. Kewenangan pengawasan Komisi Yudisial tidak akan kuat karena yang diawasi adalah main state organ. Dengan demikian, Komisi Yudisial harus mempunyai kedudukan yang jelas dan kuat yang diberikan oleh konstitusi (Undang-undang Dasar) agar memperkuat kewenangan komisi yudisial untuk mengawasi hakim dalam rangka mengimbangi prinsip independensi lembaga peradilan.Berdasarkan pentingnya mewujudkan kekuasaan kehakiman yang independen dan bersifat imparsial serta akuntabel, maka seorang hakim sebagai pejabat pengadilan harus bersikap jujur, berwibawa, memiliki integritas dan moral yang baik. Oleh karena itu, pengawasan hakim menjadi penting dilakukan oleh lembaga pengawasan hakim yang bersifat independen (terlepas dari kekuasaan eksekutif dan legislatif)agar dapat terwujud
kekuasaan kehakiman yang independen dan imparsial.Kegagalan proses pengawasan internal pada masa lalu merupakanpertimbangan untuk mewujudkan pengawasan eksternal hakim, agar obyektivitas pengawasan tetap terjaga. Oleh karena itu, Komisi Yudisial sebagai pengawas perilaku hakim harus berada di luar lembaga peradilan dan terlepas juga dari cabang kekuasaan lainnya.
3. Perlunya struktur dan organ pendukung yang memadai. Komisi Yudisial sebagai lembaga baru masih banyak yang harus dipersiapkan dan dibenahi. Supra-struktur dan infra-struktur Komisi Yudisial terutama terkait fungsi pengawasan hakim harus lebih diprioritaskan misalnya penambahan deputi untuk melaksanakan kerja-kerja teknis operasional pengawasan hakim, pemantauan persidangan, dan investigasi hakim. Peningkatan kualitas personil dan program jejaring Komisi Yudisial dan posko pemantauan peradilan yang meliputi kemampuan penelitian/riset, investigasi, sosialisasi, dan advokasi. Sehingga Komisi Yudisial ke depan semakin melakukan kinerja yang maksimal disertai pembenahan undang-undangnya melalui pendekatan politik hukum kehakiman dan ada wacana ke depan Komisi Yudisial harus diikut sertakan dalam seleksi penerimaan hakim.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Arinanto Satya, “Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia”, Cet.I, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UI, 2003
Assegap Rifqi S, 2004, “Urgensi Komisi Yudisial dalam pembaruan Peradilan Indonesia” dalam Jurnal Hukum Jentera, Edisi 2, Tahun II, Juni, 2004
Assihiddiqie, Jimly, Konsilidasi Naska UUD 1945 Setelah Perubahan Keempat, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002
__________, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, UII Press, Yogyakarta, 2004
__________, Hukum Tata Negara dalam Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Konpress,2005
__________, “The Bangalore principle “, 2006
__________, “Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara”, Jakarta, 2006
Asshiddiqie Jimly , Bagir Manan, et al., Gagasan Amandemen UUD 1945 Pemilihan Presiden secara Langsung”, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006
Asimow Michael R, Administrative Law,2002
Budiarjo Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta:Gramedia:Pustaka Utama,1992 Capra Fritjof, Jaring-jaring Kehidupan Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan,
Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2002
Darwin Muhadjir , “Demokrsi Politik Sudah Saatnya”, Jakarta
Henrique Cardozo Fernando, On the Characterization of Authoritarian Regimes in Latin America, Cambridge:Center of Latin America Studies, Universitas of Cambridge,1978
Huda, Ni’matul. Poltik Ketatanegaraan Indonesia: Kajian Terhadap Dinamika Perubahan UUD 1945. FH UII Press, Yogyakarta.2003
Joniarto, Selayang Pandang Sumber-sumber Hukum Tata Negara di Indonesia, Jakarta
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,1998
K.C Wheare dalam Bambang Heryanto, “Refleksi Politik Hukum Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonsia”, Juli 2004
Kusnadi, Moh dan Harmaily Ibrahim, Pengantar hukum tata Negara Indonesia, FH UI, Jakarta, 2003
Lubis Solly, “Reformasi Politik Hukum: Syarat Mutlak Penegakan Hukum Yang Paradigmatik”, Medan, 11 Februari 2010
M. Hadjon Philipus, Lembaga Tertinggi dan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara Menurut UUD 1945, Surabaya: Bina Ilmu,1992
Magnis Franz-Suseno, Etika Politik Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 1999
Manan Abdul, kemandirian lembaga peradilan dan supremasi hukum di Indonesia, Majalah Hukum USU:Medan, 2004
Manan Bagir, Menyonsong Fajar Otonomi Daerah, Yogyakarta: Pusat Studi Hukum FH UII Yogyakarta, 2001
__________, “Teori dan Politik Konstitusi”, Yogyakarta: FH UII Press, 2003
Moh.Mahfud MD. , Amandemen Konstitusi Menuju Reformasi Tata Negara, Yogyakarta: UII Press, 1999
___________, “Pergulatan Politik dan Hukum diIndonesia”, Jakarta: Gramedia,1999
O.C. Kaligis, “Mahkamah Agung VS Komisi Yudisial”, 2006
Prodjodikoro, Wirjono. Asas-asas Ilmu Negara dan Politik. Cet. II, Bandung-Jakarta: PT Eresco
Ranadireksa Hendarmin, “Arsitektur Konstitusi Demokratik”, Bandung: Focusmedia.2009
R.St.J.Macdonal, F.Matcher, and H.Petzold, The European System for the protection of Human Rihgts, The Hague:Kluwer Academic Publishers, 1993
Samidjo, Ilmu Negara, Bandung : Armico
Soedirjo, “Mahkamh Agung: Uraian Singkat tentang Kedudukan, Susunan, dan Kekuasaan menurut UU No14 Tahun 1985”, Edisi I, Cet.I, Jakarta: Media Sarana Press, 1986
Soekanto, Soejono dan Sri Mamuji.Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat. Edisi 1, Cet. V, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001
Soemantri M., Sri. Tentang Lembaga-Lembaga Negara.Cet.VII, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1993
____________, “Perbandingan Antar Hukum Tata Negara“ Jakarta: PT. Rajawali, 1981
Sujata Antonius ,“Reformasi dan Penegakan Hukum”, Jakarta: Djambatan, 2000 Syamsuhadi, “Visi dan Misi Reformasi Hukum dan Keadilan Berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945”. Jakarta: 2000
Tim Mahkamah Agung, Naska Akademis dan Rancangan Undang-Undang tentang Komisi Yudisial. Jakarta: Mahkamah Agung , 2003
Tim Penyusun Kamus Pustaka Bahasa
Thohari A.Ahsin, “Kedudukan Komisi-Komisi Negara dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia”, Jurnal Hukum Jentera, Edisi 12 Tahun III, April-Juni 2006
_____________, “Peranan Komisi-Komisi dalam Rangka Mewujudkan Gagasan Checks and Balances System di Cabang Kekuasaan Kehakiman”, makalah disampaikan dalam diskusi Mimbar Konstitusi dengan tema “Komisi Yudisial dan Reformasi Peradilan: Jakarta, Kamis,28 April 2005
Tambunan A.S.S, “Hukum Tata Negara Perbandingan”, Jakarta: Puporis Publishers, 2001
Tutik Titik Triwulan, eksistensi, kedudukan dan wewenang KOMOSI YUDISIAL,Surabaya, 2007
Wim Voermans, “Komisi Yudisial di Beberapa Negara Uni Eropa”, The Asia Foundation dan Usaid, Agustus 2002
B. Artikel/Makalah/Jurnal
Assegaf Rifqi S. dalam makalah diskusi publik eksaminasi putusan Konstitusi di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 2006
Asshiddigie, Jimly, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945, Makalah dalam seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, Denpasar 14-18 Juli 2003
Buku kedua jilid 3C Risalah Rapat PAH I MPR, sekretariat jendral MPR-RI, 2000: 442 yang dikutip oleh O.C. KALIGIS, 2006
Buku kedua Jilid 8A Risalah Rapat PAH I, Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002
Bivitri Susanti dalam makalah Eksaminasi Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Komisi Yudisial.2006
Denny Indrayana, Komisi Negara Independen Evaluasi Kekinian dan Tantangan Masa Depan, Majalah Hukum Nasional: DEPKUMHAM RI
____________, “Mahkamah Mafia Peradilan”, Kompas, Jakarta: 2006
Data dari Biro Pengawasan Hakim Komisi Yudisial yang disampaikan Kepala Biro Pengawasan Hakim Komisi Yudisial per 30 Desember 2010
Eka N.A.M. Sihombing, Antara Markus dan Etika Penegaka Hukum, Harian Analisa,Senin 26 April 2010
Jurnal Legislasi Indonesia Vol.7, “Desain Konstitusional Komisi Yudisial Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia” Kementerian Hukum dan HAM RI, 2010 Jurnal Legislasi, “Reformasi Konstitusi: Perspektif Kekuasaan Kehakiman”, Jakarta:
Ami Global Media, Maret 2010
Indonesia Corruption Watch, 2004 dikutip dalam skripsi Agus Dani, 2006 Kompas ,”RUU Komisi Yudisial Sudah Mendesak”, 23 Maret 2004
Laporan Penelitian Putusan oleh Jejaring Komisi Yudisial tahun 2007, 2008, dan 2009
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Naskah Akademik dan Rancangan Undang-Undang Tentang Komisi Yudisial, 2003
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Cetak biru membangun Mahkamah Konstitusi sebagai institusi peradilan konstitusi yang modern dan terpercaya, Jakarta, 2005: 121 yang dikutip oleh O. C. Kaligis
Muladi, “Reformasi Hukum Sebagai Bagian Intergral dari Proses Demokratisasi di Indonesia”, delapan tulisan contributor disalin dari buku kenangangan purna bakti Prof.M.Solly Lubis, SH, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2002
Paulus E. Lotulung, “ Kebebasan Hakim dalam Sistem Penegakan Hukum” (makalah disampaikan dalam seminar pembangunan Hukum Nasional VII) diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Depertemen Kehakiman dan HAM RI, Dempasar
Republik Indonsia, “ Undang-Undang tentang Program Pembangunan Nasional”Tahun 2000-2004, UU No. 25 Tahun 2000, LN No. 206 Tahun 2000
Warta Pengawasan, “Reformasi Pengawasan”, 1 Maret 2010
C. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pra Amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Hasil Amandemen Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial
Putusan Mahkamah Konstirtusi Nomor 005/PUU-IV/2006 Tentang Uji Materiil Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial
The Constitusion of Argentina, all amendments up to 22 Agustus 1994
The Constitusion of South Africa, amended on 11 Oct 1996 in foce since: 7 Feb 1997
D. Internet www.leip.go.id