• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.3 Analisis Crosstab

4.3.4 Jumlah Pengeluaran Keluarga Tabel 4.16 Tabel 4.16

Crosstab Jumlah Pengeluaran Keluarga Terhadap Jam Kerja di PT. Bukit Intan Abadi

Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan data pada tabel 4.16 tersebut dapat dilihat crosstab antara jumlah pengeluaran keluarga reponden dengan jam kerja responden, dapat dilihat jumlah pengeluaran keluarga paling besar yaitu Rp5.500.000 – Rp6.000.00 berjumlah 4 responden sehingga 3 responden bekerja 10 jam/hari dan 1 responden bekerja 9 jam/hari, berikutnya jumlah pengeluaran keluarga Rp5.001.000 - Rp5.500.000 berjumlah 8 responden sehingga 6 responden bekerja 10 jam/hari, 1 responden bekerja 9 jam/hari dan 1 responden bekerja 8 jam/hari, berikutnya jumlah pengeluaran keluarga Rp4.501.000 - Rp5.000.000 berjumlah 19 responden sehingga 5 responden bekerja 10 jam/hari, 12 responden bekerja 9 jam/hari dan 2 responden bekerja selama 8 jam/hari, kemudian jumlah pengeluaran keluarga Rp4.001.000 - Rp4.500.000 berjumlah 22 responden sehingga 3 responden

jam/hari dan 1 responden bekerja selama 7 jam/hari, berikutnya jumlah pengeluaran keluarga Rp3.501.000 - Rp4.000.000 berjumlah 12 responden sehingga 1 responden bekerja 10 jam/hari, 1 responden bekerja 9 jam/hari, 7 responden bekerja 8 jam/hari dan 3 responden bekerja 7 jam/hari, berikutnya jumlah pengeluaran keluarga Rp3.001.000 - Rp3.500.000 berjumlah 6 responden sehingga 1 responden bekerja 10 jam/hari, 1 responden bekerja 9 jam/hari, 3 responden bekerja 8 jam/hari dan 1 responden bekerja 7 jam/hari, berikutnya jumlah pengeluaran keluarga terendah yaitu Rp2.500.000 - Rp3.000.000 berjumlah 4 responden sehingga 4 responden bekerja selama 7 jam/hari.

4.3.5 Usia

Tabel 4.17

Crosstab Usia Terhadap Sudah Berapa Jam Kerja di PT. Bukit Intan Abadi usia * jam_kerja Crosstabulation

Sumber : Diolah Dari Kuesioner

Berdasarkan data pada tabel 4.17 tersebut dapat dilihat crosstab antara usia responden dengan jam kerja responden, dapat dilihat usia tertinggi yaitu 47 – 50 tahun berjumlah 8 responden sehingga 4 responden bekerja 10 jam/hari, 3 responden bekerja 9 jam/hari dan 1 responden bekerja 8 jam/hari, berikutnya usia

43-46 tahun berjumlah 7 responden sehingga 5 responden bekerja 10 jam/hari dan 2 responden bekerja 9 jam/hari, berikutnya usia 39-42 tahun berjumlah 12 responden sehingga 2 responden bekerja 10 jam/hari, 3 responden bekerja 9 jam/hari, 6 responden bekrerja selama 8 jam/hari dan 1 responden bekerja 7 jam/hari, berikutnya usia 35-38 tahun berjumlah 21 responden sehingga 7 responden bekerja 10 jam/hari, 7 responden bekerja 9 jam/hari, 3 responden bekerja 8 jam/hari dan 1 responden bekerja 7 jam/ hari, berikutnya usia 31-34 tahun berjumlah 11 responden sehingga 7 responden bekerja 9 jam/hari, 3 responden bekerja 8 jam/hari dan 1 responden bekerja 7 jam/hari, berikutnya usia 27-30 tahun berjumlah 5 responden sehingga 1 responden bekerja 10 jam/hari, 2 responden 8 jam/hari dan 2 responden 7 jam/hari, berikutnya usia terendah yaitu 23-26 berjumlah 11 responden sehigga 7 responden bekerja 8 jam/hari dan 4 responden bekerja 7 jam/hari.

4.4 Pembahasan

Analisis uji korelasi pearson pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) dan jenis hubungan antar variabel dapat bersifat positif dan negatif.

1. Hubungan positif artinya semakin tinggi nilai varibel x maka semakin tinggi nilai variabel y

2. Hubungan negatif artinya semakin tinggi nilai variabel x maka semakin rendah nilai variabel y

Dasar-dasar pengambilan keputusan dalam korelasi pearson adalah:

1. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka berkorelasi

2. Jika nilai signifikansi >0.05, maka tidak berkorelasi Derajat hubungan dalam korelasi pearson adalah:

1. Nilai pearson correlation 0,00 s/d 0,20 = tidak ada korelasi 2. Nilai pearson correlation 0,21 s/d 0,40 = korelasi lemah 3. Nilai pearson correlation 0,41 s/d 0,60 = korelasi sedang 4. Nilai pearson correlation 0,61 s/d 0,80 = korelasi kuat 5. Nilai pearson correlation 0,81 s/d 1,00 = korelasi sempurna

Tabel 4.13

Upah*Jam Kerja Correlations Correlations

jam_kerja upah jam_kerja Pearson

Correlation 1 ,953**

Sig. (2-tailed) ,000

N 75 75

upah Pearson

Correlation ,953** 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 75 75

Sumber: Data Primer Setelah Diolah SPSS 22

Hasil berdasarkan tabel 4.13 menunjukan bahwa nilai dalam variabel upah, nilai Sig sebesar (0,000) lebih kecil dari nilai Sig (0,05). Dengan demikian diketahui bahwa upah dengan jam kerja wanita berkorelasi. Keeratan hubungan antara upah dengan jam kerja nilai pearson correlation sebesar 0,953 yaitu berarti terdapat korelasi yang positif antara kedua variabel dimana jika upah tinggi maka curahan jam kerja wanita juga tinggi, dengan kategori korelasi sempurna. Artinya upah mempengaruhi jam kerja wanita. Semakin tinggi pendapatan wanita bekerja maka akan semakin tinggi curahan jam kerjanya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Subri (2003) menyatakan bahwa keputusan wanita untuk menambah atau mengurangi waktu luang dipengaruhi oleh tingkat upah. Tingginya biaya hidup di kota-kota besar memaksa wanita membantu untuk bekerja karena produktivitas selalu berubah-rubah sesuai dengan fase produksi dengan pola kebutuhan yang selalu meningkat. Tingkat upah pekerja wanita yang menerima upah relatif lebih tinggi memaksa wanita bekerja untuk menopang kebutuhan hidup keluarga.

Tabel 4.14

Sumber: Data Primer Setelah Diolah SPSS 22

Hasil berdasarkan tabel 4.13 menunjukan bahwa nilai dalam variabel pendapatan suami, nilai Sig sebesar (0,000) lebih kecil dari nilai Sig (0,05).

Dengan demikian diketahui bahwa antara pendapatan suami dengan jam kerja wanita berkorelasi. Keeratan hubungan antara pendapatan suami dengan jam kerja wanita nilai pearson correlation sebesar -0,596 yaitu berarti terdapat korelasi yang negatif antara kedua variabel dimana jika pendapatan suami tinggi tidak membuat curahan jam kerja wanita juga tinggi, dengan kategori korelasi sedang. Artinya pendapatan suami mempengaruhi tenaga kerja wanita untuk bekerja. Dalam

rumah tangga dimana suami secara relatif mempunyai pendapatan yang rendah, istri akan bekerja lebih banyak untuk membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Keluarga berpenghasilan besar relatif terhadap biaya hidup cenderung memperkecil jumlah anggota keluarga untuk bekerja. Tingkat penghasilan keluarga yang bersangkutan belum mampu mencukupi kebutuhan keluarga, maka akan semakin banyak anggota keluarga yang akan dimasukkan dalam pasar tenaga kerja. Tetapi, perempuan yang telah menikah masuk dalam pasar kerja cenderung karena mengharapkan adanya kenaikan status ekonomi yang lebih baik.

Penelitian ini sesuai teori Elfrindi (2004) menyatakan bahwa wanita yang sudah menikah, yang suaminya mempunyai pendapatan lebih rendah dari kemiskinan, cenderung untuk masuk ke dalam pasar kerja. Yang penting disini pada negara berkembang seperti indonesia adalah persentase rumah tangga yang pendapatannya lebih rendah dari tingkat subsisten, secara relatif cukup banyak.

Oleh sebab itu banyaknya wanita yang masuk ke dalam pasar kerja terutama disebabkan oleh tingkat kemiskinan yang mendasar dan bertujuan untuk mencapai tingkat pendapatan diatas tingkat subsisten. Hal ini berarti pendapatan suami mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja karena dengan wanita bekerja dapat menambah penghasilan dan untuk mendapatkan upah yang lebih besar sebagian orang cenderung untuk menambah jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kenaikan status ekonomi.

Tabel 4.15

Jumlah Tanggungan Keluarga*Jam Kerja Correlations Correlations

Sumber: Data Primer Setelah Diolah SPSS 22

Hasil berdasarkan tabel 4.15 menunjukan bahwa nilai dalam variabel jumlah tanggungan keluarga, nilai Sig sebesar (0,000) lebih kecil dari nilai Sig (0,05).

Dengan demikian diketahui bahwa antara jumlah tanggungan keluarga dengan jam kerja wanita berkorelasi. Keeratan hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan jam kerja nilai pearson correlation sebesar 0,717 yaitu berarti terdapat korelasi yang positif antara kedua variabel dimana jika jumlah tanggungan besar maka curahan jam kerja wanita juga besar, dengan kategori korelasi kuat. Artinya jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi jam kerja wanita. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi pula probabilita perempuan yang telah menikah untuk bekerja. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi curahan waktu tenaga kerja perempuan untuk bekerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Simanjuntak (1998) yang menjelaskan bahwa bagaimana suatu rumah tangga mengatur siapa yang bersekolah, bekerja, dan mengurus rumah tangga bergantung pada jumlah

tanggungan keluarga yang bersangkutan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi pula probabilita perempuan yang telah menikah untuk bekerja. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi curahan waktu tenaga kerja perempuan untuk bekerja.

Tabel 4.16

Jumlah Pengeluaran Keluarga*Jam Kerja Correlations Correlations

Sumber: Data Primer Setelah Diolah SPSS 22

Hasil berdasarkan tabel 4.16 menunjukan bahwa nilai dalam variabel jumlah pengeluaran keluarga, nilai Sig sebesar (0,000) lebih besar dari nilai Sig (0,05). Dengan demikian diketahui bahwa jumlah pengeluaran keluarga dengan jam kerja wanita berkorelasi. Keeratan hubungan antara jumlah tanggungan keuarga dengan jam kerja nilai pearson correlation sebesar 0,615 yaitu berarti bahwa terdapat korelasi yang positif antara kedua variabel dimana jika jumlah tanggungan keluarga besar maka curahan jam kerja wanita juga besar, dengan kategori korelasi kuat. Artinya jumlah pengeluaran keluarga mempengaruhi tenaga kerja wanita untuk bekerja.

Penelitian ini sesuai tengan teori Subri (2003) menyatakan bahwa kondisi ekonomi keluaraga yang rendah akan mempengaruhi aktivitas ekonomi wanita.

Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah rendahnya pendapatan keluarga sedangkan jumlah tanggungan yang besar sehingga jumlah pengeluaran juga besar. Peran wanita sebagai the secondary worker sangat penting dalam perekonomian keluarga sebagai penyangga ekonomi. Hal ini berarti jumlah pengeluaran keluarga merubah keputusan wanita untuk bekerja karena semakin banyak pengeluaran keluarga maka semakin tinggi curahan jam kerja wanita.

Dengan wanita bekerja dapat menambah penghasilan dan untuk mendapatkan upah yang lebih besar sehingga sebagian orang cenderung bekerja dan menambah jam kerjanya agar menambah pendapatan untuk menambah kekayaan, memenuhi kebutuhan hidup dan kenaikan status ekonomi.

Tabel 4.17

Usia*Jam Kerja Correlations Correlations

jam_kerja usia jam_kerja Pearson

Correlation 1 ,542**

Sig. (2-tailed) ,000

N 75 75

usia Pearson

Correlation ,542** 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 75 75

Sumber: Data Primer Setelah Diolah SPSS 22

Hasil berdasarkan tabel 4.17 menunjukan bahwa nilai dalam variabel usia, nilai Sig sebesar (0,000) lebih kecil dari nilai Sig (0,05). Dengan demikian diketahui bahwa usia dengan jam kerja wanita berkorelasi. Keeratan hubungan antara usia dan jam kerja nilai pearson correlation sebesar 0,542 yaitu berarti terdapat korelasi yang positif antara kedua variabel dimana jika usia tinggi maka

curahan jam kerja nya juga tinggi, dengan kategori korelasi sedang. Artinya usia mempengaruhi tenaga kerja wanita untuk bekerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Simanjuntak (1998) menyatakan bahwa wanita dengan usia produktif mereka akan masuk ke pasar kerja dan tidak mampu untuk ditahan keberadaan mereka di pasar kerja sehingga partisipasi wanita bekerja akan meningkat. Semakin meningkat usia seseorang semakin besar penawaran tenaga kerja kerjanya selama masih dalam usia produktif, karena semakin tinggi usia seseorang semakin besar tanggung jawab yang harus ditanggung, meskipun pada titik tertentu penawaran akan menurun seiring dengan usia yang makin bertambah tua.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait