• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PETANIAN BOGOR

K16 1 2 Dimodifikasi dari sumber: Firdaus dan Sunarti (2009 )

Penggunaan Air

Sumber Air Sungai Sumur PAM Air

Hujan

Air

Pikulan Air Galon J21 J22 J23 J24 J25 J26 J27

1. Minum 2. Memasak

3. Mencuci bahan pangan 4. Mencuci peralatan

masak 5. Mandi

6. Menggosok gigi 7. Mencuci pakaian

2. Untuk menutupi kebutuhan/ pengeluaran keluarga, apakah Bapak / Ibu pernah Upaya Koping Satu Minggu terakhir Satu Bulan terakhir Satu Tahun terakhir Tidak pernah

1. Meminta atau meminjam uang dari

orang tua atau saudara/kerabat K21 1 2 3 4

2. Terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga (dari non saudara/kerabat)

K22 1 2 3 4

3. Terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhan material (perabotan rumah)

K23 1 2 3 4

4. Isteri atau suami perlu mencari

pekerjaan sampingan K24 1 2 3 4 5. Menjual/menggadaikan*) perhiasan emas K25 1 2 3 4 6. Menjual/menggadaikan*) perabotan non elektronik K26 1 2 3 4 7. Menjual/menggadaikan*) perabotan elektronik K27 1 2 3 4

8. Isteri ikut bekerja K28 1 2 3 4

9. Anak usia sekolah ikut bekerja K29 1 2 3 4

Dimodifikasi dari sumber: Firdaus dan Sunarti (2009)

3. Bagaimana Bapak/Ibu mengurangi biaya pengeluaran pangan:

Bentuk Koping Ya Tidak

1. Mengurangi jumlah pembelian pangan pokok K31 1 2

2. Mengurangi jumlah pembelian lauk pauk K32 1 2

3. Mengganti beras dengan makanan pokok lain K33 1 2

4. Mengurangi frekuensi makan K34 1 2

5. Mengurangi penggunaan teh/kopi/gula K35 1 2

6. Mengurangi jajan anak K36 1 2

7. Menyisakan makanan untuk keesokan harinya K37 1 2

8. Membawa bekal saat kerja K38 1 2

4. Untuk menekan atau mengurangi pengeluaran non pangan, Apakah Ibu/bapak:

Aspek/item pengukuran Ya Tidak

1.Kebersihan dan Kesehatan

Mengganti obat yang mahal dengan yang murah K411 1 2

Menggunakan jamu daripada obat modern K412 1 2

Memilih tempat berobat yang murah K413 1 2

Mengurangi pembelian dan penggunaan sabun/sampo atau pasta gigi

K414 1 2

Lainnya, sebutkan: K41L 1 2

2.Pendidikan

Mengurangi uang saku anak sekolah K421 1 2

Anak berhenti sekolah K422 1 2

Membeli seragam bekas K423 1 2

Membeli sepatu bekas K424 1 2

Lainnya, Sebutkan K42L 1 2

3.Bahan bakar dan keperluan lainnya

Mengganti bahan bakar, yaitu... dengan ...

K431 K431A: K431B:

Aspek/item pengukuran Ya Tidak

Mengurangi pembelian rokok K432 1 2

Mengurangi penggunaan air/listrik/telepon K433 1 2

Mengurangi pembelian peralatan dapur K434 1 2

Mengurangi pembelian pakaian K435 1 2

Mengurangi pembelian perabot rumah tangga K436 1 2

Lainnya, sebutkan: K43L 1 2

ABSTRACT

RACHMAT MAULANA. Analysis of Food Coping Strategy and Household Energy Consumption in the Region Solid Population (Slum Area) Riverside (DAS) Ciliwung in South Jakarta. Supervised By DADANG SUKANDAR and HADI RIYADI.

The general objective of this study is to determine the correlation of food coping strategy application to the household energy consumptions level in the high level of densely population area. The specific objectives of this study are : (1) Identify the household characteristics (age, family size, education, occupation), (2) identify the level of household energy consumption, (3) identify the application of food coping strategy at the household; (4) Analyze the correlation of household characteristics to each food coping strategy (5) analyze the correlation of food coping strategy to household energy consumptions level.

The research was conducted by using Cross Sectional Study design and it implemented in April to May 2012. Location of this research was some community group along the bank of river Ciliwung. The Sample consists of 100 households who live in the research area. More than a half of the samples were classified as small family category which the most of the parent age were classified as early adulthood (20-40 years). The education levels of the most fathers graduated from high school/equivalent, it is about 35.7 percent, while the educational level of the most mothers graduated from primary school/equivalent, it is about 41.8 percent. The majority of the head household income is often inconsistent and most of them work as self employed. Generally, most of household’s incomes are low. However, based on the statistic data of South Jakarta explains that most of household (77,0%) was classified as non-poor category.

Based on the research of the writer, the most households apply food coping strategy as a way to change eating habit. They reduce the amount of dish purchasing size. More than a half of them had a score of food coping strategy which classified to middle category (scores are 25.3 into 39.1). The result of this research show there is not a significant association between the characteristics of the level size household to the score of coping home (p = 0,208; r = 0,127), that indicate the act of food coping strategy is not affected by the number of household members (the size of the households). This is caused that the presence of food coping strategy based on people habit, which is not affected by the number of household members.

RINGKASAN

RACHMAT MAULANA. Analisis Food Coping Strategy dan Tingkat Konsumsi Energi Rumah Tangga di Daerah Padat Penduduk (Slum Area) Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Jakarta Selatan. Dibimbing Oleh DADANG SUKANDAR dan HADI RIYADI.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kedalaman food coping strategy dengan tingkat konsumsi energi rumah tangga di daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi karakteristik rumah tangga (umur, besar rumah tangga, pendidikan dan pekerjaan);(2) Mengidentifikasi tingkat konsumsi energi rumah tangga;(3) Mengidentifikasi food coping strategy yang dilakukan rumah tangga;(4) Menganalisis hubungan karakteristik rumah tangga dengan food coping strategy yang dilakukan rumah tangga; dan (5) Menganalisis hubungan food coping strategy dengan tingkat konsumsi energi rumah tangga di daerah padat penduduk.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study.Penelitian dilakukan bulan April 2012 sampai dengan bulan Mei 2012. Lokasi penelitian meliputi sebagian jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Jakrta Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah kumpulan rumah tangga yang berada di daerah kumuh. Penarikan contoh dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan contoh acak berlapis (Stratified Random Sampling) dengan alokasi proporsional, di mana daerah kumuh dianggap sebagai strata dan rumah tangga sebagai unit sampling. Di setiap daerah kumuh, rumah tangga akan dipilih dengan cara Simple Random Sampling Without Replacement (SRSWOR). Jumlah sampel yang diperoleh menggunakan pendekatan ini berjumlah 100 rumah tangga.

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner dan observasi secara langsung. Data primer meliputi karakteristik rumah tangga, karakteristik ayah dan ibu, karakteristik contoh, pengetahuan gizi ibu, pola asuh makan dan kesehatan, data konsumsi contoh, dan data antropometri contoh. Data sekunder penelitian ini adalah karakteristik tempat penelitian dan keadaan umum wilayah yang diperoleh dari data dasar profil desa. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows versi 16,0. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk persentase, nilai minimum dan maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi. Data dianalisis dengan menggunakan uji Korealasi Spearman untuk melihat hubungan antar variabel.

Lebih dari separuh contoh termasuk keluarga kecil (79%) dengan sebaran umur orang tua contoh termasuk kategori dewasa awal (20-40 tahun) yaitu dengan rata-rata umur ayah adalah 40,6 ±13,44 tahun dan rata-rata umur ibu adalah 38,3 ±14,1 tahun. Sebagian besar tingkat pendidikan ayah (35,7%) tamat SMA/Sederajat sementara pendidikan ibu (41,8%) tamat SD/sederajat. Hanya terdapat ayah contoh (6,0%) dan ibu contoh (2,0%) yang mampu nenyelesaikan jenjang pendidikan sampai peguruan tinggi. Mayoritas pekerjaan kepala rumang tangga adalah pekerjaan dengan penghasilan tidak tetap (75,0%),dengan dominasi pekerjaan penjual jasa (27,0). Pendapatan rumah tangga sebagian besar tergolong rendah (80,0%). Namun, jika berdasarkan garis kemiskinan Kabupaten BPS (2011) Jakarta Selatan tahun sebanyak 77,0% keluarga contoh termasuk kedalam kategori tidak miskin.

Sebagian besar jumlah konsumsi energi rumah tangga adalah antara

1062-2151 Kal (71,3%) dengan kategori pemenuhan AKG normal 17%. Sebagian

besar prilaku food coping yang dilakukan oleh rumah tangga adalah dengan cara melakukan perubahan makan (34%) dengan tindakan yang paling paling banyak dilakukan berupa mengurangi jumlah pembelian lauk (54%). Lebih dari setengah (61,0%) rumah tangga memiliki skor rumah tangga paling banyak tergolong pada kategori sedang (skor antara 25,3-39,1). Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga (besar rumah tangga) dengan skor coping rumah tangga (p=0,208) ; (r=0,127), namun terdapat hubungan nyata negatif (p<0,05) ; (r= -0,234) dengan jumlah konsumsi energi perhari perkapita rumah tangga. Sementara itu, karakteristik rumah tangga (pendapatan rumah tangga) dengan konsumsi energi perhari perkapita rumah tangga terdapat hubungan (p=0,07, r=0,268). Hubungan antara food coping strategy rumah tangga dengan karakteristik rumah tangga (pendapatan rumah tangga) menunjukkan tidak terdapat hubungan (p= 0,348, r= -0,095). Sementara itu, food coping strategy rumah tangga dengan konsumsi energi menunjukan hubungan (p= 0,084, r= 0,174).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, dimana status gizi yang baik ini ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Masalah gizi kurang ataupun gizi buruk dipengaruhi secara langsung oleh faktor konsumsi pangan, penyakit infeksi serta faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung seperti pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial-ekonomi, budaya dan politik (Unicef 1990). Apabila gizi kurang dan gizi buruk terus terjadi, dapat dipastikan menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional.

Saat ini diperkirakan sekitar 50 % penduduk Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi, baik itu gizi kurang atau gizi lebih. Masalah-masalah gizi yang timbul lambat-laun akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup. Keberadaan Indonesia pada peringkat ke-4 tertinggi kematian balitanya untuk wilayah ASEAN, dan berada di peringkat 9 di antara 18 negara anggota ASEAN dan SEARO untuk prevalensi kematian balita (Kementerian Kesehatan RI 2010) menunjukan masih perlunya perhatian yang lebih untuk meningkatkan pelayanan dan penanganan masalah tersebut.

Konsumsi pangan dan penyakit infeksi menjadi dua titik berat yang memiliki pengaruh besar akan terbentuknya masyarakat yang sehat. Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang secara tidak langsung dapat menjadi indikator dari telah teratasinya atau tidak masalah gizi. Konsumsi pangan yang dilakukan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga tersebut dalam pemenuhan pangan (ketahanan pangan) rumah tangganya. Menurut Undang-undang No.7 Tahun 1996 definisi

ketahanan pangan ini adalah suatu kondisi dimana setiap rumah tangga mempunyai akses terhadap pangan yang cukup setiap saat baik dari segi kuantitas, kualitas, serta aman dan terjangkau.

Ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi dan mencukupin kebutuhan pangan akan menimbulkan kerawanan pangan (food insecurity). Keputusan yang diambil oleh rumah tangga untuk tetap memenuhi kebutuhan akan pangan dan penanggulangan masalah kerawanan pangan serta upaya mempertahanka hidup anggota rumah tangga dikenal dengan food coping strategy. Food coping strategy adalah bentuk perubahan dan upaya-upaya yang dilakukan rumah tangga untuk memenuhi dan mengatasi kekurangan pangan (Setiawan 2004 dalam Polin 2005). Bentuk-bentuk perubahan yang dilakukan dalam pemenuhan pangan akan sangat beragam terlebih pada masyarakat dengan lingkungan sosial yang memiliki keunikan tertentu seperti lingkungan dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Jakarta sebagai ibu kota Negara memiliki potensi yang sangat besar untuk terjadinya keberagaman food coping strategy pada penduduknya. Hal ini karena, keberadaan Jakarta yang berperan bukan hanya sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan melainkan berperan juga sebagai pusat perekonomian banyak menarik perhatian penduduk di luar Jakarta untuk datang dan merubah status ekonominya. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat di Jakarta sebagai akibat dari berkembang pesatnya urbanisasi menciptakan daerah-daerah dengan tingkat kepadatan yang tinggi.

Bentuk-bentuk food coping strategy yang sering dilakukan antara lain dengan menurunkan kuantitas atau kualitas pangan yang dikonsumsi, perubahan kebiasaan makan, perubahan frekuensi makan, mencari tambahan penghasilan atau menjual aset yang dimiliki. Variasi dan kedalaman food coping strategy yang dilakukan suatu rumah tangga dapat menggambarkan tingkat konsumsi yang secara tidak langsung akan menunjukan seberapa besar laju pertumbuhan indeks pertumbahuan manusia. Olah karena itu, penulis menyimpulkan bahwa penelitian mengenai hubungan terhadap konsumsi pangan perlu dikaji guna mengetahui sejauhmana hubungan yang terjadi antara keduanya khususnya di Jakarta.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kedalaman food coping terhadap tingkat konsumsi energi rumah tangga di daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi karakteristik rumah tangga (umur, besar rumah tangga, pendidikan dan pekerjaan).

2. Mengidentifikasi tingkat konsumsi energi rumah tangga.

3. Mengidentifikasi food coping strategy yang dilakukan rumah tangga.

4. Menganalisis hubungan karakteristik rumah tangga dengan food coping strategy yang dilakukan rumah tangga.

5. Menganalisis hubungan food coping strategy dengan tingkat konsumsi energi rumah tangga di daerah padat penduduk.

Hipotesis

Terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan tingkat konsumsi energi dan food coping strategy rumah tangga di daerah padat penduduk.

Kegunaan

Memberikan gambaran mengenai dan tingkat konsumsi energi yang dilakukan oleh rumah tangga di daerah padat penduduk. Serta hubungannya dengan karakteristik rumah tangga dimana dari Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya pemerintahan daerah dalam merencanakan program pangan dan gizi sehingga dapat melahirkan kebijakan pangan yang tepat untuk mengentaskan masalah yang terjadi khususnya di daerah padat Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Jakarta Selatan.

Dokumen terkait