• Tidak ada hasil yang ditemukan

K ETENAGAKERJAAN DAN K ESEJAHTERAAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 101-107)

Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 cenderung membaik, seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi meningkat pada triwulan ini. Beberapa sektor ekonomi mulai menunjukkan peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam mengantisipasi peningkatan kegiatan usaha. Namun demikian, peningkatan penyerapan tenaga kerja ini tidak terjadi pada sektor-sektor ekonomi primer yang menyerap tenaga kerja banyak, khususnya sektor pertanian, sehingga dampak terhadap peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan belum terlihat.

Di tengah membaiknya kondisi ketenagakerjaan secara umum tersebut, indikator kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan berdasarkan hasil Survei Konsumen diperkirakan sedikit mengalami tekanan. Hal ini terlihat dari ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan yang tidak sekuat periode sebelumnya. Laju inflasi yang cukup tinggi diindikasikan menjadi salah satu faktor yang menekan kesejahteraan masyarakat di triwulan laporan.

1. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Peningkatan kondisi ketenagakerjaan tersebut dipengaruhi oleh semakin membaiknya perekonomian setelah krisis ekonomi global yang sempat mengakibatkan pelambatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Selatan selama tahun 2009.

Indikasi membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada triwulan laporan terlihat dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia Banjarmasin yang menunjukkan adanya peningkatan realisasi penggunaan tenaga kerja. Hal ini dicerminkan dari kenaikan angka Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) dari -12,05 pada triwulan I-2010 menjadi sebesar positif 0,40 pada triwulan II-2010 ini.

Tabel 6.3. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan

No SEKTOR Realisasi Triwulan

I-2010

Realisasi Triwulan II-2010

1. Pertanian -0,44 -2,72

2. Pertambangan -0,42 -1,33

3. Industri Pengolahan -9,53 0,00

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih -1,04 0,12

5. Konstruksi 2,35 -1.18

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,48 4,60

7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,50 -1,54

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Keuangan 2,39 2,35

9. Jasa-jasa -9,34 0,11

TOTAL -12,05 0,40

Sumber : SKDU, Bank Indonesia Banjarmasin

Secara sektoral, membaiknya penyerapan tenaga kerja terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa-jasa dan sektor listrik, gas dan air bersih. Di sektor jasa-jasa, kenaikan penggunaan tenaga kerja terutama didorong oleh perkembangan sektor jasa penyiaran yang semakin pesat di Kalimantan Selatan.

Di sektor perdagangan, hotel dan restoran, kenaikan penggunaan tenaga kerja terutama terkait dengan meningkatnya aktivitas bisnis dan perdagangan yang ditandai dengan meningkatnya permintaan masyarakat pada barang-barang konsumtif, serta perkembangan bisnis perhotelan yang cenderung meningkat. Sementara itu sektor industri pengolahan meskipun tidak membukukan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja, namun terdapat indikasi kuat sudah tidak terjadi pengurangan tenaga kerja seperti periode-periode sebelumnya.

Hasil survei di atas juga diperkuat oleh indikator jumlah pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) PT. Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan yang menunjukkan penurunan di triwulan II-2010. Rata-rata pencairan JHT dalam tiap bulannya selama triwulan II-2010 menurun dari Rp4,07 milyar/bulan menjadi Rp3,86 milyar/bulan, atau turun sekitar 5,27% (yoy). Adanya pencairan JHT selama triwulan laporan bukan disebabkan oleh faktor terjadinya PHK, melainkan lebih disebabkan oleh faktor usia/pensiun.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010

76

Gambar 6.2. Perkembangan Pencairan Jaminan Hari Tua ( JHT)

Sumber : PT Jamsostek Wilayah Kalimantan Selatan

Sementara dampak ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) terhadap sektor ketenagakerjaan di Kalsel nampaknya masih belum terlihat secara signifikan. Kekhawatiran akan adanya dampak negatif berupa penurunan kinerja perusahaan yang dapat berimbas pada meningkatnya jumlah PHK masih belum terbukti hingga triwulan laporan. Hal tersebut dikonfirmasi melalui Quick Survey Dampak ACFTA terhadap Kinerja Perusahaan Kalimantan Selatan yang menyebutkan bahwa sebanyak 54 responden perusahaan yang bergerak di sektor pertanian, perdagangan, serta industri pengolahan, kinerjanya masih cenderung stabil dan tidak merasakan adanya perubahan pasca penetapan ACFTA. Dengan kondisi tersebut, perusahaan tidak memiliki rencana untuk mengurangi jumlah tenaga kerja mereka.

2. Kesejahteraan

Berbeda dengan ketenagakerjaan yang menunjukkan kecenderungan untuk membaik, kondisi kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan diindikasikan sedikit menurun. Kondisi tersebut dikonfirmasi dengan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Banjarmasin, dimana terjadi penurunan indeks penghasilan serta indeks ekspektasi penghasilan selama triwulan laporan. Untuk indeks penghasilan saat ini menunjukkan angka yang persisten pada kisaran 141-146. Sementara pada akhir triwulan II-2010 indeks ekspektasi penghasilan menurun menjadi 131,5 dari posisi sebelumnya 134,17. Hal tersebut berbeda dengan kondisi triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya, dimana besaran kedua indeks tersebut berada pada kisaran 155-160.

Adanya peningkatan daya serap tenaga kerja pada sektor riil, khususnya di sektor perdagangan ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tingginya biaya hidup terkait kenaikan laju inflasi kota Banjarmasin pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor utama yang mengurangi tingkat kesejahteraan masyarakat. Laju inflasi yang dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, harga sayur mayur dan bumbu-bumbuan, dirasakan cukup membebani ekonomi masyarakat karena komoditas-komoditas tersebut merupakan kebutuhan yang dikonsumsi sehari-hari.

Gambar 6.4. Indeks ekspektasi penghasilan Kalimantan Selatan

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Banjarmasin

Kondisi yang berbeda terjadi pada tingkat kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian Kalimantan Selatan yang perkembangannya di triwulan II-2010 masih menunjukkan kenaikan meskipun dengan laju pertumbuhan yang cenderung melambat. Hal ini tercermin dari pergerakan Nilai Tukar Petani (NTP), yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. Meskipun pertumbuhan NTP Kalimantan Selatan selama triwulan II-2010 tetap terjaga di atas rata-rata nasional, namun kecenderungan untuk melambat mulai terjadi pada triwulan laporan.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010

78

Gambar 6.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel dan Nasional

Sumber : BPS Kalimantan Selatan

NTP Kalimantan Selatan mencatat pertumbuhan sebesar 6,93% (yoy) atau bergerak melambat dibandingkan pada periode Maret 2010 yang mencatat pertumbuhan 7,56% (yoy). Melambatnya pertumbuhan NTP ini terkait dengan pergerakan harga-harga produk pertanian yang mulai melambat menjelang memasuki awal musim panen di akhir triwulan II-2010.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010

80

Tabel 6.6 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan

Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Tahun 2010 Persentase

Perubahan

Maret Juni

Indeks Harga yang Diterima Petani 128.01 131.19 2.48%

Tanaman bahan Makanan

Padi 125.96 131.00 4.00% Palawija 130.47 133.04 1.97% Sayuran 149.42 159.02 6.42% Buah-buahan 147.54 151.26 2.52% Penangkapan ikan 98.45 98.28 -0.17% Budidaya 117.2 117.54 0.29% Ternak besar 111.27 114.24 2.67% Ternak kecil 124.64 124.64 0.00% Unggas 127.73 129.05 1.03% Hasil ternak 134.24 133.38 -0.64%

Tanaman Perkebunan Rakyat 124.37 122.23 -1.72%

Indeks Harga yang Dibayar Petani 121.07 123.26 1.81%

Konsumsi Rumah Tangga 122.29 124.84 2.09%

Bahan Makanan 128.79 133.59 3.73%

Makanan Jadi 118.35 116.83 -1.28%

Perumahan 113.35 114.74 1.23%

Sandang 122.23 122.86 0.52%

Kesehatan 111.92 112.19 0.24%

Pendidikan, rekreasi, & olahraga 108.05 109.28 1.14%

Transportasi dan Komunikasi 114.06 114.67 0.53%

Biaya Produksi dan Penambahan Barang

Modal 118.14 119.25 0.94%

Bibit 109.64 108.89 -0.68%

Obat-obatan dan Pupuk 121.06 123.39 1.92%

Sewa lahan, pajak, dan lainnya 104.32 104.32 0.00%

Tranportasi 129.01 129.64 0.49%

Penambahan barang modal 120.7 121.59 0.74%

Upah buruh tani 119.82 121.04 1.02%

Nilai Tukar Petani 105.73 106.44 0.67%

BAB VII

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 101-107)

Dokumen terkait