• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN BANK UMUM

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 65-73)

P ERKEMBANGAN P ERBANKAN D AERAH

1. PERKEMBANGAN BANK UMUM

1.1. Perkembangan Aset dan Kelembagaan Bank Umum

Pada akhir triwulan II-2010 aset perbankan Kalimantan Selatan mencapai Rp22,85 triliun, tumbuh 2,11% (q-t-q) dari posisi akhir triwulan I-2010 yang tercatat sebesar Rp22,4 triliun. Secara tahunan, pertumbuhan volume usaha perbankan Kalsel tersebut mencapai 15,61% (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 14,21% (y-o-y).

Laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama didorong oleh perkembangan aset kelompok bank umum swasta yang tumbuh 9,94% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan pada akhir triwulan I-2010 sebesar 1,49% (yoy). Sebaliknya, aset kelompok bank umum pemerintah masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, meskipun melambat menjadi 17,83% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 19,38% (y-o-y).

Dari sisi jaringan kantor bank, selama triwulan II-2010 terdapat pembukaan kantor baru antara lain pembukaan 5 KCP dan 6 kantor fungsional yang khusus melayani segmen mikro, kecil, dan menengah oleh salah satu bank

umum milik pemerintah dan pembukaan 7 unit layanan syariah dan 1 kantor unit konvensional oleh bank milik Pemda. Dengan demikian secara total jumlah jaringan kantor perbankan di Kalimantan Selatan mencapai 23 bank umum dan 4 unit usaha syariah yang didukung 283 kantor.

Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)

Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah

1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat

Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi DPK di triwulan ini mencapai Rp19,25 triliun, tumbuh 11,96% (yoy) atau lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 1,79% (yoy). Pada triwulan laporan, hampir seluruh jenis rekening DPK kecuali giro mengalami kenaikan pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tabungan yakni sebesar 22,21% (y-o-y), melonjak dari pertumbuhan pada triwulan I-2010 sebesar 5,94% (y-o-y). Searah dengan pertumbuhan tabungan, deposito juga meningkat sebesar 13,28% (y-o-y). Sementara itu rekening giro

Grafik 3.2 Perkembangan DPK Perbankan Kalimantan Selatan

Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia

13.02% 1.79% 11.96% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 5,000  10,000  15,000  20,000  25,000  Dalam Rp  Miliar Pertumbuhan DPK (y‐o‐y) DPK Growth DPK (y‐o‐y)

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010

yang pada triwulan sebelumnya menyusut sebesar -6,13% (y-o-y) pada triwulan laporan masih menyusut sebesar -5,26% (y-o-y).

Grafik 3.3. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)

Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia, diolah

Meningkatnya pertumbuhan DPK pada akhir triwulan II-2010 salah satunya disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring membaiknya situasi ekonomi terutama para pekerja di sektor pertanian, pertambangan dan sektor perdagangan yang mencatat pertumbuhan lebih tinggi di triwulan laporan. Selain faktor tersebut, adanya peningkatan yang berasal dari dampak penyelenggaraan Pemilu Kada di bulan Juni 2010 ikut menambah posisi DPK di triwulan laporan.

1.3 Penyaluran Kredit

Perkembangan kredit yang disalurkan di wilayah Kalimantan Selatan (menurut lokasi proyek atau termasuk yang berasal dari kantor bank dari luar wilayah Kalimantan Selatan), pada triwulan laporan mencapai Rp18,9 triliun atau tumbuh sebesar 16,21% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010 yang mencatat pertumbuhan sebesar 4,76% (y-o-y). Sementara itu kredit yang disalurkan oleh bank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan II-2010 mencapai Rp15,4 triliun dengan laju pertumbuhan melambat dari 21,4% (y-o-y) pada triwulan sebelumnya menjadi 19,08% (y-o-y).

Secara sektoral pertumbuhan kredit produktif terutama ditopang oleh kredit dari sektor pertanian yang tumbuh sebesar 24,06% (y-o-y), jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 2,59% (y-o-y). Hal ini

sejalan dengan pengembangan subsektor perkebunan di Kalimantan Selatan terutama untuk jenis tanaman karet dan kelapa sawit.

Sementara itu, pertumbuhan kredit ke sektor industri pengolahan juga mengalami peningkatan yakni tumbuh 1,99% (y-o-y) setelah pada triwulan I-2010 menyusut -28,24% (y-o-y). Berdasarkan hasil liaison BI Banjarmasin ke beberapa perusahaan industri pengolahan rotan dan karet, permintaan terhadap produk-produk industri pengolahan Kalsel saat ini sudah mulai pulih dibandingkan dengan kondisi 2009. Peningkatan permintaan inilah yang menjadi pendorong pertumbuhan penyaluran kredit di sektor industri pengolahan.

Pertumbuhan kredit untuk sektor pertambangan Kalimantan Selatan masih mengalami penyusutan sebesar -15,32% (y-o-y), namun angka ini mengalami perbaikan bila dibandingkan posisi akhir triwulan I-2010 yang mengalami penyusutan sebesar -41,28% (y-o-y). Iklim politik yang lebih pasti pasca Pemilu Kada 2010 menjadi

salah satu faktor pendorong bagi pelaku usaha pertambangan untuk merealisasikan rencana bisnis mereka yang antara lain di danai dari dana perbankan.

Grafik 3.4. Distribusi Penyaluran Kredit di Kalimantan Selatan Selatan

Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010

Dari sisi penggunaan, meningkatnya laju pertumbuhan kredit terutama dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja. Kredit investasi tumbuh 12,09% (y-o-y) jauh lebih baik dari triwulan sebelumnya yang mengalami penyusutan sebesar -13,28% (y-o-y). Kredit modal kerja tumbuh 4,86% (y-o-y) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang menyusut sebesar -0,45% (y-o-y). Untuk kredit ke sektor konsumtif, laju pertumbuhan di triwulan laporan semakin meningkat mencapai 31,69% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 29,63%. Suku bunga kredit konsumtif yang lebih rendah serta semakin gencarnya penawaran barang konsumsi tahan lama (durable goods) dari pelaku usaha menjadi salaha satu pendorong meningkatnya pertumbuhan kredit konsumtif.

Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan

2010 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 DPK Rp miliar 13.868,41 15.455,90 16.071,48 17.204,12 17.193,98 17.136,60 18.163,85 17.511,62 (y‐o‐y) 18,71% 25,50% 25,18% 28,71% 23,98% 10,87% 13,02% 1,79% (q‐t‐q) 3,76% 6,94% 3,98% 7,05% ‐0,06% ‐0,33% 5,99% ‐3,59% Kredit  (Lokasi  Proyek) Rp miliar 13.511,74 15.348,47 16.075,20 16.108,24 16.272,16 16.635,43 17.527,85 16.874,43 (y‐o‐y) 44,82% 54,72% 45,35% 35,39% 20,43% 8,38% 9,04% 4,76% (q‐t‐q) 13,57% 13,59% 4,73% 0,21% 1,02% 2,23% 5,36% ‐3,73% LDR  (Lokasi  Bank) 73,81% 75,41% 73,89% 71,65% 75,33% 77,57% 75,67% 72,45% NPL  gross  6,18% 5,54% 4,76% 3,67% 3,80% 4,28% 2,14% 2,15% 2009 Growth Growth Uraian Satuan 2008

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah

1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit

Dengan meningkatnya pertumbuhan DPK yang cukup signifikan, peran intermediasi per-bankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Kalimantan Selatan mengalami penurunan dari 85,46% pada akhir triwulan I-2010 menjadi 80,12%. Meskipun begitu fungsi intermediasi perbankan masih berada pada level yang cukup tinggi dan masih berada di atas rata-rata dalam 15 bulan terakhir yang mencapai 75,32%.

Sementara itu dari sisi manajemen risiko, turunnya LDR pada akhir triwulan II-2010 mengindikasikan bahwa risiko likuiditas bank umum secara keseluruhan mengalami penurunan. Dengan meningkatnya DPK yang dihimpun

perbankan maka kemampuan perbankan dalam membayar kewajibannya juga meningkat.

Grafik 3.6 Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan

Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah

Sementara itu dari sisi risiko kredit, meningkatnya pertumbuhan kredit tidak membuat kualitas kredit yang disalurkan untuk berbagai aktivitas ekonomi di Kalimantan Selatan menurun. Rasio NPL stabil dibandingkan triwulan I-2010 yakni sebesar 2,15% atau jauh di bawah ketentuan Bank Indonesia sebesar 5%. Meskipun begitu prinsip kehati-hatian masih perlu dipegang mengingat secara nominal jumlah kredit bermasalah (NPL gross) mengalami kenaikan dari Rp373,2 miliar di triwulan I-2010 menjadi Rp407,3 miliar.

Ditinjau dari kredit per jenis penggunaan, terdapat peningkatan rasio kredit bermasalah dari kredit investasi yaitu dari 2,33% di triwulan I-2010 menjadi 2,59%. Hal ini seiring dengan meningkatnya ekspansi kredit investasi pada waktu-waktu sebelumnya, terutama pada sektor industri pengolahan yang cukup merasakan dampak krisis finansial global pada tahun 2009.

Sektor perdagangan masih tercatat sebagai sektor dengan jumlah kredit bermasalah terbesar yakni Rp117 miliar. Rasio NPL untuk sektor ini mengalami kenaikan dari 3,77% di triwulan I-2010 menjadi 3,80%. Sedangkan rasio NPL tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan yang mengalami kenaikan dari 5,41% menjadi 6,21%. Peningkatan NPL diperkirakan terkait

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010

dengan masih terdapat beberapa perusahaan yang masih belum pulih dari pengaruh dari krisis ekonomi global pada tahun 2009.

Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan

Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II

Nominal NPL 765,075850,096 591,238 618,780 712,785 375,038 362,383 407,265 NPL % 5.54% 4.76% 3.67% 3.81% 4.29% 2.14% 2.15% 2.15%

NPL per jenis penggunaan

Modal Kerja 7.68% 7.41% 8.10% 8.15% 8.07% 2.98% 3.28% 3.05% Investasi 7.28% 5.58% 1.58% 1.81% 3.42% 2.57% 2.33% 2.59% Konsumsi 1.14% 0.91% 1.29% 1.29% 1.28% 0.93% 1.11% 1.08%

NPL per sektor ekonomi

Pertanian 0.90% 0.72% 0.71% 0.73% 0.62% 3.36% 3.71% 2.97% Pertambangan 16.19% 14.73% 2.34% 6.29% 8.30% 1.04% 0.51% 0.85% Industri pengolahan 19.99% 22.64% 25.74% 22.95% 20.76% 2.58% 5.41% 6.21% Listrik,Gas dan Air 0.16% 0.18% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.15% Konstruksi 7.31% 7.23% 10.65% 10.29% 9.61% 6.71% 2.12% 1.59% Perdagangan 4.74% 1.99% 2.40% 2.63% 3.55% 3.62% 3.77% 3.80% Pengangkutan 4.41% 0.75% 0.59% 0.82% 10.37% 0.31% 2.30% 2.32% Jasa Dunia Usaha 0.84% 0.79% 1.09% 1.15% 1.46% 1.20% 1.31% 1.11% Jasa Sosial Masyarakat 6.05% 0.84% 1.43% 1.09% 1.39% 1.06% 1.08% 1.68% Lain-lain 1.14% 0.91% 1.29% 1.29% 1.28% 0.93% 1.20% 1.16%

2010 NPL Kredit 2008 2009

Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah

1.5 Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM)

Selaras dengan perkembangan kredit secara keseluruhan, kredit pada segmen UMKM juga tumbuh lebih tinggi yaitu dari 21,7% (y-o-y) di triwulan II-2010 menjadi sebesar 22,81% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan kredit segmen UMKM merupakan efek dari ekspansi bank umum ke segmen ini antara lain berupa pendirian kantor-kantor cabang pembantu dan sejenisnya yang khusus mengurus segmen kredit mikro, kecil, dan menengah.

Posisi kredit MKM yang disalurkan di Kalimantan Selatan pada triwulan II-2010 mencapai Rp11,74 triliun atau 62,06% dari total penyaluran kredit bank umum. Rasio ini sedikit menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 64,04%.

Masih seperti triwulan sebelumnya, kredit MKM Kalimantan Selatan lebih banyak disalurkan pada jenis kredit kecil (kredit dengan plafon Rp50juta-Rp500juta) yakni sebesar Rp5,1 triliun (pangsa 43,68%). Kelompok ini tumbuh lebih rendah dari 48,58% (y-o-y) di triwulan I-2010 menjadi 44,91% (y-o-y).

Berbeda dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan kredit mikro dan menengah mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Kredit mikro tumbuh positif sebesar 0,97% (y-o-y) setelah pada triwulan sebelumnya menyusut -5,37% (y-o-y). Sementara itu kredit menengah tumbuh lebih tinggi dari 17,61% (y-o-y) menjadi 21,47% (y-o-y). Perbaikan pertumbuhan kedua jenis kredit ini salah satunya dipengaruhi oleh penurunan suku bunga, dimana suku bunga tertimbang kredit menengah turun dari 13,49% menjadi 13,12%, sementara suku bunga tertimbang kredit mikro turun dari 15,2% menjadi 15,03%. Untuk suku bunga tertimbang kredit kecil justru mengalami kenaikan dari 13,28% menjadi 13,33%.

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Kalimantan Selatan

2010 2010

TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW I

Mikro     3,368,742     3,398,355     3,421,794     3,594,789     3,621,053     3,216,019     3,454,843 Kecil     2,935,743     3,144,099     3,538,191     3,753,438     4,040,121     4,671,362     5,127,336 Menengah 2,519,769         2,481,360     2,596,307     2,763,024     2,814,197     2,918,430     3,153,624  Total  Kredit  MKM      8,824,254     9,023,814     9,556,292  10,111,251  10,475,371  10,805,811  11,735,803 (Rp Juta) 2008 2009

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah

Meskipun, kredit MKM memiliki pangsa cukup besar dari total kredit perbankan, namun demikian sebagian besar kredit MKM (63,96%) masih disalurkan pada kegiatan yang bersifat konsumtif. Pada triwulan ini, kredit MKM untuk kegiatan konsumtif tumbuh 32,38% (y-o-y), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 29,02% (y-o-y).

Sementara itu kredit MKM untuk kegiatan produktif pada triwulan II-2010 juga mengalami peningkatan pertumbuhan dari 8,08% (y-o-y) menjadi 10,80% (y-o-y). Membaiknya pertumbuhan kredit MKM yang sifatnya produktif ini terutama didorong oleh sektor pengangkutan yang tumbuh 31,6% (y-o-y) lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 22,68% (y-o-y), terutama untuk mendukung aktivitas transportasi di sektor-sektor ekonomi unggulan.

Kredit UMKM yang bermasalah pada triwulan laporan mengalami penurunan dari Rp257 miliar menjadi Rp220 miliar yang diiringi dengan penurunan rasio NPL dari 2,38% menjadi 1,87%. Turunnya kredit bermasalah ini terutama disumbang oleh menurunnya jumlah kredit bermasalah pada subsektor perdagangan eceran.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2010

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 65-73)

Dokumen terkait