• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik sosial ekonomi merupakan faktor eksternal dari masing-masing individu peserta program Go Organik 2010 yang berhubungan dengan pembagian kerja dan kontrol terhadap sumberdaya pertanian yang disediakan. Karakteristik sosial ekonomi ini dibagi menjadi empat variabel, yaitu status pernikahan, posisi dalam masyarakat , kepemilikan lahan dan luas lahan yang dimiliki.

Status Pernikahan

Status pernikahan individu penerima program dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu belum menikah, menikah, dan cerai. Hampir seluruh peserta program pada penelitian ini berstatus kawin dan hanya terdapat enam peserta program yang berstatus cerai, yang terdiri dari dua perempuan dan empat laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapatdilihat pada tabel 19.

Tabel 19Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin dan status pernikahandalam program Go Organik 2010 Jenis Kelamin Status Pernikahan Total Belum Menikah Menikah Cerai n % n % n % n % Perempuan 0 0 19 90,47 2 9,53 21 100 Laki-laki 0 0 17 80,95 4 19,05 21 100

Berdasarkan tabel,19 sebagian besar peserta program Go Organik 2010 baik laki-laki maupun perempuan berstatus telah menikah. Hal ini disebabkan karena peserta yang mengikuti program sebagian besar berumur menengah tua, yaitu lebih dari 50 tahun, dan pada umur tersebut mereka berstatus telah menikah. Sedangkan untuk status perceraian, status perceraian tersebut terjadi karena suami maupun istri mereka telah meninggal dunia. Dari perceraian yang terjadi diantara mereka setelah pasangan mereka meninggal, mereka memilih untuk tidak menikah lagi dan menghabiskan hidup sendiri maupun tinggal bersama anak dan cucu mereka yang berdomisili tidak jauh dari kediaman rumah mereka.

54

Posisi Dalam Masyarakat

Posisi dalam masyarakat merupakan salah satu variable yang mempengaruhi peran dan status perempuan dalam program Go Organik 2010.Posisi dalam masyarakat dibagi menjadi tiga kategori didalam penelitian ini, yaitu warga biasa, aktivis desa atau perangkat desa dan tokoh masyarakat. Data yang didapatkan menunjukan bahwa perempuan penerima program Go Organik 2010 secara keseluruhan merupakan warga biasa, sedangkan untuk aktivis desa dan tokoh masyarakat hanya diikuti oleh enam orang laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 20.

Tabel 20Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin dan posisi dalam masyarakat dalam program Go Organik 2010

Jenis Kelamin

Posisi dalam Masyarakat

Total Warga Biasa Aktivis Desa Tokoh

Masyarakat

n % n % n % n %

Perempuan 20 95,24 0 0 1 4,76 21 100 Laki-laki 15 71,43 2 9,52 4 19,05 21 100

Tabel 20 menjelaskan bahwa hampir seluruh peserta perempuan dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Desa Ciburuy masih merupakan warga biasa dan tidak terlibat dalam organisasi desa maupun menjadi orang yang berpengaruh di desa ini. Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan belum memiliki kesadaran untuk ikut serta dalam kegiatan organisasi desa maupun tidak banyak mengetahui tentang sejarah desa sehingga keterlibatannya kurang. Atau hal lain yang menyebabkan tidak adanya perempuan yang menjadi aktivis desa maupun tokoh yang dipercaya disana adalah karena masyarakat disana masih kurang mempercayai keterlibatan perempuan didalam kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan perempuan disana masih merasa laki-laki merupakan orang yang lebih pantas diikuti dan lebih dapat lebih dipercaya dalam hal kepemimpinan dibandingkan perempuan yang bekerja tidak lebih dari mengurus anak dan membantu pekerjaan suami.

Kepemilikan Lahan

Kepemilikan lahan oleh masyarakat merupakan salah satu variable yang berhubungan dengan peran dan status perempuan dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini kepemilikan lahan dibagi mejadi tiga kategori yang diukur menggunakan skala nominal, yakni kepemilikan pribadi, lahan garap dan lahan sewa.

55 Tabel 21 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis

kelamin dan kepemilikan lahan dalam program Go Organik 2010

Jenis Kelamin

Kepemilikan Lahan

Total Milik Pribadi Lahan Garap

Lahan Sewa n % n % n % n % Perempuan 2 9,52 19 90,48 0 0 21 100 Laki-laki 5 23,81 16 76,19 0 0 21 100 Tabel 21 menunjukan bahwa sebagian besar perempuan dan laki-laki hanya memiliki lahan dengan status lahan garap dan hanya tujuh orang dengan dua perempuan dan lima laki-laki yang memiliki lahan sebagai lahan milik pribadi. Lahan garap di Desa Ciburuy ini menggunakan sistem bagi hasil dengan sang pemilik lahan. Besarnya pembagian hasil dilakukan sebanyak 50:50 antara pemilik lahan dengan petani penggarap. Petani penggarap menerima 50 persen hasil penjualan panen sedangkan petani pemilik lahan akan membayarkan biaya produksi ke koperasi petani sebesar 20 persen dan menerima hasil sebesar 30 persen dari hasil produksi pertanian yang ada.

Luas Lahan Yang Dimiliki

Luas lahan yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yang didapatkan dari hasil rata-rata luas lahan yang didapatkan dari data hasi lapang. Tiga kategori tersebut yakni luas lahan dibawah 0,26 ha masuk dalam kategori rendah, luas lahan antara 0,26 ha sampai 0,58 ha masuk dalam kategori sedang dan luas lahan diatas 0,58 ha masuk dalam kategori kepemilikan lahan yang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin dan luas lahan yang digarap dalam program Go Organik 2010

Jenis Kelamin

Luas lahan yang digarap

Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Perempuan 15 71,43 6 28,57 0 0 21 100 Laki-laki 12 44,44 5 45,45 4 100 21 100 Tabel 22 memperlihatkan bahwa mayoritas dari laki-laki dan perempuan memiliki luas lahan antara 0,26 ha sampai dengan 0,58 ha. Sedangkan untuk lahan yang digarap dengan luas dibawah 0,26 hektar lebih banyakditempati oleh perempuan, laki-laki lebih mendominasi pada

56

penggarapan lahan dengan luas diatas 0,56 hektar. Hal ini menjelaskan bahwa laki-laki dengan kepemilikan lahan tinggi masih lebih banyak dari perempuan lantaran perempuan dianggap tidak sanggup untuk mengelola atau menggarap lahan dengan luas tinggi dibandingkan laki-laki.

Ikhtisar

Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yang berhubungan dengan peran dan status perempuan dalam program Go Ogranik 2010 diantaranya adalah status pernikahan, status kependudukan, posisi dalam masyarakat, luas lahan yang dimiliki serta kepemilikan lahan yang dimiliki oleh para penerima program. Status pernikahan penerima program ini relative homogen yakni telah memiliki status menikah. Sedangkan untuk posisi dalam masyarakat, sebagian besar penerima program hanya berstatus sebagai warga biasa. Hanya satu perempuan dan enam orang laki-laki yang memiliki posisi kader dan juga sebagai tokoh masyarakat.

Lahan yang diolah oleh penerima program perempuan maupun laki- laki mayoritas berstatus sebagai lahan garapan. Lahan garap ini menggunakan bagi hasil dalam proses kerjasama yang dilakukan oleh pemilik dan pengolah lahan. Untuk luas lahan yang dimiliki, hampir seluruhnya menggarap lahan dengan luas antara 0,1 sampai dengan 0,4 hektar, luas lahan tersebut masuk dalam kategori rendah.

57

AnalisisHubungan KarakteristikSosial-Ekonomi Rumahtangga dengan Perandan Status Perempuan Petani Padidalam ProgramPertanian Go

Organik 2010

Karakteristik sosial ekonomi penerima program Go Organik memiliki hubungan dengan keterlibatan mereka didalam program tersebut. Karakteristik sosial ekonomi tersebut berhubungan dengan peran dan status yang akan mereka jalankan didalm program, baik bagi penerima perempuan maupun laki-laki. Karakteristik sosial ekonomi tersebut digolongkan menjadi empat kategori, yakni status pernikahan, posisi dalam masyarakat, kepemilikan lahan serta luas lahan yang dimiliki maupun diolah oleh masing-masing responden.

Pengujian hubungan antar variable dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Rank Spearman dimana variable yang digunakan keduanya merupakan data dengan skala ordinal. Untuk data nominal, digunakan uji chisquare yang akan menghasilkan data untuk menunjukan besarnya hubungan yang terjadi antara dua variabel yang memiliki jenis data yang berbeda, yakni ordinal dan nominal maupun data nominal untuk kedua variabelnya.

Uji hubungan antar variable ini didukung oleh program SPSS Statistics 20.00. Adapun ketentuan hipotesis akan diterima apabila nilai korelasi dari masing-masing variable lebih dari 0 dan kurang dari 1 yang artinya terdapat hubungan antara variable yang diuji. Selain itu, adanya nilai signifikasi (sig-2 tailed) lebih kecil dari α (0,05), yang artinya hubungan antar variable tersebut signifikan dan sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0,05), artinya hubungan antar variable tersebut tidak signifikan. Berikut adalah penjelasan mengenai hubungan karakteristik individu dengan peran dan status perempuandalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor.

Hubungan Status Pernikahan dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Status Pernikahan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yang dihitung menggunakan skala nominal, yakni belum menikah, menikah dan cerai. Nilai korelasi yang terjadi antara status pernikahan penerima program dengan tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010 adalah sebesar α= 0,63 bagi penerima program perempuan, sedangkan untuk penerima program laki-laki didapatkan nilai korelasi hubungan dengan α= 0,591.

Setelah didapatkan hasil korelasi dengan menggunakan uji chisquaredapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pernikahan penerima program dengan tingkat beban kerja yang terjadi dalam program Go Organik 2010. Tingkat beban kerja yang dilakukan dalam program Go Organik 2010 tidak ditentukan oleh menikah atau tidaknya petani tersebut, namun lebih banyak dilakukan dengan melihat

58

kekuataan yang dimiliki oleh individu petani tersebut. Kebanyakan petani laki-laki melakukan pekerjaan yang lebih banyak dalam proses budidaya padi organik tersebut dibandingkan dengan perempuan yang hanya menjalankan sebagian dari proses pertanian organik ini.

Tabel dibawah memperlihatkan bahwasannya jumlah penerima program Go Organik 2010 baik perempuan maupun laki-laki mayoritas berada pada kategori menikah. Mayoritas perempuan berada pada peran dalam kategori sedang dan telah menikah, hanya 2 perempuan yang memiliki peran rendah namun masih dalam kategori menikah. Sama halnya dengan perempuan, laki-laki yang memiliki peran tinggi pada status menikah terdapat 13 orang dan 4 orang yang memiliki peran sedang masih dalam status yang sama. Ini membuktikan bahwa status pernikahan tidak berhubungan dengan besarnya peran yang mereka dapatkan. Karena keterlibatan mereka dalam program tidak ditentukan oleh status mereka sebagai istri maupun suami didalam rumah tangga. Pada tabel 23 pun tidak terlihat kecenderungan bahwa terdapat perbedaan peran antara penerima program yang telah menikah maupun cerai.

Tabel 23 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut status pernikahan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010

Tingkat Beban Kerja

Status Pernikahan Peserta Perempuan

n (%)

Status Pernikahan Peserta Laki-laki

n (%) Belum

Menikah

Menikah Cerai Belum Menikah Menikah Cerai Rendah 0 2 0 0 0 1 (0,00) (10,53) (0,00) (0,00) (0,00) (25,0) Sedang 0 17 2 0 4 0 (0,00) (89,47) (100) (0,00) (23,53) (0,00) Tinggi 0 0 0 0 13 3 (0,00) (0,00) (0,00) (0,00) (76,47) (75,0) Total 0 19 2 0 17 4 n % (0,00) (100) (100) (0,00) (100) (100)

Hubungan Status Pernikahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Nilai korelasi yang didapatkan antara kontrol terhadap sumberdaya pertanian dalam program Go Organik 2010 dengan status pernikahan penerima program sebesar α= 0,643 untuk penerima program perempuan dan untuk penerima program laki-laki didapatkan nilai korelasi sebesar α=0,242. Hasil yang didapatkan melalui uji chisquare ini memperlihatkan bahwa tidak terjadi hubungan antara status pernikahan yang dimiliki oleh penerima program baik perempuan maupun laki-laki dengan tingkat kontrol

59 terhadap sumberdaya yang dapat dimiliki oleh penerima program Go Organik 2010.

Hal yang menyebabkan tidak adanya hubungan antara status pernikahan dengan status dalam program Go Organik 2010 adalah karena kontrol yang dilakukan lebih ditentukan oleh seberapa besar posisi yang mereka duduki dalam masyarakat maupun dalam keanggotaan Gapoktan yang mengelola sumberdaya pertanian yang disediakan. Selain itu, tidak adanya hubungan yang terjadi antara keduanya juga dikarenakan status pernikahan tidak mempengaruhi penerima program perempuan maupun laki-laki untuk mau ikut andil dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan dalam setiap kegiatannya.

Tabel 24 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut status pernikahan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010

Kontrol

Status Pernikahan Peserta Perempuan

n (%)

Status Pernikahan Peserta Laki-laki

n (%) Belum

Menikah

Menikah Cerai Belum Menikah Menikah Cerai Rendah 0 13 2 0 7 0 (0,00) (68,42) (100) (0,00) (41,18) (0,00) Sedang 0 5 0 0 6 3 (0,00) (26,32) (0,00) (0,00) (35,30) (75,0) Tinggi 0 1 0 0 4 1 (0,00) (5,26) (0,00) (0,00) (23,52) (25,0) Total 0 19 2 0 17 4 n % (0,00) (100) (100) (0,00) (100) (100)

Tabel 24 memperliahatkan bahwa penerima program perempuan baik yang memiliki status telah menikah maupun cerai tetap berada pada status yang rendah. Hal ini membuktikan bahwasannya status pernikahan tidak memiliki hubungan dengan tingkat kontrol yang dapat dilakukan dalam mengelola sumberdaya pertanian yang ada. Hal yang sama pun dapat dilihat pada penerima program laki-laki, penyebaran tingkat kontrol dari kategori sedang hingga tinggi tidak dipengaruhi oleh status pernikahan yang dimiliki. Dapat disimpulkan bahwasannya tidak terdapat kecenderungan perbedaan status yang dimiliki oleh penerima program perempuan maupun laki-laki yang disebabkan oleh status pernikahan.

60

Hubungan Posisi dalam Masyarakat denganTingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Posisi dalam masyarakat dikategorikan menjadi tiga kategori yang diukur menggunakan skala nominal, yakni warga biasa, aktivis desa dan tokoh masyarakat. Pengkategorian posisi ini disesuaikan dengan posisi apa saja yang terdapat dalam struktur Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Setelah diuji menggunakan uji chisquare, didapatkan nilai α= 0,002 untuk penerima program perempuan dan untuk penerima program laki-laki adalah sebesar 0,036.

Hasil uji chi-square yang didapatkan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara posisi dalam masyarakat baik perempuan maupun laki-laki dengan tingkat beban kerja yang ada dalam program Go Organik 2010. Hal ini dikarenakan nilia α yang didapatkan dari hasil uji chi-square tersebut lebih kecil dari 0,005 yang menjadi nilai standar hubungan yang signifikan. Pada kenyataannya, pembagian kerja tidak terlalu dipengaruhi oleh posisi dalam masyarakat, dengan kata lain hubungan yang terjadi diantara kedua variable tidak terlalu kuat.

Tabel 25 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut posisi dalam masyarakat dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010

Tingkat Beban Kerja

Posisi Peserta Perempuan n (%)

Posisi Pernikahan Peserta Laki-laki n (%) Warga Biasa Kader Tokoh Masyarakat Warga Biasa Kader Tokoh Masyarakat Rendah 2 0 0 1 0 0 (9,52) (0,00) (0,00) (6,67) (0,00) (0,00) Sedang 19 0 0 1 2 1 (90.48) (0,00) (0,00) (6,67) (100) (25,0) Tinggi 0 0 0 13 0 3 (0,00) (0,00) (0,00) (86,66) (0,00) (75,0) Total 21 0 (0,00) 15 2 4 n % (100) (0,00) (0,00) (100) (100) (100)

Tabel 25 menunjukan bahwa penerima program perempuan seluruhnya hanya memiliki posisi sebagai warga biasa didalam masyarakat, dan sebagian besar berada pada peran yang sedang dan tidak ada yang berada pada peran yang tinggi. Sedangkan untuk penerima program laki-laki mayoritas berada pada peran yang tinggi. Untuk penerima program yang berprofesi sebagai aktivis desa berada pada peran yang sedang. Hal ini dikarenakan waktu yang mereka curahkan terbatas lantaran harus berbagi waktu dengan tugasnya dengan pekerjaan yang lainnya.

61

Hubungan Posisi dalam Masyarakat dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Nilai korelasi yang didapatkan dari hasil uji chi-square yang dilakukan untuk melihat hubungan antara posisi dalam masyarakat dengan kontrol terhadap sumberdaya pertanian yang dapat mereka lakukan dalam program Go Organik 2010 didapatkan nilai sig sebesar 0,00 untuk penerima program perempuan dan untuk penerima program laki-laki didapatkan nilai sig sebesar 0,040. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara posisi dalam masyarakat yang diduduki oleh penerima program dengan tingkat kontrol terhadap sumberdaya yang dapat mereka lakukan.

Posisi dalam masyarakat memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat kontrol yang dapat mereka lakukan karena ketika penerima program tersebut memiliki posisi yang cukup dihormati seperti tokoh masyarakat maka setiap saran yang diberikan akan selalu dipertimbangkan. Hal lain yang membuat posisi berhubungan dengan tingkat kontrol adalah karena ketika seseorang sudah memiliki posisi terterntu, misalnya tokoh masyarakat maka secara tidak langsung masyarakat sudah menaruh kepercayaan kepda individu tersebut. Hal ini yang membuat akan lebih mudah untuk mereka mengontrol sumberdaya pertanian yang disediakan.

Tabel 26 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut posisi dalam masyarakat dan tingkat kontrol dalam program pertanian Go Organik 2010

Tingkat Kontrol

Posisi Peserta Perempuan n (%)

Posisi Peserta Laki-laki n (%) Warga Biasa Kader Tokoh Masyarakat Warga Biasa Kader Tokoh Masyarakat Rendah 15 0 0 7 0 0 (75,0) (0,00) (0,00) (46,67) (0,00) (0,00) Sedang 5 0 0 7 1 1 (25,0) (0,00) (0,00) (46,67) (50,0) (25,0) Tinggi 0 0 1 1 1 3 (0,00) (0,00) (100) (6,66) (50,0) (75,0) Total 20 0 1 15 2 4 n % (100) (100) (100) (0,00) (100) (100)

Tabel 26 menunjukan bahwa terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi posisi dalam masyarakat yang dimiliki oleh penerima program maka semakin tinggi pula tingkat kontrol terhadap sumberdaya yang dapat mereka lakukan dan menunjukan semakin tinggi status mereka. Hal ini membukt ikan bahwa tokoh masyarakat memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi dalam masyarakat yang lainnya. Hal yang sama pun dapat dilihat pada penerima program perempuan yang memiliki posisi sebagai tokoh masyarakat yang juga memiliki status pada kategori tinggi. Selain itu, pada penerima program yang memiliki posisi

62

sebagai kader pun status yang dimiliki masuk dalam kategori sedang dan tinggi, tidak terdapat kader maupun tokoh masyarakat yang memiliki status rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara posisi masyarakat dengan status perempuan dalam program Go Organik 2010.

Hubungan Kepemilikan Lahan denganTingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Kepemilikan lahan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kategori, yakni lahan sewa, lahan garap dan lahan milik sendiri. Setelah diuji menggunakan uji chisquare, maka didapatkan nilai sig sebesar 0,040 untuk penerima program perempuan dan untuk penerima program laki-laki didapatkan nilai sig sebesar 0,054. Dengan nilai sig yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara kepemilikan lahan dan tingkat beban kerja yang terjadi dalam progam Go Organik 2010.

Hubungan yang terjadi diantara keduanya dapat dilihat dari tingkat beban kerja yang dimiliki oleh petani yang memiliki lahan sendiri cenderung lebih rendah dibandingkan dengan petani yang mengolah atau menggarap lahan milik ornag lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel 27.

Tabel 27 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut kepemilikan lahan dan tingkat beban kerja dalam program pertanian Go Organik 2010

Tingkat Beban Kerja

Kepemilikan Lahan Peserta Perempuan n (%) Kepemilikan Lahan Peserta Laki-laki n (%) Lahan Sewa Lahan Garap Milik Sendiri Lahan Sewa Lahan Garap Milik Sendiri Rendah 0 1 1 0 0 1 (0,00) (5,26) (50,0) (0,00) (0,00) (20,0) Sedang 0 18 1 0 2 2 (0,00) (94,74) (50,0) (0,00) (12,5) (40,0) Tinggi 0 0 0 0 14 2 (0,00) (0,00) (0,00) (0,00) (87,5) (40,0) Total 0 19 2 0 16 5 n % (0,00) (100) (100) (0,00) (100) (100)

Tabel 27 menunjukan bahwa pemilik lahan sendiri yang dimiliki oleh petani berhubungan dengan besarnya tingkat beban kerja yang dilakukan. Petani pemilik lahan sendiri cenderung memiliki peran yang lebih rendah dikarenakan mereka lebih banyak mempekerjakan orang lain untuk mengolah lahan mereka. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas pemilik lahan sendiri baik bagi penerima program perempuan maupun laki-laki berada

63 pada peran yang rendah hingga sedang. Mereka memilih menggunakan tenaga kerja orang lain karena merasa hal seperti ini lebih memberi keuntungan dibandingkan harus menyewakan atau menyerahkan lahan mereka untuk digarap oleh orang lain.

Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Nilai sig yang didapatkan melalui uji chisquare untuk melihat hubungan antara kepemilikan lahan dengan kontrol terhadap sumberdaya adalah sebesar 0,643 untuk penerima program perempuan dan sig = 0,186 untuk penerima program laki-laki. Jika melihat dari hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepemilikan lahan yang dimiliki oleh penerima program perempuan maupun laki-laki dengan kontrol terhadap sumberdaya pertanian yang dapat mereka lakukan.

Hubungan yang tidak terjadi diantara dua variable ini juga ditemukan dilapangan. Besarnya kontrol terhadap sumberdaya pertanian yang tersedia tidak ditentukan oleh kepemilikan lahan yang dimiliki oleh masyarakat. Meskipun lahan yang dimiliki oleh penerima program adalah lahan milik sendiri, namun mereka belum tentu memiliki kewenangan untuk menentukan penggunaan alat dan bahan pertanian yang disediakan.

Tabel 28 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut kepemilikan lahan dan tingkat kontrol dalam program pertanian Go Organik 2010

Tingkat Kontrol

Kepemilikan Lahan Peserta Perempuan

n (%)

Kepemilikan Lahan Peserta Laki-laki n (%) Lahan Sewa Lahan Garap Milik Sendiri Lahan Sewa Lahan Garap Milik Sendiri Rendah 0 14 1 0 7 0 (0,00) (73,69) (50,0) (0,00) (43,75) (0,00) Sedang 0 4 1 0 6 3 (0,00) (21,05) (50,0) (0,00) (37,5) (60,0) Tinggi 0 1 0 0 3 2 (0,00) (5,26) (0,00) (0,00) (18,75) (40,0) Total 0 19 2 0 16 5 n % (0,00) (100) (100) (0,00) (100) (100)

Tabel 28 menunjukan bahwa kepemilikan lahan tidak berhubungan secara signifikan dengan tingginya status yang mereka miliki, dapat dilihat dari penyebaran tingkat kontrol yang merata disetiap kepemilikan luas lahan yang dimiliki. Baik individu yang memiliki lahan garap maupun lahan sendiri memiliki tingkat kontrol yang relatif sama. Hal ini membuktikan

64

bahwa tidak ada hubungan yang terjadi antara kepemilikan lahan dengan status perempuan dalam program Go Organik 2010.

Hubungan Luas Lahan yang Dimiliki denganTingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Luas lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil dari data lapangan yang sudah ditemukan jumlah rata-ratanya. Luas lahan dikategorikan menjadi tiga kategori yakni luas lahan 0,1 sampai 0,4 hektar masuk dalam kategori rendah, luas 0,9 sampai 1,2 hektar masuk dalam kategori tinggi. Setelah menggunakan uji Rank Spearman didapatkan nilai korelasi sebesar -0,188 dengan α= 0,413 untuk penerima program laki- laki dan untuk penerima program perempuan didapatkan nilai korelasi sebesar -0,45 dengan α= 0,038.

Nilai korelasi yang didapatkan menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara luas lahan yang dimiliki oleh penerima program tidak terlalu signifikan dengan peran perempuan dalam program Go Organik 2010. Hal ini dikarenakan luas lahan yang rendah tidak menentukan bahwa peran yang dilakukan juga rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 29.

Tabel 29 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut luas lahan dan tingkat beban kerja dalam program pertanian Go Organik 2010 Tingkat

beban kerja

Luas Lahan Peserta Perempuan

n (%)

Luas Lahan Peserta Laki-laki n (%)

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Rendah 0 2 0 0 0 1 (0,00) (15,38) (0,00) (0,00) (0,00) (25,0) Sedang 15 4 0 1 1 2 (100) (84,62) (0,00) (8,33) (20,0) (50,0) Tinggi 0 0 0 11 4 1 (0,00) (0,00) (0,00) (91,67) (80,0) (25,0) Total 15 6 0 12 5 4 n % (100) (100) (100) (100) (100) (100)

Penerima program perempuan mayoritas berada pada kepemilikan

Dokumen terkait