• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN DAN STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DALAM

PROGRAM PERTANIAN GO ORGANIK DI KABUPATEN

BOGOR

Gebyar Trisula Pinandita

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN

HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogoradalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

GEBYAR TRISULA PINANDITA. Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor. Dibimbing Oleh TITIK SUMARTI.

Program Pertanian Go Organik adalah program yang dilakukan untuk menjaga kualitas sumberdaya alam yang ada. Desa Ciburuy di Kabupaten Bogor merupakan salah satu desa pertanian padi sawah yang menerapkan pertanian organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik relative lebih rendah dibandingkan laki-laki. Tingkat beban kerja dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya program relative lebih rendah dibandingkan laki-laki. Pekerja perempuan masih dianggap sebagai tenaga tambahan yang membantu kerja laki-laki karena dianggap lebih lemah, menunjukkan isu stereotipe dalam program; (2) Kepemilikan lahan berhubungan dengan peran perempuan dalam program pertanian Go Organik; (3) Luas lahan, posisi dalam masyarakat, serta akses terhadap sumberdaya berhubungan dengan status perempuan dalam program pertanian Go Organik.

Kata Kunci: peran, status, petani perempuan, pertanian organik

ABSTRACT

GEBYAR TRISULA PINANDITA . The Role and Status of Women Rice Farmers in Agriculture Programme of Go Organic in Ciburuy, Bogor. Undersupervision of TITIK SUMARTI.

Go Organic Agriculture Program is a program meant to maintain the quality of the natural resources. Ciburuy village in Bogor Regency is one of the land rice farming village that apply organic farming. The purpose of this study is to analyze the role and status of women rice farmers in theagriculture programs Go Organic. The results showed that: (1) The role and status of women in the rice farmers agriculture program of Go Organic is relatively lower than men. The level of women's workload and control of the program's resources is relatively lower than men. Women workers are still considered as the extra energy that helps working men because considered as a weaker, indicating stereotype issues in the program; (2) Ownership of land relatedto the role of women in the agriculture program of Go Organik ; (3) The area of land, position in society, and access to resources related to women's status in the agriculture program of Go Organic.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PERAN DAN STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DALAM

PROGRAM PERTANIAN GO ORGANIK DI KABUPATEN

BOGOR

Gebyar Trisula Pinandita

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(7)

Judul Skripsi :Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor

Nama :Gebyar Trisula Pinandita NIM :I34100031

Disetujui oleh

Dr Ir Titik Sumarti, MC,MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc. Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor “ dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada nabi besar Rasulullah SAW.

Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih kepada:

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MC, Msselaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

2. Ayah Budi Prabowo, Ibunda Ningsih Prihatin, Kakak Gelar Trisula serta AdikGading Leoni, yang merupakan sumber motivasi penulis dalam segala hal.

3. Dr Satyawan Sunito selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya dan memberi masukan dalam hal akademik.

4. Teman-teman seperjuangan Saefihim, Yudhistira, Izmi, Anggi, Sakinah, Fadhianisa, Putri Nurgandini, Salis Rizka, Lorensa, Ahmad Fauzi, dan Puteri Nadiyatul atas semangat dan kebersamaan layaknya keluarga.

5. Sahabat yang selalu mendukung Indah Fajarwati, Nurul Diar, Atika Nadhira, Muthia Aztari, Susi dan Herdimaz atas dukungan yang tidak ada henti-hentinya.

6.

Teman-teman satu bimbingan, Mutmainna, Cynthia Wijaya, dan Mona De Anesya yang saling menyemangati satu sama lain.

7. Teman-teman seperjuangan SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan selama ini.

8. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya studi pustaka ini

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang peran dan status perempuan.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 7

Pembangunan Pertanian 7

Peran dan Status 8

Konsep Gender 9

Faktor yang menentukan perbedaan Peran dan Status 12

Kerangka Pemikiran 14

Hipotesis Penelitian 15

Definisi Operasional 16

PENDEKATAN LAPANGAN 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Metode Penelitian 19

Teknik Penentuan Responden dan Informan 19

Teknik Pengumpulan Data 20

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 21

PROFIL DESA CIBURUY DAN PROGRAM PERTANIAN GO

ORGANIK 2010 22

Karakteristik Geografis 22

Karakteristik Penduduk 23

Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat 24

Program Go Organik 2010 27

PERAN DAN STATUS PEREMPUAN DALAM PROGRAM

(11)

Peran Perempuan Petani Padi dalam Progam Pertanian Go Organik 2010 Di

Kabupaten Bogor 31

Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Di Kabupaten Bogor 34

KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERAN DAN STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DALAM

PROGRAM GO ORGANIK 2010 DI KABUPATEN BOGOR 39

Usia 39

Tingkat Pendidikan 40

Tingkat Pendapatan 40

Hubungan Usia dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian

Go Organik 2010 43

Hubungan Usia dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian dalam

Program Pertanian Go Organik 2010 45

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Beban Kerja dalam

Program Pertanian Go Organik 2010 46

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya

Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010 47 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Beban Kerja dalam

Program Pertanian Go Organik 2010 48

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya

Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010 50 KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENERIMA PROGRAM GO

ORGANIK 2010 DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERAN DAN

STATUS PEREMPUAN PETANI PADI DI KABUPATEN BOGOR 53

Status Pernikahan 53

Posisi Dalam Masyarakat 54

Kepemilikan Lahan 54

Luas Lahan Yang Dimiliki 55

Hubungan Status Pernikahan dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program

Pertanian Go Organik 2010 57

Hubungan Status Pernikahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya

Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010 58 Hubungan Posisi dalam Masyarakat dengan Tingkat Beban Kerja dalam

(12)

Hubungan Posisi dalam Masyarakat dengan Kontrol terhadap

Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010 61 Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Tingkat Beban Kerja dalam

Program Pertanian Go Organik 2010 62

Hubungan Kepemilikan Lahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya

Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010 63 Hubungan Luas Lahan yang Dimiliki dengan Tingkat Beban Kerja dalam

Program Pertanian Go Organik 2010 64

Hubungan Luas Lahan dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian

dalam Program Pertanian Go Organik 2010 65

TINGKAT AKSES DALAM PROGRAM PERTANIAN GO ORGANIK 2010 PADA PETANI PADI DI KABUPATEN BOGOR DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PERAN DAN STATUS PEREMPUAN

PETANI PADI DI KABUPATEN BOGOR 67

Hubungan Tingkat Akses Terhadap Sumberdaya Pertanian dengan

Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian 68

Go Organik 2010 68

Hubungan Tingkat Akses Terhadap Sumberdaya Pertanian dengan Kontrol terhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go

Organik 2010 69

SIMPULAN DAN SARAN 73

Simpulan 73

Saran 73

DAFTAR PUSTAKA 75

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Uji statistik reliabilitas 20

Tabel 2 Luas wilayah lahan pertanian dan ternak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor 23 Tabel 3 Keadaan penduduk Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong

Berdasarkan Usia 23

Tabel 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Tahun 2013 24 Tabel5 Sumber Mata Pencaharian Utama Penduduk Desa Ciburuy

Kecamatan Cigombong Selama Tahun 2013 25 Tabel 6 Pembagian peran dalam program Go Organik 2010 32 Tabel 7 Jumlah dan presentase tingkat beban kerja dalam program Go

Organik 2010 berdasarkan jenis kelamin 33 Tabel 8 Kontrol sumberdaya pertanian dalam program Go Organik 2010

berdasarkan jenis kelamin 35

Tabel 9 Jumlah dan presentase tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 berdasarkan jenis kelamin 36 Tabel 10 Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin

dan golongan umur pada tahun 2014 39

Tabel 11 Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan pada tahun 2014 40 Tabel 12 Jumlah dan presentase penerima program berdasarkan jenis

kelamin dan tingkat pendapatan pada tahun 2014 41 Tabel 13 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut usia dan

tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010 44 Tabel 14 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut usia dan

tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 46 Tabel 15 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat

pendidikan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik

2010 47

Tabel 16 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 48 Tabel 17 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat

pendapatan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik

2010 49

Tabel 18 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat pendapatan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 50 Tabel 19 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin

dan status pernikahandalam program Go Organik 2010 53 Tabel 20 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin

dan posisi dalam masyarakatdalam program Go Organik 2010 54 Tabel 21 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin

(14)

Tabel 22 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut jenis kelamin dan luas lahan yang digarapdalam program Go Organik 2010 55 Tabel 23 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut status

pernikahan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik

2010 58

Tabel 24 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut status pernikahan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 59 Tabel 25 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut posisi dalam

masyarakat dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik

2010 60

Tabel 26 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut posisi dalam masyarakat dan tingkat kontrol dalam program Go Organik

2010 61

Tabel 27 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut kepemilikan lahan dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010 62 Tabel 28 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut kepemilikan

lahan dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 63 Tabel 29 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut luas lahan

dan tingkat beban kerja dalam program Go Organik 2010 64 Tabel 30 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut luas lahan

dan tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 65 Tabel 31 Tingkat akses perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya

pertanian dalam program Go Organik 2010 67 Tabel 32 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat akses

terhadap sumberdaya dan tingkat beban kerja dalam program Go

Organik 2010 69

Tabel 33 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat akses terhadap sumberdsya dengan tingkat kontrol dalam program Go

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Analisis Peran dan Status Perempuan dalam Program Go Organik 2010 pada petani padi di

Kabupaten Bogor 15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kerangka Sampling dan Sample Penelitian 77

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian 79

Lampiran 3 Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 84

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program pertanian Go Organik merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk menunjang program ketahanan dan kemandirian masyarakat dibidang pertanian. Dengan digulirkannya program pertanian tersebut, berdampak pada sektor swasta sebagai pelaku usaha untuk turut serta berpartisipasi mensukseskan ketahanan dan kemandirian dibidang pertanian. Program Go Organik tidak lepas dari kesadaran para pelaku usaha pertanian akan kelestarian berupa sumberdaya alam pertanian. Disamping itu, status sosial pelaku pertanian organik meningkat yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan yang mereka peroleh ketika menerapkan pertanian padi organik (Departemen Pertanian 2002).

Tujuan dari dijalankannya program pertanian Go Organik seperti yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian (2002) adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, menghasilkan pangan yang cukup, aman dan berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis, serta meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan impresif premium produk. Dengan diberlakukannya program-program pertanian baru seharusnya dapat meningkatkan kualitas hidup petani beserta keluarganya, namun pada kenyataannya keadaan mereka tidak banyak berubah. Terutama pada petani perempuan yang masih mendapatkan akses dan kontrol yang kecil terhadap upah maupun sumberdaya pertanian lainnya.

Pembangunan dalam sektor pertanian ini belum sesuai dengan relasi gender atau dapat dikatakan bias gender. Relasi gender dapat diartikan sebagai sebuah faktor penentu yang dapat menentukan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, sumberdaya, kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan dalam bergerak dan kebebasan dalam menentukan pilihan (Mugniesyah 2007). Di bidang pertanian, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah masyarakat Indonesia yang berperan sebagai petani adalah sebanyak 26,13 juta orang, dimana didalamnya terdiri dari perempuan yang mencapai 55,2 persen dari total petani saat itu. Sedangkan petani laki-laki hanya 44 persen. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 D ayat (2) disebutkan: ”Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Ini berarti negara kita tidak menghendaki adanya diskriminasi dalam pekerjaan, baik pekerja laki-laki maupun perempuan. Kedua-duanya berhak mendapat imbalan dan perlakuan adil dalam pekerjaan.

(18)

2

perempuan mendapat upah Rp 14.099 per hari atau 80% dari upah buruh tani laki-laki yang sebesar Rp 17.438. Kenyataan yang diskriminatif ini dikuatkan dengan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 tahun 1988 yang berisi bahwa perempuan tidak mendapatkan tunjangan kesehatan bila suami sudah mendapatkan hak yang serupa.

Peran perempuan dalam sektor pertanian pun semakin terancam dengan semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap fakta, bahwa sepanjang tahun 2008 hingga 2010, laju konversi lahan sawah di Pulau Jawa sebesar 600 ribu hektar, atau bila dirata-ratakan mencapai 200 ribu hektar/tahun. Selain itu, penurunan kondisi pertanian di Indonesia juga ditunjukan oleh hasil Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik tahun 2013 tentang penurunan jumlah rumah tangga di sektor pertanian. BPS mencatat jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 26,13 juta, menurun dibandingkan tahun lalu sebanyak 31,17 juta. Hal ini juga berimplikasi pada jumlah produksi yang kian lama juga kian menurun.

Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah pertanian dikarenakan sektor pertanian memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidupnya disektor pertanian sebagai petani. Sektor pertanian terdiri dari pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan memiliki potensi yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. Selain itu, banyak juga lahan-lahan di Indonesia yang dijadikan sebagai lahan pertanian yang dapat menunjang kehidupan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Desa ini telah melaksanakan program pertanianGo Organikyang mengutamakan pertanian organik yang bebas dari pupuk kimia dan pestisida sejak tahun 2002. Pada tahun 2004, Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Yayasan Dompet Dhuafa Republika mendukung pengembangan pertanian organik khususnya padi sehat melalui Program Pemberdayaan Pertanian Sehat (seperti memberikan pelatihan pada para petani) dan memberi jaminan pasar beras sehat tersebut. Kerjasama antara kelompok tani, koperasi, dan LPS ini mampu menciptakan sebuah produk unggulan, yaitu beras Sehat, Aman, Enak (SAE) dan telah memiliki jaringan distribusi yang relatif tetap. Hasil panen padi yang dihasilkan juga tidak lagi mengandung bahan pestisida kimia, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas.

(19)

3

Perumusan Masalah

Pertanian merupakan salah satu bidang usaha yang banyak menarik tenaga kerja perempuan didalamnya. Namun dengan semakin menurunnya jumlah lahan pertanian membuat peran dan status perempuan semakin tersingkir. Ditambah dengan semakin banyaknya alat-alat pertanian baru yang semakin mempermudah tenaga kerja petani yang membuat tenaga kerja perempuan sebagai tenaga tambahan tidak lagi dibutuhkan. Tidak terkecuali dengan program Go Organik 2010 yang merupakan program pertanian pemerintah yang memberikan bantuan kepada petani untuk semakin memudahkan kerja mereka dilahan pertanian. Penelitian ini ingin melihat bagaimana peran dan status perempuanpetani padi dibandingkan dengan laki-laki dalam program pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor?

Program pembangunan pertanian merupakan program yang sudah beberapa tahun belakangan ini menjadi perhatian pemerintah. Bukan saja untuk meminimalisir impor yang kian lama kian meningkat, namun hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani yang masih terus menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian. Program Go Organik merupakan salah satu program yang diterbitkan oleh pemerintah. Program ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia agar kualitas produk hasil pertanian yang dihasilkan menjadi lebih baik. Selain itu, harga jual yang tinggi membuat program ini dapat membantu para petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Program ini dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada petani supaya dapat terampil dalam melakukan usaha pertanian organik ini. Namun, petani yang ikut serta dalam usaha peningkatan kesejahteraan ini masih didominasi oleh petani laki-laki saja, sedangkan petani perempuan masih belum terasa antusiasmenya. Wahyuningsih (2012) dalam penelitiannya mengenai gender pada masyarakat nelayan mengatakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi peran dan status seseorang adalah karakteristik individu responden tersebut. Oleh sebab itu penting untuk dianalisis, selain jenis kelamin apakah karakteristik individu berhubungan dengan peran dan status dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor?

(20)

4

Program Go Organik 2010 memberikan fasilitas kepada petani dengan memberikan bukan hanya pelatihan namun pupuk organik yang akan digunakan dalam proses penanaman. Selain itu, penggunaan teknologi juga membantu cara bekerja petani agar lebih mudah dan dapat bekerja lebih efisien. Namun, penggunaan teknologi masih didominasi oleh pihak laki-laki lantaran laki-laki dianggap lebih terampil dalam penggunaan teknologi. Hal ini membuat perempuan tani terlihat tidak berkembang dengan masih digunakannya alat-alat sederhana dalam proses penanaman. Sehingga perlu dikaji bagaimana tingkat akses terhadap sumberdaya dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian umum pada penelitian ini adalah menganalisis peran dan status perempuan petani padi dalam program Go Organik yang terdapat di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Adapun tujuan-tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perbedaan peran dan status perempuan petani padi dibandingkan dengan laki-laki dalam program Go Organikdi Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan peran dan status perempuan petani padi dalam program Go Organikdi Kabupaten Bogor. 3. Menganalisis hubungan karakteristik sosio-ekonomi rumahtangga dengan

peran dan status perempuan petani padi dalam program Go Organikdi Kabupaten Bogor.

4. Menganalisis hubungan tingkat akses sumberdaya pertanian terhadap peran dan status perempuan petani padi dalam program Go di Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi penulis sebagai syarat kelulusan sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. 2. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah penelitian mengenai peran dan status perempuan dalam Program Pertanian. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau literatur bagi akademisi yang ingin meneliti lebih jauh mengenai peran dan status perempuan dalam program pertanian di Indonesia.

(21)

5 untuk lebih meningkatkan kesejahteraan petani perempuan melalui program pertanian yang berasaskan gender.

(22)
(23)

7

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan sosial. Implementasinya tidak hanya ditunjukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraaan petani semata, tetapi sekaligus juga dimaksudkan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal dan Sudaryanto 2008).

Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi: (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) adanya perangsang produksi bagi petani, (4) tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, dan (5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Adapun syarat pelancar pembangunan pertanian meliputi: (1) pendidikan pembangunan, (2) kredit produksi, (3) kegiatan gotong royong petani, (4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan (5) perencanaan nasional pembangunan pertanian.

Pentingnya peran sektor pertanian dalam ekonomi suatu negara dikemukakan oleh Meier (1995) dalam handoyo (2008) sebagai berikut: (1) dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam ekonomi yang berkembang, (2) dengan menyediakan surplus yang dapat diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor lain yang berkembang, (3) dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain, sehingga akan meningkatkan permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang, dan (4) dengan menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor.

(24)

8

usaha, perlindungan harga gabah, kebijakan proteksi dan promosi lainnya (Departemen Pertanian 2005).

Peran dan Status

a. Peran

Palit (2009) mengatakan peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseornag yang memiliki status atau posisi tertentu dalam masyarakat. Peran merupakan aspek dinamis dari status, dan apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang tersebut menjalankan sebuah peranan.

Menurut Soekanto (1990), peranan mencakup paling sedikit tiga hal, yakni: (1) Peranan norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, dan (3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial dalam masyarakat. Dalam suatu sistem sosial, setiap orang memiliki posisi, dan setiap posisi ini mempunyai fungsi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Peran merupakan fungsi yang melekat pada posisi. Peran dapat dilihat dari aspek status dalam masyarakat yang dapat dibedakan berdasarkan pada jenis pekerjaan, umur, dan jenis kelamin.

Terdapat banyak perbedaan perlakuan yang diterima oleh perempuan dalam dunia kerja sehingga berpengaruh pada rendahnya kedudukan mereka. Sebagaimana dikutip oleh Saptari (1997) menurut Alison Scott, seorang ahli sosiologi Inggris melihat berbagai bentuk marginalisasi dalam empat bentuk yaitu: (1) Proses pengucilan, perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau jenis kerja tertentu, (2) Proses pergeseran perempuan ke pinggiran (margins) dari pasar tenaga kerja, berupa kecenderungan bekerja pada jenis pekerjaan yang memiliki hidup yang tidak stabil, upahnya rendah, dinilai tidak atau kurang terampil, (3) Proses feminisasi atau segregasi, pemusatan perempuan pada jenis pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau pemisahan yang semata-mata dilakukan oleh perempuan saja atau laki-laki saja. (4) Proses ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat yang merujuk di antaranya perbedaan upah.

Proses marginalisasi terhadap perempuan dapat dilihat pada program pemerintah orde baru yang menyebabkan terpinggirnya perempuan ke tempat semula akibat diterapkannya teknologi canggih, misalnya, mengganti tenaga bagian linting rokok, pengepakan dan proses produksi dalam suatu perusahaan dengan mesin-mesin yang lebih praktis dan ekonomis, sementara pekerja di bidang ini yang mayoritas ditekuni perempuan memupus harapan mereka untuk tetap dapat bekerja dalam rangka mengangkat derajat ekonomi keluarga. Mesin-mesin potong padi menggantikan pekerjaan ani-ani yang biasanya ditekuni perempuan, menjadikan mereka kehilangan pekerjaan.

(25)

9 perempuan terpinggirkan pada jenis-jenis pekerjaan yang upahnya rendah, kondisi kerja buruk, dan tidak memiliki keamanan kerja. Hal ini berlaku khusus bagi perempuan berpendidikan menengah ke bawah. Pekerjaan di kota adalah sebagai buruh pabrik, sedangkan di pedesaan adalah sebagai buruh tani. Hal yang perlu digarisbawahi disini adalah bahwa kecenderungan perempuan terpinggirkan pada pekerjaan marginal tersebut tidak semata-mata disebabkan faktor pendidikan. Dari kalangan pengusaha sendiri, terdapat preferensi untuk mempekerjakan perempuan pada sektor tertentu dan jenis pekerjaan tertentu karena upah perempuan lebih rendah dari laki-laki.

b. Status

Status menurut Linton dalam Wiryono (1994) merupakan tempat yang diduduki oleh seseorang atau sekelompok orang dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu yang diwujudkan dalam perilaku yang dinamakan peranan. Kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat dapat ditempatkan berdasarkan kelahiran (ascribed) dan kemampuan (achieved). Soekanto (1990) dengan mengutip Inkeles mendeskripsikan keduanya sebagai berikut:

1. Ascribed status, yaitu posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat yang dicapai berdasarkan kelahiran, garis keturunan, kasta dan agama. Misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula atau status seseorang dari kasta yang tinggi dalam masyarakat akan lebih terhormat dari orang yang berasal dari kasta yang lebih rendah.

2. Achieved status, yaitu posisi atau kedudukan yang dicapai oleh seseorang melalui usaha atau tindakan yang dilakukannya. Dengan kata lain achieved status adalah posisi atau kedudukan yang dicapai seseorang berdasarkan kemampuan/prestasinya. Achieved status kebanyakan berhubungan dengan dunia politik dan pekerjaan atau profesi. Misalnya, setiap orang dapat menjadi seorang dokter asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut bergantung pada yang bersangkutan bisa atau tidak menjalaninya. Apabila yang bersangkutan tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut, ia tidak akan mendapat kedudukan yang diinginkannya.

Konsep Gender

a. Pengertian Gender

(26)

10

gender sebagai sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa gender tidak bersifat universal dan bersifat dinamis dalam kerangka waktu tertentu. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin merupakan kodrat sedangkan gender bukanlah kodrat.

Perbedaan gender ini kemudian melahirkan pembagian kerja gender. Pembagian kerja gender ini tercermin dalam tiga peran gender yaitu reproduktif, produktif dan sosial. Peran reproduktif adalah kegiatan yang berkaitan dengan melahirkan dan mempersiapkan keperluan keluarga setiap hari. Peran produktif, yaitu kegiatan yang menghasilkan produksi barang atau jasa, untuk dikonsumsi sendiri atau dijual. Sedangkan peran sosial adalah kegiatan yang mencakup kegiatan sosial dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat. Ini terlihat dari kegiatan perayaan, selamatan, kesertaan dalam organisasi tingkat komunitas, kesertaan dalam kegiatan politik di tingkat komunitas dan lainnya.

b. Ketidakadilan Gender dan Alat Analisis Gender

Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki, maupun perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik laki-laki maupun perempuan menjadi korban dalam sistem tersebut.

Ketidakadilan gender, menurut Handayani (2002) terjadi selain karena adanya konstruksi sosial dan budaya, juga terjadi akibat adanya hegemoni patriarki yang menganggap bahwa laki-laki sebagai bapak berkuasa atas perempuan dan anak-anak. Hal ini menyebabkan dominasi laki-laki berlanjut dalam masyarakat dan berbagai bidang kehidupan. Selain itu, terjadinya ketidakadilan gender disebabkan pula oleh pembagian kerja gender yang tidak adil.

Fakih (1996) menyatakan beberapa bentuk ketidakadilan gender yaitu:

a. Marjinalisasi Perempuan

Proses marjinalisasi menyebabkan kemiskinan. Dari sumbernya bisa berasal dari kebijakan pemerintah, tafsiran agama, keyakinan tradisi, kebiasaan dan bahkan ilmu pengetahuan. Proses marjinalisasi misalnya adalah revolusi hijau, secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga memiskinkan mereka.

b. Subordinasi

Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional menyebabkan perempuan tidak bisa tampil memimpin. Akibatnya muncul sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting.

c. Stereotipe

(27)

11 adalah perempuan yang bersumber dari penandaan yang dilekatkan kepada mereka.

d. Kekerasan

Kekerasan (violence) adalah serangan atau invasi (assault) terhadap fisik maupu n integritas mental psikologis seseorang. Pada dasarnya, kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Banyak macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender diantaranya adalah pemerkosaan, pemukulan atau serangan fisik, penyiksaan yang mengarah pada organ alat kelamin, pelacuran, pornografi, kekerasan terselubung, pelecehan seksual dan lain sebagainya.

e. Beban Kerja

Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. Konsekuensinya banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras menyelesaikan segala pekerjaan rumah tangganya. Di kalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul peran kerja ganda.

Untuk menggambarkan keadaan dan hubungan antara perempuan dan laki-laki maka perlu adanya analisis gender. Analisis gender adalah alat analisis sosial (meliputi aspek ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi kondisi (situasi) dan kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat. Fokus utama analisis situasi gender meliputi tiga bagian utama, yaitu: (1) pembagian kerja atau peran, (2) akses dan kontrol terhadap sumberdaya serta manfaat program pembangunan, dan (3) partisipasi dalam kelembagaan dan pengambilan keputusan di dalam keluarga.

Pada tingkat keluarga/rumahtangga, analisis gender dilihat dari (a) pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dalam kegiatan produktif, reproduktif dan pengelolaan kelembagaan masyarakat serta curahan waktu dalam kegiatan tersebut, (b) akses dan kontrol perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya keluarga (lahan, anak, harta, pendidikan). Pada tingkat masyarakat, analisis gender menyoroti akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya yang mencakup informasi, kredit, teknologi, pendidikan/penyuluhan/pelatihan, sumberdaya alam, peluang bekerja dan berusaha; sementara di tingkat negara/pemerintah dapat dipelajari melalui kebijaksanaan pembangunannya (Donnel 1988; Feldstein dan Poats 1989; Fao 1990; Anonymous 1991 dalam Mugniesyah et al. 2002)

(28)

12

Harvard, terdapat tiga komponen utama yaitu: (1) pembagian kerja (dapat dilihat dari profil kegiatan laki-laki dan perempuan), (2) profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat, dan (3) faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan, akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat, partisipasi dalam lembaga dan pengambilan keputusan.

Adapun teknik lainnya yakni Teknik Analisis Moser. Teknik ini digunakan untuk menilai, mengevaluasi, merumuskan usulan dalam tingkat kebijaksanaan program dan proyek yang lebih peka gender dengan menggunakan pendekatan terhadap persoalan perempuan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu program telah mempertimbangkan kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis baik bagi laki-laki maupun perempuan. Namun dalam penelitian kali ini, alat analisis gender yang digunakan yakni alat analisis Harvard yang terdiri dari profil pembagian kerja, akses dan kontrol, serta factor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor yang menentukan perbedaan Peran dan Status

Peran dalam penelitian ini dilihat melalui banyaknya beban kerja yang dilakukan oleh individu dalam sebuah kegiatan. Beban kerja adalah pekerjaan/tugas yang dikerjaan oleh responden sebagai hasil dari proses pembagian yang dilakukan oleh semua anggota kelompok tersebut (Wahyuningsih 2013). Sedangkan untuk status dilihat melalui kontrol individu terhadap sumberdaya yang ada. Kontrol adalah sejauh mana kemampuan yang dimiliki laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku dalam mengontrol sumberdaya pertanian (Wahyuningsih 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya peran dan status seseorang diantaranya adalah:

a. Karakteristik Individu

Novrianti (2011) pada penelitiannya tentang persepsi perempuan tentang perannya dalam rumah tangga pembudidaya kerang hijau mengatakan bahwa karakeristik individu yang mempengaruhi posisi/kedudukan perempuan adalah usia dan tingkat pendidikan. Usia adalah lamanya seseorang hidup didunia yang diukur dalam satuan tahun dan berperan besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi berbagai perubahan lingkungan dan sosial. Usia dibagi menjadi tiga kategori, antara lain:

• Dewasa Awal (18-30 tahun)

• Dewasa Pertengahan (31-50 tahun)

• Dewasa Tua (>50 tahun)

Sedangkan tingkat pendidikan adalah lamanya waktu yang dijalani responden dalam menempuh pendidikan formal dan dihitung dalam satuan tahun. Pengkategorian ini antara lain:

• Rendah (pendidikan formal selama 1-3 tahun)

• Sedang (pendidikan formal selama 4-6 tahun )

(29)

13 Novriani (2011)pada penelitiannya juga menyebutkan bahwa budaya / suku adalah identitas yang didasarkan pada asal daerah responden. Khatimah (2009) mengatakan bahwa subordinat peran dapat terjadi dalam segala bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Di Jawa misalnya, dahulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena akhirnya juga akan ke dapur. Dalam rumah tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan harus mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya, maka anak laki-laki akan mendapatkan prioritas utama. Praktik seperti itu sesungguhnya berangkat dari kesadaran gender yang tidak adil.

b. Karakteristik sosial dan ekonomi

Prastiwi (2012) mengatakan bahwa karakteristik sosial ekonomi perempuan juga akan mempengaruhi besarnya akses, kontrol serta pembagian kerja yang akan diterima oleh perempuan. Karakteristik sosial-ekonomi yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah status pernikahan, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan. Status pernikahan dianggap memiliki hubungan dengan besarnya akses, kontrol serta pembagian kerja yang diterima oleh perempuan karena status pernikahan perempuan akan memperlihatkan bsarnya jumlah tanggungan yang akan mereka tanggung. Jika perempuan yang sudah menikah sering kali memiliki tanggungan yang besar terhadap kelurganya sehingga menuntut dia untuk bekerja lebih banyak untuk mendapatkan upah yang lebih besar. Hal ini terjadi karena mereka memiliki tanggung jawab untuk menghidupi keluarga mereka.

Manaso Malo (2001) juga memberikan batasan tentang kondisi sosial ekonomi yaitu, merupakan suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam sosial masyarakat. Posisi dalam masyarakat disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Hal lain yang juga berhubungan dengan karakteristik sosial ekonomi adalah kepemilikan luas lahan. Eka (2013) dalam penelitiannya mengenai perubahan status kepemilikan lahan pertanian terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat petani mengatakan bahwa kepemilikan lahan pertanian oleh petani akan mempengaruhi kinerja petani untuk dapat menghasilkan sebuah barang produksi yang memiliki nilai jual tinggi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.

(30)

14

c. Tingkat Akses terhadap sumberdaya

Akses adalah peluang yang dimiliki baik oleh laki-laki maupun perempuan untuk menikmati sesuatu yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku dalam mengakses sumberdaya pertanian (Wahyuningsih 2013) . Alat yang digunakan adalah siapa yang memiliki kesempatan (laki-laki dan perempuan) dalam mengakses sumberdaya yang berkaitan dengan kegiatan produktif.

Kerangka Pemikiran

Program Go Organik merupakan salah satu program pertanian dimana yangberwawasan lingkungan guna menjaga kelestarian alam yang digunakan untuk kegiatan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program Go Organik ini dimulai sejak tahun 2002 dengan menerapkan system pertanian yang bebas dari penggunaan bahan-bahan kimia, baik dalam hal penggunaan pupuk maupun pestisida untuk membunuh hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Dalam pelaksanaannya, program Go Organik melibatkan baik petani perempuan maupun petani laki. Namun besarnya keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam program Go Organik memiliki perbedaan baik dalam peran maupun status.

Peran dalam penelitian kali ini dilihat melalui besarnya keterlibatan perempuan dalam kegiatan budidaya padi organikyang dilihat melalui banyaknyabeban kerja yang dikerjakan selama proses budidaya padi yang dimulai dari proses persiapan lahan hingga pemanenan hasil pertanian. Sedangkan status perempuan dilihat melaluistatus yang melekat pada perempuan nantinya dapat dilihat dengan besarnya kontrol yang dapat dilakukan oleh perempuan dalam mengelola sumberdaya pertanian yang disediakan oleh program Go Organik.

Karakteristik individu petani berhubungan dengan besarnya peran dan status perempuan dalam program pertanian Go Organik 2010. Karakteristik yang berpengaruh tersebut terdiri dari usia, tingkat pendapatan serta tingkat pendidikan yang berhasil mereka tempuh. Karena hal-hal tersebut berpengaruh terhadap stereotipe para penerima program dalam menentukan besarnya peran yang akan diberikan oleh perempuan. Selain itu, karakteristik sosial-ekonomi juga memiliki hubungan terhadap peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor. Karakteristik sosial ekonomi rumahtangga yang mempengaruhi peran dan status perempuan adalah status pernikahan, posisi dalam masyarakat, luas lahan yang dimiliki dan status kepemilikan lahan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perempuan akan mendapatkan pengaruh dari hal-hal yang melekat didalam dirinya, seperti posisi mereka dalam masyarakat maupun status kependudukan mereka ditempat tersebut.

(31)

15

Karakteristik Sosio-ekonomi

rumahtangga: - Status Pernikahan - Posisi dalam

Masyarakat

- Status Kepemilikan Lahan

- Luas lahan yang dimiliki

Tingkat Akses

Terhadap Sumberdaya Pertanian:

-Teknologi

-Pelatihan Pertanian -Bibit dan Benih -Pupuk

disediakan oleh program, maka peran yang dilakukan pun akan lebih terlihat dan hal ini juga akan berkorelasi dengan status yang nantinya akan didapatkan oleh perempuan.

Gambar 1. Kerangka Analisis Peran dan Status Perempuan petani padi dalam Program Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor

Berhubungan

Hipotesis Penelitian

1. Karakteristik individu berhubungan dengan peran dan status perempuan petani padi dalam program Go Organik di Kabupaten Bogor.

2. Karakteristik sosio-ekonomi rumah tangga berhubungan dengan peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor.

3. Akses terhadap sumberdaya berhubungan dengan peran dan status perempuan petani padi dalam program pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor.

-Peran Perempuan dalam Program Go Organik 2010:

Tingkat Beban Kerja

-Status Perempuan dalam Program Go Organik 2010:

Tingkat Kontrol Terhadap Sumberdaya Pertanian Karakteristik Individu:

-Usia

[image:31.595.144.496.130.524.2]
(32)

16

Definisi Operasional

- Karakteristik individu adalah ciri-ciri personal yang melekat pada seseorang yang membedakan dengan orang lain. Beberapa variabelnya, antara lain:

a. Usia, yaitu lamanya seseorang hidup didunia yang diukur dalam satuan tahun. Untuk keperluan penelitian, dilakukan pengelompokan umur berdasarkan Teori Perkembangan Havighurst (Mugniesyah 2007), diukur menggunakan skala ordinal yaitu:

- Usia 18-30 tahun: masa awal dewasa ; skor 1 - Usia 30-50 tahun: masa usia pertengahan ; skor 2 - Usia >50 tahun: masa tua ; skor 3

b. Tingkat pendidikan adalah jenis pendidikan formal/sekolah tertinggi yang pernah diikuti responden. Diukur menggunakan skala ordinal, dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:

- Tidak tamat SD-Tamat SD; skor 1 - Tamat SMP ; skor 2

- Tamat SMA ; skor 3

c. Tingkat Pendapatan adalah perolehan hasil panen yang didapatkan oleh responden ketika musim panen terakhir dilahan mereka. Berdasarkan hasil rata-rata data yang didapatkan dari perolehan hasil lapang, tingkat pendapatan dibedakan menjadi tiga kategori, yakni:

- Rendah: 0,35-1,63 Ton - Sedang : 1,64 – 2,92 Ton - Tinggi : 2,93-4,2 Ton

- Karakteristik sosio-ekonomi rumahtangga adalah keadaan sosial ekonomi responden didalam keluarga. Beberapa variabelnya antara lain:

a. Status Perkawinan adalah identitas pernikahan responden ketika sedang dilakukan proses wawancara. Diukur menggunakan skala nominal, dibedakan menjadi tiga kategori, yakni:

- Belum kawin - Kawin - Cerai

b. Posisi dalam masyarakat adalah kedudukan yang dimiliki responden didalam masyarakat. Diukur menggunakan skala nominal, dibedakan menjadi tiga kategori, yakni:

- Warga biasa: responden yang tidak terlibat dalam kegiatan organisasi maupun pemerintahan yang ada di masyarakat.

- Aparat Desa: responden yang bekerja di kantor Pemerintahan desa Ciburuy.

- Tokoh masyarakat : reponden yang menjadi sesepuh di Desa CIburuy dan pendapatnya didengarkan oleh masyarakat.

c. Status Kepimilikan lahan adalah status lahan pertanian yang digunakan responden didalam melakukan kegiatan pertanian. Status Kepemilikan menurut Badan Pertanahan Nasional (Bappenas) terdiri dari:

- Lahan milik sendiri

(33)

17 - Lahan sawah yang diperoleh dari menyewa

d. Luas lahan yang dimiliki adalah besarnya lahan yang diolah oleh responden dalam melakukan budidaya padi organik. Berdasarkan hasil rata-rata data yang didapatkan dari perolehan hasil lapang, luas lahan dibedakan menjadi tiga kategori, yakni:

- Rendah: 0,1-04 hektar - Sedang: 0,5-0,8 hektar - Tinggi: 0,9-1,2 hektar

- Akses adalah peluang yang dimiliki baik oleh laki-laki maupun perempuan untuk menikmati sesuatu yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku dalam mengakses sumberdaya pertanian (Wahyuningsih 2013) . Alat yang digunakan adalah siapa yang memiliki kesempatan (laki-laki dan perempuan) dalam mengakses sumberdaya yang berkaitan dengan kegiatan produktif.

Sumberdaya yang dapat digunakan oleh responden dalam melakukan kegiatan pertanian dalam program Go Organik 2010 adalah teknologi, bibit dan benih, pelatihan pertanian serta pupuk. Tingkat akses dalam programGo Organik 2010 di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat diukur berdasarkan ordinal dalam kuisioner. Terbagi menjadi :

a. Rendah jika skor 12-15 b. Sedang jika skor 16-19 c. Tinggi jika skor 20-24 - Peran dan Status perempuan

a. Beban kerja adalah pekerjaan/tugas yang dikerjaan oleh responden sebagai hasil dari proses pembagian yang dilakukan oleh semua anggota kelompok tersebut (Wahyuningsih 2013). Pembagian kerja dalam program Go Organik 2010 meliputi persiapan lahan sebelum penanaman, pembajakan lahan, pembuatan pupuk, penanaman tanaman, perawatan tanaman, pemanenan, pengolahan hasil panen, pengemasan produk pertanian hingga pemasaran. Hal ini dapat diukur berdasarkan jumlah jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh responden yang diukur menggunakan interval jawaban yang didapatkan dari hasil data lapang . Beban Kerja terbagi menjadi :

- Rendah jika skor 8-16 - Sedang jika skor 17-25 - Tinggi jika skor 26-35

b. Kontrol adalah sejauh mana kemampuan yang dimiliki laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan yang dianalisis berdasarkan persepsi responden terhadap perilaku dalam mengontrol sumberdaya pertanian (Wahyuningsih 2013). Tingkat kontrol dalam program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat diukur berdasarkan interval dalam kuisioner. Terbagi menjadi :

(34)
(35)

19

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan aktifnya kegiatan pertanian yang berjalan disana. Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan program Go Organik 2010 yang membuat pendapatan petani semakin meningkat baik dalam hal produksi pertanian dan pendapatan finansial, produk pertanian yang dihasilkan juga merupakan produk pertanian dengan kualitas yang baik dan sehat. Selain itu, sebagian besar masyarakat disana menjadikan bidang pertanian sebagai lahan utama mereka dalam mencari nafkah.

Proses penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian pada bulan Februari 2014. Penelitian di lapangan dilakukan selama 3 minggu, yaitu pada bulan April 2014. Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi penyusunan proposal penelitian, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode survey dan didukung dengan data kualitatif. Hal ini dilakukan untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti (Singarimbun et al. 1989). Teknik penelitian survei adalah penelitian dimana data dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian survei adalah informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner. Unit analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah individu.

Data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara tidak terstruktur, wawancara mendalam, observasi, dan analisa data sekunder yang terkait dengan topik penelitian peneliti. Penelitian kualitatif yang dilakukan berguna untuk melengkapi data terkait pembagian kerja, akses dan kontrol perempuan yang akan mempengaruhi peran dan statusnya dalam program Go Organik 2010.

Teknik Penentuan Responden dan Informan

(36)

20

2010 di Desa Ciburuy. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui peran dan status perempuan didalam program Go Organik 2010 . Oleh karena itu, individu yang dianalisa pada penelitian adalah individu yang sudah pernah mendapatkan bantuan dari program Go Organik 2010 tersebut. Sedangkan informan yang dimintai keterangan mengenai informasi maupun data yang relevan untuk mendukung penelitian ini adalah ketua Gapoktan Silih Asih dan Ketua kelompok Tani.

Populasi sample (contoh) dalam penelitian kali ini adalah seluruh petani (perempuan dan laki-laki) penerima program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy. Penerima program Go Organik di Desa Ciburuy terdiri dari 21 perempuan dan 65 orang. Metode penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah secara acak sederhana unproposional. Populasi sample (contoh) penelitian dibagi ke dalam petani perempuan penerima program dan petani laki-laki penerima program. Dikarenakan perempuan dalam program Go Organik hanya 21 orang, jadi seluruh penerima program perempuan dijadikan sebagai responden. Seluruh penerima program laki-laki dipilih secara acak sebanyak 21 responden dari 65 penerima program untuk menyamakan dengan jumlah penerima program perempuan.Data pengelompokan petani perempuan dan petani laki-laki penerima program didapatkan dari data yang dimiliki oleh Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan peneliti melalui kuesioner, dan wawancara mendalam kepada responden dan informan secara langsung di lokasi penelitian. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara mengamati kondisi fisik dan aktivitas yang terdapat di lokasi penelitian. Kuesioner ditanyakan langsung kepada 42 orang responden yang sudah ditentukan sebelumnya. Wawancara mendalam dilakukan kepada responden dan informan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Kuesioner telah diuji untuk mengetahui realibitas dan validitas dari kuesioner tersebut. Maka diporoleh alpha sebagai yang tercantum pada tabel 1.

Tabel 1Uji statistik reliabilitas

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items

N of Items

,854 ,807 36

(37)

21 maka reliabilitas rendah. Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner peneliti memiliki reliabilitas tinggi.

Data sekunder diperoleh peneliti melalui studi literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder juga diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti GAPOKTAN Silih Asih dan Kelurahan Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Data sekunder yang diambil dari lembaga-lembaga tersebut adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian, seperti profil Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, daftar anggota GAPOKTAN di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, data penerima program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, dan data-data lain yang terkait.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(38)

22

PROFIL DESA CIBURUY DAN PROGRAM PERTANIAN

GO ORGANIK 2010

Pada bab ini dipaparkan mengenai profil Desa Ciburuy yang akan dibagi menjadi sub bab. Sub bab tersebut diantaranya adalah karakteristik geografis, karakteristik penduduk, karakteristik ekonomi dan karakteristik sosial masyarakat. Sedangkan untuk program pertanian Go Organik 2010 dibagi menjadi sejarah pertanian organik di Desa Ciburuy, masuknya program Go Organik 2010, serta profil petani padi penerima program Go Organik 2010.

Karakteristik Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy. Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang menerapkan program Go Organik 2010 yang terletak di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Desa Ciburuy berjarak sekitar 4 KM disebelah barat Pusat Pemerintahan Kecamatan Cigombong. Disepanjang jalan menuju Desa Ciburuy banyak terdapat lahan pertanian yang mayoritas ditanami komoditas padi. Desa Ciburuy pun berada ditengah-tengah antara Gunung Pangrango dan Gunung Gede yang membuat pemandangan sepanjang jalan menuju ke desa ini pun menjadi sangat menyejukan mata. Keberadaan dua gunung yang mengapit Desa Ciburuy membuat lahan pertanian disana pun menjadi sangat subur.

Selain lahan pertanian, Desa Ciburuy pun sudah mulai banyak diisi dengan lahan industri pabrik. Industry pabrik yang berada didaerah ini membuat sebagian jalan menuju daerah ini menjadi agak terhambat dikarenakan banyaknya jalan yang rusak akibat dilalui oleh truk-truk besar yang membawa alat berat. Desa Ciburuy berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu:

1. Sebelah Utara :Desa Muara Jaya dan Ciadeg 2. Sebelah Selatan :Desa Cigombong dan Wates Jaya 3. Sebelah Timur : Desa Cinagara dan Pasir Buncir 4. Sebelah Barat :Desa Cisalada dan Pasir Jaya

(39)
[image:39.595.144.528.188.285.2]

23 yang ada di Kecamatan Cigombong berupa pabrik-pabrik yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Namun sebagian besar lahan masih digunakan untuk lahan pertanian. Lebih lengkapnya lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2Luas wilayah dan alokasi penggunaan lahan pertanian dan ternak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor tahun 2013

Sumber: Data Monografi Desa Ciburuy Tahun 2013

Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar lahan pertanian disana digunakan sebagai lahan pertanian padi sawah, hal ini dapat dilihat dari 73,68 persen lahan pertanian digunakan sebagai lahan pertanian sawah. Sehingga banyak dari masyarakatnya berprofesi sebagai petani untuk mengolah lahan pertanian yang ada. Sebagian besar lahan pertanian sawah tersebut digunakan oleh petani untuk melakukan budidaya padi sebagai komoditas utama mereka. Oleh karena itu Desa Ciburuy merupakan salah satu desa sebagai pemasok beras terbesar di pasar tradisional wilayah Cigombong.

Karakteristik Penduduk

Berdasarkan data demografi Desa Ciburuy pada tahun 2013, penduduk Desa Ciburuy sebanyak 11.775 orang. Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 4.703 orang. Penduduk terbanyak terdapat pada kelompok usia 15-30 tahun yaitu sebanyak 31.15 persen dari total penduduk. Kelompok 0-14 tahun 29.54 persen, 31-45 tahun 28.59 persen dan 46-60 tahun 10.71 persen. Lebih lengkapnya data tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.

Tabel 3Jumlah penduduk berdasarkan tingkat usia di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Tahun 2013

Usia Laki-laki Perempuan Jumlah Presentase (%)

0-14 1.778 1.709 3.487 29,54

15-30 1.871 1.797 3.668 31,15

31-45 1.717 1.650 3.367 28,60

46-60 644 618 1.262 10,71

Jumlah 6.010 5.774 11.784 100,00

Lahan Pertanian Jumlah (hektar) Presentase (%)

Pertanian Sawah 70 73,68

Peternakan 15 15,79

Perikanan 10 10,53

Kehutanan - -

[image:39.595.144.517.631.742.2]
(40)

24

Tabel 3 menunjukan bahwa usia produktif muda merupakan mayoritas penduduk yang ada di Kecamatan Cigombong ini. Semakin tingginya angka usia produktif disuatu daerah maka diperlukan jumlah peluang pekerjaan yang tinggi untuk dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Posisi kedua masyarakat yang dominan di Kecamatan Cigombong ini adalah masyarakat usia 0-14 tahun yakni sebanyak 3.487 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa angka kelahiran di kecamatan ini masih tinggi. Angka kelahiran yang masih tinggi didaerah ini diakibatkan masyarakat didaerah ini masih percaya jika semakin banyak anak yang mereka miliki maka akan semakin banyak sumberdaya manusia yang akan membantu mereka dalam bekerja dilahan pertanian maupun bekerja dibidang pertanian yang nantinya akan membantu memperbaiki ekonomi keluarga mereka.

Karakteristik Sosial dan Ekonomi Masyarakat

Desa Ciburuy dihuni oleh sebagian besar penduduk asli masyarakat disana yang kental dengan budaya Sunda. Maka tak jarang antara satu penduduk dengan penduduk lainnya memiliki hubungan kekeluargaan satu sama lain. Untuk masyarakat pendatang sendiri jumlahnya tidak terlalu signifikan. Mayoritas penduduk pendatang tersebut berpindah ke desa ini lantaran sawah tempat dimana mereka bercocok tanam sebelumnya sudah dialih fungsikan menjadi lahan industri maupun menjadi perumahan real estate.

Mayoritas penduduk di Desa Ciburuy hanya menyelesaikan pendidikan mereka pada tingkat SD yakni sebanyak 44,27 persen terutama lebih banyak pada penduduk laki-laki. Namun hal yang menarik juga terlihat pada tabel 4, bahwa jumlah laki-laki yang menyelesaikan jenjang pendidikan pada tingkat SLTA hingga S1 pun banyak dimiliki oleh penduduk laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan penduduk perempuan di Desa Ciburuy lebih rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki.

Tabel 4Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di DesaCiburuy Kecamatan Cigombong Tahun 2013

Sumber: Data Monografi Desa Ciburuy Tahun 2013 Status

Pendidikan

Laki-laki Perempuan Jumlah Presentase (%)

SD 1386 1332 2.718 44,27

SLTP 686 660 1.346 21,92

SLTA 996 957 1.953 31,81

DI-II 16 15 31 0,50

S1 47 45 92 1,50

Jumlah 3.13

1

[image:40.595.97.458.581.729.2]
(41)

25 Tabel 4 menggambarkan bahwa mayoritas penduduk Desa Ciburuy hanya menyelesaikan pendidikan mereka ditingkat Sekolah Dasar (SD). Rendahnya pendidikan yang mereka miliki berimplikasi pada jenis pekerjaan yang mereka miliki, karena sebagian besar dari masyarakat Desa Ciburuy hanya bekerja menjadi petani maupun buruh lainnya.Rendahnya pendidikan masyarakat juga berimplikasi pada kemiskinan masyarakat setempat hingga tidak memiliki lahan yang dapat diolah menjadi tempat mereka becocok tanam. Hal ini menunjukantolong menolong antar masyarakat di Desa Ciburuy masih sangat tinggi. Hal inilah yang menggerakan para pemilik lahan luas untuk memberikan sebagaian lahannya kepada petani yang tidak berlahan untuk dapat bisa kembali melakukan budidaya pertanian untuk tetap terus bisa memerikan penghasilan bagi keluarga mereka. Hal ini pula yang membuat banyaknya jumlah rumah tangga petani di Desa Ciburuy.

[image:41.595.141.518.385.483.2]

Sektor pertanian di Desa Ciburuy masih merupakan sumber mata pencaharian yang penting bagi penduduk setempat. Usaha pada sektor ini selama tahun 2013 masih ditekuni oleh 47,18 persen kepala keluarga di desa tersebut, sebagaimana terlihat dalam data pada tabel 5.

Tabel 5 Sumber Mata Pencaharian Utama Penduduk Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Selama Tahun 2013

Sumber: Data Monografi Desa Ciburuy Tahun 2013

Beragamnya jenis pekerjaan yang ada di Desa Ciburuy dikarenakan penduduk disana lebih memilih pekerjaan diluar pertanian yang dirasa lebih menjanjikan dan memiliki pendapatan yang lebih teratur. Perempuan yang memiliki keluarga dan menghabiskan banyak waktu mereka dirumah lebih memilih untuk mencari uang dengan membuka usaha kecil-kecilan didepan rumahnya agar tetap bisa membantu perekonomian keluarga mereka tanpa harus meninggalkan peran mereka sebagai ibu rumah tangga. Namun bagi sebagian penduduk yang tidak memiliki modal usaha, mereka lebih banyak terlibat dalam kegiatan industri dalam hal ini adalah buruh pabrik yang bekerja pada pabrik-pabrik disekitar Desa Ciburuy.

Pabrik yang berada disekitar Desa Ciburuy merupakan pabrik yang memproduksi pakaian sehari-hari yang dijual di pasar dalam maupun luar negeri. Pabrik ini lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja wanita karena wanita dirasa lebih terampil dalam melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan hal-hal yang membutuhkan ketelitian, misalnya menjahit pakaian. Kegiatan pertanian sendiri lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki yang mayoritas memiliki usia diatas 30 tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak

Jenis Pekerjaan Jumlah Presentase (%)

PNS/ABRI 25 0,8

Pedagang 101 3,4

Tani 1.405 47,2

Buruh Pabrik 1.447 48,6

(42)

26

mereka lebih banyak beralih pada pekerjaan dibidang industry maupun usaha lainnya. Selain itu, baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada usia diatas dari 30 tahun akan susah bagi mereka untuk bisa bekerja diluar bidang pertanian lantaran terbatasnya syarat umur yang diberikan. Sehingga menuntut mereka untuk dapat bergulir di dunia pertanian.

(43)

27

Program Go Organik 2010

1.Sejarah Pertanian Organik di Desa Ciburuy

Desa Ciburuy merupakan salah satu desa yang terkenal dengan pertaniannya, hal ini diperkuat dengan data yang diperoleh dari data monografi desa yang menyebutkan bahwa 47 persen masyarakat disana memiliki profesi sebagai petani. Dengan banyaknya lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian membuat masyarakat disana merasa harus terus melestarikan alam yang ada disekitar mereka agar keberlanjutannya tetap selalu terjaga. Namun, kenyataannya air yang justru menjadi kebutuhan utama para petani untuk melakukan kegiatan pertanian telah tercemar limbah kimia yang disebabkan oleh keberadaan pabrik-pabrik yang ada disekitar. Hal inilah yang menjadi latarbelakang dilakukannya budidaya pertanian organik di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor.

Pertanian organik di Desa Ciburuy dimulai sejak tahun 2000 yang merupakan gagasan dari ketua Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Silih Asih, yakni Bapak H. Jaka. Beliau menganjurkan untuk setiap petani yang ada di Desa Ciburuy, terutama yang bergabung dalam Gapoktan Silih Asih untuk dapat melaksanakan pertanian organik agar keberlangsungan pertanian disana tetap selalu terjaga dan menjaga kualitas produk pertanian yang dihasilkan. Kegiatan budidaya padi organik ini dilakukan dengan cara tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam pelaksanaannya, baik dalam bentuk pupuk maupun pestisida yang digunakan untuk membunuh hama tanaman. Semua bahan yang digunakan dalam budidaya padi menggunakan bahan alami yang ada disekitar, seperti menggunakan kotoran hewan ternak dalam pembuatan pupuk organik maupun penggunaan bahan alami ramah lingkungan dalam pembuatan pestisida nabati yang digunakan untuk membunuh hama tanaman.

Hasil produksi pertanian yang ada nantinya akan dijual pada koperasi tani yang disediakan oleh pihak Gapoktan Silih Asih. Dalam penjualan maupun pendistribusian produk pertanian yang dihasilkan, antara produk yang dihasilkan melalui budidaya secara organik maupun non organik akan dilalukan secara berbeda. Produk yang dihasilkan melalui budidaya secara non organik akan dijual pada pasar tradisional biasa dan harga yang didapatkan pun cenderung lebih murah. Produk pertanian yang dihasilkan melalui budidaya secara organik ini nantinya akan dijual pada pasar yang khusus menjual produk-produk pertanian organik. Untuk harga yang didapatkan pun cenderung lebih mahal dari produk pertanian yang dihasilkan melalui budidaya secara non organik.

2.Masuknya Program Go Organik 2010

(44)

28

diluncurkan pada tahun 2002, dengan harapan pada tahun 2010 mendatang budidaya pertanian yang dilakukan oleh petani di Indonesia sudah berbasis pada pertanian organik.

Program pengembangan pertanian organik (Go Organik 2010) adalah salah satu pilihan program untuk terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan (eco-agribisnis) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Misi yang diemban dalam program Go Organik 2010 adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Sedangkan pencapaian yang ingin dicapai dalam program ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama didunia pada tahun 2010.

Tujuan dan keuntungan yang dapat dipetik dari program pengembangan pertanian organik adalah, antara lain:

- Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan sumberdaya dan impressive premium produk;

- Menghasilkan pangan yang cukup, aman dan berkualitas sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;

- Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani; - Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan

pertanian;

- Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan;

- Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan sosial dipedesaan.

Dengan dicanangkannya program Go Organik 2010 oleh pemerintah, maka diharapkan berkembangnya seluruh industri di sektor pertanian. Salah satunya adalah para pelaku indusri pupuk organik. Skala industri para pelaku pupuk organik bukan hanya berskala besar, tetapi juga skala rumahan. Dengan memanfaatkan limbah dan bahan organik di lingkungan maka akan menghasilkan nilai tambah ekonomis dan sosial budaya. Karena itu pertumbuhan industri pupuk.

Seharusnya didukung dan dikembangkan. Dengan pola pertanian organik ini bukan berarti anti terhadap pupuk kimia dan produk-produk sintesis lain. Sebab tidak dipungkiri bahwa tanah memerlukan kandungan hara yang terdapat pada pupuk kimia, namun harus disadari pula bahwa banyak sekali bahan kimia alami yang dapat dimanfaatkan dari alam bumi ini.

(45)

29 tembakau dan tumbuhan bio pestisida lainnya. Dengan perlakuan pengendalian hama secara organik dapat mejaga keseimbangan ekosistem dan berdampak pada faktor kesehatan dan kualitas produk pertanian.

3.Profil Petani Padi Penerima Program Go Organik 2010

Penerima program Go Organik 2010 pada di Desa Ciburuy merupakan petani yang masuk dalam keanggotan Gapoktan Silih Asih. Kelompok tani yang bergabung dalam Gapoktan Silih Asih adalah sebanyak 8 kelompok tani, dan satu diantaranya adalah kelompok tani perempuan. Kelompok tani yang melakukan budidaya padi organik melakukan setiap kegiatan budidaya padi tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Namun pada pelaksanaannya, tidak semua anggota kelompok tani melakukan budidaya padi tersebut secara organik. Karena masih banyak petani yang masih menggunakan pupuk kimia sebagai pupuk penambah pupuk organik yang dirasa kurang memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan padi mereka.

Kelompok tani yang sudah menjalankan program pertanian Go Organik 2010 dengan secara menyeluruh pada proses budidaya pertaniannya hanya tiga kelompok dari delapan kelompok tani yang ada. Tiga kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang sudah tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses budidaya pertanian mereka baik dalam bentuk pupuk maupun pestisida untuk membasmi hama tanaman. Dalam pelaksanaan budidaya padi organik dilahan pertanian sawah, masing-masing petani baik perempuan maupun laki-laki mengolah lahan yang berbeda. Perbedaan lahan yang diolah tidak ditentukan oleh keanggotaan mereka didalam sebuah kelompok tani, namun tergantung pada lahan milik siapa yang mereka garap. Baik penerima program perempuan maupun laki-laki dapat bekerja dalam satu lahan yang sama dengan pembagian peran yang telah ditentukn sebelumnya.

Ikhtisar

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor tenaga kerja yang banyak menarik tenaga kerja di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Hal ini terbukti dengan sebagian besar lahan pertanian yang digunakan di Desa Ciburuy merupakan lahan pertanian padi sawah dan hampir 50 persen penduduk disana memiliki mata pencaharian sebagai petani. Tidak heran jika pembangunan pertanian merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk menjaga kelestarian pertanian yang ada disana.

(46)
(47)

31

PERAN DAN STATUS PEREMPUAN DALAM PROGRAM

PERTANIAN GO ORGANIK 2010

Peran perempuan dalam program Go Organik 2010 pada penelitian kali ini dilihat melalui beban kerja yang didapatkan mereka saat melakukan budidaya padi organik. Sedangkan status perempuan dilihat melalui besarnya kontrol yang dapat dilakukan oleh perempuan terhadap sumberdaya pertanian yang disediakan oleh pihak Gapoktan Silih Asih.

Peran Perempuan Petani Padi dalam Progam Pertanian Go Organik 2010 Di Kabupaten Bogor

Perempuan dan laki-laki dalam Program Go Organik 2010 pada dasarnya memiliki pembagian kerja yang sama, hanya saja dalam pelaksanaannya perempuan hanya banyak terlibat dalam proses penanaman dan pemanenan saja. Kegiatan pertanian d

Gambar

Gambar 1. Kerangka Analisis Peran dan Status Perempuan petani padi dalam Program  Pertanian Go Organik di Kabupaten Bogor
Tabel 2Luas wilayah dan alokasi penggunaan lahan pertanian dan ternak di   Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor tahun 2013
Tabel 4Jumlah
Tabel 5  Sumber Mata Pencaharian Utama Penduduk Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Selama Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

affecting the entire series of events involved in the formation of new capillaries  Tumor Associated Angiogenic Factors (TAAF) may in the formation of new capillaries  Tumor

Gambar 1 Skema pembuatan elektrode pasta karbon (Fauziah 2011) Metode voltametri siklik digunakan dalam pengukuran yang menggunakan sel elektrokimia untuk mengetahui besar arus

Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid. Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering digunakan untuk

Mar’atul Afifah belum dapat secara utuh memahami teks bacaan yang diberikan dan beberapa jawaban terkait pertanyaan yang diberikan dijawab dengan tidak tepat. Pada

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ Implementasi Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

In the emerging model of social enterprise capital markets, donors play the role of equity holders, pro- viding capital that supports an enterprise and that makes the debt taken on

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi usaha kecil, bidang reparasi sepeda motor/perdagangan eceran suku

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 57 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan