• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANIAN GO ORGANIK

PROGRAM GO ORGANIK 2010 DI KABUPATEN BOGOR

Karakteristik individu merupakan faktor internal dari masing-masing individu peserta program Go Organik 2010 yang dibagi menjadi tiga variabel, yaitu usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan.

Usia

Usia individu peserta program pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu < 35 tahun yang digolongkan menjadi usia produktif muda, 35-50 tahun yang digolongkan menjadi usia produktif menengah, dan> 50 tahun yang digolongkan menjadi usia produktif tua.

Tabel 10Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin dan golongan usia pada tahun 2014

Jenis kelamin Usia Total < 30 30-50 > 50 n % n % n % n % Perempuan 0 0 6 28,57 15 71,43 21 100 Laki-laki 0 0 7 33,33 14 66,67 21 100

Tabel 10 menunjukan bahwa jumlah peserta program Go Organik 2010 di Desa Ciburuy ini lebih banyak diikuti oleh petani perempuan maupun laki-laki yang berada pada usia produktif tua. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat yang berada di usia produktif menengah dan produktif muda sudah kurang tertarik lagi di dunia pertanian. Semakin lama jumlah petani semakin menurun sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh BPS yang mengatakan bahwa sejak tahun 2003 sampai 2013 terjadi penurunan jumlah petani sebanyak lima juta orang dari 31,17 juta menjadi 26,13 juta. Menurunnya jumlah petani muda, terutama pada perempuan disebabkan banyaknya perempuan muda yang memilih untuk lebih banyak bekerja dipabrik maupun membuka usaha warung kecil- kecilan dirumahnya dibandingkan harus melakukan budidaya padi disawah. Penurunan jumlah petani ini membuat sebagian masyarakat resah karena merasa keberlanjutan usaha mereka akan terancam. Seperti yang diutarakan oleh salah satu responden, sebagai berikut:

“…Bukan hanya lahan yang membuat kami resah terhadap keberlanjutan pertanian jaman sekarang, tapi orang-orang yang

40

mau melanjutkan usaha kami berikutnya. Anak-anak saya saja sudah tidak ada yang berminat jadi petani, mereka lebih milih buat kerja di pabrik aja yang gajinya lebih rutin setiap bulan. Ditambah lagi tidak harus berpanas-panasan disawah tiap hari.. “

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan individu peserta program dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak tamat SD/tamat SD yang digolongkan menjadi tingkat pendidikan rendah, tamat SMP yang digolongkan menjadi tingkat pendidikan sedang, dan tamat SMA/PT yang digolongkan menjadi tingkat pendidikan tinggi.

Tabel 11Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan pada tahun 2014

Jenis kelamin Tingkat pendidikan Total Tidak tamat SD- Tamat SD (rendah) Tamat SMP (sedang) Tamat SMA-PT (tinggi) n % n % n % n % Perempuan 15 71,43 6 28,57 0 0 21 100 Laki-laki 18 85,71 1 4,76 2 9,52 21 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah peserta program yang memiliki tingkat pendidikan rendah atau dalam hal ini tidak tamat SD/tamat SD lebih banyak dibandingkan jumlah peserta program yang memiliki tingkat pendidikan sedang atau tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan pihak pemerintah desa yang menyatakan bahwa mayoritas penduduk Desa Ciburuy hanya tamat SD. Rendahnya pendidikan responden berimplikasi pada status pekerjaan yang bisa mereka pilih, karena saat ini status pendidikan sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan apa yang dapat mereka pilih untuk dijadikan sebagai mata pencaharian. Oleh karena itu, mereka hanya bisa bekerja sebagai petani dan menggarap tanah milik orang lain. Karena untuk menjadi petani tidak diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi, hanya dibutuhkan pengalaman dan kerja keras yang akan menentukan berhasil tidaknya suatu usaha pertanian.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan individu dalam program Go Organik 2010 ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu hasil panen 0,35-1,63 ton/ha/musim masuk dalam kategori pendapatan rendah, 1,64-2,92 ton/ha/musim masuk dalam kategori pendapatan sedang, dan untuk individu yang pendapatan panen pada musim terakhir lebih dari 2,93-4,2 ton/ha/musim masuk dalam kategori tinggi.

41 Tabel 12 Jumlah dan presentase penerima program berdasarkan jenis

kelamin dan tingkat pendapatan pada tahun 2014 Jenis

Kelamin

Tingkat pendapatan

Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Perempuan 17 80,95 4 19,05 0 0 21 100 Laki-laki 12 57,14 5 23,81 4 19,05 21 100

Tabel 12 menunjukan bahwa mayoritas penerima program Go Organik 2010 pada musim terakhir hanya mendapatkan hasil panen pada kategori rendah yakni sebanyak 0,35-1,63 ton/ha tergantung dengan luas lahan yang mereka miliki yang rata-rata berada kepemilikan lahan seluas 0,4 hektar. Dapat dilihat bahwa tidak ada perempuan yang memiliki pendapatan dalam kisaran kategori tinggi sedangkan terdapat 4 laki-laki yang memiliki pendapatan dalam kisaran tersebut. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar perempuan hanya menghasilkan pendapatan pada tingkat pendapatan pada kategori rendah, yakni sebanyak 0,35 sampai dengan 1,63 ton/ha.

Tingkat pendapatan perempuan yang mayoritas berada pada kategori rendah karena luas lahan yang dimiliki oleh perempuan juga berada pada kategori rendah yakni hanya berada pada luas lahan 0,1-0,4 hektar. Sehinga tidak heran jika tingkat pendapatan yang didapatkan oleh perempuan hanya berada pada kisaran 0,35-1,63 ton/ha setiap musimnya. Sedangkan untuk laki-laki yang memiliki pendapatan tinggi yakni pada kategori sedang dan katagori tinggi karena luas lahan yang diolah oleh laki-laki cenderung lebih luas bila dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki mayoritas berada pada pengolahan luas lahan pada kategori sedang hingga tingggi yakni seluas 0,5 sampai dengan 1,2 hektar.

Para responden mengeluhkan pada musim terakhir terjadi penurunan jumlah kuantitas hasil panen mereka lantaran buruknya cuaca yang ada saat ini. Hal ini berimplikasi juga terhadap jumlah pendapatan yang mereka dapatkan. Selain harus menambah asupan pupuk terhadap tanaman mereka agar tetap tumbuh subur ditengah cuaca yang buruk, mereka juga harus membagi hasil panen mereka dengan pemilik lahan yang mereka garap. Karena sebagian besar dari petani ini merupakan petani penggarap.

42

Ikhtisar

Penerima program Go Organik 2010 mayoritas berada pada usia dewasa tua, yakni pada usia 50 tahun keatas dan disusul oleh usia dewasa menengah yakni antara usia 30 sampai dengan 50 tahun. Tidak adanya penerima program yang berada diusia dibawah 30 tahun karena anak muda disana sudah tidak lagi memiliki ketertarikan pada dunia pertania. Mereka lebih banyak beralih pada pekerjaan bidang industri, seperti pabrik. Sedangkan untuk tingkat pendidikan sendiri, baik penerima program perempuan maupun laki-laki hampir seluruhnya hanya menamatkan pendidikan mereka hingga jenjang Sekolah Dasar saja.

Tingkat pendapatan penerima program Go Organik 2010 digolongkan menjadi tiga kategori, yakni 0,35 sampai 0,63 ton masuk dalam kategori rendah, 1,64 sampai 2,92 masuk dalam kategori sedang, dan 2,93 sampai 4,2 ton masuk dalam kategori tinggi. Didapatkan hasil bahwa mayoritas penerima program perempuan maupun laki-laki memiliki pendapatan pada kategori rendah. Hal ini dikarenakan hasil panen yang mereka dapatkan pada musim ini mayoritas mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena cuaca yang buruk yang menyebabkan pembuahan yang terjadi pada tanaman padi mereka banyak yang mengalami kegagalan.

43

Analisis Hubungan Karakteristik Individudengan Peran dan Status Perempuan Petani Padi dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Program Go Organik 2010 pada petani padi di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogordiikuti oleh penerima perempuan dan laki-laki dengan karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Setiap karakteristik yang terdapat pada masing-masing individu penerima laki-laki dan perempuan, merupakan faktor internal dari diri mereka yang dapat berubungan dengan pembagian kerja dan perolehan kontrol terhadap sumberdaya pertanian yang disediakan oleh program Go Organik 2010 (teknologi pertanian, bibit dan benih padi, pupuk organik dan pelatihan pertanian).

Analisis gender pada penelitian kali ini mencoba menghubungkan karakteristik peserta individu penerima program Go Organik 2010 dengan pembagian kerja dan kontrol mereka terhadap sumberdaya pertanian yang disediakan oleh pelaksana program. Variable karakteristik tersebut antara lain yaitu usia, tingkat pendidikan, serta tingkat pendapatan yang dimiliki oleh penerima program. Pengujian hubungan antar variable dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Rank Spearman dimana variable yang digunakan keduanya merupakan data dengan skala ordinal.

Pengujian hubungan antar variable ini didukung oleh program SPSS Statistics 20.00. Adapun ketentuan hipotesis akan diterima apabila nilai korelasi dari masing-masing variable lebih dari 0 dan kurang dari 1 yang artinya terdapat hubungan antara variable yang diuji. Selain itu, adanya nilai signifikasi (sig-2 tailed) lebih kecil dari α (0,05), yang artinya hubungan antar variable tersebut signifikan dan sebaliknya jika nilai yang didapatkan lebih besar dari α (0,05), artinya hubungan antar variable tersebut tidak signifikan.

Hubungan Usia dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Usia responden pada penelitian kali ini dibagi menjadi tiga kategori, yakni masa awal dewasa (<30tahun), masa usia pertengahan (30-50 tahun) dan masa tua (>50 tahun). Penentuan usia responden disesuaikan berdasarkan Teori Perkembangan Havighurst (Mugniesyah 2006). Nilai korelasi pembagian kerja dengan usia pada penerima program perempuan, yaitu -,0,205 dengan α sebesar 0,372 yang berarti hubungan satu sama lain terjadi tidak signifikan karena α lebih besar dari 0,05. Begitu juga pada penerima program laki-laki dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor, nilai korelasi antara beban kerja dengan usia sebesar 0,281 dengan nilai α sebesar 0,218 yang berarti usia laki-laki dengan pembagian kerja memiliki hubungan yang tidak signifikan satu sama lain karena nilai α yang didapatkan lebih besar dari α=0,05 sehingga tidak berhubungan secara signifikan.

44

Usia dan beban kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan satu sama lain dalam program Go Organik 2010 baik oleh penerima program perempuan maupun laki-laki dikarenakan dalam pelaksanaannya petani yang melakukan budidaya padi organik dilahan mereka tidak ditentukan oleh rentang umur yang mereka miliki. Selain itu, petani yang melakukan pertanian padi organik lebih banyak dilakukan oleh petani berusia tua dikarenakan masyarakat disana sudah jarang yang mau melanjutkan usaha pertanian orang tua mereka. Baik penerima program perempuan maupun laki-laki yang melakukan program mayoritas berada pada usia tua yakni diatas 50 tahun. Petani yang berusia muda dan menengah presentasenya tidak terlalu besar lantaran ketertarikan mereka pada dunia pertanian sudah rendah. Mereka lebih banyak beralih ke dunia pekerjaan non pertanian yakni ke ranah industri. Jadi pada pelaksanaannya, kegiatan budidaya padi organik ini masih lebih banyak dilakukan oleh penerima program perempuan dan laki-laki yang memiliki usia yang relatif sudah tua.

Tabel 13 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut usia dan tingkat beban kerja dalam program pertanian Go Organik 2010

Tingkat Beban Kerja

Usia Peserta Perempuan n (%)

Usia Peserta Laki-laki n (%) <30 tahun 30-50 tahun >50 tahun <30 tahun 30-50 tahun >50 tahun Rendah 0 0 2 0 0 1 (0,00) (0,00) (13,33) (0,00) (0,00) (7,14) Sedang 0 6 13 0 3 1 (0,00) (100) (86,67) (0,00) (42,85) (7,14) Tinggi 0 0 0 0 4 12 (0,00) (0,00) (0,00) (0,00) (57,15) (85,72) Total 0 6 15 0 7 14 n % (0,00) (100) (100) (0,00) (100) (100)

Tabel 13 menunjukan bahwa hampir terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat usia yang mereka miliki,maka semakin tinggi juga tingkat beban kerja yang mereka lakukan. Hal ini dapat dilihat pada penerima program laki-laki. Laki-laki yang berada pada usia lebih tinggi memiliki beban kerja ya ng lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki pada usia dewasa menengah, yakni pada usia 30 sampai dengan 50 tahun. Namun, nyatanya beban kerja yang dimiliki oleh laki-laki pada kategori umur dewasa menengah masih lebih banyak pada kategori beban kerja tinggi. Perempuan sendiri lebih banyak terdapat pada tingkat beban kerja pada kategori sedang, baik pada usia dewasa sedang maupun tua. Baik petani perempuan maupun laki-laki sama-sama tidak memiliki anggota yang berusia pada usia dewasa muda. Hal ini dikarenakan para usia produktif muda jarang yang mau meneruskan usaha pertanian orang tua mereka.

45 Mereka lebih memilih untuk terlibat dalam usaha industri maupun usaha warung kecil-kecilan yang mereka dirikan sendiri. Hal ini menyebabkan petani yang berusia pada dewasa tua menanggung beban kerja yang relative lebih tinggi pada pekerjaan mereka.

Hubungan Usia dengan Kontrolterhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Nilai korelasi antara usia dengan kontrol penerima program perempuan yaitu sebesar -0,265 dengan nilai α sebesar 0,246 dan untuk penerima program laki-laki nilai korelasi yang didapatkan yakni -0,089 dengan nilai α sebesar 0,700. Hal ini menunjukan tidak ada hubungan signifikan yang terjadi antara usia penerima program perempuan maupun laki-laki dengan tingkat kontrol yang dapat mereka lakukan terhadap sumberdaya pertanian yang disediakan oleh program Go Organik 2010.

Tabel 14 menunjukan bahwa penerima program perempuan dan laki- laki memliki kontrol yang berbeda. Penerima program perempuan sebagian besar memiliki kontrol yang rendah karena 15 dari 21 orang yang ada didalam program memiliki kontrol yang rendah. Dari sebagian besar perempuan yang memilki kontrol rendah berada pada usia lebih dari 50 tahun. Sedangkan untuk penerima program laki-laki, sebagian besar berada pada tingkat kontrol yang sedang dan berada pada kisaran usia 30-50 tahun.

Perempuan yang berada pada usia dewasa tua memiliki penyebaran tingkat kontrol, yakni pada kategori rendah, sedang dan tinggi. Hal ini membukt ikan bahwa tingkat kontrol yang dimiliki oleh penerima program tidak ditentukan oleh tingkat usia yang mereka miliki. Rendahnya kontrol yang dimiliki oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena perempuan terlihat lebih pasif dibandingkan dengan laki-laki. Banyak dari perempuan yang lebih menyerahkan pengaturan penggunaan alat maupun bahan yang didapatkan dari program Go Organik 2010 kepada pihak laki- laki yang dirasa lebih memiliki kewajiban dalam mengatur hal tersebut. Selain itu, ketika dilakukan sebuah pelatihan maupun rapat terkait dengan pembahasan tentang masalah pengelolaan alat dan bahan pertanian yang disediakan oleh program,penerima program perempuan lebih banyak hanya datang dan tidak turut memberikan pendapat dan saran.

46

Tabel 14 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut usia dan tingkat kontrol dalam program pertanian Go Organik 2010

Tingkat Kontrol

Usia Peserta Perempuan n (%)

Usia Peserta Laki-laki n (%) <30 tahun 30-50 tahun >50 tahun <30 tahun 30-50 tahun >50 tahun Rendah 0 3 12 0 2 5 (0,00) (50) (80) (0,00) (28,57) (35,71) Sedang 0 3 2 0 3 6 (0,00) (50) (13,33) (0,00) (42,86) (42,86) Tinggi 0 0 1 0 2 3 (0,00) (0,00) (6,67) (0,00) (28,57) (21,43) Total 0 6 15 0 7 14 n % (0,00) (100) (100) (0,00) (100) (100)

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian kali ini dibagi menjadi tiga kategori, yakni rendah untuk tingkat pendidikan yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan tamat SD, kategori sedang terdiri dari tingkat pendidikan sampai dengan lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan kategori ketiga yakni tingkat pendidikan tinggi yang terdiri dari lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi.

Nilai p-valuedari uji korelasi Rank Spearman hubungan antar variable tingkat pendidikan dengan pembagian kerja dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor adalah 0,205 untuk penerima program perempuan dengan α=0,372. Sedangkan untuk penerima program laki-laki didpatkan nilai p-value sebesar -0,407 dengan nilai α= 0,607. Karena nilai α yang didapatkan dari kedua kelompok penerima baik perempuan maupun laki-laki lebih besar dari α=0,05, maka tingkat pendidikan perempuan dan laki-laki tidak berhubungan secara signifikan dengan beban kerja yang terjadi dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor.

47 Tabel 15 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat

pendidikan dan tingkat beban kerja dalam program pertanian Go Organik 2010

Tingkat Beban Kerja

Tingkat Pendidikan Peserta Perempuan

n (%)

Tingkat Pendidikan Peserta Laki-laki

n (%)

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Rendah 2 0 0 1 0 0 (13,33) (0,00) (0,00) (5,56) (0,00) (0,00) Sedang 13 6 0 2 0 2 (86,67) (100) (0,00) (11,11) (0,00) (100) Tinggi 0 0 0 15 1 0 (0,00) (0,00) (0,00) (83,33) (100) (0,00) Total 15 6 0 18 1 2 n % (100) (100) (0,00) (0,00) (100) (100)

Tabel 15 menunjukan bahwa antara tingkat pendidikan dengan peran perempuan didalam program Go Organik 2010 tidak terdapat hubungan. Tingkat pendidikan penerima program tidak berhubungan nyata dengan peran perempuan yang terjadi didalam pelaksanaan budidaya padi disana. Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa mayoritas penerima program baik perempuan maupun laki-laki hanya menyelesaikan pendidikan mereka hingga tingkat sekolah dasar saja. Hubungan yang tidak signifikan diantara kedua variable tersebut terlihat dari perempuan penerima program pada tingkat pendidikan sedang maupun rendah sama-sama memiliki beban kerja pada taraf sedang.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kontrolterhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Tingkat pendidikan selanjutnya akan dihubungkan dengan variable kontrol penerima program terhadap sumberdaya pertanian yang terdapat dalam program Go Organik 2010. Setelah pendidikan dikategorikan menjadi tiga kategori yakni rendah untuk tidak tamat SD hingga tamat SD, kategori sedang untuk lulus SMP dan kategori tinggi untuk tingkat pendidikan penerima program yang mencapai lulus SMA hingga Perguruan Tinggi selanjutnya dilihat seberapa besar hubungannya dengan kontrol yang dapat mereka lakukan dalam program Go Organik 2010.

Setelah diuji menggunakan uji Rank Spearman didapatkan nilai hubungan antara tingkat pendidikan perempuan dengan kontrol terhadap sumberdaya pertanian dalam program Go Organik 2010 sebesar 0,044

dengan α= 0,849. Sedangkan untuk penerima program laki-laki didapatkan

nilai hubungan sebesar 0,36 dengan nilai α=0,876. Dari hasil yang didapatkan melalui uji Rank Spearman tersebut dapat dikatakan bahwa tidak

48

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan penerima program perempuan maupun laki-laki dengan tingkat kontrol yang dapat mereka lakukan didalam program tersebut. Hal ini dikarenakan tingkat kontrol yang ada tidak disebabkan oleh tingkat pendidikan yang mereka lakukan, namun ditentukan oleh posisi mereka dalam masyarakat maupun dalam kelompok tani yang mengelola sumberdaya pertanian yang ada.

Tabel 16 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat pendidikan dan tingkat kontrol dalam program pertanian Go Organik 2010 Tingkat Kontrol Tingkat Pendidikan Peserta Perempuan n (%) Tingkat Pendidikan Peserta Laki-laki n (%)

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Rendah 11 4 0 7 0 0 (73,33) (66,67) (0,00) (38,89) (0,00) (0,00) Sedang 3 2 0 6 1 2 (20,00) (33,33) (0,00) (33,33) (100) (100) Tinggi 1 0 0 5 0 0 (6,67) (0,00) (0,00) (27,78) (0,00) (0,00) Total 15 6 0 18 1 2 n % (100) (100) (0,00) (100) (100) (100)

Tabel 16 menunjukan bahwa sebagian besar penerima program yang berpendidikan rendah yakni tidak lulus maupun lulus SD memiliki status yang rendah yang ditunjukan dengan tingkat kontrol yang rendah. Pada penerima program yang berpendidikan rendah terdapat beberapa penerima program yang memiliki tingkat kontrol tinggi, yakni sebanyak 5 orang pada penerima program laki-laki dan 1 orang untuk penerima program perempuan. Laki-laki yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yakni lulus SMA maupun Perguruan Tinggi (PT) hanya memiliki tingkat kontrol yang sedang. Hal ini membuktikan bahwa statusperempuan dalam program Go Organik 2010 pada petani padi di Kabupaten Bogor yang dilakukan oleh penerima tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan yang mereka tempuh.

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Beban Kerja dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Tingkat pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil panen terakhir yang didapatkan oleh penerima program perempuan maupun laki-laki dari hasil budidaya padi organik yang mereka lakukan. Sehingga kriteria tingkat pendapatan disesuaikan dengan rata-rata hasil panen para penerima program tersebut. Tingkat pendapatan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah untuk rentang pendapatan dibawah 0,35-1,63 ton, sedang untuk rentang pendapatan hasil sebanyak 1,64-2,92 ton sampai 1,98 ton, dan tinggi untuk rentang pendapatan 2,93-4,2 Ton.

49 Setelah diuji menggunakan uji Rank Spearman didapatkan bahwa nilai hubungan antara tingkat pendapatan perempuan dengan pembagian kerja dalam program Go Organik 2010 adalah sebesar -0,108 dengan α=0,641. Sedangkan untuk penerima program laki-laki nilai korelasi yang didapatkan adalah sebesar -0,441 dengan α=0,045. Didapatkan hasil yang berbeda dari hubungan yang terjadi antara tingkat pendapatan dengan pembagian kerja dalam program Go Organik 2010 antara penerima program perempuan dengan laki-laki. Pada penerima program perempuan, tidak ada hubungan yang terjadi antara tingkat pendapatan dengan pembagian kerja yang ada. Dikarenakan pembagian kerja yang dilakukan oleh perempuan hanya sekedar melakukan sebagian dari kegiatan budidaya padi yang ada. Sedangkan untuk penerima program laki-laki terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pembagian kerja yang dilakukan, dapat dilihat dari nilai α yang didapatkan lebih kecil dari α=0,05.

Tabel 17 Jumlah dan presentase sebaran responden menurut tingkat pendapatan dan tingkat beban kerja dalam program pertanian Go Organik 2010

Tingkat Beban Kerja

Tingkat Pendapatan Peserta Perempuan

n (%)

Tingkat Pendapatan Peserta Laki-laki

n (%)

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Rendah 1 1 0 0 0 1 (5,89) (25,0) (0,00) (0,00) (0,00) (25,0) Sedang 16 3 0 1 3 2 (94,11) (75,0) (0,00) (8,33) (60,0) (50,0) Tinggi 0 0 0 11 2 1 (0,00) (0,00) (0,00) (91,67) (40,0) (25,0) Total 17 4 0 12 5 4 n % (100) (100) (0,00) (100) (100) (100)

Tabel 17 menunjukan bahwa sebagian besar baik penerima program perempuan maupun laki-laki berada pada tingkat pendapatan pada kategori rendah, yakni sebanyak 0,35 ton sampai 1,63 ton. Tidak ada hubungan yang signifikan diantara peran perempuan dalam program Go Organik 2010 dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh perempuan penerima program karena baik perempuan yang memiliki pendapatan kategori rendah maupun sedang memiliki beban kerja sesuai dengan rata-rata petani penerima program disana.

50

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Kontrolterhadap Sumberdaya Pertanian dalam Program Pertanian Go Organik 2010

Kontrol dalam program Go Organik 2010 berupa proses pengaturan penggunaan maupun distribusi alat dan bahan pertanian organik yang disediakan oleh Gapoktan Silih Asih selaku Gapoktan yang mengusulkan tentang diberlakukannya pertanian organik dalam sistem pertanian mereka. Variable yang akan dihubungkan dengan kontrol terhadap sumberdaya pertanian adalah variable tingkat pendapatan. Pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan penerima program perempuan maupun laki-laki saat musim panen terakhir lahan pertanian mereka dengan padi sebagai komoditas utama. Hasil panen dihitung dengan menggunakan perhitungan jumlah padi yang dihasilkan dalam satu kali panen,biasanya skala yang digunakan adalah ton per setiap panen.

Hubungan tingkat pendapatan penerima program Go Organik 2010 terhadap kontrol terhadap sumberdaya pertanian yang ada diuji menggunakan uji Rank Spearman melalui SPSS versi 20.00. Dari hasil uji tersebut didapatkan bahwa nilai koefisien relasi yang terjadi antara tingkat

Dokumen terkait