• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4.3 Kabupaten Cianjur .1 Letak Geografis

bervariasi. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Ciemas (183 jiwa per km persegi) dan tertinggi di Kecamatan Sukabumi (2.447 jiwa per km persegi). Pemukiman padat penduduk umumnya terdapat di pusat kecamatan yang berkarakteristik perkotaan dan di sepanjang jalan raya.

Suatu kondisi penting yang sedang terjadi sehubungan dengan ketenagakerjaan adalah pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian telah menurun.

4.3 Kabupaten Cianjur 4.3.1 Letak Geografis

Letak goegrafis Kabupaten Cianjur terletak pada 106°25′ – 107°25′ Bujur Timur dan 6°21′ – 7°32′ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2.138.465 jiwa. Secara administratif Pemerintah kabupaten Cianjur terbagi dalam 32 kecamatan, dengan batas-batas administratif :

Sebelah utara : Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta. Sebelah barat : Kabupaten Sukabumi.

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia.

Sebelah Timur : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.

Wilayah Kabupaten Cianjur secara administrasi memiliki luas 350.148 ha atau 10,12 % dari luas total wilayah Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam 26 kecamatan pada tahun 2001 yang kemudian mengalami pemekaran menjadi 32 kecamatan dengan luas wilayah kabupaten yang tetap pada tahun 2008.

4.3.2 Topografi

Wilayah Kabupaten Cianjur terdiri dari daerah pegunungan, perbukitan, dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian antara 0 - 2.962 m di atas permukaan laut. Karakteristik topografi yang terdapat di Kabupaten Cianjur adalah, sebagai berikut :

a. Datar (Kemiringan 0-8%)

Daerah yang termasuk ke dalam karakteristik dataran, yaitu : Sukaresmi, Cikalongkulon, Cianjur, Ciranjang, Bojongpicung, Sebelah utara Cibeber, Pagelaran, Tanggeung, Kadupandak, dan sepanjang Pantai Selatan.

b. Landai (Kemiringan 8-15%)

Daerah yang termasuk ke dalam karakteristik perbukitan dengan relief halus, yaitu : daerah Utara Pacet, Warungkondang, Takokak sebelah Barat, dan Cidaun.

c. Agak Curam (Kemiringan 15-25%)

Daerah yang termasuk ke dalam karakteristik perbukitan dengan relief sedang, yaitu : Mande sebelah utara, Kadupandak sebelah selatan, dan Cibeber sebelah selatan.

d. Curam (Kemiringan 25-40%)

Daerah yang termasuk ke dalam karakteristik perbukitan dengan relief agak kasar, yaitu : Takokak, Kadupandak bagian Utara dan Selatan, Suka Negara bagian Utara, Argabinta, Cidaun sebelah utara, Pagelaran bagian Selatan dan Tanggeung bagian Utara.

e. Sangat Curam (Kemiringan >40%)

Daearah yang termasuk ke dalam karakteristik perbukitan dengan relief kasar, yaitu : Bojongpicung bagian Selatan, Gunung Beleud, Gunung Gede Pangrango, Takokak sebelah Timur dan Gunung Sambul.

4.3.3 Iklim

Secara umum Kabupaten Cianjur memiliki iklim tropis lembab dengan suhu udara minimum sebesar 180 C (Maret-April) sedangkan suhu maksimal adalah 240C (Oktober-November) dengan kelembaban nisbih antara 80-90 %. Pada bulan November-Maret, angin bertiup ke arah tenggara yang biasanya berkaitan dengan musim hujan dan pada bulan Mei-September angin bertiup ke arah barat laut yang menandai terjadinya musim kemarau. Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus, sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Desember-Januari.

 

4.3.4 Tanah

Wilayah Kabupaten Cianjur memiliki jenis tanah yang beragam, yaitu : Alluvial, Andosol, Grumosol, Latosol, dan Podsolik. Sebagian besar wilayah Kabupaten Cianjur memiliki jenis tanah Latosol sedangkan jenis tanah dengan persentase terkecil adalah tanah Andosol.

4.3.5 Demografi

Menurut Sensus Penduduk 2000, jumlah penduduk Kabupaten Cianjur sebanyak 1.931.480 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,23 %. Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah Kecamatan Pacet sebanyak 170.224 jiwa dan Kecamatan Cianjur sebanyak 140.374 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya di atas 100.000 jiwa, yaitu : Kecamatan Cibeber (105.0204 jiwa), Kecamatan Warungkondang (101.580 jiwa), dan Kecamatan Karangtengah (123.158 jiwa). Kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Cikadu sebanyak 36.212 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000 - 50.000 jiwa, yaitu : Kecamatan Sindangbarang, Takokak, dan Sukanagara.

5.1 Identifikasi Objek di Lapangan

Pengamatan lapangan dilakukan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu : Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Titik pengamatan sebanyak 178 (seratus tujuh puluh delapan) titik dan diperoleh sebanyak 27 (dua puluh tujuh) objek tutupan lahan yang rinciannya, sebagai berikut :

Tabel 4 Objek-objek tutupan lahan di lapangan

No. Objek tutupan lahan Jumlah titik yang ditemukan Foto

1. Landasan udara 1

2. Sungai 1

3. Waduk 1

 

Tabel 4 Lanjutan

No. Objek tutupan lahan Jumlah titik yang ditemukan Foto

5. Hutan Pinus 6 6. Hutan Rasamala 1 7. Hutan Agathis 1 8. Kebun campuran 45 9. Lahan terbuka 1 10. Lapangan golf 2

Tabel 4 Lanjutan

No. Objek tutupan lahan Jumlah titik yang ditemukan Foto

11. Pemukiman 34

12. Perkebunan cokelat 1

13. Perkebunan karet 2

14. Perkebunan sawit muda 2

15. Perkebunan sawit tua 3

 

Tabel 4 Lanjutan

No. Objek tutupan lahan Jumlah titik yang ditemukan Foto

17. Pertanian lahan kering 12

18. Tanaman kelapa-pisang 1

19. Tanaman singkong 4

20. Tanaman pisang 1

21. Tanaman kacang panjang 2

Tabel 4 Lanjutan

No. Objek tutupan lahan Jumlah titik yang ditemukan Foto

23. Tanaman kacang panjang-singkong 1

24. Sawah diolah/baru tanam 18

25. Sawah vegetatif 19

26. Sawah siap panen 4

27. Sawah pasca panen/sawah bera 7

 

5.2 Nilai Digital (Digital Number) dan Analisis Diskriminan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m dan Citra LADSAT Resolusi 30 m

Berdasarkan evaluasi grafis terhadap nilai kecerahan (brightness value) data citra ALOS PALSAR dari 27 jenis tutupan lahan yang ditemukan di lapangan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa nilai kecerahan atau nilai digital band HH lebih tinggi daripada band HV di setiap kelas tutupan lahan pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. Sedangkan pada citra LANDSAT TM digunakan band 5, band 4, dan band 3 karena memiliki tingkat kecerahan yang tinggi dan umumnya kombinasi band ini digunakan dalam bidang kehutanan. Nilai digital rata-rata band yang paling tinggi adalah band 4, kemudian band 5, dan yang paling kecil adalah band 3. Gambar 5 menunjukkan perbandingan nilai digital HH dan HV pada citra ALOS PALSAR, sedangkan Gambar 6 menunjukkan perbandingan nilai digital pada band 5, band 4, dan band 3 pada citra LANDSAT. Secara visual, variasi nilai kecerahan pada citra ALOS PALSAR cukup besar. Hal ini disebabkan karena resolusi radiometrik pada citra ALOS PALSAR adalah sebesar 16 bit (rentang DN dari 0 sampai 65536). Artinya variasi informasi yang diberikan citra ALOS PALSAR lebih tinggi dibandingkan citra LANDSAT yang hanya mempunyai resolusi radiometrik 8 bit (rentang DN 0 sampai 255).

Kisaran nilai digital (digital number) atau nilai kecerahan (brightness value) tersebut menunjukkan keterpisahan antar kelas. Pengklasifikasian atau pengelompokkan berdasarkan nilai digital band HH dan HV pada citra ALOS PALSAR dan band 5, band 4, dan band 3 pada citra LANDSAT ini dilakukan dengan metode analisis diskriminan dengan syarat terdapat minimal dua kali pengulangan disetiap obyek tutupan lahan yang akan dianalisis.

 

Analisis diskriminan adalah analisis multi variat yang diterapkan untuk membuat model hubungan antara satu variabel respon yang bersifat kategori dengan satu atau lebih variabel prediktor yang bersifat kuantitatif. Analisis diskriminan bertujuan untuk mengklasifikasikan suatu individu atau objek ke dalam kelompok yang saling bebas (mutually exclusive/disjoint) dan menyeluruh (exhaustive) berdasarkan sejumlah variabel penjelas (Rosy 2009). Dari hasil pengamatan lapang yang dapat dilihat pada Tabel 4, tutupan lahan yang tidak mengalami pengulangan, yaitu : waduk, sungai, danau, landasan udara, hutan tanaman agathis, hutan tanaman rasamala, lahan terbuka, perkebunan cokelat, kebun kelapa-pisang, kebun jagung, tanaman pisang, dan kebun kacang panjang-singkong. Waduk, danau, dan sungai dapat dikelompokkan menjadi badan air sedangkan hutan tanaman agathis dan hutan tanaman rasamala dikelompokkan menjadi hutan tanaman. Perkebunan cokelat, tanaman pisang, kebun kelapa-pisang, kebun jagung, dan kebun kacang panjang-singkong dikelompokkan ke dalam kelas pertanian lahan kering. Dua objek yang tersisa adalah landasan udara dan lahan terbuka yang tidak dapat dikelompokkan berdasarkan penggunaan lahannya sehingga kedua objek tersebut dapat diabaikan.

Untuk analisis diskriminan jumlah kelas yang diperoleh sebanyak 17 kelas dari 27 objek tutupan lahan yang ditemui di lapangan. Pada proses analisis diskriminan yang pertama setelah dikurangi dengan landasan udara dan lahan terbuka, maka nilai proportion correct yang dihasilkan citra ALOS PALSAR sebesar 14, 2% dengan N correct sebanyak 25 objek. Sedangkan nilai proportion correct yang dihasilkan citra LANDSAT sebesar 30,1% dengan N correct

sebanyak 53 objek. Hal ini menjelaskan bahwa pada citra ALOS PALSAR hanya 25 objek saja dari 176 titik pengamatan yang diklasifikasi dengan benar, sedangkan pada citra LANDSAT sebanyak 53 objek. Hasil yang didapat pada citra ALOS resolusi 50 m dan juga citra LANDSAT resolusi 30 m masih termasuk rendah, sehingga diperlukan pengelompokan kembali.

Pada proses analisis diskriminan yang kedua, dilakukan proses pengelompokan ulang pada citra ALOS PALSAR dan citra LANDSAT, yaitu: me-regroup hutan pinus menjadi hutan tanaman, perkebunan sawit muda dan perkebunan sawit tua menjadi perkebunan sawit, sehingga diperoleh 15 kelas dari

 

hasil pengelompokan ulang. Nilai proportion correct yang dihasilkan citra ALOS PALSAR sebesar 15,9% dengan N correct sebanyak 28 objek, sedangkan nilai

proportion correct yang dihasilkan citra LANDSAT sebesar 26,7% dengan N

correct sebanyak 47 objek. Terjadi peningkatan proportion correct pada citra ALOS PALSAR, namun pada citra LANDSAT mengalami penurunan nilai

proportion correct. Nilai analisis diskriminan yang kedua juga masih tergolong rendah sehingga harus dilakukan pengelompokan kembali.

Pada proses analisis diskriminan yang ketiga, dari 15 kelas kemudian

di-regroup menjadi 12 kelas dengan menggabungkan perkebunan teh, kebun singkong dan kebun kacang panjang menjadi kelas pertanian lahan kering. Citra ALOS PALSAR diperoleh nilai proportion correct sebesar 22,2%, sedangkan pada citra LANDSAT nilai proportion correct yang dihasilkan sebesar 33,5%. Meskipun proportion correct yang dihasilkan dari kedua citra meningkat, namun masih termasuk rendah untuk analisis diskriminan, sehingga pengelompokan kembali masih harus dilakukan.

Pada proses analisis diskriminan yang keempat diperoleh 9 kelas dari 15 kelas sebelumnya dengan menggabungkan sawah diolah/baru tanam, sawah vegetatif, sawah siap panen dan sawah bera menjadi kelas sawah. Citra ALOS PALSAR diperoleh nilai proportion correct sebesar 28,4%, sedangkan pada citra LANDSAT nilai proportion correct yang dihasilkan sebesar 39,8%. Artinya pada citra ALOS PALSAR terdapat 50 objek yang diklasifikasikan dengan benar, sedangkan pada citra LANDSAT sebanyak 70 objek. Nilai proportion correct

yang dihasilkan cukup meningkat, meskipun demikian perlu dilakukan pengkelasan kembali karena masih ada kelas yang memiliki kemiripan nilai digital dengan kelas lainnya.

Pada proses analisis diskriminan yang kelima, dari 9 kelas kemudian

di-regroup menjadi 7 kelas dengan menggabungkan hutan tanaman, kebun campuran, dan perkebunan karet menjadi kelas vegetasi pohon. Citra ALOS PALSAR diperoleh nilai proportion correct sebesar 38,1% sedangkan pada citra LANDSAT nilai proportion correct yang dihasilkan sebesar 55,1%.

Dilihat dari nilai proportion correct yang dihasilkan dari kedua citra, analisis diskriminan yang kelima ini masih tergolong rendah, maka dilakukan pengelompokan keenam.

Pada proses analisis diskriminan yang keenam, proses regroup dilakukan pada lapangan golf/padang rumput dikelompokkan menjadi pertanian lahan kering sehingga dengan dilakukannya proses penggabungan terakhir ini diperoleh 6 kelas pentupan lahan. Pada citra ALOS PALSAR diperoleh nilai proportion correct

diperoleh sebesar 38,6% dengan pengklasifikasian objek yang benar sebanyak 68 objek dari 176 titik. Sedangkan pada citra LANDSAT nilai proportion correct

yang dihasilkan sebesar 54,5% menurun dari hasil analisis sebelumnya dengan pengklasifikasian objek yang benar sebanyak 96 objek dari 176 titik. Dapat dilihat berdasarkan hasil pengelompokan 6 objek yang didapatkan, keenam objek tersebut sudah tidak dapat digabungkan lagi menjadi kelas yang sama karena jenis tutupan lahannya yang sangat berbeda dan nilai tersebut belum cukup tinggi tetapi cukup menyatakan keterwakilan tiap kelas.

Dari hasil analisis diskriminan di atas, dapat dilihat bahwa dengan jumlah titik 176 yang dimasukkan pada analisis diskriminan dengan 2 titik yang diabaikan, yaitu: landasan udara dan lahan terbuka yang tidak mengalami pengulangan serta tidak dapat digabungkan dengan obyek lainnya dan citra LANDSAT resolusi 30 m memiliki nilai proportion correct lebih tinggi daripada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. Hal ini menunjukkan citra LANDSAT resolusi 30 m memiliki tingkat kecocokan lebih tinggi dibandingkan dengan citra ALOS PALSAR dalam pengelompokan tutupan lahan ke dalam 6 kelas, yaitu: badan air, vegetasi pohon, perkebunan sawit, pemukiman, pertanian lahan kering, dan sawah.

 

Pertanian lahan kering Tabel 5 Proses/alur regroup pada analisis diskriminan

Tutupan lahan Regroup-1 Regroup-2 Regroup-3

Landasan udara

Sungai

Waduk Badan air Badan air Badan air

Danau

Hutan Pinus Hutan Pinus Hutan tanaman Hutan tanaman

Hutan Rasamala Hutan tanaman

Hutan Agathis

Kebun campuran Kebun campuran Kebun campuran Kebun campuran

Lahan terbuka

Pemukiman Pemukiman Pemukiman Pemukiman

Perkebunan karet Perkebunan karet Perkebunan karet Perkebunan karet

Perkebunan sawit muda Perkebunan sawit muda Perkebunan sawit Perkebunan sawit

Perkebunan sawit tua Perkebunan sawit tua

Lapangan golf Lapangan golf Lapangan golf Lapangan golf

Perkebunan teh Perkebunan teh Perkebunan teh

Perkebunan cokelat Pertanian lahan kering

Tanaman kelapa-pisang

Tanaman jagung

Tanaman kacang panjang-singkong Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering

Tanaman pisang

Tanaman singkong-jagung

Tanaman kacang panjang-singkong

Tanaman singkong Tanaman singkong Tanaman singkong

Tanaman kacang panjang Tanaman kacang panjang Tanaman kacang panjang

Sawah diolah/baru tanam Sawah diolah/baru tanam Sawah diolah/baru tanam Sawah diolah/baru tanam

Sawah vegetatif Sawah vegetatif Sawah vegetatif Sawah vegetatif

Sawah siap panen Sawah siap panen Sawah siap panen Sawah siap panen

Sawah pasca panen/sawah bera Sawah pasca panen/sawah bera Sawah pasca panen/sawah bera Sawah pasca panen/sawah bera

Pertanian lahan kering Perkebunan sawit

Sawah Sawah

Vegetasi pohon Vegetasi pohon

Perkebunan sawit

Pertanian lahan kering

Sawah Tabel 5 Lanjutan

Regroup-3 Regroup-4 Regroup-5 Regroup-6

Badan air Badan air Badan air Badan air

Hutan tanaman Hutan tanaman

Kebun campuran Kebun campuran

Perkebunan karet Perkebunan karet

Perkebunan sawit Perkebunan sawit

Pemukiman Pemukiman Pemukiman Pemukiman

Lapangan golf Lapangan golf Lapangan golf

Pertanian lahan kering Pertanian lahan kering

Sawah diolah/baru tanam Sawah vegetatif

Sawah siap panen

Sawah pasca panen/sawah bera

   

 

 

Tabel 6 Nilai diskriminan

Regroup ke- ALOS PALSAR LANDSAT

1 Jumlah kelas N Correct Proportion Correct 17 17 25 53 0,142 0,301 2 Jumlah kelas N Correct Proportion Correct 15 15 28 47 0,159 0,267 3 Jumlah kelas N Correct Proportion Correct 12 12 39 59 0,222 0,335 4 Jumlah kelas N Correct Proportion Correct 9 9 50 70 0,284 0,398 5 Jumlah kelas N Correct Proportion Correct 7 7 67 97 0,381 0,551 6 Jumlah kelas N Correct Proportion Correct 6 6 68 96 0,386 0,545

5.3 Analisis Perbandingan Penafsiran Visual Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 m dan Citra LANDSAT Resolusi 30 m

Analisis visual merupakan kegiatan mengamati citra secara visual dengan tujuan untuk mengindentifikasi obyek. Pengidentifikasian objek pada citra ini dilakukan dengan melihat karakterisitik atau atribut masing-masing objek yang disebut dengan elemen interpretasi citra. Ada beberapa objek tutupan lahan yang memiliki warna yang sama sehingga untuk dapat mengidentikasi tutupan lahan tersebut harus melihat elemen yang lain juga. Elemen-elemen interpretasi yang digunakan, yaitu : tone (warna), bentuk, ukuran, tekstur, pola, site (lokasi), dan asosiasi. Dalam melakukan interpretasi citra, pengaturan band citra merupakan langkah yang sangat penting dalam mencirikan kenampakan obyek berdasarkan warna dan rona sebagai unsur dasar interpretasi.

Menurut penelitian Bainnaura (2010), band HH-HV-HH/HV pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m merupakan band terbaik yang dapat menampilkan variasi informasi lebih banyak. Sedangkan pada citra LANDSAT resolusi 30 m untuk menghasilkan citra yang memiliki tampilan visual lebih jelas membutuhkan kombinasi 3 band sebagai kanal merah, hijau, dan biru.

Menurut Martono (2010), band 5-4-3 pada citra LANDSAT resolusi 30 m merupakan tampilan terbaik secara visual dengan kelebihan mudah membedakan obyek bervegetasi dan non vegetasi serta obyek yang mempunyai kandungan air atau kelembaban tinggi. Oleh karena itu, analisis visual ini dilakukan dengan menggunakan band HH-HV-HH/HV pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan pada citra LANDSAT resolusi 30 m menggunakan band 5-4-3 dalam format

Red, Green, Blue.

Data titik hasil pengamatan di lapangan di-overlay pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan pada citra LANDSAT resolusi 30 m. Penafsiran awal yang dilakukan pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m terdapat 12 kelas tutupan lahan, yaitu : hutan lahan kering, hutan tanaman, perkebunan karet, perkebunan sawit, pemukiman, pertanian lahan kering, sawah, kebun campuran, semak belukar, landasan udara, perkebunan teh, dan badan air. Setelah didapatkan hasil dari lapangan, jumlah kelas bertambah 2 kelas tutupan lahan yaitu lahan terbuka dan padang rumput/lapangan golf. Sedangkan pada citra LANDSAT resolusi 30 m, objek tersebut dapat terlihat jelas sehingga pada penafsiran awal

 

citra telah terindentifikasi sebanyak 18 kelas tutupan lahan, yaitu : hutan lahan kering, hutan tanaman, perkebunan karet, perkebunan sawit, pemukiman, pertanian lahan kering, kebun campuran, semak belukar, landasan udara, perkebunan teh, badan air, lahan terbuka, padang rumput/lapangan golf, sawah diolah/baru tanam, sawah vegetatif-siap panen, dan sawah bera ditambah dengan awan dan bayangan awannya. Hasil interpretasi ini kemudian di-overlay pada citra LANDSAT resolusi 30 m. Pada citra LANDSAT resolusi 30 m ini, ada beberapa wilayah yang tertutup oleh objek awan dan bayangannya sehingga sulit untuk mengidentifikasi objek yang ada di bawahnya.

Citra LANDSAT merupakan citra yang dipengaruhi oleh cuaca sehingga seringkali membuat informasi terbaru di bawah awan atau asap menjadi tidak tersedia. Berbeda dengan citra ALOS PALSAR, citra ini memiliki kemampuan untuk melakukan perekaman pada segala cuaca, baik pada siang hari maupun malam hari, serta mampu mengatasi kendala tutupan awan dan asap.

Landasan udara merupakan sebuah fasilitas pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Pada citra ALOS PALSAR, landasan udara memiliki warna biru dengan ciri pola yang teratur dan bentuknya kotak memanjang serta dari tone

dan teksturnya yang halus sehingga mudah diidentifikasi. Tipe tutupan lahan yang menyerupai dengan landasan udara berdasarkan elemen tone/warnanya adalah badan air, sawah, rumput dan tambak. Sedangkan pada citra LANDSAT, landasan udara berwarna kuning dan secara visual tone/warnanya sama dengan lapangan golf/padang rumput. Gambar 7 merupakan contoh tampilan badan air dan padang rumput pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan citra LANDSAT resolusi 30 m.

Keterangan :

: Landasan udara

: Padang rumput/lapangan golf

Gambar 7(a) : Citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. Gambar 7(b) : Citra LANDSAT resolusi 30 m.

Padang rumput merupakan areal yang didominasi oleh rumput dan atau padang alang-alang, terkadang sedikit semak atau pohon. Padang rumput sulit diidentifikasi pada citra ALOS PALSAR jika hanya dilihat berdasarkan elemen warna saja. Elemen lain juga harus diperhatikan seperti bentuknya yang teratur dan ukurannya yang kecil, serta lokasi dan asosiasinya yang dekat dengan pemukiman. Pada citra ALOS PALSAR, tipe tutupan lahan yang menyerupai padang rumput berdasarkan elemen tone/warnanya yang biru, yaitu : landasan udara, badan air, tambak dan sawah. Sedangkan pada citra LANDSAT,

tone/warna padang rumput menyerupai tone landasan udara, ukurannya sangat kecil, hampir tidak terlihat di citra sehingga sulit sekali diidentifikasi. Gambar 7 merupakan contoh tampilan padang rumput pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan citra LANDSAT resolusi 30 m.

Badan air pada citra ALOS PALSAR dan citra LANDSAT memiliki warna biru dengan tekstur halus, dalam ukuran yang besar (untuk laut), serta bentuknya yang memanjang dan berliku-liku (untuk sungai), badan air mudah sekali diidentifikasi secara visual di citra. Gambar 8 merupakan contoh tampilan badan air pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan citra LANDSAT resolusi 30 m.

(a) (b)

Skala 1 : 50.000 Gambar 7

  (b) (a) (b) Skala : 1 : 50.000 Gambar 8 Keterangan :

Gambar 8(a) : Badan air pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. Gambar 8(b) : Badan air pada citra LANDSAT resolusi 30 m.

Hutan tanaman merupakan areal yang bervegetasi pepohonan yang ditanami secara sengaja dengan jenis tertentu yang tumbuh pada areal basah maupun kering. Selain dari warnanya yang berwarna kuning kehijauan pada citra ALOS PALSAR, dibutuhkan elemen lain dalam menginterpretasi hutan tanaman seperti teksturnya yang sedikit lebih halus dari hutan lahan kering dan bentuknya yang teratur. Pada citra ALOS PALSAR, tipe tutupan lahan yang menyerupai hutan tanaman berdasarkan elemen tone/warna adalah hutan lahan kering. Sedangkan pada citra LANDSAT, hutan tanaman terlihat dengan pola tanam yang teratur pada daerah datar, dan untuk area bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Gambar 9 merupakan contoh tampilan hutan tanaman pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan citra LANDSAT resolusi 30 m.

Skala : 1 : 50.000 Gambar 9 Keterangan :

Gambar 9(a) : Hutan tanaman pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. Gambar 9(b) : Hutan tanaman pada citra LANDSAT resolusi 30 m.

(a) (b)

Kebun campuran merupakan seluruh kawasan yang ditanami tanaman tahunan dan dengan tanaman beranekaragam jenis. Warnanya beragam karena memiliki komposisi jenis, umur, jarak tanaman dan ukuran (tinggi dan diameter) yang beragam. Pada citra ALOS PALSAR kebun campuran dapat diidentifikasi dari warnanya yang hijau bercampur kuning. Selain itu, teksturnya yang kasar juga membantu dalam mengenali kebun campuran pada citra. Sedangkan pada citra LANDSAT, tone/warnanya menyerupai pertanian lahan kering sehingga butuh elemen lain agar dapat menginterpretasi kebun campuran seperti dengan melihat polanya yang tidak teratur dan teksturnya yang kasar. Biasanya kebun campuran beraksesibilitas tinggi karena dekat dengan pemukiman, sehingga jaringan jalan di sekitar obyek ini lebih rapat dan teratur. Gambar 10 merupakan contoh tampilan kebun campuran pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m dan citra LANDSAT resolusi 30 m.  

 

Skala : 1 : 75.000 Gambar 10 Keterangan :

Gambar 10(a) : Kebun campuran pada citra ALOS PALSAR resolusi 50 m. Gambar 10(b) : Kebun campuran pada citra LANDSAT resolusi 30 m.

 

Pertanian lahan kering merupakan semua aktivitas pertanian di lahan kering yang tidak membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk berproduksi.