• Tidak ada hasil yang ditemukan

I II III Faktor Kunci Bobot

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keragaan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian.

5.1.1. Kabupaten Kampar

Kelembagaan penyuluhan pertanian berada pada Kantor Informasi dan Penyuluhan Pertanian. Keberadaan kelembagaan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Kampar dilegitimasi berdasar Peraturan Daerah. Kedudukannya

setingkat eselon III dan langsung dibawah SEKDA. Selain itu masih ada satu wadah koordinasi lingkup pertanian yang dibentuk Pemda Kampar yaitu Forum Koordinasi Penyuluh Pertanian (FKPP), diketuai oleh Sekretaris Daerah yang beranggotakan instansi lingkup pertanian dan instansi terkait lainnya. Lembaga ini merupakan wadah koordinasi dan kerjasama yang dapat menyamakan gerak langkah dan persepsi terutama dalam operasional penyuluhan pertanian. Di tingkat Kecamatan selain Kantor Cabang masing-masing Dinas, masih terdapat Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIP) sama dengan BPP pada waktu sebelum otonomi daerah bergulir.

Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian Kabupaten Kampar telah memiliki visi dan misi yang spesifik pada bidang pertanian. Pelaksanaan program penyuluhan yang dilakukan berpengaruh terhadap visi dan misi yang ingin di capai. Kegiatan kantor ini sudah terfokus pada bidang pertanian secara umum. Begitu juga dengan TUPOKSI sudah dijabar dengan baik untuk kegiatan penyuluhan.

Aktifitas BIP dalam melaksanakan latihan kepada Penyuluh Lapangan terjadual 2 minggu sekali. Pelatih di BPP terdiri dari petugas Penyuluh di Kabupaten dan petugas dinas lingkup sub sektor pertanian. Sistem LAKU (Latihan dan Kunjungan) kepada kelompok tani di lakukan secara terjadual oleh Penyuluh Lapangan. Demikian juga monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan sistem LAKU dilakukan secara intensif oleh koordinator penyuluh secara terstruktur mulai dari kabupaten sampai tingkat kecamatan (BIP). Penyusunan rencana kerja penyuluhan di tingkat WKPP ( Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian), pembuatan programa tingkat kecamatan dan Kabupaten

dilakukan secara terstruktur dan rutin setiap tahun dan berkoordinasi dengan dinas lingkup pertanian.

Jumlah penyuluh di Kabupaten Kampar sebanyak 208 orang yang terdiri dari 109 orang sarjana dan 99 orang non sarjana yang didukung oleh 19 orang kontak tani. Penyuluh Pertanian yang sarjana jumlahnya cukup banyak dibanding Kabupaten lainnya. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya kualifikasi penyuluh yang menghendaki pendidikan dasar sarjana dan ini segera dimanfaatkan oleh penyuluh di Kabupaten Kampar karena mobilitas dan aksesibilitas mereka cukup tinggi untuk mengikuti pendidikan ke kota Pekanbaru. Jumlah kelompok tani yakni 1.014 kelompok, kelompok kelas pemula masih lebih banyak dibanding kelas lainnya. 657 kelompok tani adalah kelas pemula, 299 kelompok kelas lanjut dan 64 kelompok kelas madya dan 8 kelompok utama. Ratio penyuluh dengan kelompok tani sebesar 0,2.

Penyuluh yang mempunyai status pegawai negeri sebanyak 174 orang dan 34 orang berstatus honorer. Penyuluh berada dibawah kendali Kantor Informasi Penyuluh Pertanian (KIPP ), karena satminkalnya di bawah koordinasi KIPP. Di tingkat Kecamatan terdapat Kantor Cabang Dinas dari masing-masing dinas sub sektor sebagai bawahan dari dinas, dan BIP sebagai bawahan dari KIPP

Penyusunanan kebijakan dan program penyuluhan kabupaten dilakukan setiap tahun, dengan melibatkan perwakilan petani. Perwakilan petani diundang untuk menyampaikan keinginan dan kebutuhan mereka setelah itu baru dibuat kebijakan.

Sistem dan metode penyuluhan di Kabupaten Kampar, masih memakai sistem LAKU, Pertemuan di Kelompok Tani yang dihadiri oleh penyuluh.

Penyusunan programma sebagai basis untuk bergeraknya penyuluh terus dilakukan setiap tahunnya. Frekuensi pertemuan dengan penyuluh di Tingkat Kecamatan (BIP) intens dan terjadwal dengan baik dilakukan secara berkala 2 kali dalam sebulan dengan agenda pertemuan adalah pelatihan-pelatian dan pengumpulan serta pemecahan/solusi dari kendala-kendala yang didapat selama pelaksanaan penyuluhan

Kegiatan Penyuluhan di Kabupaten Kampar, terdapat perbedaaan dengan masa lalu. Ada kecenderungan para penyuluh tidak banyak melakukan kegiatan untuk mendukung program yang ada di masing masing dinas sub sektor sesuai dengan latar belakang penyuluh yang ada. Para penyuluh lebih banyak melakukan kegiatan sesuai dengan program yang ada diinstansi tempat mereka berada yaitu, KIPP. Tuntutan Penyuluh agar bisa menguasai semua bidang pertanian dalam arti luas/Polifalen, membuat tugas penyuluh terasa berat dan tidak terfokus pada suatu keahlian tertentu. Di Kampar para penyuluh lebih banyak terlibat dalam kegiatan pembinaan melalui P4K/ P2K (Program yang serupa, tetapi penganggaran dari Kapbupaten Kampar). Dalam kegiatan P4K/P2K tidak saja materi pertanian yang ditekuni, tetap juga kegiatan industri rumah tangga dll, sesuai dengan potensi wilayah dan kemauan petaninya. P4K/P2K merupakan suatu kegiatan proyek yang seharusnya dapat dikembangkan oleh berbagai sektor, terutama mengenai pola dan sistemnya.

Materi penyuluhan telah disusun berdasarkan kebutuhan petani, dan penyampaian oleh PPL sudah komprehensif, namun materi-materi tersebut belum merupakan materi yang terkini terhadap teknologi yang berkembang. Koordinasi dengan instansi lain cukup baik dan intens dilakukan dan koordinasi

dilakukan melalui rapat-rapat atau pertemuan tertentu yang diundang oleh salah satu dinas yang merasa ada keterkaitan dan kepentingan penyuluh, Selain itu masih ada wadah koordinasi lingkup Pertanian yang dibentuk PEMDA Kampar (FKPP) yang di Ketuai oleh Sekretaris Daerah yang beranggotakan instansi lingkup pertanian dan instansi terkait lainnya.. Wadah ini merupakan wadah koordinasi yang dapat menyamakan gerak langkah dan persepsi terutama dalam operasional penyuluhan pertanian.

Sejak otonomi daerah, KIP kabupaten Kampar di biayai oleh APBD

kabupaten Kampar, yang pada tahun 2007 mencapai Rp. 14 milyard, dan pada tahun 2008 meningkat menjadi Rp. 17 Milyard. Dan ditambah dengan adanya bantuan dari pemerintah pusat seperti dana BOP sebesar 250.000/bulan. 5.1.2. Kota Pekanbaru

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kota Pekanbaru berada di bawah institusi yang khusus menangani penyuluh yang diberi nama Kantor Penyuluhan Informasi Pertanian Terpadu (KIPTK). Meskipun demikian koordinasi antar penyuluh dengan Dinas terkait sangat lemah. Rapat-rapat yang menghubungkan penyuluh dengan kegiatan-kegiatan Dinas hampir tidak pernah dilakukan. Di tingkat BPP pertemuan rutin diadakan sekali dalam satu bulan yang dihadiri oleh penyuluh yang berada di WKBPP (Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian).

Visi dan misi KPIPT Kota Pekanbaru bersifat umum atau tidak spesifik dibidang penyuluhan pertanian, begitu juga dengan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) kendati sudah ditetapkan dengan PERDA No. 8 tahun 2001 tentang Struktur Organisasi Tatalaksana (SOT) Kota pekanbaru. TUPOKSI tersebut telah

dijabarkan namun penjabarannya tidak spesifik pada bidang pertanian melainkan cakupannya terlalu luas dan menggambang.

Penyusunan programa penyuluh pertanian yang merupakan acuan penyuluh dalam melaksanakan program kerja dilapangan tidak ditunjang dengan penyediaan dana yang pada giliranya perencanaan kerja penyuluh hanya dibuat dari tingkat kota Pekanbaru. Sedangkan pada tingkat BPP penyusunan programa hanya dibuat sewaktu-waktu. Intensitas pembinaan yang dilakukan oleh petugas penyuluhan tingkat kota Pekanbaru baik ke WKBPP maupun ke WKPP ( Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian) sangat jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya arahan yang jelas dari pimpinan unit kerja. Pejabat struktural yang seharusnya melayani kepentingan penyuluh tidak memahami secara penuh tugas- tugas penyuluhan, karena mereka tidak mempunyai latar belakang ilmu di bidang penyuluhan, sehingga gerakan penyelenggaraan penyuluhan tidak terlihat secara nyata.

Materi penyuluhan telah disusun berdasarkan kebutuhan petani, dan penyampaian oleh PPL sudah komprehensif, namun materi-materi tersebut belum merupakan materi yang terkini terhadap teknologi yang berkembang. Penyusunan programma ditingkat BPP terus dilakukan, meskipun tidak didukung oleh dana penunjang, pelibatan petani / kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan cukup besar, melalui impact point yang didapat dari petani, sehingga pelaksanaan penyuluhan merupakan apa yang diperlukan oleh petani. Frekuensi pertemuan dengan penyuluh intens dilakukan secara berkala 2 kali dalam sebulan dengan agenda pertemuan adalah pelatihan-pelatian dan pengumpulan serta

pemecahan/solusi dari kendala-kendala yang didapat selama pelaksanaan penyuluhan

Jumlah Penyuluh Pertanian di Kota Pekanbaru sebanyak 39 orang dengan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 18 orang dan 21 orang non sarjana. Jumlah penyuluh PNS sebanyak 30 orang dan honorer 9 orang. Jumlah pegawai honorer yang ada merupakan penyuluh kontrak . Dikaitkan dengan jumlah kelompok tani yang harus dibina sebanyak 135 kelompok tani, maka ratio penyuluh dengan kelompok tani sebesar 0,2. Dilihat dari kelas kemampuan kelompok tani , sebanyak 125 kelompok berada dalam kelas pemula, 7 kelompok kelas lanjut, 2 kelompok kelas madya dan 1 kelompok kelas utama. Semua kelompok tani yang ada di Kota Pekanbaru telah dikukuhkan keberadaannya oleh pemerintah daerah.

Koordinasi dengan instansi lain cukup baik dan kurang intens dilakukan, koordinasi melalui rapat-rapat atau pertemuan tertentu yang diundang oleh salah satu dinas yang merasa ada keterkaitan dan kepentingan penyuluh. Namun kurang nya inisiatif dari pengawai kantor KPIPT untuk menangkap peluang mengambil peluang yang ada di dinas sehingga kegiatan mereka tumpang tindih.

Anggaran KPIPT Kota pekanbaru telah dianggarkan pada APBD sejak dilaksanakan nya otonomi daerah. Namun anggaran yang tersedia kurang memadai atau dapat dikatakan tidak mencukupi sehingga program atau kegiatan penyuluh kurang berjalan dengan baik.

Sarana dan prasarana seperti gedung untuk kegiatan penyuluhan atau sebagai tempat berkumpul dan bertemuan nya penyuluh dan petani sangat minim sekali yaitu hanya ada satu saja di BPP Rumbai Bukit yang permanen. Kantor BPP yang lain berbagi tempat dikantor camat. Sedangkan KPIPT sendiri tidak

memiliki gedung permanen. Kendaraan operasional juga sangat minim serta alat tulis kantor dan alat peraga sama sekali tidak ada bantuan.