• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.4 Kabupaten Karo

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120–1600 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah mata air sungai. Kabupaten Karo mempunyai areal seluas 2.127,25 km2 atau dapat dikatakan 212.725 hektar. Dapat juga diketahui bahwa daerah Kabupaten Karo adalah 2,97% dari luas seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara. Bila dilihat dari sudut pandang geografis, maka Kabupaten Karo terletak di antara 2o50́'– 3o19' lintang utara dan 97o55'– 98o38' bujur timur.

Di daerah Kabupaten Karo terdapat dua buah gunung berapi yang masih aktif, yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung. Bila dirinci daerah Kabupaten Karo menurut posisinya, maka diketahui bahwa:

(1) 28.606 hektar (13,45%) berada di antara 120–200 meter di atas permukaan laut, (2) 17.856 (8,39%) berada di antara 201–500 meter di atas permukaan laut,

(3) 84.892 hektar (39,91%) berada di antara 501–1.000 meter di atas permukaan laut, (4) 70.774 hektar (33,27%) berada di antara 1.001–1.400 meter di atas permukaan

laut, dan

Kabupaten Karo berbatasan dengan:

(1) Kabupaten Langkat dan Deli Serdang di sebelah Utara, (2) Kabupaten Dairi dan Toba Samosir di sebelah Selatan,

(3) Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang di sebelah Timur, dan (4) Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah Barat.

Kabupaten Karo mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Suhu udara di Kabupaten Karo berkisar antara 13,8oC–25,8oC. Musim hujan dan kemarau belakangan ini ataupun semenjak banyaknya pohon kayu ditebang secara liar dan tidak terpadu yang mengakibtkan musim kemarau dan hujan tidak dapat diprediksi secara akurat.

Kabupaten Karo pada awal kemerdekaan atau setelah lepas dari cengkeraman Kolonial Belanda terbagi atas tiga daerah kewedanaan. Setelah beberapa tahun Indonesia merdeka maka daerah Kabupaten Karo dibagi lagi menjadi 10 wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Kabanjahe, Tiga Panah, Barus Jahe, Simpang Empat, Payung, Kuta Buluh, Lau Baleng, Tiga Binanga, Juhar, dan Munte. Sekarang, setelah diadakan pemekaran maka yang 10 wilayah kecamatan tadi sudah menjadi 17 wilayah kecamatan. Adapun ketujuh wilayah kecamatan tambahan yang baru ialah Kecamatan Berastagi, Mardingding, Dolat Rakyat, Tiga Nderket, Merek, Merdeka, dan Teran.

Adapun wilayah kecamatan yang dijadikan sebagai daerah penelitian ialah: (1) Kecamatan Juhar,

(3) Kecamatan Kuta Buluh, (4) Kecamatan Tiga Panah, (5) Kecamatan Payung, dan (6) Kecamatan Merek.

Untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik, maka dipilih dan ditetapkan desa daerah titik pengamatan sebagai lokasi tempat pengumpulan data secara baik dan benar. Mahsun (1995:102–103) mengatakan bahwa ada dua pilihan yang dapat diterapkan untuk menetapkan daerah titik pengamatan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Adapun kriteria untuk cara kualitatif adalah sebagai berikut: (1) daerah titik pengamatan yang dipilih tidak boleh berdekatan ataupun

bertetangga, serta tidak bertetangga dengan kota besar,

(2) masyarakat desa titik pengamatan tersebut tidak mengalami mobilitas yang tinggi, (3) jumlah penduduk di desa daerah titik pengamatan maksimal 6.000. jiwa, dan (4) desa titik pengamatan tersebut minimal sudah berusia 30 tahun.

Peneliti dalam hal melaksanakan penelitian ini sudah mengikuti petunjuk yang ditegaskan oleh Mahsun tersebut. Teori kuantitatif dimaksud ialah menetapkan daerah titik pengamatan dengan mengukur jarak antara desa satu dengan desa dua, desa tiga, desa empat, desa lima, desa enam, dan seterusnya kira-kira 20 km. Cara ini sebaiknya dilakukan terhadap suatu daerah yang penduduknya mempunyai isolek yang homogen, maka cara kuantitatif boleh tidak diindahkan. Setelah diamati semua desa daerah titik pengamatan yang telah ditetapkan bahwa daerah titik pengamatan untuk penelitian ini sudah memenuhi syarat kualitatif maupun kuantitatif.

Desa yang ditetapkan sebagai daerah titik pengamatan, satu desa di masing- masing wilayah kecamatan, yaitu Desa Nageri di wilayah Kecamatan Juhar, Desa Kinangkong di wilayah Kecamatan Lau Baleng, Desa Lau Buluh di wilayah Kecamatan Kuta Buluh, Desa Selandi di wilayah Kecamatan Payung, Desa Seberaya di wilayah Kecamatan Tiga Panah, dan Desa Dokan di wilayah Kecamatan Merek. (1) Kecamatan Juhar

Kecamatan Juhar mempunyai wilayah seluas 218,56 km2. Kecamatan Juhar terletak di antara 710–800 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Juhar berbatasan dengan:

(1) Kecamatan Tiga Binanga dan Munte di bagian Utara, (2) Kabupaten Dairi di sebelah Selatan,

(3) Kabupaten Dairi dan Kecamatan Tiga Binanga di sebelah Barat, dan (4) Kecamatan Tiga Panah di sebelah Timur.

Kecamatan Juhar berpenduduk sebanyak 13.859 (6.572 orang laki-laki dan 7.287 orang perempuan) dengan jumlah rumah tangga sebanyak 4.423. Cuaca di wilayah Kecamatan Juhar berkisar antara 22o–29oC. Musim di Wilayah Kecamatan Juhar adalah musim penghujan dan musim kemarau. Kedua musim ini tidak dapat lagi diprediksi berhubung hutan sudah dirusak oleh masyarakat. Kecamatan Juhar mempunyai 24 desa dan salah satu di antaranya ditetapkan sebagai desa tempat titik pengamatan, yaitu Desa Nageri. Desa Nageri mempunyai penduduk sebanyak 657 orang (308 laki-laki dan 349 orang perempuan) yang terdiri dari 197 rumah tangga.

(2) Kecamatan Lau Baleng

Kecamatan Lau Baleng berada dalam ketinggian 600–700 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Lau Baleng mempunyai wilayah seluas 252,60 km2. Adapun batas wilayah Kecamatan Lau Baleng adalah:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mardingding, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi,

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, dan Sebelah Timur dengan Kecamatan Tiga binanga.

Wilayah Kecamatan Lau Baleng mempunyai 15 desa, salah satu di antaranya ialah Desa Kinangkong. Desa Kinangkong inilah yang dijadikan sebagai desa tempat titik pengamatan penelitian ini. Luas desa Kinangkong adalah 20,86 km2. Jumlah penduduknya adalah sebanyak 1.316 orang (643 orang laki-laki dan 673 orang perempuan). Jumlah rumah tangga di desa Kinangkong ada sebanyak 331. Masyarakat Kinangkong menganut tiga agama yang berbeda, yaitu Islam, Katolik, dan Kristen lainnya. Pemeluk agama Islam ada sebanyak 314 orang, Katolik ada sebanyak 285 orang, dan Kristen lainnya ada sebanyak 717 orang.

(3) Kecamatan Kuta Buluh

Kecamatan Kuta Buluh mempunyai wilayah seluas 195,70 km2 yang terdiri atas 16 desa. Wilayah ini berada dalam ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Adapun batas wilayah Kecamatan Kuta Buluh ialah:

Sebelah Utara dengan Kabupaten Langkat,

Sebelah Barat dengan Kecamatan Mardingding, dan Sebelah Timur dengan Kecamatan Payung.

Penduduk Kecamatan Kuta Buluh ada sebanyak 11.853 jiwa. Desa yang ditetapkan sebagai tempat titik pengamatan di Wilayah Kecamatan Kuta Buluh adalah desa Lau Buluh. Desa Lau Buluh mempunyai penduduk sebanyak 1.097 orang (539 laki-laki dan 558 orang perempuan) yang terdiri dari 192 rumah tangga. Di desa Lau Buluh ada terdapat 1 mesjid dan 6 gereja.

(4) Kecamatan Payung

Kata Payung dalam frasa Kecamatan Payung sebenarnya berasal dari kata

Payong. Banyak anggota masyarakat Karo tidak mengerti sejarah kata Payung

tersebut. Sebahagian orang menganggap bahwa makna kata Payung pada frasa Kecamatan Payung adalah Payong di dalam bahasa Karo yang memang artinya ‘payung’, tetapi yang sebenarnya adalah Payong [payoŋ] yang berasal dari dua kata ‘payo’ dan ‘nge’ [payo ŋě] yang berarti ‘benar’ atau ‘betul’. Desa Payung pada mulanya merupakan ladang seorang Merga Bangun. Merga Bangun tersebut adalah penduduk asli Desa Batu Karang. Merga Bangun tersebut meninggalkan Desa Batu Karang berhubung rumah tangganya yang selalu mendapatkan masalah. Akhirnya, dia pindah ke Desa Payung yang pada masa itu belum pernah dihuni dan merupakan hutan. Jadi alasannya ke sana ialah untuk menghindar dari masyarakat desa Batu Karang. Pada dasarnya penduduk desa Batu Karang tidak tahu entah ke mana dia pergi. Tetapi pada suatu hari ada sekelompok orang yang berburu babi hutan dan rusa. Tanpa disengaja mereka menemukan pondok keluarga Pak Bangun tersebut.

Sewaktu selesai perburuan, mereka memberitakan hal tersebut kepada penduduk Desa Batu Karang. Oleh karena sudah lebih sepuluh tahun masyarakat Desa Batu Karang tidak mengetahui keberadaan Merga Bangun tersebut maka setiap orang yang mendengar berita tersebut berkata payo nge [payo ŋ]. Frasa payo nge sebenarnya bersifat ambigu. Misalnya, seseorang ingin mengetahui kebenaran suatu kejadian, maka dia akan bertanya Payo nge ia i ĵadah? [payo ŋ ia i ĵadah] yang berarti ‘Benar atau betulkah dia di sana?’ Jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah [payo ŋ]. Akhirnya terjadilah Desa Payung karena sudah banyak masyarakat dari desa lainnya membuka lahan pertanian di sekeliling ladang Pak Bangun tersebut. Desa Payung berada di lereng kaki Gunung Sinabung.

Kira-kira pada tahun 1901, sebelum Indonesia merdeka karena Kolonial Belanda dan Jepang masih menduduki Indonesia, wilayah Kecamatan Payung dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu:

wilayah Raja Urung Susuk yang berkedudukan di Tiga Nderket,

wilayah Raja Urung Batu Karang yang berkedudukan di Batu Karang, dan wilayah Raja Urung Guru Kinayan yang berkedudukan di Tiga Pancur.

Tiga Pancur termasuk ke wilayah Kecamatan Simpang Empat dan Tiga Nderket adalah wilayah Kecamatan Tiga Nderket. Ketiga wilayah Raja Urung tersebut berada di bawah kekuasaan atau kepeminpinan Pemerintah Sebayak Lingga. Kemudian setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Bupati Kabupaten Karo yang ditunjuk ialah Rakutta Sembiring. Beliau mengadakan suatu rapat dengan masyarakat Kabupaten Karo tentang daerah-daerah Raja Urung. Rapat tersebut

memutuskan agar daerah-daerah Raja Urung tersebut dijadikan menjadi satu wilayah kecamatan yang berkedudukan di Desa Payung dengan alasan lokasinya berada di tengah-tengah wilayah tersebut. Setelah lima bulan lamanya Asisten Wedana berkantor di desa Payung, maka dipindahkanlah kantor Asisten Wedana ke Desa Tiga Nderket dengan ketentuan bahwa nama tidak berubah yaitu masih tetap Payung. Adapun alasan Bupati untuk memindahkan kantor Asisten Wedana ke Tiga Nderket, berhubung di Desa Payung sangat sedikit sekali penduduknya, sedangkan di Tiga Nderket sangat banyak penduduk.

Tiga Nderket adalah satu frasa dari dua kata Tiga dan Nderket [tiga] dan [ndƏrkƏt]. Tiga artinya ‘pasar’ atau ‘pekan’ dan Nderket adalah nama suatu pohon kayu. Berhubung pohon Nderket tersebut sangat tinggi dan rimbun sehingga di bawahnya sangat teduh, maka di sekitar pohon Nderket tersebutlah masyarakat jadikan pasar. Jadi, Tiga Nderket artinya ‘pasar’ atau ‘pekan’ di bawah pohon Nderket.

Pada tahun 2005, Pemerintah Indonesia sedang sibuk dengan terbitnya Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2005, yaitu pemekaran daerah-daerah. Untuk Wilayah Kecamatan Payung dimekarkan menjadi dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Payung dan Kecamatan Tiga Nderket. Jadi, semenjak itu Kantor Kecamatan Payung yang tadinya berkedudukan di Tiga Nderket kembali ke desa Payung, dan Kecamatan Tiga Nderket berkedudukan di Tiga Nderket. Kecamatan Payung terletak di antara 205’ lintang Utara dan 97,55 bujur Timur. Keadaannya

berada pada 850–1.200 meter di atas permukaan laut. Luas Kecamatan Payung adalah 47,24 km2. Adapun batas-batas Kecamatan Payung adalah:

sebelah Utara dengan Kecamatan Tiga Nderket, sebelah Selatan dengan Kecamatan Munte,

sebelah Barat dengan Kecamatan Tiga Nderket, dan sebelah Timur dengan Kecamatan Simpang Empat.

Jarak Kecamatan Payung ke Ibukota Kabupaten Karo, Kabanjahe adalah 17 km dan dengan kota Medan 93 km.

Penduduk Kecamatan Payung sebanyak 10.818 orang (5.300 orang laki-laki dan 5.518 orang perempuan) yang terdiri dari 3.071 rumah tangga. Di wilayah Kecamatan Payung yang telah ditetapkan sebagai daerah tempat titik pengamatan adalah Desa Selandi yang jumlah penduduknya sebanyak 620 orang dan terdiri dari 205 rumah tangga. Masyarakat Desa Selandi mayoritas memeluk agama Kristen, Protestan sebanyak 214 orang, Katolik sebanyak 204 orang, Islam sebanyak 197, dan lainnya sebanyak 5 orang. Mata pencaharian masyarakat Desa Selandi adalah bertani, ada yang menanam tanaman keras dan ada juga yang menanam palawija.

(5) Kecamatan Tiga Panah

Kecamatan Tiga Panah terletak di atas permukaan laut setinggi 1.192 meter, dan luas wilayahnya 18.684 km2. Kecamatan Tiga Panah berpenduduk sebanyak 29.626 jiwa (14.753 orang laki-laki dan 14.873 orang perempuan) yang terdiri dari 7.700 rumah tangga. Di Kecamatan Tiga Panah masyarakat memeluk agama Kristen sebanyak 20.095 orang, Katolik sebanyak 7.122 orang, Islam sebanyak 2.292 orang,

dan lainnya 117 orang. Penduduk Kecamatan Tiga Panah pada umumnya petani. Masyarakat pada umumnya menanam tanaman keras dan palawija.

Di daerah Kecamatan Tiga Panah telah ditetapkan desa Seberaya sebagai tempat titik pengamatan. Desa Seberaya mempunyai penduduk sebanyak 2.796 orang (1.429 orang laki-laki dan 1.369 orang perempuan). Penduduk Desa Seberaya 20 orang memeluk Agama Islam, 2.097 memeluk Agama Protestan, 662 orang memeluk Agama Katolik, dan 17 orang memeluk agama lainnya. Penduduk Desa Seberaya adalah petani dengan menanam tanaman keras dan palawija..

(6) Kecamatan Merek

Kecamatan Merek mempunyai areal seluas 125,51 km2 dan berada pada 1.192 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kecamatan Merek berbatasan dengan: Tiga Panah di sebelah Utara,

Kabupaten Dairi di sebelah Selatan, Kecamatan Juhar di sebelah Barat, dan Kabupaten Simalungun di sebelah Timur.

Kecamatan Merek mempunyai 19 desa dan jumlah penduduknya sebanyak 15.652 jiwa (7.840 orang laki-laki dan 7.812 orang erempuan) yang terdiri dari 4.048 rumah tangga. Masyarakat Kecamatan Merek memeluk agama Kristen sebanyak 11.464 orang, Katolik sebanyak 3.258 orang, dan Islam sebanyak 930 orang. Untuk daerah Kecamatan Merek telah ditetapkan Desa Dokan sebagai daerah tempat titik pengamatan. Penduduk Desa Dokan ada sebanyak 461 rumah tangga (1.189 jiwa yang terdiri dari 577 orang laki-laki dan 612 orang perempuan). Masyarakat Desa

Dokan memeluk agama Kristen sebanyak 1.000 orang, Katolik sebanyak 180 orang, dan Islam sebanyak 9 orang. Mata pencaharian masyarakat Dokan adalah menanam palawija dan tanaman keras.

2. 5 Kabupaten Deli Serdang

Sebelum Perang Dunia Ke II, atau tegasnya sebelum Proklamasi Kemer- dekaan Republik Indonesia 17-08-1945, Indonesia masih diduduki oleh Kolonial Belanda, Kabupaten Deli Serdang merupakan wilayah kepemimpinan Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang. Kesultanan Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan Belanda merupakan Keresidenan Sumatera Timur, dan sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kekuasaan kesultanan sudah berakhir dan struktur pemerintah disesuaikan dengan pemerintah Indonesia dan Kesultanan Deli dan kesultanan Serdang dijadikan sebagai daerah Kabupaten Deli Serdang.

Mulai tahun 1945, daerah Kabupaten Deli Serdang, secara berkesinambungan dipimpin oleh seorang Bupati. Daerah Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan nusantara, terutama karena devisa negara yang berasal dari hasil bumi. Kabupaten Deli Serdang berpotensi untuk meningkatkan perekonomian daerah, misalnya perkebunan karet, tembakau, dan kelapa sawit. Bila dilihat dari segi politik Kabupaten Deli Serdang cukup kritis. Daerah pariwisata, pentraktoran di Tanjung Morawa di masa Orde Lama telah mengakibatkan jatuhnya kabinet di zaman Orde Lama. Peranan daerah Kabupaten Deli Serdang dalam

pembangunan sangat menonjol. Melalui pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru dapat menumbuhkan ekonomi diberbagai sektor di Deli Serdang. Misalnya, di sektor pertanian dan perkebunan menjadi pemeran utama bagi penghuni Kabupaten Deli Serdang.

Sejalan dengan lajunya pembangunan di bidang politik berjalan cukup mantap, stabil, dan dinamis. Hal ini tercipta dengan adanya kerjasama yang harmonis di kawasan Deli Serdang. Keadaan tersebut merupakan modal yang tidak terhitung nilainya untuk mewujudkan demokrasi Pancasila. Azas persatuan dan kesatuan selalu menjiwai pemerintah Deli Serdang sehingga kesetabilan politik tetap mantap dan terkendali.

Kabupaten Deli Serdang terletak pada posisi 2o 57’’ Lintang Utara, 3o 16’’ Lintang Selatan, 98o 33’’-99o 27’’ Bujur Timur dengan Luas wilayah 2.497,72 Km2 Batas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut:

sebelah utara dengan Kabupaten Langkat,

sebelah selatan denganKabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Serdang Bedagai, serta

sebelah barat dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Dari permukaan laut ketinggian daerah Kabupaten Deli Serdang mengelilingi kota Medan yang terdiri atas 22 kecamatan dan 403 Desa/ Kelurahan. Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis. Pengamatan Stasiun Sampali menunjukkan rata- rata kelembapan udara per-bulan adalah sekitar 83%, curah hujan berkisar antara 51 sampai dengan 502 mm per-bulan dengan periodik tertinggi pada bulan September

dan Oktober, hujan per-bulan berkisar 9 -23 hari dengan periode hari hujan yang besar pada bulan September–Oktober. Rata-rata kecepatan udara berkisar 2,0 m/dt dengan tingkat penguapan sekitar 4,0 mm/hari. Temperatur udara perbulan minimum 23,9o C dan maksimum 32,4oC.

Pengamatan di Stasiun Gunung Pamela, dapat dilihat bahwa kelembapan udara rata-rata 83%, curah hujan bekisar antara 45 samapai dengan 287 mm perbulan. Sementara rata-rata kecepatan, tingkat penguapan dan temperatur udara tidak dapat diamati.

Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana fisik pada pendidikan maupun pada tenaga guru yang memadai. Pada tingkat pendidikan dasar jumlah sekolah ada sebanyak 758 unit yang terdiri dari 619 Sekolah Dasar Negeri/Inpres dan sebanyak 139 Sekolah Dasar Swasta. Jumlah SLTP Negeri sebanyak 40 unit, SLTP Swasta sebanyak 159 unit. Jumlah SMU Negeri sebanyak 10 unit dan SMU swasta sebanyak 74 Unit. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri hanya 2 unit dan yang diselenggarakan oleh swasta sebanyak 73 unit.

Selain itu, sekolah pendidikan agama, baik tingkat dasar maupun menengah adalah sebagai berikut: jumlah Madrasyah Ibtidaiyah (MI) adalah 56 unit, Madrasyah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 76 unit dan Madrasyah Aliyah (MA) sebanyak 32 unit termasuk yang diselenggarakan oleh swasta. Dari kenyataan di atas terlihat bahwa peran masyarakat(swasta) dalam meningkatkan kecerdasan bangsa cukup besar, hal

ini ditunjukkan dengan lebih banyak jumlah sekolah swasta bila dibandingkan dengan sekolah negeri, khusus di tingkat sekolah menengah.

Dengan fasilitas pendidikan yang demikian, maka jumlah murid yang dapat ditampung adalah sebanyak 194 064 siswa untuk SD, 54 412 siswa untuk tingkat SLTP, 23 885 siswa untuk tingkat SMU dan 21 843 siswa untuk sekolah STM, SMEA,SMKK dan SMK, sedangkan untuk sekolah agama ada terdapat sebayak 13 165 siswa untuk tingkat MI, sebanyak 16 390 siswa untuk tingkat MTs, dan sebanyak 3 092 siswa untuk tingkat MTs, dan sebanyak 3 092 siswa untuk tingkat MA. Bila kita lihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat diketahui bahwa dari 1.147.865 penduduk di usia 19 tahun ke atas. Jadi + 330.992 orang atau sekurang-kurangnya telah menamatkan tingkat pendidikan dasar (SD atau sedeajat) atau sekitar 28,83% sudah tamat dan sekitar 23,33% belum tamat SD atau tidak/ belum pernah sekolah, sedangkan selebihnya, yaitu 47,84% telah menamatkan pendidikan pada tingkat SLTP ke atas.

Sesuai dengan falsafah negara, pelayanan kehidupan beragama senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan untuk membina kehidupan masyarakat dalam upaya mengatasi berbagai masalah sosial budaya yang mungkin dapat menghambat kemajuan bangsa. Jumlah masjid dan langgar atau musholla masing-masing sebanyak 666 buah dan 788 buah. Jumlah gereja sebanyak 683 buah, kuil dan vihara sebanyak 13 buah. Untuk memberdayakan rumah ibadah tersebut khususnya untuk umat Islam di Kabupaten Deli Serdang terdapat 178 orang mubalihq yang secara aktif

memberikan pelajaran agama. Di Kabupaten Deli Serdang terdapat imam sebanyak 88 orang, khotib ada sebanyak 574 orang, dan ulama sebanyak 1010 orang.

Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit di Kabupaten Deli Serdang ada sebanyak 11 unit, masing-masing berada di Kecamatan Tanjung Morawa (2 unit), Kecamatan Lubuk Pakam (3 unit), Kecamatan Deli Tua (2 unit), Kecamatan Labuhan Deli (1 unit). Kapasitas tempat tidur seluruhnya sebanyak 470 tempat tidur. Di setiap wilayah kecamatan sudah ada puskesmas dan puskesmas pembantu. Sarana penunjang kesehatan tersebut didukung oleh sebanyak 91 apotik dan depot obat yang tersebar di beberapa kecamatan lain.

Di Kabupaten Deli Serdang sudah ditetapkan enam desa sebagai daerah titik pengamatan. Keenam desa tersebut berada di dalam enam wilayah kecamatan yang berbeda. Adapun keenam kecamatan tersebut adalah:

(1) Kecamatan Sibolangit

Luas Kecamatan Sibolangit sekitar 174,92 Km2 dan tinggi dari permukaan laut antara 350 m s/d 700m serta terletak pada 20o – 59o Lintang Utara dan 50o – 98o Bujur Selatan

Keadaan daerah Kecamatan Sibolangit berbukit-bukit dan di antara bukit ada beberapa sungai besar, yakni Sungai Belawan, Sungai Petani, Sungai Betimus dll yang muaranya ke Kecamatan Pancurbatu dan Kecamatan Namo Rambe. Hal ini dapat membuat tanah di daerah ini subur. Iklim di Kecamatan ini pada umumnya berhawa sedang dan terdiri dari dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September sampai dengan Maret dan

musim kemarau pada bulan April sampai deengan bulan Agustus pada setiap tahunnya.

Batas-Batas :

sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pancurbatu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo,

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru, dan

sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Namo Rambe, Kecamatan Biru-Biru. (2) Kecamatan STM Hilir

Pada masa penjajahan Belanda, Kecamatan STM Hilir disebut VAN.N. Senembah Tanjung Muda Hulu yang dipimpin oleh perbapaan bermarga Barus dan tunduk kepada Sultan Serdang di Perbaungan. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, VAN.N. Senembah Tanjung Muda Hulu disebut Sinembah Tanjung Muda Hulu, pusat pemerintahannya berkedudukan di Desa Tadukan Raga. Setelah penyerahan kedaulatan/penghapusan Negara Sumatera Timur sekitar tahun 1945/1949, Sinembah Tanjung Muda dibagi menjadi 2 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hulu dan Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir yang berkedudukan di Desa Talun Kenas terdiri dari 38 Desa dan pada tahun 1991 diperkecil menjadi 15 Desa.

Kecamatan STM Hilir terdiri dari 15 Desa dan 80 Dusun. Sejak tahun 1990 karena adanya penciutan desa yang mana Kecamatan STM Hilir dikelilingi oleh Kecamatan Patumbak, bangun Purba, Biru-biru dan Kecamatan STM Hulu. Kecamatan STM Hilir luasnya 190,50 Km2.

Kecamatan STM Hilir beriklim sedang. Di sebelah selatan kecamatan tersebut ditemukan beberapa bukit kecil. Letak kecamatan di atas permukaan laut tingginya berkisar 190 sampai dengan 500 m. Iklim di wilayah Kecamatan STM Hilir sangat bergantung kepada dua arah angin, yaitu angin dri arah laut dan angin dari

Dokumen terkait