• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2.6 Kabupaten Langkat

Pada saat Indonesia masih di bawah kekuasaan kolonial Belanda daerah Kabupaten Langkat masih berstatus kesultanan yang dipimpin oleh Morry Agesten. Residen ini berkedudukan di Binjai. Jadi pada saat itu dibagi dua oleh kolonial Belanda. Urusan orang asing di bawah Morry Agesten dan orang pribumi diatur oleh sultan Langkat. Sistem ini berlangsung sejak 1865 hingga akhir penjajahan Belanda di Indonesia, yaitu 1942.

Kabupaten Langkat pada waktu itu secara administratif dibagi atas tiga daerah, setiap satu daerah dipimpin oleh seorang ‘Luhak’. Adapun ketiga daerah yang dimaksud adalah (1) Langkat Hulu yang berkedudukan di Binjai mempunyai wilayah Selesai, Bahorok, Sei Bingai, Kuala, dan Salapian; (2) Langkat Hilir yang daerahnya adalah Stabat, Bingei, Secanggang, Padang Tualang, Cempa, dan Pantai Cermin, daerah ini berkedudukan di Tanjung Pura; (3) Teluk Haru yang berkedudukan di Pangkalan Berandan mempunyai wilayah Besitang, Langkat Tamiang, Salahaji, Pulau Kampai, dan Sei Lepan.

Setelah Indonesia merdeka atau terlepas dari penjajahan kolonial Belanda, maka wilayah kesultanan ini tadi sudah berkembang menjadi dua wilayah yang dipimpin oleh seorang Bupati yang kemudian menjadi kota Madya yang dipimpin oleh seorang Wali Kota, dan selebihnya dijadikan menjadi satu daerah Kabupaten yang disebut Kabupaten Langkat dan dipimpin oleh seorang Bupati.

Bila ditinjau dari sudut pandang geografi, Kabupaten Langkat terletak pada 3”14’ dan 4”3’ lintang Utara, 93”51’ dan 98”45’ bujur timur. Kabupaten Langkat berbatasan dengan:

Selat Malaka dan D.I. Aceh di sebelah Utara, Kabupaten Karo di sebelah Selatan,

Kabupaten Deli Serdang di sebelah Timur, dan Aceh Tengah di sebelah Barat.

Kabupaten Langkat mempunyai areal seluas 6.263,29 km atau 626.329 hektar. Di daerah Kabupaten Langkat telah ditetapkan enam desa sebagai daerah titik pengamatan. Keenam desa daerah titik pengamatan tersebut berada dalam enam wilayah Kecamatan yang berbeda. Adapun keenam Kecamatan tersebut ialah: Kecamatan Sei Bingei, Selesai, Kuala, Kuta Mbaru, Salapian, dan Bahorok. Desa tempat titik pengamatan adalah Telaga, Tanjung Merahe, Garunggang, Kuta Gajah, Parangguam, dan Lau Damak.

(1) Kecamatan Sei Bingei

Kecamatan Sei Bingei terdiri atas 16 desa. Kecamatan Sei Bingei berbatasan dengan daerah:

Binjai di sebelah Utara,

Kabupaten Karo di sebelah Selatan,

Kecamatan Salapian dan Kuala di sebelah Barat, dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah timur.

Kecamatan Sei Bingei mempunyai penduduk sebanyak 46.499 jiwa yang terdiri dari 41.849 orang suku Karo, 1.860 orang suku Melayu, 930 orang suku Jawa, 930 orang suku Mandailing, 465 orang suku Toba, 465 orang suku Simalungun, dan 10 orang suku lainnya. Pemeluk Agama Islam di Kecamatan Sei Bingei adda 28.203 orang, Kristen 17.973 orang, dan Katolik sebanyak 2.323 orang.

(2) Kecamatan Selesai

Kecamatan Selesai mempunyai wilayah seluas 15.208 hektar (152,08 km2). Kecamatan Selesai mempunyai tigabelas desa. Jumlah penduduknya ada sebanyak 67.226 jiwa (14.867 rumah tangga). Kecamatan selesai berbatasan dengan Kecamatan:

Stabat di sebelah Utara,

Sei Bingei dan Kuala di sebelah Selatan, Wampu dan Bahorok di sebelah Barat, dan Kodya Binjai di sebelah Timur.

Di Kecamatan Selesai ditetapkanlah desa Tanjung Merahe sebagai desa titik pengamatan. Desa Tanjung Merahe penduduknya 1.472 orang suku Karo, 549 orang suku Jawa, Melayu 11 orang, Toba 4 orang, Mandailing 22 orang, dan 138 orang suku lainnya.

(3) Kecamatan Kuala

Wilayah Kecamatan Kuala ada seluas 19.476 hektar (194, 76 km2). Di Kecamatan Kuala ada terdapat delapanbelas desa. Jumlah penduduk di Kecamatan Kuala adalah 44.079 jiwa (10.557 rumah tangga). Kecamatan Kuala berbatasan dengan Kecamatan:

Selesai di sebelah Utara, Sei bingei di sebelah Selatan, Salapian di sebelah Barat, dan Sei Bingei di sebelah timur.

Desa titik pengamatan di Kecamatan Kuala yaitu desa Garunggang. Desa Garunggang penduduknya 1.340 orang suku Karo, 248 orang suku Jawa, Toba 9 orang, Mandailing 5 orang, dan 52 orang suku lainnya. Di desa Garunggang terdapat 392 rumah tangga dengan jumlah penduduk 1.654 orang. Pemeluk Agama Kristen ada sebanyak 1.075 orang dan 579 orang beragama Islam.

(4) Kecamatan Salapian

Kecamatan Salapian luasnya 51,112 hektar (511,12 km2). Kecamatan Salapian sebelumnya mempunyai 25 desa dengan jumlah penduduk 51.114 orang (12.378 rumah tangga). Semenjak pertengahan tahun 2008 Kecamatan Salapian dimekarkan menjadi tiga Kecamatan, yakni Kecamatan Salapian, Kuta Mbaru, dan Serapit Daerah penelitian di Salapian dan Kuta Mbaru. Kecamatan Salapian berbatasan dengan:

Kabupaten Karo di sebelah Selatan, Kecamatan Bahorok di sebelah Barat, dan Kecamatan Kuala di sebelah timur.

Desa yang ditetapkan sebagai daerah titik pengamatan di Kecamatan Salapian ialah desa Parangguam. Jumlah penduduk di Desa Parangguam 1.340 orang suku Karo, 248 orang suku Jawa, Toba 9 orang dan 2 orang suku lainnya. Sedangkan di Kecamatan Kuta Mbaru ditetapkan desa Kuta Gajah sebagai daerah titik pengamatan. Desa Kuta Gajah penduduknya 1.273 orang, suku Karo. 1.032 orang, suku Jawa, suku Melayu 3 orang, suku Toba 36 orang, suku Mandailing 12 orang, dan 45 orang suku lainnya. Penduduk Kuta Gajah yang memeluk agama Islam 1.584 orang, 648 orang memeluk agama Kristen Protestan, yang memeluk agama Katolik 48 orang , dan 121 orang memeluk agama lainnya.

(6) Kecamatan Bahorok

Kecamatan Bahorok seluas 955,10 km2 dengan jumlah desa 22. Kecamatan Bahorok penduduknya 45.547 jiwa dan 11.359 rumah tangga. Kecamatan Bahorok berbatasan dengan:

Kecamatan Batang Serangan di sebelah Utara, Kabupaten Karo di sebelah selatan,

Kabupaten Aceh Tenggara di sebelah Barat, dan Kecamatan Salapian di sebelah Timur.

Desa yang merupakan daerah titik pengamatan di Kecamatan Bahorok adalah desa Lau Damak. Desa ini penduduknya ada sebanyak 1.893 jiwa (977 laki-laki dan

916 perempuan) dan 509 rumah tangga. Penduduk desa Lau Damak memeluk agama Islam 1.155 orang, Katolik 10 orang, Kristen 587 orang, dan 141 orang lainnya. Masyarakat suku Karo di desa Lau Damak 1.060 orang, suku Jawa 701 orang, suku Melayu 95 orang, suku Toba 10 orang, suku Mandailing 19 orang, dan 8 orang suku lainnya.

Dokumen terkait