• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. PEN ELITIAN UTAMA 1. Proses Penyamakan Kulit

2. Kadar Abu

Nilai kadar abu dalam penelitian ini berkisar antara 1,2-1,7% (Gambar16). Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 4,5% dan persentase minyak biji karet 10%, sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3,0% dan persentase minyak biji karet 10%.

47 0 1 2 3 K a da r A bu (% ) 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 (%) kons entra s i Mi nya k 10 % kons entra s i Mi nya k 20 % kons entra s i Mi nya k 30 % Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa, faktor persentase Relugan GT 50 dan persentase minyak biji karet tidak berpengaruh terhadap kadar abu kulit samak. Begitu juga dengan interaksi keduanya.

Keterangan : : Kulit samoa minyak ikan

Gambar 16. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan kadar abu.

Secara umum, kadar abu mempunyai nilai yang sama. Kadar abu pada kulit dipengaruhi oleh bahan mineral tersebut antara lain K, Ca, Fe, P dan umumnya sebagai garam khlorida, sulfat, karbonat, dan fosfat; sedikit SiO2, ZN, Ni, As, Fe,dan S. Bila dilihat secara keseluruhan, nilai kadar abu masih masuk dalam SNI (BSN, 1990) yakni dibawah 5%, sekaligus lebih rendah jika dibandingkan kadar abu kulit samoa minyak ikan yang bernilai sekitar 3% (Suparno, et al., 2009). Hal ini menujukkan bahwa kulit samoa minyak biji karet memiliki mutu yang lebih baik jika dibandingkan dengan kulit samoa minyak ikan.

3. pH

Nilai pH yang diperoleh dalam penelitian ini untuk semua sampel berkisar antara 7-8 (Gambar17). Nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 1,5% dan persentase minyak biji karet sebesar 10%, sedangkan untuk nilai pH terendah terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50

48 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 pH 1.5 3 4.5 Konsentrasi Relugan GT 50 (%) kons entra s i Mi nya k 10 % kons entra s i Mi nya k 20 % kons entra s i Mi nya k 30 % sebesar 3,0% dan persentase minyak biji karet sebesar 10%. Secara keseluruhan nilai pH kulit samoa minyak biji karet sebanding/tidak berbeda jauh dengan kulit samoa minyak ikan, dan telah memenuhi SNI (BSN, 1990).

Keterangan : : Kulit samoa minyak ikan

: Standar Nasional Indonesia (SNI 06-1752-1990)

Gambar 17. Histogram hubungan antara persentase Relugan GT 50, persentase minyak dan pH

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor persentase Relugan GT 50 berpengaruh terhadap pH kulit samak, sedangkan minyak biji karet tidak berpengaruh, namun interaksi keduanya berpengaruh. Hasil uji lanjut Duncan menujukkan bahwa dari ketiga taraf faktor persentase Relugan GT 50 memberikan pengaruh yang berbeda nyata, semakin tinggi persentase Relugan GT maka nilai pH akan semakin menurun.

c. Sifat Organoleptik

Sifat organoleptik adalah parameter utama dalam menentukan kualitas kulit samoa. Sifat organoleptik yang penting untuk kulit samoa yaitu kehalusan, warna dan bau kulit samak. Pada proses penyamakan, didapatkan keuntungan yang lain. Karena terjadinya proses penyamakan, kulit menjadi lebih tahan terhadap kenaikan suhu. Sifat ini merupakan salah satu sifat yang sagat penting dari penggunaan kulit samak. Selain itu, karena proses penyamakan juga berpengaruh terhadapa warna, tekstur dan hasil akhir kulit samak untuk

49 meningkatkan kualitasnya dan sangat cocok dengan kebutuhan saat ini (Mann, 2000). Hasil penilaian sifat organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 18a.

Terdapat dua perlakuan yang menghasilkan nilai kehalusan tertinggi, yaitu yang pertama perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesa 4,5% dan persentase minyak biji karet sebesar 30% (A3B3), yang kedua adalah perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 3% dan persentase minyak biji karet sebesar 10%. Nilai kehalusan terendah terdapat pada perlakuan dengan persentase Relugan GT 50 sebesar 1,5% dan persentase minyak biji karet sebesar 10% (Gambar 18).

Keterangan : nila i organoleptik: 1-2 = sangat kurang, 3-4 = kurang, 5-6 = cukup, 7- 8 = baik, 9-10= sangat baik

Gambar 18. Histogram hubungan antara perlakuan penyamakan dengan nilai organoleptik (kehalusan, warna, dan bau)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor persentase Relugan GT 50, persentase minyak biji karet maupun interaksi keduanya berpengaruh terhadap kehalusan kulit samak. Dari uji lanjut Duncan ketiga taraf persentase Relugan GT 50 menunjukkan hasil yang berbeda nyata, dengan peningkatan persentase Relugan GT 50 dan persentase minyak maka akan meningkatkan nilai kehalusan.

50 Hasil analisis ragam pada parameter warna menunjukkan bahwa faktor persentase Relugan GT 50 tidak berpengaruh terhadap warna kulit samak. Persentase minyak biji karet berpengaruh terhadap warna kulit samak dengan korelasi negatif, semakin tinggi minyak yang digunakan akan menghasilkan warna kulit samoa yang kurang baik.

Hasil analisis ragam pada parameter bau menunjukkan bahwa faktor persentase Relugan GT 50 tidak berpengaruh terhadap bau kulit samak, sedangkan persentase minyak biji karet berpengaruh terhadap bau kulit samak begitu juga dengan interaksi keduanya. Persentase minyak biji karet berpengaruh terhadap bau kulit samak dengan korelasi negatif, semakin tinggi minyak yang digunakan akan meningkatkan bau kulit samoa, sehingga kualitasnya menjadi kurang baik.

Nilai kehalusan dipengaruhi oleh persentase Relugan GT 50, terlihat dari perbedaan nilai yang diperoleh pada setiap taraf persentase Relugan GT 50 yang digunakan. Persentase Relugan GT 50 memberikan pengaruh terhadap kehalusan kulit samoa. Persentase Relugan GT 50 yang lebih besar menyebabkan proses pretanning dapat berlangsung secara lebih baik, sehingga pengaruh penyamakan mengakibatkan perubahan sifat fisik (kehalusan) pada kulit menjadi lebih sempurna. Minyak biji karet juga sangat mempengaruhi kehalusan kulit samak. Minyak biji karet memang lebih berfungsi untuk meningkatkan kehalusan kulit samak yang merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan mutu kulit samak. Minyak berikatan dengan jaringan kolagen kulit, melonggarkan ikatan antar jaringan sehingga diperoleh kulit Samoa yang lebih tebal, lebih lembut. Karena itulah penyamakan minyak sampai pada taraf tertentu juga akan sedikit menurunkan nilai parameter fisik pada kulit samoa.

Nilai bau dan warna kulit samoa sangat dipengaruhi oleh persentase minyak. Semakin tinggi persentase minyak biji karet yang digunakan akan menghasilkan warna dan bau kulit samoa yang kurang baik. Perbedaan nilai warna dan bau hanya terlihat pada taraf konsentrasi miyak yang berbeda, sedangkan pada setiap taraf persentase

51 Relugan GT 50 memiliki nilai yang sama. Semakin tinggi persentase minyak yang digunakan dalam penyamakan minyak, maka intensitas bau semakin tinggi, yang berarti kualitas kulit tersebut semakin menurun. Hal ini disebabkan karena dengan semakin banyaknya persentase minyak yang digunakan dalam penyamakan memungkinkan semakin banyaknya minyak yang tertinggal pada kulit samak sehingga meninggalkan bau sekaligus menghasilkan warna yang kurang baik.

Dokumen terkait