• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisis Oriented Strand Board (OSB) 1 Kerapatan

4.1.2 Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu sifat fisis papan yang menunjukkan kandungan air papan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya terutama kelembaban udara. Data hasil pengujian OSB secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5, sedangkan rata-ratanya disajikan dalam grafik pada Gambar 2.

Gambar 2 Rata-rata nilai kadar air OSB.

Berdasarkan data pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kadar air OSB hasil penelitian berkisar antara 7,61-11,23%. Nilai rata-rata kadar air terendah (7,61%) terdapat pada OSB 6PM25 (kayu mangium dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 25 kg/cm²) sedangkan nilai rata-rata tertinggi (11,23%) terdapat pada OSB 6PM15 (kayu mangium dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 25 kg/cm²). Hasil ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, semua OSB yang dihasilkan memenuhi standar JIS A 5908 : 2003 yang mensyaratkan standar kadar air sebesar 5-13%.

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor jenis kayu, kadar perekat, interaksi antara jenis kayu dengan kadar perekat tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air papan OSB yang dihasilkan. Sedangkan faktor tekanan kempa, interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu, tekanan kempa dengan kadar perekat dan interaksi antar ketiganya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air OSB.

Taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air OSB dapat dilihat dengan uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan untuk interaksi antara tekanan kempa dan jenis kayu dengan kadar perekat 6% didapat nilai rata-rata kadar air terendah (7,61%) pada kayu mangium dengan tekanan kempa 25 kg/cm² berpengaruh nyata dengan jenis kayu lainnya. Sedangkan nilai rata-rata kadar air tertinggi (11,23%) pada kayu mangium dengan tekanan kempa

15 kg/cm² berpengaruh nyata dengan jenis kayu lainnya pula. Untuk interaksi antara tekanan kempa dan jenis kayu dengan kadar perekat 8% didapat nilai rata- rata kadar air terendah (8,35%) pada kayu campuran dengan tekanan kempa 25 kg/cm² berpengaruh nyata dengan semua jenis kayu OSB yang menggunakan tekanan kempa 15 kg/cm². Sedangkan nilai rata-rata kadar air tertinggi (10,31%) pada kayu mangium dengan tekanan kempa 15 berpengaruh nyata dengan semua jenis kayu OSB yang menggunakan tekanan kempa 15 kg/cm². Untuk interaksi antara tekanan kempa, jenis kayu dan kadar perekat di dapat nilai kadar air terendah (7,61%) pada kayu mangium dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 25 kg/cm² tidak berpengaruh nyata dengan kayu campuran dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 25 kg/cm², sedangkan dengan jenis kayu lainnya memberikan pengaruh sangat nyata. Untuk nilai rata-rata kadar air tertinggi (11,23%) pada kayu mangium dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm² memberikan pengaruh yang sangat nyata dengan kayu lainnya.

Kadar air OSB yang dibuat cukup rendah karena bahan baku strand dioven terlebih dahulu hingga kadar airnya kurang dari 10%, selain itu juga penggunaan kempa panas pada saat pembuatan papan dapat mengakibatkan kadar air semakin berkurang. Hal lainnya seperti ikatan antar strand yang terjadi di bagian ini papan menyebabkan strand menjadi tidak bebas menyerap air (Massijaya et al. 1999).

Kadar air OSB yang direkat dengan kadar 8% cenderung lebih rendah dibandingkan 6%, hal ini disebabkan dari kualitas perekat PF yang sangat baik dengan sifat dari perekat ini tahan terhadap air dingin maupun air panas (Tsoumis 1991). Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kadar perekat maka kadar air dari OSB yang dihasilkan semakin rendah.

Dapat terlihat pada Gambar 2 bahwa OSB yang diberi perlakuan pengempaan 25 kg/cm² memiliki nilai kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan OSB dengan pengempaan 15 kg/cm², hal ini karena pada saat diberikan tekanan kempa yang lebih besar maka semakin banyak pula air yang terbuang, sehingga kadar air OSB dengan tekanan kempa 25 kg/cm² yang dihasilkan semakin rendah.

4.1.3 Daya Serap Air

Daya serap air merupakan kemampuan papan dalam menyerap air yang diuji dengan cara perendaman dalam air 2 jam dan 24 jam. Pengujian tersebut perlu dilakukan karena ciri papan komposit yang mudah menyerap air sehingga daya serap air merupakan masalah pada OSB (Bowyer et al. 2003).

Hasil pengujian daya serap air OSB secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 3 dan 4.

Gambar 3 Rata-rata nilai daya serap air 2 jam OSB.

Nilai rata-rata daya serap air OSB 2 jam berkisar antara 24,12-73,12%. Nilai rata-rata daya serap air terendah (24,12%) terdapat pada OSB 8PM25 (kayu mangium dengan kadar perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), sedangkan nilai rata-rata daya serap air tertinggi (73,12%) terdapat pada 6PA15 (kayu afrika dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm²). Nilai rata-rata daya serap air OSB 24 jam berkisar antara 56,57-115,97%. Nilai rata-rata daya serap air terendah (56,57%) terdapat pada OSB 8PM25 (kayu mangium dengan kadar perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), sedangkan nilai rata-rata daya serap air tertinggi (115,97%) terdapat pada OSB 6PA15 (kayu afrika dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm²).

Hasil analisis keragaman dengan uji F menunjukkan bahwa pada pengujian daya serap air 2 jam menunjukkan faktor tekanan kempa, jenis kayu, kadar perekat, interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu, tekanan kempa dengan kadar perekat dan jenis kayu dengan kadar perekat memberikan pengaruh nyata terhadap nilai daya serap air 2 jam OSB yang dihasilkan. Sedangkan faktor interaksi antara tiga faktor memberikan pengaruh yang tidak nyata. Pada daya serap air 24 jam menunjukkan faktor tekanan kempa, jenis kayu, kadar perekat dan interaksi tekanan kempa dengan kadar perekat memberikan pengaruh nyata terhadap daya serap air 24 jam. Sedangkan faktor interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu, kadar perekat dengan jenis kayu dan interaksi antar ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata.

Taraf perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap nilai daya serap air OSB dapat dilihat dengan uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan pada sifat daya serap air 2 jam menunjukkan untuk kadar perekat 6% dengan interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata daya serap air terbaik (27,76%) terdapat pada OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 25 kg/cm² memberikan pengaruh nyata terhadap OSB kayu afrika dengan tekanan kempa 25 kg/cm² dan berbeda nyata pula dengan semua OSB kayu afrika, magium dan campuran dengan tekanan kempa 15 kg/cm². Untuk kadar perekat 8% dengan interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata daya serap air terbaik (24,12%) terdapat pada OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 25 kg/cm² memberikan pengaruh nyata terhadap OSB

kayu mangium dan afrika dengan tekanan kempa 15 kg/cm². Untuk interaksi antara kadar perekat dan jenis kayu dengan tekanan kempa 15 kg/cm² didapat nilai daya serap air 2 jam yang terbaik (30,38%) terdapat pada OSB kayu campuran dengan kadar perekat 8% memberikan pengaruh nyata terdahap kayu lainnya. Sedangkan pada interaksi antara kadar perekat dan jenis kayu dengan tekanan kempa 25 kg/cm² didapat nilai daya serap air 2 jam yang terbaik (24,12%) terdapat pada OSB kayu mangium dengan kadar perekat 8% memberikan pengaruh nyata terhadap OSB kayu campuran dengan kadar perekat 8% dan terhadap OSB kayu mangium, afrika dan campuran dengan kadar perekat 6%. Hasil uji lanjut Duncan pada sifat daya serap air 24 jam menunjukkan kayu mangium memiliki daya serap air yang terendah.

Massijaya dan Kusumah (2005) menyatakan bahwa air yang masuk ke dalam papan dibedakan atas 2 macam, yaitu air yang masuk ke dalam papan dan mengisi rongga-rongga kosong di dalam papan serta air yang masuk ke dalam partikel kayu penyusun papan. Dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4 bahwa daya serap air OSB kayu afrika lebih tinggi dibandingkan OSB kayu mangium, hal ini bisa saja disebabkan karena kayu afrika memiliki BJ yang lebih rendah dibandingkan kayu mangium. Dalam pembuatan OSB, volume kayu yang dibutuhkan untuk membuat papan dengan ukuran dan kerapatan tertentu dipengaruhi oleh BJ kayu bahan baku, semakin rendah BJ bahan baku maka volume yang dibutuhkan akan semakin besar. Dengan volume yang lebih besar maka daya serap air papan pun akan lebih besar.

Pada Gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa OSB yang diberi perlakuan pengempaan 25 kg/cm² memiliki nilai daya serap air yang lebih rendah dibandingkan dengan OSB dengan pengempaan 15 kg/cm², hal ini karena pada saat diberikan tekanan kempa yang lebih besar maka OSB yang dihasilkan semakin padat dan rapat, sehingga daya serap air OSB dengan tekanan kempa 25 kg/cm² yang dihasilkan semakin rendah.

4.1.4 Pengembangan Tebal

Pengembangan tebal merupakan perbandingan tebal rata-rata tebal yang diukur pada keempat sisi contoh uji OSB pada kondisi kering udara yang pengukurannya setelah dilakukan perendaman dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam. Hasil pengujian pengembangan tebal OSB dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5, sedangkan rata-ratanya dapat dilihat pada grafik yang disajikan

pada Gambar 5 dan 6.

Gambar 5 Rata-rata nilai pengembangan tebal 2 jam OSB.

Ga mbar 6 Rata-rata nilai pengembangan tebal 24 jam OSB.

Nilai rata-rata pengembangan tebal OSB 2 jam hasil penelitian berkisar antara 9,39-32,35%. Nilai rata-rata pengembangan tebal terendah (9,39%) terdapat pada OSB 8PA25 (kayu afrika dengan kadar perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), sedangkan nilai rata-rata pengembangan tebal tertinggi (32,35%) terdapat pada OSB 6PA15 (kayu afrika dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm²). Nilai rata-rata pengembangan tebal 24 jam hasil penelitian berkisar 17,44-36,04%. Nilai rata-rata pengembangan tebal terendah (17,44%) terdapat pada OSB 8PC25 (kayu campuran dengan kadar perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), sedangkan nilai rata-rata pengembangan tebal tertinggi (36,04%) terdapat pada OSB 6PA15 (kayu afrika dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm²).

Hasil analisis keragaman dengan uji F menunjukkan bahwa pada pengujian pengembangan tebal 2 jam, faktor tekanan kempa, jenis kayu, kadar perekat, interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu dan jenis kayu dengan kadar perekat memberikan pengaruh nyata, sedangkan interaksi antara tekanan kempa dengan kadar perekat dan interaksi antar ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata. Pada pengembangan tebal 24 jam, faktor tekanan kempa dan kadar perekat memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan faktor jenis kayu, interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu, tekanan kempa dengan kadar perekat, jenis kayu dengan kadar perekat dan interaksi antar ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata.

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada pengembangan tebal 2 jam, menunjukkan untuk kadar perekat 6% dengan interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata pengembangan tebal tertinggi (32,35%) terdapat pada OSB kayu afrika dengan tekanan kempa 15 kg/cm² memberikan pengaruh yang nyata terhadap OSB kayu lainnya. Untuk kadar perekat 8% dengan interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata pengembangan tebal tertinggi (16,87%) terdapat pada OSB kayu afrika dengan tekanan kempa 15 kg/cm² memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap OSB kayu campuran dengan tekanan kempa 15 kg/cm², sedangkan pada OSB kayu lainnya memberikan pengaruh yang nyata. Sedangkan untuk faktor

interaksi antara kadar perekat dengan jenis kayu untuk tekanan kempa 15 kg/cm² memberikan nilai rata-rata pengembangan tebal tertinggi (32,35%) terdapat pada OSB kayu afrika dengan kadar perekat 6% memberikan pengaruh yang nyata terhadap OSB kayu lainnya. Untuk tekanan kempa 25 kg/cm² dengan interaksi antara kadar perekat dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata pengembangan tebal tertinggi (17,96%) terdapat pada OSB kayu afrika dengan kadar perekat 6% memberikan pengaruh nyata terhadap OSB kayu lainnya. Pada pengembangan tebal 24 jam menunjukkan faktor tekanan kempa dan kadar perekat memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan faktor jenis kayu, interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu, tekanan kempa dengan kadar perekat, jenis kayu dengan kadar perekat dan interaksi antar ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata, namun tetap jenis OSB kayu afrika yang memiliki nilai pengembangan tebal yang tertinggi.

Tingginya pengembangan tebal pada OSB selain karena pengaruh penyerapan air, dipengaruhi juga oleh kerapatan OSB dan kerapatan kayu asalnya. Kerapatan OSB yang rendah akan memudahkan air untuk masuk ke dalam celah- celah antar strand. Demikian juga kerapatan kayu yang rendah, apalagi setelah melalui pengempaan, apabila direndam dalam air maka akan terjadi pengembangan tebal yang tinggi akibat internal stress yang ditimbulkan (Nuryawan 2007). Selain itu juga, semakin rendah kerapatan kayu asalnya, semakin banyak juga volume strand yang diperlukan untuk membuat papan OSB. Hal ini berpengaruh terhadap proses perekatan karena semakin banyak strand kayu, distribusi perekat menjadi berkurang.

Dilihat dari trend pengembangan tebal pada Gambar 5 dan 6, dapat dilihat pengembangan tebal kayu afrika lebih tinggi dibandingkan kayu lainnya. Selain itu juga kadar perekat, hampir semua papan dengan kadar 8% memberikan pengembangan tebal yang lebih kecil dibandingkan dengan papan OSB dengan kadar perekat 6%. Begitu pun dengan tekanan kempa, hampir semua papan OSB dengan tekanan kempa 25 kg/cm² memberikan pengembangan tebal yang lebih kecil dibandingkan papan OSB dengan tekanan kempa 15 kg/cm². Sama halnya dengan pengaruh beda tekanan kempa pada daya serap air, bahwa OSB yang diberi perlakuan pengempaan 25 kg/cm² memiliki nilai pengembangan tebal yang

lebih rendah dibandingkan dengan OSB dengan pengempaan 15 kg/cm², hal ini karena pada saat diberikan tekanan kempa yang lebih besar maka OSB yang dihasilkan semakin padat dan rapat, sehingga sehingga pengembangan tebal OSB dengan tekanan kempa 25 kg/cm² yang dihasilkan semakin rendah.

Papan OSB yang dibuat kebanyakan tidak memenuhi standar CSA 0437.0 (Grade O-2) yang mensyaratkan pengembangan tebal OSB < 15%, hanya papan pada pengembangan tebal 2 jam pada OSB 6PM15 (kayu campuran dengan perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm²), 6PM25 (kayu mangium dengan perekat 6% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), 6PC25 (kayu campuran dengan perekat 6% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), 8PA25 (kayu afrika dengan perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), 8PM15 (kayu mangium dengan perekat 8% dan tekanan kempa 15 kg/cm²), 8PM25 (kayu mangium dengan perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²), 8PC15 (kayu campuran dengan perekat 8% dan tekanan kempa 15 kg/cm²) dan 8PC25 (kayu campuran dengan perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²).

4.2 Sifat Mekanis Oriented Strand Board (OSB) 4.2.1 Kekuatan Lentur (Modulus Of Elasticity)

Modulus Of Elasticity (MOE) merupakan ukuran ketahanan papan terhadap pembengkokan yaitu berhubungan langsung dengan kekuatan papan. Kekuatan lentur menunjukkan nilai kekakuan benda pada batas proporsi. Pengujian kekuatan lentur terbagi menjadi dua kelompok, yaitu pengujian lentur kering dan pengujian lentur basah.

4.2.1.1 Kekuatan Lentur Kering

Kekuatan lentur kering dilakukan pada kondisi kering, pengujian terbagi dua yaitu pengujian kekuatan lentur kering sejajar serat dan pengujian kekuatan lentur kering tegak lurus serat. Nilai kekuatan lentur sejajar serat akan lebih tinggi dibandingkan dengan kekuatan lentur tegak lurus serat, hal ini terjadi karena pada pengujian kekuatan lentur sejaajr serat, beban seolah-olah memotong serat sedangkan pada pengujian kekuatan lentur tegak lurus serat, beban seolah-olah membelah serat dan memotong serat lebih sulit dibandingkan membelah serat

(Nuryawan et al. 2008). Hasil pengujiian kekuatan lentur kering OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada lampiran 7, sedangkan nilai

rata-ratanya tertera pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 7 Rata-rata nilai MOE kering sejajar serat OSB.

Gambar 8 Rata-rata nilai MOE kering tegak lurus serat OSB.

Nilai rata-rata MOE kering sejajar serat OSB hasil penelitian berkisar antara 21.518-39.019 kg/cm². Nilai rata-rata MOE kering sejajar serat terendah (21.518 kg/cm²) terdapat pada OSB 6PA15 (kayu afrika dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm²), sedangkan nilai rata-rata MOE kering sejajar serat

tertinggi (39.019 kg/cm²) terdapat pada OSB 8PM25 (kayu mangium dengan kadar perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²). Nilai rata-rata MOE kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara 6.134-12.363 kg/cm². Nilai rata-rata MOE kering tegak lurus serat terendah (6.134 kg/cm²) terdapat pada OSB 6PM15 (kayu mangium dengan kadar perekat 6% dan tekanan kempa 15 kg/cm²), sedangkan nilai rata-rata MOE kering tegak lurus serat tertinggi (11.505 kg/cm²) terdapat pada OSB 8PM25 (kayu mangium dengan kadar perekat 8% dan tekanan kempa 25 kg/cm²).

Nilai MOE dipengaruhi oleh beberapa variabel, diantaranya adalah kerapatan, jenis kayu, orientasi strand, kualitas strand, prosedur kempa, dimensi strand, resin content dan kadar air (Koch 1985 dalam Nurhaida 2008). Pengujian analisis keragaman dilakukan untuk mengetahui pengaruh tekanan kempa, jenis kayu, kadar perekat, interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu, tekanan kempa dengan kadar perekat dan jenis kayu dengan kadar perekat memberikan pengaruh nyata terhadap nilai MOE kering sejajar serat, sedangkan interaksi antar ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap nilai MOE kering sejajar serat.

Pada analisis keragaman terhadap nilai kekuatan lentur tegak lurus serat didapatkan bahwa faktor tekanan kempa, intaraksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu dan tekanan kempa dengan kadar perekat memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai MOE kering tegak lurus serat, sedangkan untuk faktor jenis kayu, kadar perekat, interaksi antara jenis kayu sengan kadar perekat dan interaksi antar ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap nilai MOE kering tegak lurus serat.

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa pada pengujian MOE kering sejajar serat, menunjukkan untuk kadar perekat 6% dengan interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata MOE kering sejajar serat terbaik (35.595 kg/cm²) terdapat pada OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 25 kg/cm² memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap OSB kayu campuran dengan tekanan kempa 25 kg/cm² namun berpengaruh nyata terhadap OSB kayu lainnya. Untuk kadar perekat 8% dengan interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata MOE kering sejajar serat

tertinggi (39.018 kg/cm²) terdapat pada OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 25 kg/cm² memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap OSB kayu afrika dengan tekanan kempa 15 kg/cm², OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 15 kg/cm² dan OSB kayu afrika dengan tekanan kempa 25 kg/cm², sedangkan pada OSB kayu lainnya memberikan pengaruh yang nyata. Sedangkan untuk faktor interaksi antara kadar perekat dengan jenis kayu untuk tekanan kempa 15 kg/cm² memberikan nilai rata-rata MOE kering sejajar serat tertinggi (37.655 kg/cm²) terdapat pada OSB kayu afrika dengan kadar perekat 8% memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap OSB kayu mangium dengan kadar perekat 8%, sedangkan pada OSB kayu lainnya memberikan pengaruh yang nyata.

Hasil uji lanjut Duncan untuk tekanan kempa 25 kg/cm² dengan interaksi antara kadar perekat dengan jenis kayu memberikan nilai rata-rata MOE kering sejajar serat tertinggi (39.018 kg/cm²) terdapat pada OSB kayu mangium dengan kadar perekat 8% memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap OSB kayu mangium dengan kadar perekat 6%, OSB kayu afrika dengan kadar perekat 8% dan OSB kayu campuran dengan kadar perekat 8%, sedangkan OSB kayu lainnya memberikan pengaruh yang nyata. Pada pengujian MOE kering tegak lurus serat dengan interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu untuk kadar perekat 6% memberikan nilai rata-rata MOE kering tegak lurus serat tertinggi (11.504 kg/cm²) terdapat pada OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 25 kg/cm² memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap OSB kayu campuran dengan tekanan kempa 25 kg/cm², sedangkan untuk OSB kayu lainnya memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai MOE kering tegak lurus serat. Untuk interaksi antara tekanan kempa dengan jenis kayu pada kadar perekat 8% memberikan nilai rata-rata MOE kering tegak lurus serat tertinggi (12.363 kg/cm²) terdapat pada OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 25 kg/cm² memberikan nilai yang berbeda nyata hanya dengan OSB kayu mangium dengan tekanan kempa 15 kg/cm², sedangkan untuk OSB kayu lainnya memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap nilai MOE kering tegak lurus serat.

Menurut Bowyer et al. (2003) geometri partikel atau strand merupakan ciri utama yang menentukan sifat-sifat papan yang dihasilkan. Aspek terpenting

dari geometri strand adalah perbandingan panjang strand dengan ketebalan strand (slenderness ratio). Peningkatan rasio panjang terhadap tebal strand pada lapisan permukaan akan meningkatkan nilai MOE dari panel OSB yang dihasilkan. Peningkatan rasio tersebut memiliki pengaruh yang besar di bawah nilai 200 dan kecil di atas 200 (Koch 1985, diacu dalam Nuryawan 2007). Berdasarkan hasil

Dokumen terkait