• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.2. Tingkat Kematian Ikan

4.2.4.1. Kadar Hemoglobin dan Jumlah Sel Darah Merah

Sel darah terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda terdiri dari eritrosit dan leukosit (limfosit, monosit, netrofil,dan trombosit) sedangkan komponen dari plasma yaitu fibrinogen, ion-ion anorganik dan organik (Fujaya, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah adalah spesies, perbedaan induk (genetik), kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan umur (Dellman and Brown, 1989). Menurut Afandi dan Tang (2002) bahwa volume darah dalam tubuh ikan teleostei adalah sekitar 3% dari bobot tubuh. Eritrosit (sel darah merah) pada ikan merupakan sel darah yang terbanyak jumlahnya. Chinabut et al., (1991) menyatakan bahwa eritrosit ikan lele mempunyai inti dengan sel lonjong, berwarna merah kekuningan dan berukuran 12 – 13 µm dengan diameter 4 – 5 µm.

Selama pengamatan berlangsung dari hari ke-9 sehari setelah penyuntikan bakteri A. hydrophila hingga akhir pengamatan pada hari ke-16, jumlah sel darah merah pada hari ke-10 perlakuan pencegahan (2,87 x 106 sel/mm3) memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dibandingkan dengan kontrol positif (2,68 x 106 sel/mm3) dan perlakuan pengobatan (2,80 x 106 sel/mm3). Pada hari ke-12 perlakuan pencegahan (3,46 x 106 sel/mm3) memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dibandingkan dengan kontrol positif (2,92 x 106 sel/mm3) dan perlakuan pengobatan (3,00 x 106 sel/mm3). Jumlah sel darah merah pada masing-masing perlakuan meningkat di hari ke-16. Perlakuan pencegahan (3,57 x 106 sel/mm3) dan kontrol negatif (3,73 x 106 sel/mm3) memberikan pengaruh yang berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol positif (3,05 x 106 sel/mm3) dan perlakuan pengobatan (3,19 x 106 sel/mm3).

Berdasarkan data pengamatan diatas dapat menunjukkan jumlah sel darah merah ikan lele uji pada perlakuan pencegahan terlihat tinggi dibandingkan dengan perlakuan pengobatan dan kontrol positif. Pada ikan yang normal, jumlah sel darah merah berkisar antara 1,05 – 3,00 x 106 sel/mm3 (Roberts, 1978). Jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah ikan lele adalah 3.18 x 106 sel/mm3 (Chinabut, 1991). Rendahnya jumlah sel darah merah (eritrosit) menandakan ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977; Nabib dan Pasaribu, 1989).

Selama pengamatan berlangsung dari hari ke-9 sehari setelah penyuntikan

bakteri A. hydrophila hingga akhir pengamatan pada hari ke-16, kadar

hemoglobin pada hari ke-10 yaitu 2 hari setelah penyuntikan PBS untuk kontrol negatif dan penyuntikan A. hydrophila untuk perlakuan kontrol positif, perlakuan pengobatan dan perlakuan pencegahan dimana masing-masing perlakuan juga tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Kadar hemoglobin dari masing- masing perlakuan mengalami penurunan dibandingkan dengan hari ke-0. Penurunan kadar hemoglobin terus berlangsung hingga hari ke-12. Pada perlakuan pengobatan (7,40 Gram%) memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dengan kontrol positif (6,20 Gram %) dan perlakuan pencegahan (6,27 Gram%). Pada hari ke-16 kadar hemoglobin mulai naik kembali dimana pada kontrol negatif, perlakuan pencegahan dan perlakuan pengobatan masing-masing tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Namun perlakuan pencegahan (8,73 Gram%) terlihat memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dengan kontrol positif (7,07 Gram%). Begitu pula dengan perlakuan pengobatan (8,20 Gram%) yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dengan kontrol positif. Kadar hemoglobin rendah disebabkan oleh kadar oksigen dalam darah menurun. Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen yang kemudian akan digunakan untuk proses katabolisme sehingga dihasilkan energi (Larger et al.,

1977). Kadar hemoglobin terkait dengan jumlah sel darah merah, akan tetapi belum tentu berkorelasi sama dengan jumlah sel darah merah karena hemoglobin adalah kandungan pigmen sel darah merah. Hemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang tersusun atas protein globin tidak berwarna dan pigmen heme yang dihasilkan dalam eritrosit dan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen

bergantung pada kadar Hb dalam darah (Lagler et al. 1977). Didalam kapiler- kapiler insang, hemoglobin (Hb) bergabung dengan oksigen (O2) membentuk oksihemoglobin (HbO). Ketika hemoglobin bergabung dengan oksigen, maka 1

gram Hb dapat membawa 1,36 ml O2 (Hartini, 1982). Angka (1985) menyatakan

bahwa kadar Hb ikan lele normal adalah 10,3 – 13,5 g/100 ml, dan ikan yang sehat memiliki hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang sakit, namun hal sebaliknya terjadi pada sel darah putih. Lain halnya pada ikan lele yang terserang penyakit mempunyai kadar hemoglobin 10,9-13 g/100 ml. Nilai 100 % Hb setara dengan 14 gram dalam 100 ml darah (14 G%). Kadar hemoglobin merupakan indikator anemia (Blaxhall, 1971). Meningkatnya kadar hemoglobin menunjukkan bahwa ikan berada dalam keadaan stress (Anderson dan Siwicki, 1993).

4.2.4.2. Kadar Hematokrit

Hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah dan plasma darah dan berpengaruh terhadap pengaturan sel darah merah. Peningkatan kadar hematokrit ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perubahan parameter lingkungan terutama suhu perairan dan keadaan fisiologi ikan terkait dengan energi yang dibutuhkan (Jawad et al. 2004 dalam Marthen, 2005).

Selama pengamatan berlangsung dari hari ke-9 sehari setelah penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila hingga akhir pengamatan pada hari ke-16, kadar hematokrit pada hari ke-10 yaitu 2 hari setelah penyuntikan PBS untuk kontrol negatif dan penyuntikan A. hydrophila untuk perlakuan kontrol positif, perlakuan pengobatan dan perlakuan pencegahan dimana kadar hematokrit masing-masing perlakuan terlihat mengalami penurunan. Kontrol negatif (31,76 %), perlakuan pengobatan (28,97 %) dan perlakuan pencegahan (31,39 %) tidak menmberikan pengaruh yang berbeda nyata. Namun kadar hematokrit perlakuan pencegahan (31,39 %) memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dibandingkan dengan kontrol positif (28,48 %). Pada hari ke-12 kontrol negatif (32,20 %), perlakuan pengobatan (32,27 %) dan perlakuan pencegahan (33,19 %) memberikan pengaruh yang sama atau tidak berbeda nyata. Hanya terlihat perlakuan pencegahan (33,19 %) dan kontrol negatif (32,20 %) memberikan

pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dibandingkan dengan kontrol positif (29,59 %). Pada hari ke-16 kadar hematokrit pada kontrol negatif (34,48 %), perlakuan pencegahan (35,85 %) dan perlakuan pengobatan (33,73 %) masing- masing tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Namun perlakuan pencegahan (35,85 %) dan kontrol negatif (34,48 %) memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) dibandingkan dengan kontrol positif (31,79 %). Menurut Angka et al., (1990) hematokrit ikan bervariasi tergantung pada faktor nutrisi dan umur ikan. Anak ikan dengan nutrisi yang baik mempunyai kadar hematokrit lebih tinggi daripada ikan dewasa atau anak ikan dengan nutrisi rendah. Menurut Angka et al., (1985) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan lele (Clarias batrachus) pada kondisi normal sebesar 30.8-45.5% sedangkan ikan lele yang terkena ulcer mempunyai nilai hematokrit sebesar 34.4-48.2%.

Nabib dan Pasaribu (1989) menyatakan bahwa nilai hematokrit dibawah 30% menunjukkan defisiensi eritrosit. Sedangkan dalam Gallaugher et al., (1995) menyatakan bahwa nilai hematokrit yang lebih kecil dari 22 % menunjukkan ikan mengalami anemia. Menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui apakah pakan memiliki kandungan protein yang rendah, defisiensi vitamin, atau ikan terkena infeksi sehingga nafsu makan menurun. Sedangkan meningkatnya kadar hematokrit dalam darah menunjukkan bahwa ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977).

Kadar hematokrit dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pemakaian immunostimulan sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui kondisi ikan pasca pemberian immunostimulan. Berdasarkan data pengamatan diatas maka dapat diketahui bahwa pemberian ekstrak paci-paci yang dicampurkan ke dalam pakan ikan komersil dapat berpengaruh terhadap kadar hematokrit pada ikan lele yang terkena infeksi bakteri A. hydrophila. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak paci-paci sebagai imunogenik tidak berdampak negatif pada kondisi ikan sehingga layak digunakan sebagai imunostimulan.

Dokumen terkait