• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman manggis yang berumur ± 30 tahun, telah berproduksi, sehat dan sedang berbunga, diambil 12 pohon secara acak. Pada 12 pohon tersebut dilakukan pelabelan bunga. Setiap pohon diberi 3 label yang berbeda pada 60 buah yang dipilih sebagai sampel. Label yang diberikan adalah 0, 2 dan 4 minggu setelah panen (MSP). Pemanenan dilakukan pada buah manggis yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan.

Buah diatur per baris dan dihamparkan di atas lantai pada suhu kamar sesuai masing-masing perlakuan. Lama penyimpanan disesuaikan dengan perlakuan yang dilakukan. Pengamatan fisik buah dilakukan sesuai dengan waktu perlakuan. Parameter yang diamati adalah diameter, morfologi

(skor getah kuning kulit dan skor burik pada kulit), bobot total buah, bobot kulit basah, bobot aril buah, skor getah kuning aril buah, dan ketebalan kulit. Tahap selanjutnya sama dengan percobaan kadar polifenol dan antioksidan kulit manggis pada tiap waktu panen dimana dilakukan analisis polifenol dan antioksidan.

Pengamatan Penelitian Pengamatan Kuantitatif Buah Manggis

Bobot buah. Buah hasil pemanenan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot buah dinyatakan dalam (g).

Diameter buah. Diameter buah diukur dengan menggunakan jangka sorong manual. Bagian tengah buah secara transversal diukur menggunakan jangka sorong. Satuan diameter buah dinyatakan dalam (mm).

Tebal kulit. Buah manggis yang telah diukur bobot dan diameter buah lalu dibelah dan dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Satuan tebal kulit dinyatakan dalam (mm).

Bobot kulit basah dan aril buah. Buah manggis yang telah dibelah diukur bobot kult dan aril buahnya menggunakan timbangan analitik. Satuan untuk bobot kulit basah dan aril buah dinyatakan dalam (g).

Bobot kering kulit. Kulit manggis yang telah dikeringkan melalui penjemuran hingga bobotnya konstan kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot kering kulit buah manggis dinyatakan dalam (g).

Penentuan kandungan senyawa polifenol dan mg asam galat.

Penentuan kapasitas bioaktif polifenol ekstrak kulit buah dilakukan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dengan metode (modifikasi dari Javanmardi et al. 2003). Analisis senyawa fenolik diawali dengan pembuatan larutan stock solution 1 (SS1) dengan konsentrasi 50 000 ppm sebanyak 2 ml. Larutan SS1 kemudian diencerkan kembali menjadi larutan SS2 dengan konsentrasi 5 000 ppm sebanyak 2 ml. Larutan SS2. Dari larutan SS2 kemudian dibuat larutan WS 500 ppm yang diperoleh dari 200 μL larutan SS2 yang kemudian diencerkan menjadi 2 000 μL menggunakan methanol PA yang digunakan sebagai pembanding juga dibuat larutan WS dengan 4 konsentrasi (ppm) yang berbeda yaitu: 50, 100, 250, dan 500 yang diencerkan dari larutan SS2 5 000 ppm. Dari masing-masing WS asam galat

tersebut diambil 100 μL lalu kemudian dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 765 nm.

Hasil pembacaan spektrofotometer yang dilakukan terhadap setiap konsentrasi asam galat yang diuji memberikan nilai absorban yang berbeda, hal yang sama juga terjadi pada pembacaan terhadap konsentrasi sampel kulit manggis yang diuji. Kemudian nilai absorbansi dan konsentrasi dari asam galat dimasukkan kedalam grafik persamaan regresi linier. Nilai pada persamaan regresi linier digunakan untuk menyetarakan kandungan senyawa bioaktif polifenol pada asam galat. Kandungan senyawa polifenol dinyatakan dalam mg asam galat(AG)/g crude ekstract (CE) dan mg AG/100 g kulit kering.

Penentuan daya antioksidan ekstrak kulit buah dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Besarnya nilai antioksidan sample didapat dengan rumus (Rohman dan Riyanto, 2005):

Daya antioksidan =

Larutan WS untuk analisis dibuat 4 konsentrasi yaitu 10, 20, 30, 40 ppm dan vitamin C dari 6 konsentrasi yaitu 1, 2, 4, 6, 8, 10 ppm dengan masing-masing diambil sebanyak 100 μL untuk kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm.

Pengamatan Kualitatif Buah Manggis

Pengamatan kualitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran getah kuning pada kulit dan daging buah juga pengukuran tingkat pencemaran burik pada kulit buah. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skoring. Menurut Kartika (2004), scoring getah kuning pada kulit dan daging buah serta scoring tingkat burik pada kulit buah adalah sebagai berikut:

1. Getah Kuning pada Kulit Buah

Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah.

Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.

2. Getah Kuning pada Aril Buah

Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.

Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil). Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah

satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging menjadi bening.

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Perkebunan manggis Leuwiliang termasuk salah satu sentra produksi manggis dataran rendah di Indonesia. Perkebunan ini terdapat pada ketinggian lahan 500-550 m dpl dengan topografi miring. Tanaman manggis ditanam dengan jarak 3 m x 3 m dan berumur ± 30 tahun.

Tanaman manggis ini tumbuh pada tanah podsolik. Tanaman durian, melinjo, rambutan dan cempedak ditemukan di sekitar tanaman manggis karena digunakan sebagai tanaman pelindung. Perkebunan ini merupakan perkebunan milik rakyat yang diusahakan secara tradisional. Kebun berasal dari hutan sekunder dengan tanaman manggis. Hal ini membuat pohon manggis tidak dapat berproduksi secara maksimal. Tajuk tanaman yang lebat mengurangi intensitas sinar matahari sehingga menghambat proses fotosintesis.

Gambar 2. Areal Kebun Manggis di Leuwiliang

I. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen