• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Penyimpanan Karakter Permukaan Kulit Buah

(mg AG/ g CE) (mg AG/ 10 g KK)

(mg AG/ g CE) 1.00 0.84* -0.53

(mg AG/ 10 g KK) 0.84* 1.00 -0.54

Keterangan : * : nyata berkolerasi pada taraf kepercayaan 95% ** : nyata berkolerasi pada taraf kepercayaan 99%

(mg AG/g CE), (mg AG/10 g KK), dan (ppm) : satuan yang digunakan oleh masing- masing peubah ketika dianalisis korelasi

II.Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Penyimpanan Karakter Permukaan Kulit Buah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian getah kuning pada permukaan kulit buah tanpa penyimpanan sebesar 3.33 Skor getah kuning kulit mendekati nilai empat yang berarti kulit buah kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang telah mengering dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning pada permukaan buah. Skor getah kuning kulit terendah ditemukan pada lama penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 2.11 yang berbeda nyata dengan penyimpanan 2 minggu yang mempunyai skor 2.53 (Tabel 9).

Tabel 9. Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit Pada Penyimpanan

Penyimpanan (MSP) Getah Kuning Kulit

Burik Getah Kuning

Aril

0 3.33 a 2.46 c 1.13 c

2 2.53 b 2.70 b 1.36 b

4 2.11 c 2.93 a 5.00 a

Uji F ** ** **

Skor burik mengalami peningkatan pada tiap perlakuan penyimpanan. Pada penyimpanan 0 minggu skor burik sebesar 2.46, kemudian naik kembali menjadi 2.70 dan mencapai skor tertinggi pada penyimpanan 4 minggu yaitu 2.93. Skor burik yang mendekati tiga memiliki arti kulit buah agak kasar dengan burik

hingga menutupi setengah permukaan buah (± 50%) dan warna buah menjadi kusam.

Getah kuning aril pada penyimpanan 4 MSP berbeda sangat nyata dengan getah kuning aril buah tanpa penyimpanan maupun penyimpanan 2 minggu. Tingkat kejadian serangan getah kuning terendah ditemukan pada buah tanpa penyimpanan dengan skor mendekati satu yaitu 1.13 yang berarti aril putih bersih dan tidak terdapat getah kuning diantara aril dengan kulit. Pada penyimpanan 2 minggu skor getah kuning aril sebesar 1.36 dan berbeda sangat nyata baik denga perlakuan tanpa penyimpanan maupun penyimpanan 4 minggu. Manggis dengan penyimpanan 4 minggu memiliki tingkat kejadian serangan tertinggi yaitu lima, hal ini berarti terdapat gumpalan getah kuning baik pada juring maupun diantara juring sehingga buah menjadi pahit, aril berwarna bening dan menjadi susah dipisahkan dari kulitnya (Tabel 9). Pada umur simpan ini juga ditemukan beberapa buah manggis yang arilnya maupun kulitnya telah berubah warna menjadi hitam dan membatu. Pengerasan adalah merupakan proses kemunduran fisiologis yang dapat diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas metabolisme, yaitu respirasi. Air yang dilepaskan dari aktifitas respirasi ini menyebabkan produk dengan mudah mengalami dehidrasi dan berakibat pada pengerasan kulit buah (Tongdee dan Sawanagul, 1989).

Indriyani et al (2002) menyatakan bahwa penyebab terjadinya getah kuning dalam aril buah manggis diperkirakan dipengaruhi oleh unsur Ca dan Mg. Peranan Ca dan Mg terhadap getah kuning di dalam buah manggis dapat dijelaskan melalui fungsinya sebagai unsur yang dapat mempertahankan integritas dinding sel sehingga tidak mudah pecah oleh pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan seperti curah hujan yang tinggi. Sel tumbuhan diyakini akan berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu. Jika tekanan internal sel (turgor) melampaui batas elastisitas dinding sel misalnya oleh pengaruh penyerapan air, maka sel tersebut akan pecah.

Adanya Ca dapat memperkuat dinding sel pada pericarp buah manggis sehingga dapat menekan keluarnya getah kuning di dalam buah. Defisiensi Ca dapat menyebabkan pecahnya struktur membran karena kehilangan senyawa yang bersifat difusi selular, kegagalan perkembangan pucuk terminal dan ujung akar

(Tisdale et al., 1985). Daging buah rusak ditandai dengan berubahnya warna daging buah dari putih seperti susu menjadi bening dan berubahnya tekstur buah dari lunak menjadi renyah Munculnya getah kuning setelah panen akibat penanganan panen yang kurang baik sejak pemetikan buah sampai ke konsumen (Gunawan, 2007).

Karakter Buah

Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot buah terbesar dimiliki oleh perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 69.92 g (Tabel 10). Bobot buah terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 34.88 g. Bobot basah kulit terbesar terdapat pada perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 46.06 g dan berbeda sangat nyata dengan pelakuan penyimpanan 2 minggu dan perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu masing-masing 30.42 dan 25.82 g. Bobot kering kulit terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu 10.93 g. Bobot aril+biji terbesar terdapat pada perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 19.94 g sedangkan bobot aril + biji terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 10.93 g.

Tabel 10. Bobot Buah, Bobot Aril+Biji, Bobot Kulit Basah (KB), dan Bobot Kering Kulit (KK) Penyimpanan (MSP) Bobot Buah Bobot aril + biji Bobot Basah Kulit Bobot Kering Kulit Kadar Air Kulit (%) ---g--- 0 69.92 a 19.94 a 46.06 a 27.00 a 41.02 a 2 46.15 b 11.64 b 30.42 b 22.23 b 25.46 c 4 34.88 c 8.73 c 25.82 c 17.09 c 32.46 b Uji F ** ** ** ** **

Kadar air kulit buah manggis pada perlakuan penyimpanan 0 minggu setelah panen sebesar 41.02% lalu turun secara nyata menjadi 25.46% pada perlakuan penyimpanan 2 minggu lalu kembali naik menjadi 32.46% pada perlakuan penyimpanan 4 minggu. Bobot buah manggis terus mengalami penurunan,pada perlakuan lama penyimpanan 0 minggu bobot manggis sebesar 69.92 g terus menurun pada penyimpanan 2 minggu menjadi 46.15 g dan terus

menurun menjadi 34.88 g pada penyimpanan 4 minggu. Respon yang sama ditunjukkan oleh peubah-peubah lain yaitu bobot aril+biji, bobot basah kulit dan bobot kering kulit (Gambar 8). Selama penyimpanan yang disebabkan terjadinya pelepasan air ke lingkungan akibat proses respirasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada buah. Penyusutan bobot buah selama penyimpanan disebabkan oleh proses respirasi dan hilangnya air dari buah melalui proses transpirasi (Kader, 1992).

Rata-rata diameter buah terbesar terdapat pada perlakuan tanpa penyimpanan yaitu sebesar 51.73 mm sedangkan rata-rata diameter terendah terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 32.57 mm (Tabel 11). Hal yang sama juga terjadi untuk peubah tebal perikarp dimana perlakuan tanpa penyimpanan memiliki rata-rata tebal perikarp 5.22 mm dan yang terendah terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu 4.28 mm.

Tabel 11. Diameter Buah dan Tebal Kulit pada Penyimpanan

Penyimpanan (MSP) Diameter Buah Tebal Kulit

---mm---

0 51.73 a 5.22 a

2 35.35 b 4.93 b

4 32.57 c 4.28 c

Uji F ** **

Semakin lama masa penyimpanan, diameter kulit manggis juga semakin menyusut. Hal yang sama juga terjadi pada ketebalan perikarp (Gambar 9). Hal ini terjadi karena Buah manggis yang telah dipanen walaupun telah dipisahkan dari inangnya namun tetap menunjukkan aktivitas hidup. Suplai energi masih dibutuhkan untuk menjaga tetap berfungsinya komponen sistem metabolisme. Energi yang diperoleh merupakan hasil dari kegiatan respirasi. Laju respirasi buah merupakan indikator yang digunakan sebagai petunjuk terhadap potensi umur simpan.

Intensitas respirasi merupakan ukuran kecepatan reaksi proses metabolisme serta berkaitan dengan umur simpan produk. Proses respirasi kecepatan tinggi mengakibatkan umur simpan yang pendek. Peningkatan tersebut karena suhu buah pada awal penyimpanan masih tinggi dan belum menyesuaikan

dengan kondisi ruang penyimpanan. Suhu awal buah dan panas lapang menyebabkan produk memiliki kecepatan respirasi yang tinggi (Pantastico, 1984).

Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis

Rata-rata bobot crude ekstrak berbeda pada tiap perlakuan penyimpan dimana pada penyimpanan 0 minggu didapat nilai 8.10 g/100 g kulit kering. Pada perlakuan penyimpanan 2 minggu nilai rendemen yang dihasilkan adalah 8.16 dan pada perlakuan penyimpanan 4 minggu nilai rendemen naik menjadi 9.70 (Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Penyimpanan (MSP) Bobot CE (10g/100 g KK) Bobot CE/Bobot Buah (g/g)

Bobot Asam Galat (AG) DPPH

IC50 (ppm) (mg AG/g CE) (mg AG/10 g KK)

0 8.10 0.11 167.43a 16.21a 26.70 a

2 8.16 0.17 91.00b 7.23b 29.66 b

4 9.73 0.27 93.81b 7.38b 31.28 c

Uji F tn tn ** ** **

Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot asam galat mengalami penurunan yang nyata dari 167.43 mg AG/g CE atau setara dengan 16.21 mg AG/10 g kulit kering pada perlakuan tanpa penyimpanan menjadi 91 mg AG/g CE atau setara dengan 7.23 mg AG/10 g KK pada perlakuan penyimpanan 2 minggu. Pada penyimpanan 4 minggu bobot asam galat meningkat menjadi 93.81 mg AG/g CE atau setara dengan 7.38 mg AG/10 g KK namun tidak berbeda nyata dengan penyimpanan 2 minggu (Tabel 12). Diduga tingginya respirasi selama penyimpanan mempengaruhi kadar total asam pada buah. Menurut Kliewer (1971) pada pemasakan, asam-asam organik membentuk garam yang membantu menaikkan padatan terlarut dan menurunkan kadar total asam.

Kapasitas antioksidan pada perlakuan tanpa penyimpanan adalah 26.70 ppm mengalami penurunan kemampuan menangkap radikal bebas yang nyata pada penyimpanan 2 minggu menjadi 29.66 ppm dan kembali mengalami penurunan pada umur simpan 4 minggu menjadi 31.28 (Tabel 12). Menurut

Anggarwati (1986), semua jenis buah-buahan terjadi perubahan selama penyimpanan walaupun sedikit demi sedikit.

Aktivitas antioksidan pada tiap perlakuan panen memiliki nilai IC50 kurang dari 50, hal ini berarti kemampuan antioksidan yang dimiliki sangat kuat. Namun aktivitas antioksidan dari keempat ekstrak kulit manggis perlakuan umur simpan lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (asam askorbat) dengan IC50 sebesar 2.16 ppm.

Korelasi antara Kadar Polifenol dan Kapasitas Antioksidan

Kadar polifenol yang setara dengan asam galat per g CE dan kadar polifenol per 10 g kulit kering manggis, memiliki hubungan yang sangat erat dan berkorelasi positif sangat nyata secara statistik yaitu sebesar 0.99 (Tabel 13). Dapat diartikan bahwa dengan semakin meningkatnya kandungan polifenol per g CE maka kandungan polifenol per 10 g kulit kering juga akan meningkat.

Kadar polifenol per g CE dan kadar polifenol per 10 g kulit kering memiliki korelasi yang negatif dengan konsentrasi kapasitas antioksidan untuk mencapai IC50 (Tabel 13) masing-masing sebesar -0.91 dan -0.85, walaupun secara statistik tidak nyata. Jadi dapat diartikan bahwa peningkatan kandungan senyawa polifenol per g CE dan per 10 g kulit kering manggis akan menurunkan nilai konsentrasi (ppm) antioksidan untuk mencapai IC50 yang berarti kemampuan antioksidan yang dimiliki semakin kuat.

Tabel 13. Korelasi antara Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit Manggis Perlakuan Penyimpanan

Kadar Polifenol Kandungan Polifenol Konsentrasi IC50 (ppm)

(mg AG/ g CE) mg AG/ 10 g KK

(mg AG/g CE) 1.00 0.99** -0.91**

35

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Waktu pemanenan berpengaruh nyata pada sebagian besar karakter kulit manggis dimana semakin lama umur buah setelah anthesis terjadi peningkatan getah kuning aril, rata-rata bobot aril, bobot buah, bobot basah, bobot kering, tebal kulit dan diameter buah. Sedangkan getah kuning kulit dan burik mengalami peningkatan sampai perlakuan panen 3 BSA dan menurun pada perlakuan panen 4 BSA. Sebaliknya pada perlakuan penyimpanan terjadi penurunan yang nyata pada karakter kulit manggis yang diamati kecuali pada burik dan getah kuning aril yang mengalami peningkatan nyata semakin lama penyimpanan dilakukan.

Kandungan polifenol kulit manggis tidak berbeda nyata pada perlakuan pemanenan yang dilakukan. Perlakuan pemanenan 4 BSA memiliki kandungan polifenol dan antioksidan tertinggi yaitu 16.21 mg AG/10 g kulit kering dan nilai IC50 26.70. Korelasi antara kandungan polifenol dengan aktivitas antioksidan pada perlakuan pemanenan dan penyimpanan bernilai negatif yang mempunyai arti peningkatan kandungan polifenol akan meningkatkan aktivitas antioksidan pada kulit manggis.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut pada buah-buah manggis yang telah lama berada di pasaran, tidak laku terjual dan buah-buah yang jatuh dari pohon sehingga tidak layak konsumsi untuk dimanfaatkan kulitnya untuk produksi antioksidan. Selain itu diperlukan juga adanya penelitian yang bersifat konfirmasi terhadap penelitian sebelumnya.

36

DAFTAR PUSTAKA

Anggarwati, W. 1986. Pengaruh umur panen terhadap kualitas dan daya tahan simpan anggur. J.Hort Balithor Solok 17:553-558.

Awad, M.A. 2001. The Apple Skin : Colourful Heathiness. Developmental and environmental regulation of flavonoids and chlorogenic acid in apples. Mansoura University. Egypt. 142 p.

BPS. 2011. Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi di Indonesia. http://www.bps.go.id. [2 Maret, 2011].

Budiastra, W. 1999. Penanganan Lepas Panen Manggis untuk Ekspor. Penebar Swadaya. 40 hal.

Burda , S., and Oleszek, W. 2001. J. Agric. Food. Chem.49:2774-2779.

Cahyono, B. dan D. Juanda. 2000. Manggis Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. 79 hal.

Conforti, F., G.A. Statti, R. Tundis, F. Menichini and P. Houghton.2002. Antioxidant activity of methanolic extract of hypericum triquetrifolium turra aerial part. Fitoterapia 73:479-483.

DeMan, J. M. 1997. Kimia Makanan. Edisi Kedua. Penerjemah: Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.

Departemen Pertanian Republik Indonesia, Direktorat Tanaman Buah. SPO Manggis. 2004. Jakarta. http://www.deptan.go.id. [28 April 2010]

Dorly, S Tjitrosemito, R Poerwanto, Juliarni. 2008. Secretory duct structure and photochemistry compounds of yellow latex in mangosteenm fruit. HAYATI Journal of BioScience. 15:99-104.

Eskin, N. A. M. 1990. Biochemistry of Food. 2nd Edition. Academic Press. Inc. San Diego. California.

Fogliano V., A. Ritieni, S. M. Monti, M. Gallo, D.D. Medaglia, M.L. Ambrosino, R. Sacchi. (1999). Method for measuring antioxidant activity and its application to monitoring the antioxidant capacity of wine, J.Agric. Food. Chem. 4:1035-1040.

Gardner, F.P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gunawan E. 2007. Hubungan agroklimat dengan fenofisiologi tanaman dan kualitas buah manggis di lima sentra produksi di pulau Jawa. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Hadisutrisno, B. 2002. Strategi pengendalian penyakit utama pada manggis: Penyakit getah kuning selayang pandang. Makalah Seminar Agribisnis Manggis. Bogor. 11 hal.

Harborne JB. 1988 Introduction to Ecological Biochemistry. 3th ed. Acad. Press. London.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Cetakan I. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta. Hal 1381-1390.

Hidayat, A. 1989. Studi Ekofisiologi dan Pasca Panen Manggis. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 25 hal.

Indriyani .N.L.P., S. Lukitariati, Nurhadi dan M. Jawal A. 2002. Studi kerusakan buah manggis akibat getah kuning. Jurnal Hortikultura. Vol.12(4):276 – 283.

Iswari K dan Sudaryono T. 2007. Empat Jenis Olahan Manggis, Si Ratu Buah Dunia dari Sumbar. Di dalam Tabloid Sinar Tani. BPTP Sumbar.

Javanmardi, J., C. Stushnoff. E. Locke, and J.M. Vivanco. 2003. Antioxidant activity and total phenolic content of iranian ocimum accessions. Elsevier. Food.Chem. 83:547-550.

Kartika, J.G. 2004. Studi Pertumbuhan Buah, Gejala Getah Kuning dan Burik pada Buah Manggis (Garcinia mangostana). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ketaren, S. 1986. Teknologi Pengolahan Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta.

Kliewer M. 1971. Effect of day and light intencity on concentration of malic acid and tartaric acid in vitis vinifera. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 96:372.

Lannang, A.M. 2005. Bangangxanthones A and B, two xanthones from the stem bark of garcinia poliantha oliv. Phytochem. 66:2351-2355.

Mardawati E., C.S. Achyar, dan H. Marta. 2008. Kajian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana) dalam Rangka Pemanfaatan Limbah Kulit Manggis di Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Laporan Akhir Penelitian Peneliti Muda (LITMUD). Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran (UNPAD). Bandung. 29 hal.

Martin,W.1980. Durian and mangosteen . In S.Nagi and P.E.Shaw (Eds) Tropical and subtropical fruit composisitin properties and uses. p 407-414.

McGarvey DJ, Croteau R. 1995. Terpenoid Metabolism. The Plant Cell

7:1015-1026.

Nakasone, H.Y. and R. E. Paull. 1997. Tropical Fruit. P.359-375. Cab International.

Pantastico, E. B. 1984. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 904 hal.

Paramawati, R. 2003. Dukungan Kebijakan dan Teknologi Lepas Panen untuk Pengembangan Agribisnis Manggis.www.deptan.go.id.[20 Maret 2011]

Peres V, Nagem T J, de Oliveira F F.2000.Tetraoxygenated naturally occurring xanthones.Phytochem. 2000;55(7):683-710.

Prokarny, J., 1987, In Autooxidation of Unsaturated Lipids, Academia Press, New York.

Poerwanto, R. 2004. Standar Prosedur Operasional (SPO). www.deptan.go.id [20 Maret 2011].

Puslitbang Hortikultura. 2011. Getah Kuning Kendala Utama Ekspor Manggis.http://hortikultura.litbang.deptan.go.id. [2 Maret,2011].

Puri, D.N. 2007. Keterkaitan Antara Pemupukan N, P, K terhadap Kadar Xanthon Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Prog Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Qosim, W. A., 2007. Kulit Buah Manggis Sebagai Antioksidan. http://www.pikiranrakyat.com. [7 Maret, 2010]

Rohman, A. dan S. Riyanto. 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol daun kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah Farmasi Indonesia. 16(3):136-140.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Penerbit ITB. Bandung. 343 hal.

Satuhu, S. 1999. Penanganan Manggis Segar untuk Ekspor. Penebar Swadaya. Jakarta.

Shahidi, F. 1997. Natural Antioxidans Chemistry, Health Effects, and Applications. AOAC Press : Champaign, Illinois. 80 hal.

Shahidi, F. dan M. Nazck. 1995. Food Phenolics, Sources, Chemistry, Effects, Applications. Technomics Publishing Co.Inc : Lancaster-Basel, USA. Silalahi J. 2002. Senyawa Polifenol Sebagai Komponen Aktif yang Berkhasiat

dalam Teh. Majalah Kedokteran Indonesia. 52(10):361-400.

Simmond, N. W. 1966. Banana 2nd Edition. Longmans Green, Inc. New York. 220p.

Stuckey, B.N., 1986, in Handbook of Food Additives, T.E. Furia Ed., CRC Press Inc, Clkeveland.

Syaifullah. 1999. Pengaruh tingkat ketuaan terhadap mutu pasca panen buah mangis selama penyimpanan. J. Hort. 9 (1):51-58.

Tisdale, S.L., W.I. Nelson, and J.D. Beston. 1985. Soil and fertilizy and Fertilizer Fourth Edition. Mc, Milan. Publishing co., New York. 745 p.

Tongdee, S.C. and Sawanagul, A. 1989. Postharvest mechanical damage of mangosteens. Journal ASEAN Food, 6,74-75

Verheij,E.M.V. and R.E.Coronel.1992. Edible fruit and nuts. Plant Resources of South East Asia, No 2,Bogor, Indonesia, p.177-181.

Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana L, p. 220-225. In E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds). Edible Fruits and Nuts. Plant Recources of South East Asia. Bogor.

Winarno, F.G. dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT. Sastra Hudaya. Jakarta.

Zheng W dan Wang S.Y. 2001. Antioxidant activity and phenolic compounds in selected herbs. J Agric Food Chem. 49(11):5165.

40

Lampiran 1. Data Iklim Leuwiliang November 2009-Febuari 2010

Keterangan :

Lokasi : 06.33’12.” LS –06.44’59.4” BT

Elevasi : 190 M

Sumber : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Tahun 2009-2010

Lampiran 2. Prosedur Ekstraksi Kulit Kering menurut Putri (2007)