• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakter Kulit Manggis, Kadar Polifenol Dan Potensi Antioksidan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Umur Buah Dan Setelah Buah Dipanen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakter Kulit Manggis, Kadar Polifenol Dan Potensi Antioksidan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Umur Buah Dan Setelah Buah Dipanen"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER KULIT MANGGIS, KADAR POLIFENOL DAN

POTENSI ANTIOKSIDAN KULIT MANGGIS

(

Garcinia mangostana

L.) PADA BERBAGAI UMUR BUAH DAN

SETELAH BUAH DIPANEN

KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO

A24063492

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO. Karakter Kulit Manggis, Kadar Polifenol dan Potensi Antioksidan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Umur Buah dan Setelah Buah Dipanen oleh ANI KURNIAWATI.

Manggis (Gracinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah yang menjadi salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia untuk meningkatkan

devisa Negara. Buah manggis yang diperdagangkan pada pasar luar negeri

(ekspor) sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara

baik dan sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). Meskipun

penanganan budidaya dan pascapanen yang seadanya, ternyata petani manggis

Indonesia mampu melakukan ekspor dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa

bersaing dengan manggis negara lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter kulit manggis,

kandungan fenol dan potensi antioksidan kulit manggis selama pemanenan dan

penyimpanan buah manggis. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pasca

Panen dan Laboratorium Analisis Tanaman dan Kromatografi, Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan

dari bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Januari 2011.

Analisis statistik dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap

(RAK) faktor tunggal. Penelitian pemanenan terdiri dari 4 perlakuan umur panen

buah, yaitu umur panen buah 1, 2, 3 dan 4 bulan setelah anthesis (BSA). Setiap

perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 12 satuan penelitian. Setiap satuan

penelitian terdiri dari dari 4 tanaman dan setiap tanaman diambil 20 buah sebagai

contoh.

Penelitian penyimpanan terdiri dari 3 taraf perlakuan umur simpan yaitu

buah tanpa penyimpanan, buah yang disimpan selama 2 dan 4 minggu setelah

panen (MSP) pada suhu kamar. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga ada 9

satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman dan setiap

(3)

Waktu pemanenan berpengaruh nyata pada sebagian besar karakter kulit

manggis dimana semakin lama umur buah setelah anthesis terjadi peningkatan

getah kuning aril, bobot aril, bobot buah, bobot basah, bobot kering, tebal kulit

dan diameter buah. Sedangkan getah kuning kulit dan burik mengalami

peningkatan sampai perlakuan panen 3 BSA dan menurun pada perlakuan panen

4 BSA. Sebaliknya pada perlakuan penyimpanan terjadi penurunan yang nyata

pada karakter kulit manggis yang diamati kecuali pada burik dan getah kuning aril

yang mengalami peningkatan nyata semakin lama penyimpanan dilakukan.

Kandungan polifenol kulit manggis tidak berbeda nyata pada perlakuan

pemanenan yang dilakukan. Perlakuan pemanenan 4 BSA memiliki kandungan

polifenol dan antioksidan tertinggi yaitu 16.21 mg AG/10 g kulit kering dan nilai

IC50 26.70. Korelasi antara kandungan polifenol dengan aktivitas antioksidan pada

perlakuan pemanenan dan penyimpanan bernilai negatif yang mempunyai arti

peningkatan kandungan polifenol akan meningkatkan aktivitas antioksidan pada

(4)

Mangosteen Fruit Characters, Polyphenols Content and Antioxidant

Properties of Mangosteen Fruit Hull (

Garcinia mangostana

L.) at Different

Fruit Age and After Fruit Harvested

Abstract

(5)

KARAKTER KULIT MANGGIS, KADAR POLIFENOL DAN

POTENSI ANTIOKSIDAN KULIT MANGGIS

(

Garcinia mangostana

L.) PADA BERBAGAI UMUR BUAH DAN

SETELAH BUAH DIPANEN

Skripsi sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO

A24063492

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

6

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : KARAKTER KULIT MANGGIS, KADAR POLIFENOL

DAN POTENSI ANTIOKSIDAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA BERBAGAI UMUR BUAH DAN SETELAH BUAH DIPANEN

Nama : KUKUH ROXA PUTRA HADRIYONO

NRP : A24063492

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(Ani Kurniawati, S.P, MSi.) NIP. 19691113 1994 03 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr) NIP: 19611101 1987 03 1 002

(7)

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 27 Mei

1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Purwanto Prihyono dan Ibu Anis

Hadriningsih.

Tahun 2000 penulis lulus dari SD Penganjuran V Banyuwangi, kemudian

pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Banyuwangi.

Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Glagah Banyuwangi pada tahun 2006.

Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB, pada

tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menempuh studi di IPB penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan

dan organisasi mahasiswa. Tahun 2007/2008 penulis akif dalam organisasi Badan

Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM) pada Divisi Kajian Strategis.

Tahun 2008-2009 penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa

Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) pada Divisi Pengembangan Sumber

Daya Manusia. Tahun 2007-2011 penulis juga aktif pada Organisasi Mahasiswa

Daerah Lare Blambangan Banyuwangi dan menjabat sebagai ketua pada tahun

(8)

8

KATA PENGANTAR

Penelitian tentang “Karakter Buah Manggis, Kadar Polifenol Dan Potensi

Antioksidan Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Pada Berbagai Umur Buah Dan Setelah Buah Dipanen” merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

pengetahuan kita terhadap tanaman buah Indonesia, khususnya tanaman manggis.

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi

kekuatan dan hidayahnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ani Kurniawati, SP. M.Si yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan penelitian ini.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua Bapak dan Ibu, atas kasih sayang dan doa.

2. Seluruh keluarga besar yang selalu memberi masukan dan doa.

3. Dr. Ir. Anas D. Susila MS. Selaku pembimbing akademik penulis atas

bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh studi di IPB.

4. Ani Kurniawati, SP. MSi. Selain sebagai pembimbing skripsi juga memberi

bantuan bahan kimia pada penelitian ini.

5. Mas Bambang selaku teknisi laboratorium “Analisis dan Kromatografi Tanaman” Departemen AGH, atas bantuang dan saran selama penulis penelitian di laboratorium.

6. Teman-teman satu bimbingan Dita Nurul Latifah dan Delivera atas

dukungan, kerjasama dan bantuannya dalam penelitian.

7. Teman-teman AMCO Group atas semangat dan inspirasi yang diberikan.

8. Teman-teman Laboratorium Ecotoxycology, Waste and Bioagent atas

semangat dan keceriaan yang diberikan.

9. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura terutama angkatan 43 atas

semangat, bantuan dan dukungan yang diberikan.

10.Serta pihak-pihak lain yang telah mendukung dan membantu dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Bogor, 22 Juni 2011

(9)

9

Syarat Tumbuh Tanaman Manggis ... 4

Panen ... 6

Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen... 9

Perkembangan Buah Manggis ... 5

Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen... 10

Kandungan Kimia Manggis ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pengamatan Penelitian ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Keadaan Umum ... 21

Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen ... 21

Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Penyimpanan 29

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(10)

10

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Ukuran Berat dan Lingkar Buah untuk Ekspor ... 7

2. Tingkat Kematangan Buah Manggis ... 8

3. Persyaratan Mutu Buah Manggis ... 9

4. Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit ... 22

5. Bobot Buah, Bobot Aril+Biji, Bobot Kulit Basah (KB), dan Bobot Kering Kulit (KK) ... 24

6. Diameter Buah dan Tebal Kulit ... 25

7. Pengaruh Waktu Pemanenan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit ... 26

8. Korelasi antara Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit ... 29

9. Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit ... 29

10.Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit ... 31

11.Diameter Buah dan Tebal Kulit pada Penyimpanan ... 32

12.Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit ... 33

(11)

11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Buah Manggis

(A) Buah Manggis Siap Konsumsi, (B) Kulit Buah Manggis ... 4

2. Areal Kebun Manggis di Leuwiliang ... 21

3. Buah Manggis yang Terserang Getah Kuning... 22

4. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Absorbansi pada Standar Asam ... 26

(12)

12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Iklim Leuwiliang November 2009-Febuari 2010 ... 41

2. Prosedur Ekstraksi Kulit Kering menurut Putri (2007)... 41

3. Prosedur Penetapan Senyawa Polifenol ... 42

4. Prosedur Penetapan Aktivitas Antioksidan ... 43

5. Sidik Ragam Diameter Buah Perlakuan Panen ... 44

6. Sidik Ragam Bobot Buah Perlakuan Panen ... 44

7. Sidik Ragam Bobot Aril+Biji Perlakuan Panen ... 44

8. Sidik Ragam Bobot Basah Kulit Buah Perlakuan Panen ... 44

9. Sidik Ragam Bobot Kering Kulit Buah Perlakuan Panen ... 45

10. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah Perlakuan Panen ... 45

11. Sidik Ragam Getah Kuning Kulit Perlakuan Panen ... 45

12. Sidik Ragam Burik Kulit Buah Manggis Perlakuan Panen ... 45

13. Sidik Ragam Getah Kuning Aril Perlakuan Panen ... 46

14. Sidik Ragam Bobot Buah Perlakuan Penyimpanan ... 46

15. Sidik Ragam Bobot Aril + Biji Perlakuan Penyimpanan ... 46

16. Sidik Ragam Bobot Basah Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan ... 47

17. Sidik Ragam Bobot Kering Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan ... 47

18. Sidik Ragam Diameter Buah Perlakuan Penyimpanan ... 47

19. Sidik Ragam Tebal Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan ... 47

20. Sidik Ragam Getah Kuning Kulit Perlakuan Penyimpanan ... 47

21. Sidik Ragam Burik Kulit Buah Perlakuan Penyimpanan ... 48

22. Sidik Ragam Getah Kuning Aril Perlakuan Penyimpanan ... 48

23. Kulit Manggis ... 49

24. Pengeringan Kulit Manggis Perlakuan Pemanenan ... 49

25. Pengeringan Kulit Manggis Perlakuan Penyimpanan ... 49

(13)

27. Sheet Ekstrak Kulit Manggis ... 50

28. Larutan Sampel Analisis Reaksi ... 50

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis (Gracinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah

yang menjadi salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia untuk meningkatkan pendapatan devisa Negara. Manggis di luar negeri dijuluki dengan “Queen of the Tropical Fruits” yang merupakan refleksi perpaduan dari rasa asam dan manis

yang tidak dipunyai oleh komoditas buah-buahan lainnya.

Buah manggis yang diperdagangkan pada pasar luar negeri (ekspor)

sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik dan

sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). Meskipun

penanganan budidaya dan pascapanen yang seadanya, ternyata petani manggis

Indonesia mampu melakukan ekspor dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa

bersaing dengan manggis negara lain.

Produksi buah manggis Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2006 produksi manggis

Indonesia sebesar 72 634 ton, lalu meningkat menjadi 112 722 ton pada tahun

2007. Tahun 2008 produksi manggis Indonesia kembali turun menjadi 65 133 ton

dan kembali naik pada tahun berikutnya menjadi 105 558 ton. Pada tahun 2010

produksi manggis kembali turun menjadi 87 154 ton.

Manfaat utama kulit manggis adalah sebagai antioksidan (Heyne, 1987).

Menurut Silalahi (2002) mengatakan bahwa sifat antioksidan pada manggis

melebihi vitamin E dan vitamin C. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat

menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi

lipid dalam konsentrasi yang lebih rendah dari substrat yang dapat dioksidasi.

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal

bebas untuk menimbulkan kerusakan. Antioksidan alami yang terdapat dalam

bahan pangan tersebut antara lain adalah vitamin C, vitamin E, antosianin,

klorofil dan senyawa flavonoid. Antioksidan yang baik adalah senyawa yang

mampu membuat radikal fenol dari antioksidan menjadi lebih stabil. Karena itu

diperlukan penelitian yang mempelajari kandungan polifenol dan potensi

(15)

Tujuan

1. Mempelajari karakter kulit manggis selama perkembangan buah manggis dan

setelah penyimpanan.

2. Mempelajari kandungan polifenol dan potensi antioksidan kulit manggis.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan karakter kulit manggis selama perkembangan buah

manggis dan setelah penyimpanan.

2. Terdapat kandungan polifenol dan potensi antioksidan pada kulit manggis.

3. Terdapat korelasi antara kandungan antioksidan dan kandungan bioaktif

(16)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Manggis

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan

tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau

Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah

dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan

Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama

lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi

Utara), Manggista (Sumatera Barat) (Rusnasbuah, 2007).

Secara taksonomi, manggis dklasifikasikan sebagai berikut (Verheij, 1997):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonaceae

Ordo : Guttiferales

Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

Buah manggis merupakan spesies terbaik dari genus Garcinia dan mengandung gula sakarosa, dekstrosa dan levulosa. Komposisi bagian buah yang

dimakan per 100 g meliputi 79.2 g air; 0.5 g protein; 19.8 g karbohidrat; 0.3 g

serat; 11 mg kalsium; 17 mg fosfor; 0.9 mg besi; 14 IU vitamin A, 66 n/mg

vitamin C; 0,09 mg vitamin B1 (Thiamin); 0,06 mg vitamin B2 (Riboflavin) dan

0,1 mg vitamin B5 (Niasin) (Qosim, 2007).

Daging buah manggis berwarna putih, bertekstur halus dan rasanya manis

bercampurasam sehingga menimbulkan rasa khas dan segar. Bentuk fisik dari

(17)

Gambar 1. Buah Manggis (A) Buah Manggis Siap Konsumsi, (B) Kulit Buah Manggis

Syarat Tumbuh Tanaman Manggis

Manggis merupakan salah satu tanaman buah tropika yang pertumbuhannya

lambat, tetapi umurnya juga panjang. Tanaman yang berasal dari biji umumnya

membutuhkan 10–15 tahun untuk mulai berbuah. Tingginya mencapai 10–25

meter dengan ukuran kanopi sedang serta tajuk yang rindang berbentuk piramida.

Diameter batang 25–35 cm dan kulit batang kayu biasanya berwarna cokelat gelap

atau hampir hitam, kasar dan cenderung mengkelupas. Getah manggis berwarna

kuning (getah kuning) atau resin ada pada semua jaringan utama tanaman

(Cahyono dan Juanda, 2000).

Verheij dan Coronel (1992) menyatakan bahwa letak daun tanaman manggis

berhadapan, merupakan daun sederhana dengan tangkai daun pendek yang

berhubungan dengan tunas, panjang tangkai daun 1.5–2 cm dengan helaian daun

berbentuk bulat telur, bulat panjang atau elip dengan panjang 15–25 cm x lebar

7–13 cm mengkilap, tebal dan kaku, ujung daun meruncing (acuminate) dan licin

(glabrous).

Menurut Yaacob dan Tindall (1995) buah manggis memiliki bunga yang

bersifat uniseksual dioecious (berumah dua), akan tetapi hanya bunga betina yang

dapat dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna

(rudimenter), yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi.

Bunga betina terdapat pada pucuk ranting muda dengan diameter 5–6 cm,

pedikelnya pendek, tebal dan panjang 1.8–2 cm terletak pada dasar bunga. Bunga

memiliki 4 sepal dan 4 petal dengan tangkai bunga pendek dan tebal berwarna

merah kekuning-kuningan.

(18)

Biji manggis merupakan biji apomik yang terbentuk dari sel-sel nuselus

pada buah partenokarpi. Biji berwarna coklat dengan panjang 2–2.5 cm, lebar

1.5–2.0 cm dan tebalnya antara 0.7–1.2 cm. Biji diselimuti oleh aril yang

berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah dengan aril yang transparan.

Embrio tidak tampak jelas yaitu lokasi plumula dan radikel, dari pemeriksaan

menunjukkan kemungkinan adanya perluasan titik tumbuh di sepanjang biji.

Bobot biji bervariasi antara 0.1–2.2 g dengan rata-rata 1.0–1.6 g. (Verheij, 1997).

Verheij (1997) menyatakan bahwa manggis dapat tumbuh dan berproduksi

maksimal pada tinggi tempat mulai dari dataran rendah sampai dengan ketinggian

800 m dpl. Curah hujan 1 500-2 500 mm/tahun, dengan periode basah

10 bulan/tahun dan kelembaban udara sekitar 80%. Tanaman manggis sangat baik

pertumbuhannya pada tanah yang kaya bahan organik, serta tanah yang aerasinya

cukup baik, jenis tanah agak berat sampai tanah ringan.

Perkembangan Buah Manggis

Menurut Salisbury dan Ross (1995) perkembangan merupakan perubahan

kualitatif pada bagian-bagian tumbuhan yang berlainan, yang menunjukkan

pertumbuhan pada waktu-waktu yang berbeda dalam siklus hidup dan dengan laju

yang berlainan. Perubahan ini lebih banyak mengubah bentuk (morfologis),

anatomis dan fungsi tanaman.

Selama proses pematangan buah-buahan akan terjadi

perubahan-perubahan sifat fisiko-kimia, yang umumnya terdiri dari perubahan-perubahan warna,

komposisi dinding sel (tekstur), zat pati, protein, senyawa turunan fenol dan

asam-asam organik (Winarno dan Aman, 1981). Hasil penelitian Sosrodiharjo (1980)

dalam Hidayat (1989) menunjukkan bahwa keasaman daging buah manggis pada permulaan pertumbuhan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur

buah, kemudian keasaman mencapai tingkat maksimum, selanjutnya keasaman

menurun.

Perkembangan buah manggis yang diukur secara kuantitatif menunjukkan

bahwa pada mulanya pertumbuhan lingkar buah manggis besar. Peningkatan

ukuran dan kandungan asam mencapai maksimum pada umur 103 hari setelah

(19)

(114 hari), sedangkan kandungan asam menurun dengan semakin tuanya buah,

tetapi kandungan padatan terlarut meningkat dengan semakin tuanya umur buah,

hal ini disebabkan perubahan zat pati pada aril menjadi gula.

Panen

Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan

manggis. Menurut Poerwanto (2004) buah dipanen setelah berumur 104-110 hari

sejak bunga mekar (SBM). Nakasone dan Paull (1997) menyatakan umumnya

buah yang dipanen dengan intensitas warna ungu yang kurang akan mengeluarkan

banyak lateks pada tangkai buah dan mempunyai flavor yang kurang baik

dibandingkan dengan stadia ungu penuh. Jumlah lateks akan berkurang seiring

dengan kematangan buah, padatan terlarut meningkat dan keasaman konstan.

Untuk semua kelas buah manggis, ketentuan minimum yang harus

dipenuhi adalah (a) utuh, kelopak buah dan tangkai harus lengkap; (b) layak

dikonsumsi; (c) bersih, bebas dari benda-benda asing yang tampak; (d) bebas dari

hama dan penyakit; (e) bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, kecuali

pengembunan sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin;

(f) bebas dari aroma dan rasa asing; (g) penampilan segar, memiliki bentuk, warna

dan rasa sesuai dengan sifat/ciri varietas.

Menurut Poerwanto (2004) manggis digolongkan dalam tiga kelas mutu,

yaitu kelas Super, A dan B. Manggis bermutu paling baik (super) memiliki

ciri-ciri bebas dari cacat kecuali cacat sangat kecil pada permukaan, daging buah

bening (translucent) dan atau getah kuning (yellow gum) tidak lebih dari 5%. Manggis kelas A memiliki mutu baik, dengan cacat yang diperbolehkan untuk

sedikit kelainan pada bentuk, cacat sedikit pada kulit dan kelopak buah seperti

lecet, tergores atau kerusakan mekanis lainnya. Total area yang cacat tidak lebih

dari 10% dari luas total seluruh permukaan buah, cacat tersebut tidak

mempengaruhi daging buah, dan daging buah bening (translucent) dan atau getah kuning (yellow gum) tidak lebih dari 10%. Manggis kelas B mempunyai mutu yang baik dengan cacat yang diperbolehkan untuk kelainan pada bentuk, cacat

sedikit pada kulit dan kelopak buah seperti lecet, tergores atau kerusakan mekanis

(20)

permukaan buah, cacat tersebut tidak mempengaruhi daging buah, daging buah

bening (translucent) dan atau getah kuning (yellow gum) tidak lebih dari 20% . Menurut Satuhu (1999) standar pasar internasional untuk buah manggis

dapat dikatakan tidak ada keseragaman sebab sangat ditentukan oleh Negara

pengimpornya. Pada umumnya perbedaan hanya terletak pada ukuran buahnya

saja. Ukuran buah manggis untuk ekspor terbagi dalam beberapa golongan seperti

terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ukuran Berat dan Lingkar Buah untuk Ekspor

Golongan Jumlah Buah (per kg) Berat Buah (g) Lingkar Buah

Super A 6-8 203.6 ± 10.2 13.51 ± 1.54

A 10 187.0 ± 9.6 10.58 ± 1.21

B 13 170.2 ± 6.1 7.81 ± 0.63

C 15 155.8 ± 2.5 6.23 ± 0.29

Sumber: Satuhu (1999)

Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan

manggis (Tabel 2). Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar

(1999) umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut ini :

(21)

Tabel 2.Tingkat Kematangan Buah Manggis

Tahapan Ciri

Tahap 0

Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik.

Tahap 1

Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging. Buah belum siap dipanen.

Tahap 2

Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari daging.

Tahap 3

Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit. Buah disarankan dapat dipetik untuk tujuan ekspor.

Tahap 4

Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari daging kulit dan buah dapat dikonsumsi. Buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor.

Tahap 5

Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik.

Tahap 6

Warna kulit buah unggu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap saji.

(22)

Tabel 3. Persyaratan Mutu Buah Manggis

Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai

buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang

tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang

dilengkapi pisau dan keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali

diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih

dari 25 tahun. Pohon manggis di Indonesia dipanen pada bulan November sampai

Maret tahun berikutnya (Paramawati, 2003).

Produksi panen pertama hanya 5-10 buah/pohon, produksi panen kedua

rata-rata 30 buah/pohon selanjutnya 600-1 000 buah/pohon sesuai dengan umur

pohon. Pada puncak produksi, tanaman yang dipelihara intensif dapat

menghasilkan 3 000 buah/pohon dengan rata-rata 2 000 buah/pohon. Produksi

satu hektar (100 tanaman) dapat mencapai 200 000 butir atau sekitar 20 ton buah.

Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen

Buah-buahan segar setelah dipanen masih mengalami proses biologi.

Perubahan-perubahan kimiawi dan biokimiawi tetap berlangsung karena jaringan

dan sel masih menunjukkan aktivitas metabolisme. Proses metabolisme yang

terpenting setelah panen adalah respirasi (oksidasi biologis) (Eskin et al., 1990). Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai

buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi

dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi pisau dan

keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah

(23)

pemetikan buah dilakukan pada tingkat (indeks kematangan 3 merah kecoklatan

hingga 4 merah keunguan (Poerwanto, 2004).

Perubahan Morfologi dan Fitokimia Setelah Buah Dipanen

Winarno dan Wirakartakusumah (1981) menyatakan bahwa buah manggis

cenderung mengalami penurunan diameter buah selama penyimpanan karena

selama proses ini terjadi pelepasan air ke lingkungan penyimpanan yang dapat

menyebabkan kerusakan seperti pengerutan. Menurut Eskin et al. (1990) buah-buahan segar setelah dipanen masih mengalami proses biologi.

Perubahan-perubahan kimiawi dan biokimiawi tetap berlangsung karena jaringan dan sel

masih menunjukkan aktivitas metabolisme. Proses metabolisme yang terpenting

setelah panen adalah respirasi (oksidasi biologis).

Menurut Pantastico (1986) proses respirasi yang masih berlangsung

setelah buah dipanen menyebabkan terjadinya beberapa perubahan kandungan

kimia dalam buah. Tiga tingkat perubahan kimiawi yang berlangsung selama

proses respirasi yaitu pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, oksidasi

gula menjadi piruvat, serta oksidasi asam-asam organik secara aerobik menjadi

CO2, air dan energi.

Berdasarkan pola respirasinya, buah manggis termasuk dalam jenis buah

klimakterik. Klimaterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah

tertentu dimana selama proses itu terjadi pembuatan etilen disertai dengan

dimulainya proses pematangan buah, buah menunjukkan peningkatan CO2 yang

mendadak selama pematangan buah, sehingga disebut buah klimaterik. Bila pola

respirasi berbeda karena setelah CO2 dihasilkan tidak meningkat tetapi turun

secara perlahan, buah tersebut digolongkan non klimaterik (Gardner et al., 1991).

Kandungan Kimia Manggis

Penilaian mutu buah secara kimia dilakukan dengan mengukur kandungan

pati, kandungan gula, keasaman, protein, vitamin, dan mineral (Sjaifullah, 1996).

Kandungan kimia buah manggis tidak dipengaruhi oleh ukuran maupun

(24)

dengan buah yang berukuran besar. Demikian pula kandungan kimia buah yang

mulus hampir sama dengan buah yang burik (Satuhu, 1999).

Perbandingan kadar gula-asam (sugar-acid ratio) merupakan salah satu penentu mutu buah manggis. Umumnya rasa buah manggis ditentukan oleh

adanya perpaduan rasa manis dan rasa asam dengan perbandingan yang tepat

(Sjaifullah, 1996). Buah manggis yang dikehendaki konsumen, rasanya manis

(kadar gula 18.5%), sedikit asam (kadar asam 0.4%) dengan kadar getah dan air

sedikit (Hadisustrino, 2002). Hasil penelitian Sosrodiharjo (1980) menunjukkan

bahwa keasaman daging buah manggis pada permulaan pertumbuhan terus

meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah, keasaman mencapai tingkat

maksimum, selanjutnya keasaman menurun.

Menurut Sjaifullah (1996) kandungan gula atau padatan terlarut total

merupakan refleksi dari rasa manis yang juga menunjukkan derajat ketuaan atau

kemasakan buah. Kadar gula buah secara kontinyu meningkat sejalan dengan

proses penuaan atau pemasakan.

Antioksidan dan Fenol

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau mencegah

terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid dalam konsentrasi

yang lebih rendah dari substrat yang dapat dioksidasi. Antioksidan bereaksi

dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas untuk

menimbulkan kerusakan. Dalam bahan pangan antioksidan banyak terdapat pada

sayur-sayuran dan buah-buahan, yang salah satunya adalah manggis

(DeMan, 1997). Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif karena

memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya sehingga dapat bereaksi

dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron sel tersebut, dan

mengakibatkan reaksi berantai yang menghasilkan radikal bebas baru

(Ketaren, 1986).

Antioksidan bereaksi dengan radikal bebas dengan cara mengurangi

konsentrasi oksigen, mencegah pembentukan singlet oksigen yang reaktif,

mencegah inisiasi rantai pertama dengan menangkap radikal primer seperti radikal

(25)

radikal menjadi senyawa non-radikal, dan memutus rantai hidroperoksida

(Shahidi, 1997). Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya dikelompokkan

menjadi (Shahidi dan Naczk,1995) :

1. Antioksidan Primer yaitu antioksidan yang bereaksi dengan radikal lipid

berenergi tinggi untuk menghasilkan produk yang memiliki kestabilan

termodinamis lebih baik. Antioksidan golongan fenol seperti Isoflavon

termasuk dalam antioksidan yang memiliki mekanisme ini.

2. Antioksidan sekunder yang juga dikenal dengan antioksidan pencegah

(Preventive Antioxidant) yang dapat memperlambat reaksi inisiasi dengan cara memutus rantai (chain-breaking antioxidant) hidroperoksida. Contoh antioksidan ini yaitu dilauril thiodipropionate dan asam thiodipropionic.

Antioksidan golongan ini adalah antioksidan yang berikatan dengan gugus

thiol.

Beberapa senyawa antioksidan yang sering digunakan saat ini adalah

senyawa turunan fenol dan amina. Antioksidan golongan fenol sebagian besar

terdiri dari antioksidan alam dan sejumlah antioksidan sintesis. Contoh

antioksidan fenol sintetik yang biasa digunakan adalah BHA dan BHT. Kedua

bahan tersebut merupakan senyawa fenol tersubtitusi pada posisi para dan kedua posisi ortho-nya.

Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa

perbedaan struktur antioksidan berpengaruh terhadap daya antioksidan senyawa.

BHT dengan subtituen t-butil pada dua posisi ortho dan para-nya menyumbang aktivitas antioksidan lebih kuat dibanding dengan BHA (Prokarny, 1987).

Senyawa fenol tersubstitusi telah banyak digunakan sebagai antioksidan

(Stuckey,1986). Kerja antioksidan dalam reaksi oksidasi adalah menghambat

terbentuknya radikal bebas pada tahap inisiasi atau menghambat kelanjutan reaksi

berantai pada tahap propagasi dari reaksi autooksidasi.

Antioksidan yang baik adalah senyawa yang mampu membuat radikal

fenol dari antioksidan menjadi lebih stabil. Senyawa turunan fenol tersubtitusi ini

banyak terdapat pada berbagai tumbuhan tropis berupa senyawa turunan polifenol.

Salah satu turunan senyawa polifenol yang lain dan banyak dijumpai pada

(26)

antara lain epicatechin, gallocatechin dan epigallo catechin. Selain itu senyawa

turunan flavon/flavonol juga berkhasiat sebagai antioksidan (Burda, 2001).

Metode uji antioksidan dengan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dipilih karena

metode ini adalah metode sederhana untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari

senyawa bahan alam (Fagliano 1999).

Senyawa yang aktif sebagai antioksidan mereduksi radikal bebas DPPH

menjadi difenil pikril hidrazin (Conforti, 2002). Besarnya aktivitas penangkap

radikal bebas dinyatakan dengan IC50 yaitu besarnya konsentrasi larutan uji yang

mampu menurunkan 50% absorbansi DPPH dibandingkan dengan larutan blanko

(Lannang, 2005). Senyawa fenol yang memiliki bioaktivitas, dan telah banyak

dilaporkan sebelumnya adalah banyak ditemukan pada senyawa xanthone dengan

gugus isopren (Peres dan Nagem 2000

Kulit buah Manggis diketahui mengandung senyawa antioksidan.

Antiproliferatif dan antimicrobial yang tidak ditemui pada buah-buahan lainnya.

Senyawa xanthone meliputi mangostin, mangostenol A, mangostinon A,

mangostinon B, alfa mangostin, mangostanol. Senyawa-senyawa tersebut sangat

bermanfaat untuk kesehatan (Qosim, 2007).

Iswari dan Sudaryono (2007) menyatakan bahwa sifat antioksidan pada

xanthone melebihi vitamin E dan vitamin C. Selain sebagai antioksidan, xanthone

juga bermanfaat sebagai antiploriferativ, antiinflamasi dan antimicrobial. Khasiat

Xanthone dari Kulit buah manggis Xanthone merupakan substansi kimia alami

yang tergolong senyawa polyphenolic. Senyawa xanthone dan derivatnya dapat

diisolasi dari kulit buah manggis (pericarp) dan mengandung 3-isomangostein,

alpha-mangostin, beta- mangostin, gamma-mangostin, garcinone A, garcinone B,

C, dan D, maclurin, mangostenol, catechin, potassium, calsium, posphor, besi,

(27)

14

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel buah yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari pohon manggis, kebun petani di daerah sentra produksi buah manggis

Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor.

Analisis penelitian pasca panen yaitu pengamatan morfologi buah dan ekstraksi

dilakukan di Laboratorium Ekofisiologi, Departemen Agronomi dan Hortikultura

IPB Dramaga, Bogor. Penentuan kadar xanthone kulit manggis dilakukan di

Laboratorium Plant Analysis and Chromatoghrapy. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sampai bulan Januari 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah buah manggis

yang dipanen pada 1 Bulan Setelah Anthesis (BSA), 2, 3 dan 4. Bahan kimia yang

digunakan adalah metanol, etanol 99%, akuades, Vitamin C, asam galat, DPPH

0.4 mM, Folin-Ciocalteus 10% dan Na2CO3 (Natrium Karbonat) 7.5%. Alat yang

digunakan adalah penggaris, timbangan analitik (dua digit dan empat digit), kertas

saring, votexer, waterbath, digital caliper, pisau, blender, erlenmeyer, evaporator,

spektrofotometer dan alat-alat penunjang penelitian lainnya.

Metode Penelitian

I. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen

Analisis statistik dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap

(RAK) faktor tunggal. Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan umur panen buah,

yaitu umur panen buah 1, 2, 3 dan 4 BSA. Setiap perlakuan diulang

3 kali sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari

dari 4 tanaman dan setiap tanaman diambil 20 buah sebagai contoh. Maka buah

(28)

Model linier yang digunakan untuk pengujiannya adalah : Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum αi = pengaruh kelompok ke-i βj = pengaruh ulangan ke-j

εij = pengaruh acak pada kelompok ke-i dan ulangan ke-j

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan excel dan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan

pada hasil pengamatan. Jika hasil uji F menunjukkan perbedaan yang nyata

dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 1%. Selanjutnya untuk melihat hubungan senyawa polifenol terhadap aktivitas

antioksidan maka pada data kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan

dilakukan uji korelasi pada taraf 99%.

II.Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis pada Masa Penyimpanan Buah

Penelitian ini terdiri dari 3 taraf perlakuan umur simpan yaitu buah tanpa

penyimpanan, buah yang disimpan selama 2 dan 4 minggu setelah panen (MSP)

pada suhu kamar. Setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga ada 9 satuan

percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman dan setiap tanaman

diambil 20 buah sebagai contoh. Model linier yang digunakan untuk pengujiannya

adalah :

Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada kelompok ke-i dan ulangan ke-j

µ = nilai tengah umum αi = pengaruh kelompok ke-i βj = pengaruh ulangan ke-j

(29)

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan ecxel dan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan

pada hasil pengamatan. Jika hasil uji F menunjukkan perbedaan yang nyata

dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 1%. Selanjutnya untuk melihat hubungan senyawa polifenol terhadap aktivitas

antioksidan maka pada data kandungan polifenol dan aktivitas antioksidan

dilakukan uji korelasi pada taraf 99%.

Pelaksanaan Penelitian

I. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman manggis yang berumur

± 30 tahun, telah berproduksi, sehat dan sedang berbunga, diambil 12 pohon

secara acak. Pada 12 pohon tersebut dilakukan pelabelan bunga. Setiap pohon

diberi 4 label yang berbeda pada 80 buah yang dipilih sebagai sampel. Label

untuk panen 1, 2, 3 dan 4 BSA. Pemanenan dilakukan pada buah manggis yang

telah diberi label sesuai dengan perlakuan

Pengamatan fisik buah dilakukan sesuai dengan waktu perlakuan.

Parameter yang diamati adalah diameter, morfologi (skor getah kuning kulit dan

skor burik pada kulit), bobot total buah, bobot kulit basah, bobot aril buah, skor

getah kuning aril buah, dan ketebalan kulit.

Kulit buah manggis dari sampel tiap-tiap perlakuan dikeringkan dengan

sinar matahari langsung di udara terbuka lalu ditimbang hingga berat kering kulit

konstan. Lalu dilakukan penghitungan kadar air kulit, kadar air kulit manggis

dihitung dengan menggunakan rumus

.

Kulit manggis yang telah kering kemudian ditumbuk dan diblender

hingga menjadi serbuk yang lebih halus dan dikemas ke dalam plastik. Kulit

manggis yang telah kering lalu dihaluskan menggunakan blender. Setelah halus

kemudian ditimbang sebanyak 10 g. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan

tabung erlenmeyer yang ditutup dengan plastik dan diikat karet agar kedap udara.

(30)

bahan dan methanol 1:1. Sebanyak 10 g sample kulit kering dimaserasi dengan 10

ml methanol selama ± satu minggu pada suhu ruang.

Setelah proses maserasi, bahan ekstrak disaring dengan kain dan kertas

saring dan diperas, residu dari sisa perasan diekstrak kembali dengan methanol

10 ml untuk kemudian dilakukan maserasi kembali selama ± satu minggu pada

suhu ruang. Setelah satu minggu bahan ekstak kembali disaring menggunakan

kain dan kertas saring serta diperas.

Ekstrak yang dihasilkan kemudian dipanaskan dengan menggunakan

waterbath pada suhu 40 °C selama ± 15 menit agar pelarut methanol menguap. Hasil dari penguapan itu akan menjadi crude extract (CE). Kemudian CE dimasukkan ke dalam tube 2 ml dan di simpan dalam freezer untuk selanjutnya hasil ekstrak tersebut dianalisis kandungan fenol dan aktivitas antioksidannya

menggunakan spektrofotometer.

Analisis dilakukan dengan membandingkan senyawa sample fenolik hasil

analisis dengan asam galat sebagai standar. Untuk analisis senyawa fenolik ini

digunakan folin-ciocalteus dengan metode modifikasi dari

Javanmardi et al., (2003) (Lampiran 3). Analisis aktivitas antioksidan pada kulit manggis menggunakan metode DPPH (Rohman dan Riyanto, 2005) (Lampiran 4).

Asam askorbat (vitamin C) digunakan sebagai pembanding dengan hasil analisis.

II. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis pada Masa Penyimpanan Buah

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman manggis yang berumur

± 30 tahun, telah berproduksi, sehat dan sedang berbunga, diambil 12 pohon

secara acak. Pada 12 pohon tersebut dilakukan pelabelan bunga. Setiap pohon

diberi 3 label yang berbeda pada 60 buah yang dipilih sebagai sampel. Label yang

diberikan adalah 0, 2 dan 4 minggu setelah panen (MSP). Pemanenan dilakukan

pada buah manggis yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan.

Buah diatur per baris dan dihamparkan di atas lantai pada suhu kamar

sesuai masing-masing perlakuan. Lama penyimpanan disesuaikan dengan

perlakuan yang dilakukan. Pengamatan fisik buah dilakukan sesuai dengan waktu

(31)

(skor getah kuning kulit dan skor burik pada kulit), bobot total buah, bobot kulit

basah, bobot aril buah, skor getah kuning aril buah, dan ketebalan kulit. Tahap

selanjutnya sama dengan percobaan kadar polifenol dan antioksidan kulit manggis

pada tiap waktu panen dimana dilakukan analisis polifenol dan antioksidan.

Pengamatan Penelitian Pengamatan Kuantitatif Buah Manggis

Bobot buah. Buah hasil pemanenan ditimbang menggunakan timbangan analitik. Satuan bobot buah dinyatakan dalam (g).

Diameter buah. Diameter buah diukur dengan menggunakan jangka sorong manual. Bagian tengah buah secara transversal diukur menggunakan

jangka sorong. Satuan diameter buah dinyatakan dalam (mm).

Tebal kulit. Buah manggis yang telah diukur bobot dan diameter buah lalu dibelah dan dilakukan pengukuran menggunakan jangka sorong. Satuan tebal

kulit dinyatakan dalam (mm).

Bobot kulit basah dan aril buah. Buah manggis yang telah dibelah diukur bobot kult dan aril buahnya menggunakan timbangan analitik. Satuan

untuk bobot kulit basah dan aril buah dinyatakan dalam (g).

Bobot kering kulit. Kulit manggis yang telah dikeringkan melalui penjemuran hingga bobotnya konstan kemudian ditimbang dengan menggunakan

timbangan analitik. Satuan bobot kering kulit buah manggis dinyatakan dalam (g).

Penentuan kandungan senyawa polifenol dan mg asam galat.

Penentuan kapasitas bioaktif polifenol ekstrak kulit buah dilakukan menggunakan

reagen Folin-Ciocalteu dengan metode (modifikasi dari Javanmardi et al. 2003). Analisis senyawa fenolik diawali dengan pembuatan larutan stock solution 1 (SS1) dengan konsentrasi 50 000 ppm sebanyak 2 ml. Larutan SS1 kemudian diencerkan

kembali menjadi larutan SS2 dengan konsentrasi 5 000 ppm sebanyak 2 ml.

Larutan SS2. Dari larutan SS2 kemudian dibuat larutan WS 500 ppm yang diperoleh dari 200 μL larutan SS2 yang kemudian diencerkan menjadi 2 000 μL menggunakan methanol PA yang digunakan sebagai pembanding juga dibuat

larutan WS dengan 4 konsentrasi (ppm) yang berbeda yaitu: 50, 100, 250, dan 500

(32)

tersebut diambil 100 μL lalu kemudian dilakukan analisis menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 765 nm.

Hasil pembacaan spektrofotometer yang dilakukan terhadap setiap

konsentrasi asam galat yang diuji memberikan nilai absorban yang berbeda, hal

yang sama juga terjadi pada pembacaan terhadap konsentrasi sampel kulit

manggis yang diuji. Kemudian nilai absorbansi dan konsentrasi dari asam galat

dimasukkan kedalam grafik persamaan regresi linier. Nilai pada persamaan

regresi linier digunakan untuk menyetarakan kandungan senyawa bioaktif

polifenol pada asam galat. Kandungan senyawa polifenol dinyatakan dalam mg

asam galat(AG)/g crude ekstract (CE) dan mg AG/100 g kulit kering.

Penentuan daya antioksidan ekstrak kulit buah dilakukan dengan

menggunakan metode DPPH. Besarnya nilai antioksidan sample didapat dengan

rumus (Rohman dan Riyanto, 2005):

Daya antioksidan =

Larutan WS untuk analisis dibuat 4 konsentrasi yaitu 10, 20, 30, 40 ppm

dan vitamin C dari 6 konsentrasi yaitu 1, 2, 4, 6, 8, 10 ppm dengan masing-masing diambil sebanyak 100 μL untuk kemudian dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm.

Pengamatan Kualitatif Buah Manggis

Pengamatan kualitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pengukuran getah kuning pada kulit dan daging buah juga pengukuran tingkat

pencemaran burik pada kulit buah. Pengukuran ini dilakukan dengan

menggunakan skoring. Menurut Kartika (2004), scoring getah kuning pada kulit

dan daging buah serta scoring tingkat burik pada kulit buah adalah sebagai

berikut:

1. Getah Kuning pada Kulit Buah

Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering

tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang

(33)

Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran

yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di

permukaan buah.

Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan

membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah,

warna buah menjadi kusam.

2. Getah Kuning pada Aril Buah

Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning

baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah.

Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil).

Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah

satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah

menjadi pahit.

Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring,

di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa

buah menjadi pahit.

Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, di antara

juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah

(34)

21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Perkebunan manggis Leuwiliang termasuk salah satu sentra produksi

manggis dataran rendah di Indonesia. Perkebunan ini terdapat pada ketinggian

lahan 500-550 m dpl dengan topografi miring. Tanaman manggis ditanam dengan

jarak 3 m x 3 m dan berumur ± 30 tahun.

Tanaman manggis ini tumbuh pada tanah podsolik. Tanaman durian,

melinjo, rambutan dan cempedak ditemukan di sekitar tanaman manggis karena

digunakan sebagai tanaman pelindung. Perkebunan ini merupakan perkebunan

milik rakyat yang diusahakan secara tradisional. Kebun berasal dari hutan

sekunder dengan tanaman manggis. Hal ini membuat pohon manggis tidak dapat

berproduksi secara maksimal. Tajuk tanaman yang lebat mengurangi intensitas

sinar matahari sehingga menghambat proses fotosintesis.

Gambar 2. Areal Kebun Manggis di Leuwiliang

I. Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Tiap Waktu Panen Karakter Permukaan Kulit Buah

Gejala getah kuning merupakan masalah fisiologi utama pada tanaman

manggis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian getah kuning pada

permukaan kulit buah dengan skor tertinggi ditemukan pada umur panen buah

3 bulan setelah anthesis (BSA) yaitu 3.54. Skor getah kuning kulit mendekati nilai

(35)

yang telah mengering dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning pada

permukaan buah.

Gambar 3.Buah Manggis yang Terserang Getah Kuning

Skor getah kuning terendah ditemukan pada umur buah 1 BSA dengan

skor getah kuning mendekati nilai tiga yaitu 2.87 yang berarti kulit buah mulus

dengan 6-10 tetes getah kuning yang telah mengering dan warna buah secara

keseluruhan tidak berubah. Pada umur buah 2 dan 4 BSA skor getah kuning kulit

3.03 dan 3.33 (Gambar 3). Buah manggis yang terkena getah kuning pada bagian

luar kulit buahnya juga memiliki skor burik cukup tinggi yaitu 3.14. Hal ini

menunjukkan bahwa pada bagian kulit luar buah manggis, tertutup burik hingga

setengah permukaan buah.

Tabel 4.Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit

Pemanenan (BSA) Getah Kuning Kulit Burik Getah Kuning Aril

1 2.87 c 2.38 b 1.00 c

2 3.03 c 3.03 a 1.06 b

3 3.54 a 3.14 a 1.04 bc

4 3.33 b 2.46 b 1.13 a

Uji F ** ** **

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 1%

Tingkat kejadian serangan getah kuning dan burik pada kulit meningkat

hingga pemanenan buah 3 BSA kemudian berkurang pemanenan buah 4 BSA,

sedangkan serangan getah kuning pada aril tertinggi terjadi pada perlakuan panen

(36)

1.00 yang berarti aril putih bersih dan tidak terdapat getah kuning diantara aril

dengan kulit (Tabel 4).

Berbagai dugaan dan fenomena munculnya getah kuning pada manggis

masih diperdebatkan. Apabila getah kuning tersebut masuk ke dalam daging buah

maka daging buah menjadi transparan dan rasanya pahit (Verheij and

Coronel, 1992). Getah kuning seringkali juga ditandai sebagai bintik kuning pada

permukaan kulit buah sehingga mempengaruhi kualitas buah khususnya

penampakan buah. Dari penelitian Dorly et al. (2008) diketahui bahwa getah kuning yang mengotori aril maupun yang mengotori kulit buah, senyawa

kimianya sama dengan getah kuning yang terdapat dalam perikarp buah, dalam

kulit batang dan dalam aril muda.

Kerusakan buah manggis juga ditandai oleh bekas tusukan kecil atau

goresan (Martin, 1980). Keluarnya getah kuning diduga disebabkan karena

gangguan mekanis maupun serangan hama dan merupakan mekanisme pertahanan

diri buah manggis karena luka oleh serangan serangga, bakteri dan patogen

(Harborne, 1988; McGarvey dan Croteau, 1995). Keluarnya getah kuning juga

diduga disebabkan oleh pengairan yang berlebihan setelah kekeringan

(Verheij and Coronel, 1992).

Pertumbuhan dan Perkembangan Buah

Bobot buah menunjukkan ukuran buah, semakin besar bobot buah maka

semakin besar juga bobot aril+biji, bobot kulit basah dan bobor kulit kering.

Bobot buah terbesar dimiliki oleh perlakuan panen 3 BSA yaitu sebesar 70.49 g

tetapi tidak berbeda nyata dengan buah pada perlakuan panen 4 BSA.

Bobot buah terkecil terdapat pada perlakuan panen 1 BSA yaitu sebesar

22.60 g. Bobot kulit terbesar terdapat pada perlakuan panen 4 BSA yaitu sebesar

46.06 g tetapi tidak berbeda nyata dengan pelakuan panen 3 BSA. Bobot kulit

terkecil terdapat pada 1 BSA yaitu 14.64 g. Bobot aril+biji terbesar terdapat pada

perlakuan panen 3 BSA yaitu sebesar 20.26 g. Bobot aril + biji terkecil terdapat

(37)

Tabel 5. Bobot Buah, Bobot Aril+Biji, Bobot Kulit Basah (KB), Bobot Kering

perlakuan panen 1 BSA hingga 4 BSA, sementara bobot kering kulit mengalami

peningkatan bobot secara nyata hingga perlakuan panen 3 BSA lalu menurun pada

perlakuan panen 4 BSA

Rata-rata diameter buah terbesar terdapat pada perlakuan panen 4 BSA

yaitu sebesar 51.73 mm walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan panen

3 BSA, sedangkan rata-rata diameter buah terkecil terdapat pada umur buah

1 BSA yaitu 31.42 mm (Tabel 6). Buah manggis pada perlakuan panen 2 BSA

memiliki ketebalan perikarp paling tinggi yaitu 9.22 mm. Sementara pada

perlakuan panen 4 BSA ketebalan perikarp berada pada titik terendah, yaitu

(38)

Tabel 6. Diameter Buah dan Tebal Kulit

Pemanenan (BSA) Diameter Buah Tebal Kulit

---mm---

1 31.42 c 8.00 b

2 45.32 b 9.22 a

3 51.57 a 8.43 b

4 51.73 a 6.04 c

Uji F ** **

Diameter buah manggis terus meningkat dari perlakuan panen 1 BSA

hingga perlakuan panen 3 BSA, karena terjadi pembesaran dan peningkatan

jumlah sel, kemudian pada perlakuan panen 4 BSA terjadi peningkatan diameter

yang tidak signifikan dimana periode ini merupakan pematangan buah.Ketebalan

kulit manggis terus berkurang dari perlakuan panen 2 BSA hingga perlakuan

panen 4 BSA. Hal ini diduga karena pembelahan sel pada perikarp yang

berlangsung cepat hanya terjadi pada awal periode kemudian pertumbuhan lebih

diarahkan untuk pembentukan aril daripada perikarp. Menurut Simmond (1966),

hal ini terjadi karena selulosa dan hemiselulosa dalam kulit pada periode

pemasakan diubah menjadi zat pati.

Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis

Penggunaan asam galat sebagai pembanding dalam analisis kadar

polifenol kulit buah manggis bertujuan agar hasil pengukuran total senyawa

fenolik dapat dinyatakan dalam satuan mg asam galat ekuivalen. Kurva standar

(39)

Gambar 4. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Absorbansi pada Standar Asam Galat

Perlakuan pemanenan setiap umur buah setelah anthesis memiliki

rendemen yang berbeda-beda. Perlakuan pemanenan 1 BSA mempunyai

rendemen 5.5% dari 100 g kulit manggis kering yang diekstrak, pemanenan

Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot asam galat tidak berbeda

nyata antar perlakuan pemanenan. Rata-rata kadar polifenol pada kulit buah

manggis pada perlakuan pemanenan 1 BSA berangsur-angsur menurun hingga

(40)

y = 15.699x - 15.991

Perlakuan pemanenan 4 BSA mempunyai kadar polifenol tertinggi yaitu setara

dengan 167.43 mg AG/g CE atau setara dengan 16.21 mg AG/10 g kulit kering.

Sedangkan perlakuan pemanenan 2 BSA memiliki kadar polifenol terendah yaitu

setara dengan 134.13 mg AG/g CE atau setara dengan 10.18 mg AG/10 g kulit

kering. Hal ini dapat dijelaskan menurut Awad et al. (2001) akumulasi antosianin kulit apel pada awal pertumbuhan relatif tinggi dan berangsur-angsur menurun

hingga mencapai titik tetap selama pertumbuhan buah kemudian mulai meningkat

pada saat mendekati tahap pematangan buah.

Kurva standar asam askorbat beserta persamaan liniernya dapat dilihat

pada Gambar 5. Nilai b yang positif yaitu 15.699 pada kurva standar vitamin C

memiliki arti bahwa kurva standar merupakan kurva peningkatan. Koefisien b

merupakan kemiringan garis yang menyatakan perubahan rata-rata variable y

untuk setiap perubahan variabel x sebesar satu satuan (Gomez dan Gomez, 2007).

Gambar 5. Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Persen Inhibisi Antioksidan pada Standar Vitamin C (Asam Askorbat)

Asam askorbat mempunyai nilai IC50 yang kecil yaitu 2.16, karena itu

dapat dikatakan bahwa asam askorbat memiliki kapasitas antioksidan yang sangat

kuat. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat

jika nilai IC50 kurang dari 50, kuat untuk IC50 bernilai 50-100, sedang jika IC50

(41)

Kapasitas antioksidan pada perlakuan pemanenan 1 BSA adalah 30.54

mengalami penurunan yang tidak nyata pada 2 BSA menjadi 31.05 dan kembali

mengalami penurunan pada 3 BSA menjadi 33.07. Pada 4 BSA kapasitas

antioksidan kembali meningkat menjadi 26.7 hal ini kemungkinan dipengaruhi

oleh jumlah senyawa polifenol yang cukup banyak yaitu sebesar

16.21 mg AG/10 g kulit kering (Tabel 7) dan jenis senyawa polifenol pada kulit

manggis yang memiliki kemampuan antioksidan terhadap radikal bebas dari

DPPH berjumlah cukup banyak.

Aktivitas antioksidan pada tiap perlakuan panen memiliki nilai IC50 kurang

dari 50, hal ini berarti kemampuan antioksidan yang dimiliki sangat kuat. Namun

aktivitas antioksidan dari keempat ekstrak kulit manggis perlakuan panen lebih

lemah dibandingkan dengan vitamin C (asam askorbat) dengan IC50 sebesar 2.16

ppm.

Korelasi antara Kadar Polifenol dan Kapasitas Antioksidan

Kadar polifenol yang setara dengan asam galat per g CE dan kadar

polifenol per 10 g kulit kering manggis, memiliki hubungan yang sangat erat dan

berkorelasi positif dan nyata secara statistik yaitu sebesar 0.84 (Tabel 8). Dapat

diartikan bahwa dengan semakin meningkatnya kandungan polifenol per g CE

maka kandungan polifenol per 10 g kulit kering juga akan meningkat.

Kadar polifenol per g CE dan kadar polifenol per 10 g kulit kering

memiliki korelasi yang negatif dengan konsentrasi kapasitas antioksidan untuk

mencapai IC50 (Tabel 8) masing-masing sebesar -0.53 dan -0.54, walaupun secara

statistik tidak nyata. Jadi dapat diartikan bahwa peningkatan kandungan senyawa

polifenol per g CE dan per 10 g kulit kering manggis akan menurunkan nilai

konsentrasi (ppm) antioksidan untuk mencapai IC50 yang berarti kemampuan

antioksidan yang dimiliki semakin kuat. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Zheng dan Wang (2001) bahwa aktivitas antioksidan memiliki korelasi dengan

(42)

Tabel 8. Korelasi antara Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan Kulit Manggis

Kadar Polifenol Kandungan Polifenol IC50 (ppm)

(mg AG/ g CE) (mg AG/ 10 g KK)

(mg AG/ g CE) 1.00 0.84* -0.53

(mg AG/ 10 g KK) 0.84* 1.00 -0.54

Keterangan : * : nyata berkolerasi pada taraf kepercayaan 95% ** : nyata berkolerasi pada taraf kepercayaan 99%

(mg AG/g CE), (mg AG/10 g KK), dan (ppm) : satuan yang digunakan oleh masing- masing peubah ketika dianalisis korelasi

II.Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis Pada Penyimpanan Karakter Permukaan Kulit Buah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kejadian getah kuning pada

permukaan kulit buah tanpa penyimpanan sebesar 3.33 Skor getah kuning kulit

mendekati nilai empat yang berarti kulit buah kotor karena tetesan getah kuning

dan bekas aliran yang telah mengering dan membentuk jalur-jalur berwarna

kuning pada permukaan buah. Skor getah kuning kulit terendah ditemukan pada

lama penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 2.11 yang berbeda nyata dengan

penyimpanan 2 minggu yang mempunyai skor 2.53 (Tabel 9).

Tabel 9. Skoring Getah Kuning Kulit, Getah Kuning Aril dan Burik Kulit Pada Penyimpanan

Skor burik mengalami peningkatan pada tiap perlakuan penyimpanan.

Pada penyimpanan 0 minggu skor burik sebesar 2.46, kemudian naik kembali

menjadi 2.70 dan mencapai skor tertinggi pada penyimpanan 4 minggu yaitu 2.93.

(43)

hingga menutupi setengah permukaan buah (± 50%) dan warna buah menjadi

kusam.

Getah kuning aril pada penyimpanan 4 MSP berbeda sangat nyata dengan

getah kuning aril buah tanpa penyimpanan maupun penyimpanan 2 minggu.

Tingkat kejadian serangan getah kuning terendah ditemukan pada buah tanpa

penyimpanan dengan skor mendekati satu yaitu 1.13 yang berarti aril putih bersih

dan tidak terdapat getah kuning diantara aril dengan kulit. Pada penyimpanan

2 minggu skor getah kuning aril sebesar 1.36 dan berbeda sangat nyata baik denga

perlakuan tanpa penyimpanan maupun penyimpanan 4 minggu. Manggis dengan

penyimpanan 4 minggu memiliki tingkat kejadian serangan tertinggi yaitu lima,

hal ini berarti terdapat gumpalan getah kuning baik pada juring maupun diantara

juring sehingga buah menjadi pahit, aril berwarna bening dan menjadi susah

dipisahkan dari kulitnya (Tabel 9). Pada umur simpan ini juga ditemukan

beberapa buah manggis yang arilnya maupun kulitnya telah berubah warna

menjadi hitam dan membatu. Pengerasan adalah merupakan proses kemunduran

fisiologis yang dapat diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas metabolisme, yaitu

respirasi. Air yang dilepaskan dari aktifitas respirasi ini menyebabkan produk

dengan mudah mengalami dehidrasi dan berakibat pada pengerasan kulit buah

(Tongdee dan Sawanagul, 1989).

Indriyani et al (2002) menyatakan bahwa penyebab terjadinya getah kuning dalam aril buah manggis diperkirakan dipengaruhi oleh unsur Ca dan Mg.

Peranan Ca dan Mg terhadap getah kuning di dalam buah manggis dapat

dijelaskan melalui fungsinya sebagai unsur yang dapat mempertahankan integritas

dinding sel sehingga tidak mudah pecah oleh pengaruh lingkungan yang tidak

menguntungkan seperti curah hujan yang tinggi. Sel tumbuhan diyakini akan

berfungsi optimal pada tingkat turgiditas tertentu. Jika tekanan internal sel (turgor)

melampaui batas elastisitas dinding sel misalnya oleh pengaruh penyerapan air,

maka sel tersebut akan pecah.

Adanya Ca dapat memperkuat dinding sel pada pericarp buah manggis

sehingga dapat menekan keluarnya getah kuning di dalam buah. Defisiensi Ca

dapat menyebabkan pecahnya struktur membran karena kehilangan senyawa yang

(44)

(Tisdale et al., 1985). Daging buah rusak ditandai dengan berubahnya warna daging buah dari putih seperti susu menjadi bening dan berubahnya tekstur buah

dari lunak menjadi renyah Munculnya getah kuning setelah panen akibat

penanganan panen yang kurang baik sejak pemetikan buah sampai ke konsumen

(Gunawan, 2007).

Karakter Buah

Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot buah terbesar dimiliki oleh

perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 69.92 g (Tabel 10). Bobot buah

terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 34.88 g.

Bobot basah kulit terbesar terdapat pada perlakuan penyimpanan 0 minggu yaitu

sebesar 46.06 g dan berbeda sangat nyata dengan pelakuan penyimpanan

2 minggu dan perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu masing-masing 30.42 dan

25.82 g. Bobot kering kulit terkecil terdapat pada perlakuan penyimpanan

4 minggu yaitu 10.93 g. Bobot aril+biji terbesar terdapat pada perlakuan

penyimpanan 0 minggu yaitu sebesar 19.94 g sedangkan bobot aril + biji terkecil

terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 10.93 g.

Tabel 10. Bobot Buah, Bobot Aril+Biji, Bobot Kulit Basah (KB), dan Bobot

perlakuan penyimpanan 4 minggu. Bobot buah manggis terus mengalami

penurunan,pada perlakuan lama penyimpanan 0 minggu bobot manggis sebesar

(45)

menurun menjadi 34.88 g pada penyimpanan 4 minggu. Respon yang sama

ditunjukkan oleh peubah-peubah lain yaitu bobot aril+biji, bobot basah kulit dan

bobot kering kulit (Gambar 8). Selama penyimpanan yang disebabkan terjadinya

pelepasan air ke lingkungan akibat proses respirasi yang dapat menyebabkan

kerusakan pada buah. Penyusutan bobot buah selama penyimpanan disebabkan

oleh proses respirasi dan hilangnya air dari buah melalui proses transpirasi

(Kader, 1992).

Rata-rata diameter buah terbesar terdapat pada perlakuan tanpa

penyimpanan yaitu sebesar 51.73 mm sedangkan rata-rata diameter terendah

terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu sebesar 32.57 mm

(Tabel 11). Hal yang sama juga terjadi untuk peubah tebal perikarp dimana

perlakuan tanpa penyimpanan memiliki rata-rata tebal perikarp 5.22 mm dan yang

terendah terdapat pada perlakuan penyimpanan 4 minggu yaitu 4.28 mm.

Tabel 11. Diameter Buah dan Tebal Kulit pada Penyimpanan

Penyimpanan (MSP) Diameter Buah Tebal Kulit

---mm---

0 51.73 a 5.22 a

2 35.35 b 4.93 b

4 32.57 c 4.28 c

Uji F ** **

Semakin lama masa penyimpanan, diameter kulit manggis juga semakin

menyusut. Hal yang sama juga terjadi pada ketebalan perikarp (Gambar 9). Hal ini

terjadi karena Buah manggis yang telah dipanen walaupun telah dipisahkan dari

inangnya namun tetap menunjukkan aktivitas hidup. Suplai energi masih

dibutuhkan untuk menjaga tetap berfungsinya komponen sistem metabolisme.

Energi yang diperoleh merupakan hasil dari kegiatan respirasi. Laju respirasi buah

merupakan indikator yang digunakan sebagai petunjuk terhadap potensi umur

simpan.

Intensitas respirasi merupakan ukuran kecepatan reaksi proses

metabolisme serta berkaitan dengan umur simpan produk. Proses respirasi

kecepatan tinggi mengakibatkan umur simpan yang pendek. Peningkatan tersebut

(46)

dengan kondisi ruang penyimpanan. Suhu awal buah dan panas lapang

menyebabkan produk memiliki kecepatan respirasi yang tinggi (Pantastico, 1984).

Kadar Polifenol dan Antioksidan Kulit Manggis

Rata-rata bobot crude ekstrak berbeda pada tiap perlakuan penyimpan

dimana pada penyimpanan 0 minggu didapat nilai 8.10 g/100 g kulit kering. Pada

perlakuan penyimpanan 2 minggu nilai rendemen yang dihasilkan adalah 8.16 dan

pada perlakuan penyimpanan 4 minggu nilai rendemen naik menjadi 9.70

(Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kandungan Polifenol dan Kapasitas Antioksidan

Berdasarkan hasil sidik ragam rata-rata bobot asam galat mengalami

penurunan yang nyata dari 167.43 mg AG/g CE atau setara dengan 16.21 mg

AG/10 g kulit kering pada perlakuan tanpa penyimpanan menjadi 91 mg AG/g CE

atau setara dengan 7.23 mg AG/10 g KK pada perlakuan penyimpanan 2 minggu.

Pada penyimpanan 4 minggu bobot asam galat meningkat menjadi 93.81 mg AG/g

CE atau setara dengan 7.38 mg AG/10 g KK namun tidak berbeda nyata dengan

penyimpanan 2 minggu (Tabel 12). Diduga tingginya respirasi selama

penyimpanan mempengaruhi kadar total asam pada buah. Menurut

Kliewer (1971) pada pemasakan, asam-asam organik membentuk garam yang

membantu menaikkan padatan terlarut dan menurunkan kadar total asam.

Kapasitas antioksidan pada perlakuan tanpa penyimpanan adalah

26.70 ppm mengalami penurunan kemampuan menangkap radikal bebas yang

nyata pada penyimpanan 2 minggu menjadi 29.66 ppm dan kembali mengalami

Gambar

Gambar 1. Buah Manggis (A) Buah Manggis Siap Konsumsi, (B) Kulit Buah Manggis
Tabel 1.  Ukuran Berat dan Lingkar Buah untuk Ekspor
Tabel 2.Tingkat Kematangan Buah Manggis
Tabel 3.  Persyaratan Mutu Buah Manggis
+7

Referensi

Dokumen terkait

With the help of the proposed assessment method based on information entropy, it is possible for us to quantitatively evaluate the quality of different

mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida

Penulis berharap dengan adanya Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Alat Transportasi (truk) ini mampu menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6

In this study, Indonesian oil palm EFB was pyrolysed under different condition in a midle-scale of slow pyrolysis to produce bio-oil and the products obtained were

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Aktivitas Antioksidan, Tekstur dan

Legal Stephen Porter sporter@ciel.org.. This also means that the downtown area is quite small and it is possible to walk from one destination to the next. The COP15 is located at

Pembelajaran yang telah diterapkan kurang dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep, oleh karena itu, siswa harus menguasai dan memahami konsep- konsep matematika

Adapun permasalahan yang ada di Koridor Jalan Jenderal Sudirman yaitu mulai dari kurangnya ruang terbuka (open space) seperti jalur hijau jalan dan pulau