• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Zink ASI

Dalam dokumen 1. Keadaan Umum Lokasi 1.1. Geografi (Halaman 34-38)

5. Kadar Zink dan Besi ASI

5.1. Kadar Zink ASI

ASI merupakan cairan kompleks yang mengandung berbagai unsur penting yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin larut air, vitamin larut lemak, mineral dan sel-sel epitel. Konsentrasi (kadar) zat gizi dalam berbagai penelitian yang dikumpulkan oleh Committee on Nutrition (1985) menyatakan adanya variasi kadar gizi ASI. Perbedaan-perbedaan yang mempengaruhi kadar gizi ASI antara lain perbedaan lama kehamilan, intik pangan, cadangan gizi dan perubahan penggunaan zat gizi berdasarkan karakteristik hormon saat menyusui. Secara umum kadar gizi ASI tinggi saat lahir dan akan berkurang selama periode laktasi. Kadar zink dalam ASI ibu menyusui disajikan pada Tabel 44.

Tabel 44. Kadar Zink ASI pada Ibu Menyusui (mg/L) Waktu

Pengamatan

Perlakuan (n = 27) Kontrol (n =29) Total (n =56) Sig Sebelum 2,19 ± 1,44 2,32 ± 1,75 2,26 ± 1,59 0,75 Setelah 3,81 ± 1,95 4,41 ± 2,74 4,12 ± 2,39 0,35 Selisih 1,62 ± 2,87 2,09 ± 3,24 1,86 ± 3,05 0,57

Dari Tabel 44 terlihat bahwa secara umum kadar zink ASI sebelum intervensi relatif sama antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yaitu berada pada kisaran 2,19 ± 1,44 mg/L sampai dengan 2,32 ± 1,75 mg/L dengan rata-rata 2,26 ± 1,59 mg/L. Kadar ini relatif sama dengan zink ASI ibu yang mendapat biskuit fortifikasi zink ketika hamil yaitu berkisar 2,11 - 2,18 mg/L dalam studi Nasution. A, (2003) dan studi Fung. E, et al (1997) pada ibu yang menyusui eksklusif di California yaitu 2,20 mg/L. Kadar zink ASI dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan rata-rata zink ASI yang dikemukakan Committee on Nutrition (1985) yaitu 1,2 ± 0,2 mg/L dan yang dikemukakan oleh Suharyono (1990) yaitu 1,59 ± 0,84 µg/ml pada ibu menyusui di Indonesia. Hasil uji statistik kadar

zink ASI sebelum dan setelah intervensi menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05).

Beberapa studi yang menunjukkan kadar zink ASI yang lebih rendah dibanding kadar zink ASI sebelum intervensi dalam penelitian ini adalah studi Dorea. J.G (2002) yaitu 1 mg/L pada ibu di Amerika dengan umur penyusuan 6 bulan, studi Krebs. N (1998) yaitu 1 mg/L pada ibu menyusui di Amerika dengan umur penyusuan 2 – 3 bulan, studi Pambudi. J, et al (1999) pada ibu menyusui di Kabupaten Bogor dan Sukabumi yaitu 0,91 – 1,07 µg/ml, dan studi Casey et al (1989) dalam ACC/SCN (1991) yaitu 1 – 1,5 mg/L dengan umur penyusuan 3 bulan. Sebaliknya studi yang menunjukkan kadar zink ASI yang lebih tinggi dibanding kadar zink ASI dalam penelitian ini adalah studi Awadi Al (2000) di Kuwait yang mendapati kadar zink ASI pada ibu dengan umur penyusuan 0 – 6 bulan adalah 3,2 ± 0,12 mg/L, studi Walraven, et al (2002) dan Krebs (2002) yaitu kadar zink ASI 2 - 3 mg pada umur penyusuan 2-3 bulan. Dari beberapa studi ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar zink ASI pada ibu menyusui.

Kadar zink ASI pada saat melahirkan tinggi dan semakin menurun dengan bertambahnya umur penyusuan (Lonnerdal, 2003). Adanya suplementasi zink dapat memberikan pengaruh yang bervariasi. Dalam penelitian ini fortifikasi zink pada mie instan selama 4 bulan meningkatkan kadar zink ASI. Krebs et al (1985) dalam ACC/SCN (1991) juga menemukan bahwa suplementasi zink 13 mg/hari berpengaruh terhadap kadar zink ASI setelah 6 bulan. Karra et al (1989) dalam ACC/SCN (1991) juga mengemukakan adanya pengaruh suplementasi Zn 50 mg/hari terhadap zink ASI setelah 34 hari. Kenaikan kadar zink ASI setelah intervensi yang dinyatakan dalam persentase disajikan pada Gambar 14.

73.97 90.09 82.3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 kenaikan kadar Zn ASI (%)

perlakuan kontrol total

perlakuan kontrol total

Gambar 14. Kenaikan Kadar Zink ASI Ibu Setelah Intervensi (%)

Dari Gambar 14 terlihat bahwa kenaikan kadar zink ASI lebih tinggi pada kelompok kontrol daripada kelompok perlakuan. Kenaikan kadar zink ASI yang lebih tinggi pada kelompok kontrol dibanding kelompok perlakuan disebabkan lebih baiknya konsumsi pangan sumber protein dan sumber zink pada ibu kelompok kontrol daripada kelompok perlakuan (Tabel 46 dan 48). Pada kelompok kontrol konsumsi zink yang berasal dari pangan diluar mie instan pada awal intervensi adalah 6,1 ± 1,4 mg/hari (42 % AKG) sedangkan kelompok perlakuan 4,8 ± 1,6 mg/hari (34% AKG); pada akhir intervensi konsumsi zink pangan pada kelompok kontrol adalah 6,7 ± 2,0 mg/hari (48% AKG) dan kelompok perlakuan 6,5 ± 1,4 mg/hari (45% AKG). Selain konsumsi zink pangan yang lebih tinggi pada kelompok kontrol, konsumsi pitat yang menghambat absorpsi zink juga lebih tinggi pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol sehingga jumlah zink terabsorpsi yang berasal dari pangan diluar mie instan lebih tinggi pada kelompok kontrol daripada kelompok perlakuan. Zink terabsorpsi awal intervensi pada kelompok kontrol adalah 2,08 mg dan akhir intervensi 2,86 mg; sedangkan pada kelompok perlakuan awal intervensi 1,58 mg dan akhir intervensi 2,25 mg (Tabel 47). Konsumsi pitat yang menghambat absorpsi zink berasal dari biji-bijian, kacang-kacangan dan serealia.

Bentuk kimia senyawa zink dalam mie instan adalah zink oksida yang bersifat tidak larut dalam air sehingga bioavailabilitas dan absorpsinya rendah. Adanya fortifikasi zink dengan senyawa zink oksida pada mie instan mengakibatkan absorpsi zink pada kelompok perlakuan relatif rendah. Disamping itu intik zink yang berasal dari pangan diluar mie instan lebih besar pada kelompok kontrol sehingga kadar zink ASI lebih tinggi pada kelompok kontrol daripada zink ASI kelompok perlakuan.

Zink dilepaskan dari makanan sebagai ion bebas pada proses pencernaan dan diangkut ke membran basolateral enterocyt menuju sirkulasi darah portal. Sistem portal ini membawa zink yang diabsorpsi ke hati dan dari hati dibagi ke berbagai jaringan. Pengangkut utama zink dalam plasma adalah albumin dan α2 macroglobulin sehingga protein sangat mempengaruhi transport zink. Mekanisme pengaturan kadar zink dalam ASI yaitu zink yang berasal dari serum ibu akan dibawa ke kelenjar payudara untuk selanjutnya disintesis bersama dengan pembentukan air susu ibu. Sekresi zink dalam ASI sangat kompleks dan berhubungan dengan protein susu tertentu. Transporter ZnT-4 di kelenjar payudara berhubungan dengan sekresi zink ke ASI. Adaptasi ibu terhadap kebutuhan zink yang tinggi selama laktasi yaitu pada saat keluarnya zink endogenus dari usus dan ginjal, mobilisasi dan redistribusi dari pool zink tubuh mempengaruhi kadar zink dalam ASI. Intik kalsium pangan yang umumnya rendah di negara berkembang juga dapat mempengaruhi ketersediaan zink untuk disekresi dalam ASI. Zink di uptake oleh kelenjar payudara melalui ZTL1, Z1P1 dan Z1P4, sedangkan pengiriman ke ASI diatur oleh ZnT2 dan ZnT4 (Domeklof, 2004). Rendahnya kadar zink dalam ASI juga dapat disebabkan gangguan dalam transfer zink dari serum ibu ke payudara karena terganggunya pengangkut zink. Pada keadaan defisiensi zink berat terjadi mutasi dalam ZnT-4 yang dihasilkan kelenjar payudara. Mutasi ZnT-4 dapat mengakibatkan kadar zink ASI menjadi rendah (Krebs et al, 1994).

Sejumlah studi cross sectional dan longitudinal menunjukkan tidak konsistennya korelasi antara intik zink pangan ibu dengan kadar zink ASI. Pemberian zink suplemen pada ibu di Peru setiap hari selama hamil dan minggu pertama laktasi menunjukkan tidak ada pengaruhnya terhadap zink kolostrum atau zink pada ASI 1 bulan atau ASI 3 bulan. Sementara hasil studi di Honduras dan

Swedia pada ibu menyusui menunjukkan bahwa perbedaan kadar zink ASI lebih disebabkan oleh perbedaan volume ASI daripada perbedaan zink plasma ibu (Domeklof, 2004). Selain itu pengamatan kadar zink ASI dan status zink ibu pada ibu gizi kurang dengan ibu gizi baik mengemukakan tidak ada perbedaan signifikan kadar zink ASI antara ibu gizi kurang dengan ibu gizi baik (Krebs N, 1998). Dalam penelitian ini juga terlihat tidak ada pengaruh mie instan fortifikasi terhadap kadar zink ASI dimana setelah intervensi peningkatan kadar zink terbesar terdapat pada kelompok kontrol yaitu 2,09 ± 3,24 mg/l, sedangkan pada kelompok perlakuan hanya 1,62 ± 2,87 mg/l. Berdasarkan konsumsi zink pangan, zink terabsorpsi, konsumsi protein yang lebih tinggi pada kelompok kontrol dibanding kelompok perlakuan, dan bentuk kimia senyawa zink dalam mie instan maka jelas mengapa kadar zink ASI pada kelompok kontrol lebih tinggi daripada kelompok perlakuan.

Dalam dokumen 1. Keadaan Umum Lokasi 1.1. Geografi (Halaman 34-38)

Dokumen terkait