BAB II LANDASAN TEORI, KAJIAN PUSTAKA, DAN KERANGKA
A. Landasan Teori
5. Kaidah Kebahasaan Teks Prosedur
Selain struktur teks, kaidah kebahasaan juga penting sebagai unsur pembentuk kalimat dalam penulisan teks prosedur. Penyusunan teks prosedur perlu memperhatikan beberapa kaidah kebahasaan agar menghasilkan teks yang sesuai dengan ketentuan, sehingga terbentuklah sebuah teks prosedur. Menurut Kosasih (2014: 71) kaidah kebahasaan dalam penulisan teks prosedur dijelaskan sebagai berikut.
17 a. Kalimat
Berdasakan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat yang digunakan pada teks prosedur terbagi menjadi tiga bagian, yaitu.
1) Kalimat imperatif
Ciri yang pertama ialah menggunakan kalimat imperatif atau kalimat yang memuat perintah. Kalimat imperatif bisa juga diartikan sebagai teks yang menggunakan kalimat anjuran dan larangan. Kalimat imperatif bisa berupa kalimat yang bersifat memerintah, mengharuskan, melarangan dan memberi saran, misalnya “Masukkan ayam dan udang ke dalam wajan” atau berarti dalam teks tersebut diinstruksikan untuk mengikuti pernyataan yang diberikan. Kalimat imperatif biasanya ditandai dengan adanya tanda seru (!) yang menjadi ciri khas kalimat perintah. Penggunaan kata perintah ini akan membuat pembaca seakan-akan diperintah untuk melaksanakan apa yang ada didalam teks agar dapat mencapai tujuan dari teksnya. Kata kerja imperatif biasanya berupa akhiran – kan, –i dan partikel –lah.
2) Kalimat deklaratif
Ciri yang selanjutnya ialah kalimat deklaratif atau kalimat yang berisi pernyataan. Kalimat ini berfungsi sebagai kalimat yang memberikan pernyatan atau kalimat yang menambahkan informasi lebih lanjut. Tanda baca titik (.) biasanya digunakan dalam kalimat
18
ini untuk mengakhiri sebuah kalimat tersebut. Umumnya, kalimat deklaratif diterapkan pada kalimat pernyataan awal sebelum teks prosedur membahas tentang langkah-langkah melakukan sesuatu.
Kalimat ini berisi informasi satu arah yang bertujuan untuk memberi tahu tentang sesuatu hal kepada pembacanya. Meskipun demikian, informasi yang ditulis dalam kalimat ini juga bisa disampaikan oleh pihak kedua, ketiga dan selanjutnya.
3) Kalimat interogatif
Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung pertanyaan. Kalimat interogatif digunakan untuk mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan. Jika dilihat dari jenis respon yang diharapkan, kalimat interogatif didefinisikan sebagai kalimat yang dibuat untuk menghasilkan respon berupa jawaban. Kalimat interogatif merupakan kalimat yang umumnya kata tanya dengan ditandai adanya tanda tanya (?). Kata tanya ini didasarkan pada 5W+1H misalnya pada kalimat “Bagaimana cara membuat nastar tanpa menggunakan telur?”. Sedangkan teks prosedur sendiri merupakan teks yang menguraikan tahapan dalam membuat atau melakukan sesuatu. Jadi contoh kalimat interogatif dalam teks prosedur bisa memakai how (bagaimana) atau berarti digunakan untuk menanyakan langkah-langkah pembuatan atau tata cara membuat nastar tersebut.
19 b. Konjungsi
Kaidah penyusunan teks prosedur selanjutnya ialah menggunakan kata konjungsi atau penghubung. Menurut Chaer (2011: 5)istilah yang menghubungkan satu kata dengan kata lain disebut konjungsi. Frasa dengan frasa, klausa dengan klausa dan paragraf dengan paragraf.
Konjungsi yang digunakan dalam teks prosedur terbagi menjadi empat diantaranya sebagai berikut.
1) Konjungsi persyaratan
Konjungsi persyaratan ialah kata penghubung yang menyatakan kondisi. Artinya konjungsi persyaratan ini digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan jika suatu hal terjadi karena adanya syarat yang dipenuhi. Contohnya seperti jika, andai bila, kalau, asalkan.
2) Konjungsi temporal
Kata penghubung yang menggambarkan keterangan waktu disebut sebagai konjungsi temporal. Konjungsi temporal ini berfungsi sebagai alat urutan waktu sekaligus sebagai acuan urutan sebuah kronologis. Dengan kata lain, konjungsi temporal adalah kata penghubung yang menjelaskan urutan secara bertahap (Widaningsih, 2019: 76). Hartono (2012: 131) juga mengemukakan bahwa konjungsi temporal berarti konjungsi berurutan yang menggambarkan urutan suatu tindakan atau kegiatan. Misalnya
20
seperti, kemudian, lalu, setelah itu, selanjutnya. Melalui kalimat ini pembaca akan mengetahui hubungan yang berurutan dan bisa mengikuti langkah-langkahnya sesuai urutan tesebut.
3) Konjungsi final (tujuan)
Konjungsi final, yaitu konjungsi yang berfungsi untuk menghubungkan dua unsur yang memiliki kandungan. Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat yang klausa subordinatifnya menyatakan sesuatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa utama. Kata-kata yang termasuk dalam konjungsi ini adalah supaya, untuk, dan agar (Sukarto, 2017: 6).
4) Konjungsi pembatasan
Konjungsi pembatasan yakni konjungsi yang menghubungkan antarklausa dengan membatasi keterangan pada klausa pertama dan pada klausa kedua. konjungsi pembatasan adalah kata hubung untuk menyatakan pembatasan. Kata hubung ini digunakan untuk menjelaskan pembatasan suatu hal, atau dalam batas manakah sebuah perbuatan boleh dilakukan (Yoana, 2021: 8). Konjungsi ini meliputi kecuali, asal dan selain.
c. Numeralia
Numeralia merupakan kata bilangan yang digunakan untuk mengurutkan langkah-langkah dalam teks prosedur. Numeralia bisa menyatakan jumlah, bilangan, nomor maupun himpunan. Sejalan
21
dengan pendapat Baru (2016: 2) yang menyatakan bahwa numeralia adalah kata yang menyatakan suatu benda, jumlah, kumpulan, atau menyatakan urutan benda dalam deretan nama-nama benda yang lain.
Numeralia dalam teks prosedur terbagi menjadi dua, diantaranya.
1) Numeralia urutan
Numeria urutan merupakan pilihan yang bisa digunakan selain menggunakan konjungsi temporal. Misalkan untuk menunjukkan urutan bilangan dapat menggunakan kata seperti: pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Urutan bilangan dapat pula dijelaskan per point denga angka seperti (1), (2), (3) dan seterusnya.
2) Numeralia kuantitas
Numeralia kuantitas adalah kata yang berfungsi sebagai petunjuk jumlah atau durasi dalam teks prosedur. Contohnya:
“Masukkan 2 butir telur”, “diamkan selama 30 menit di kulkas” dan lain sebagainya.
d. Pronomina
Pronomina ialah kata ganti dipakai untuk menggantikan orang atau benda. Berdasarkan fungsinya, pronomina dalam teks prosedur terbagi menjadi dua yang terdiri dari.
1) Pronomina penunjuk
Pronomina penunjuk adalah kata ganti untuk menggantikan benda. Pronomina penunjuk ini ialah kata ganti yang digunakan
22
sebagai pengarah pada suatu objek atau hal yang dituju. Pronomina penunjuk biasanya mengandung kata ini, itu atau tersebut.
2) Pronomina persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mewakili orang. Kata ganti orang ialah pronomina yang fungsinya untuk menggantikan kata benda yang merujuk pada seseorang, baik berupa nama pribadi atau bukan (Chaer, 2003: 87). Orang yang dimaksud di sini bisa berarti diri sendiri, orang yang diajak bicara, atau orang yang dibicarakan. Pronomina persona bagi kata ganti untuk orang tunggal pada teks prosedur biasanya ditandai dengan kata anda, saya, kamu. Sedangkan untuk orang jamak biasanya ditandai dengan kata kita, kami, kalian.
e. Verba
Verba adalah kata kerja. Menurut Finoza (2004: 65-66) verba adalah kata kerja yang menyamapikan aktivitas atau proses, situasi dan tindakan yang bukan berupa kata sifat. Kata kerja biasanya digunakan sebagai predikat di dalam suatu kalimat. Kridalaksana (2011: 254) menambahkan bahwa verba adalah kelas kata yang umumnya berfungsi sebagai predikat, tetapi dalam beberapa aspek lain kata kerja ini juga mengandung sifat morfologis sebagai orang, aspek dan angka. Verba dalam teks prosedur sendiri terdiri dari dua macam, meliputi.
1) Verba material
23
Kata kerja yang memiliki imbuhan dengan menunjukkan suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan secara fisik disebut verba material. Contohnya mengupas, memotong, mengaduk, mengiris, memotong dan lain sebagainya.
2) Verba tingkah laku
Verba tingkah laku ialah kata kerja yang dipaparkan melalui ungkapan atau ekspresi. Verba tingkah laku juga diartikan sebagai pekerjaan yang tidak yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Contohnya menyetujui, menyukai, berpikir, memahami.
f. Diksi
Diksi ialah pemilihan kata. Kata yang tepat ialah kata yang mengungkapkan pengertian suatu objek secara tepat dan sesuai dengan kaidah. Pemilihan kata yang tepat juga bisa diartikan sebagai kata yang dapat memunculkan ide yang tepat di benak pendengar atau pembaca seperti yang dimaksudkan oleh pembicara atau penulis. Seperti yang dikemukakan oleh Mansurudin (2010: 73) diksi adalah pilihan kata yang tepat dan akurat yang bisa memberikan nilai kata bagi pembacanya. Ketepatan penggunaan diksi bisa dilihat dari segi kebakuan dan ketidakbakuan dari sebuah kata. Sejalan dengan Chaer (2011: 131) yang menyatakan bahwa bahasa baku adalah bahasa yang umumnya digunakan dalam konteks formal atau resmi. Hal ini harus
24
dilakukan agar pemakaian bahasa sesuai kaidah dan situasi pemakaiannya.
Menurut Manaf (dalam Ngusman, 2010: 119) ada tiga faktor dapat digunakan untuk mengukur ketepatan pilihan kata yakni, konsep yang tepat, nilai rasa yang tepat dan konteks penggunaan yang tepat.
Sebuah konsep yang dianggap tepat berarti mengacu pada ketepatan pada saat menggunakan kata untuk mendefinisikan objek tertentu.
Contohnya pada kalimat “diamkan selama 15 menit agar supaya matang dengan sempurna”. Kalimat tersebut tidak termasuk tepat konsep karena memakai pilihan kata yang tidak efektif. Kata “agar supaya” mempunyai makna yang sama sehingga cukup memakai salah satu kata saja agar dapat dikatakan sebagai tepat konsep. Perbaikan kalimat tersebut menjadi “diamkan selama 15 menit agar matang dengan sempurna”.
Kata-kata dengan nilai rasa yang tepat adalah kata-kata yang secara efektif dapat menyampaikan perasaan penulis. Nilai rasa yang tepat ini berhubungan dengan sopan santun seperti terhormat, jorok, kurang ajar, bersih dan lain sebagainya. Misalnya pada pemilihan kata
“bekas presiden” yang tidak termasuk kata dengan nilai rasa karena kata
“bekas” ditunjukkan untuk sebuah benda bukan orang. Hal ini berkaitan dengan kalimat yang terkesan tidak menunjukkan sopan santun. Kata
25
“bekas presiden” ini bisa diperbaiki dengan mengganti kata “bekas”
menjadi kata “mantan”.
Kemudian konteks penggunaan yang tepat ialah kata-kata yang dipilih sesuai dengan konteks penggunaannya tergantung situasi dan konsidi pada siapa mereka berbicara, di mana mereka berbicara, seperti apa lingkungannya, pukul berapa serta apa topiknya. Contohnya pada kalimat “tambahkan smoked beef dan kacang polong” kurang tepat karena konteks tuturan yang dituju tidak hanya anak muda tetapi juga semua kalangan dari remaja sampai lanjut usia. Orang awam umumnya sulit memahami makna kata dalam bahasa asing sehingga bisa diubah dengan menentukan kata yang cocok, seperti “tambahkan daging asap dan kacang polong”.