• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAIDAH PENAFSIRAN REDAKSIONAL ALQURAN

Dalam dokumen KAIDAH TAFSIR ALQURAN (Halaman 22-53)

Isim dan Makna

Menurut as-Suyuthi, ism menunjukkan tetapnya keadaan dan keberlangsungannya, sedangkan ji‟il menunjukan timbulnya sesuatu yang baru dan terjadinya sesuatu perbuatan. Setiap kata tersebut (baca: ism dan fi‟il) mempunyai tempat tersendiri yang tidak bisa dipertukarkan satu dengan lainnya untuk tetap menghadirkan makna yang sama. Hakikat makna yang dikandung oleh ayat yang berbeda ada pada perbedaan kata yang digunakan. Berikut beberapa firman Allah yang menggunakan kata ism.

Engkau mengira mereka bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik- balikkan mereka ke kanan dan kiri; anting mereka merentangkan kedua kaki depannva di ambang pintu. Kalau engkau melihat mereka, tentu kau akan

berbalik lari dari mereka dan penuh rasa takut (QS al-Kahf, 18: 18).

Ayat di atas menggambarkan keadaan anjing Ashhab al-Kahf ketika mereka tertidur di dalam gua. Kaki anjing itu dalam keadaan terentang selama mereka tidur. Keadaan ini diungkapkan dengan menggunakan ism (kalbuhun basithun),

tidak dengan bentuk fiil. Penggunaan isim ini untuk lebih menggambarkan tetapnya keadaan anjing sepanjang waktu.

Orang-orang mukmin ialah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tak pernah ragu; berjuang di jalan Allah dengan harta dan nyawa. Itulah orang-orang yang tulus hati (QS al-Hujurat, 49: 15).

Iman merupakan hakikat yang harus tetap berlangsung atau ada (eksis) selama keadaan menghendaki seperti halnya ketakwaan, kesabaran, dan sikap syukur kepada Allah. Penggunaan ism mu‟minun menggambarkan keadaan pelakunya yang terus dan tetap berlangsung, serta berkesinambungan. Ia tidak terjadi secara temporer. Jadi, mukminin merupakan sebutan untuk orang yang keberadaanya senantiasa diliputi oleh iman atau keyakinan.

Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang selalu taat, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar dan tabah, laki-laki dan perempuan yang khusuk, laki-laki dan perempuan yang memberi sedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah bagi mereka Allah menyediakan ampunan dan pahala yang besar (QS

al-Ahzab, 33: 35).

Pengertian sifat-sifat Islam, iman, taat, dan seterusnya pada ayat di atas mengandung semua sifat yang relevan. Semakin sempurna makna-makna sifat itu terkandung atau terhimpun dalam diri seseorang, semakin sempurna pula bentuk ampunan dan pahala yang pasti akan diperolehnya. Sebaliknya, berkurangnya

cakupan nilai sifat- sifat itu dalam diri seseorang, berarti berkurang pula ganjaran pahala dan ampunan yang pasti akan diterimanya dari Allah. Bahkan, jika pun makna dari sifat-sifat itu tidak dimiliki seseorang, ia tidak akan mendapat ampunan dan pahala dari Allah.

Kebaikan itu bukanlah karena menghadapkan muka ke timur atau ke barat; melainkan karena beriman kepada Allah dan hari kemudian, para malaikat, kitab dan para nabi; memberikan harta benda atas dasar cinta kepada-Nya, kepada para kerabat, anak yatim, fakir miskin, orang dalam perjalanan, mereka yang meminta dan untuk menebus budak-budak; lalu mendirikan shalat dan membayar zakat, memenuhi ianii bila membuat perjanjian, dan mereka yang tabah dalam penderitaan dan kesengsaraan serta dalam suasana kacau. Itulah orang yang benar, dan itulah orang- orang yang bertakwa (QS

al-Baqarah, 2: 177).

Pada ayat di atas, pemenuhan janji, sabar, dan takwa diungkapkan dengan bentuk isim yang menunjukan kelangsungan sifat-sifat tersebut pada diri para pelakunya.

Tidaklah sama orang-orang mukmin yang duduk-duduk (di rumah) yang tidak karena cacat dan mereka yang berjuang di jalan Allah dengan harta

dan dengan nyawa mereka. Allah mengangkat derajat merekayang berjuang dengan harta dan nyawa lebih tinggi daripada yang tinggal (di rumah). Kepada mereka masing-masing, Allah akan menjanjikan segala kebaikan. Tetapi, Allah lebih mengutamakan mereka yang berjuang daripada yang tinggal (di rumah) dengan pahala yang besar (QS an-Nisa‟, 4: 95).

Ayat di atas pun menggunakan isim, yakni qa‟iduna (orang-orang yangduduk-dudukdi rumah, gambaran orangpasif) yangdiperhadapkan dengan

mujahidun (orang-orang yang bersungguh-sungguh, gambaran orang-orang yang

aktif-dinamis). Jika kedua isim itu diganti dengan fi‟il, makna yang akan tampak pasti berbeda.

Fiil dan Makna

Ada banyak contoh ayat yang redaksinya menggunakan fiil dan ayat yang redaksinya menggunakan fiil dan isim lainnya dalam waktu yang bersamaan.

Mereka yang menyumbangkan harta, siang dan malam, dengan sembunyi atau terang-terangan, pahala mereka pada Tuhan. Mereka tak perlu khawatir, dan tak perlu sedih (QS al-Baqarah, 2: 274).

Kata yunfiqun pada ayat di atas menunjukan eksistensi sebuah tindakan atau aksi yang bisa ada dan bisa tidak ada. Jadi, ia menjadi sesuatu aksi yang temporal, bergantung pada kondisi. Jika seseorang melakukan pekerjaan itu, ia akan beroleh pahala, dan jika meninggalkannya, ia tidak memperoleh apa pun.

Dialahyang menciptakanku, dan Dialah yang membimbinglu; yang memberi aku makan dan minum. Dan, bila kau sakit, Dialah yang menyembuhkan

aku; yang akan membuatku mati, dan kemudian mengidupkan aku (kembali). Dan, kuharapkan mengampuni dosa-dosaku pada hari perhitungan (QS

asy-Syu‟ara‟, 26: 78-82).

Kata kerja khalaqa pada ayat di atas menunjukan telah terjadi dan

selesainya penciptaan pada waktuyang lampau, sedangkan kata kerja yahdi, yuth‟muni, yasqina, yasyfina, yumitum, yuhyina, dan yagkfira U dalam rangkaian

ayat itu menunjukan makna terus berlangsungnya perbuatan itu waktu demi waktu yang terjadi secara berangsur-angsur hingga sekarang.

Hai manusia, ingatlah nikmat Allah yang dilitnpahkan kepada kamu. Adakah Pencipta selain Allah yang akan memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi? Tiada Tuhan selain Dia. Lalu, mengapa kamu berpaling? (QS

Fathir, 35: 3).

Isim yang berbentuk fai'l atau pel aku, yakni khaliq, pada ayat tersebut menunjukan sifat yang melekat secara permanen pada diri pelakunya. Sebaliknya, pemberian rezeki terjadi secara bertahap atau berangsur-angsur sehingga terdapat persesuaian antara redaksi dan makna yang dimaksud.

1. Bentuk dan Makna Amr

Secara bahasa, amr berarti suruhan atau perintah, sedangkan menurut istilah,

amr berarti tuntutan melakukan perbuatan dari yang lebih tinggi kedudukannya

kepada yang lebih rendah kedudukannya. Sayyid Ahmad al-Hasyimi mendefinisikan amr sebagai sikap mengharapkan tercapainya perbuatan dari

mukhatab (orang kedua) yang datang dari pihak atasan.

Menurut Khalid Abdurrahman, amr merupakan kata yang menunjukan permintaan untuk melakukan apa yang diperintahkan dari arah yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. Maksud ungkapan yang lebih tinggi kedudukannya dalam Alquran adalah Allah, sebagai pemberi perintah, sedangkan yang lebih rendah kedudukannya adalah makhluk sebagai pelaksana perintah.

Ada beberapa bentuk amr yang terdapat dalam Alquran. Pertama, perintah yang jelas-jelas menggunakan fi‟il amr.

Dan, berikanlah kepada perempuan (dalam perkawinan) mas kawinnya dengan ikhlas; tetapijika dengan senang hati mereka

memberikan sebagian darinya kepadamu, terimalah dan nikmatilah pemberiannya dengan senang hati (QS an-Nisa, 4: 4).

Kedua, kata perintah yang menggunakan fi‟il mudhari‟ (bentuk sedang dan

akan terjadi) yang didahului oleh lam al-amr.

Hendaklah di antaramu ada segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh orang berbuat benar dan melarang perbuatan mungkar. Itulah orang-orang yang beruntung (QS Ali Imran, 3: 104).

Hai orang yang beriman! Jagalah dirimu sendiri. Orang yang sesat tidaklah merugikan kamu jika kamu sudah mendapat petunjuk. Kepada Allah kamu semua akan kembali. Kemudian diberitahukan kepadamu mengenai apa yang sudah kamu lakukan (QS al-Maidah, 5: 105).

Keempat, kata kerja perintah berbentuk masdar pengganti fi'il.

(JtUl'jJLlJ AAjT Sifj V JjfjyCuJ li>Ji>-Iilj

S

^LJ

L

3 VI JiiJjJ 3j^-r=a^Jl ijjt fj Sji^oJI Lw^O-

^ ^ \ -i i . l , ' -

Gp 1J ^

Dan, ingatlah ketika Kami menerima ikrar dari Bani Israil: tidak akan menyembah selain Allah, berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, kepada anak yatim dan orang miskin dan berbudi bahasa kepada semua orang; dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Tetapi, kemudian kamu berbalik, kecuali sebagian kecil di antara kamu (masih juga) menentang (QS

al-Baqarah, 2: 83).

Kelima, kata kerja perintah yang berbentuk kalimat berita yang mengandung

arti perintah atau permintaan.

c-i2UJTj

Perempuan-perempuan yang dicerai harus menunggu tiga kali masa haid (QS

al-Baqarah, 2: 228).

Keenam, kalimat yang mengandung kata amr, fardhu, kutiba (ditetapkan),

dan „ala yang berarti perintah.

lilj L^iil oi ®

'&\ o j u , £ * 'M oj is&i ofg-ilil &

@ I\jy#J 0^

Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang layak menerimanya. Apabila kamu mengadili di antara manusia, bertindaklah dengan adil. Sungguh Allah mengajar kamu dengan sebaik-baiknya karena Allah

Maha Mendengar, Maha Melihat (QS an-Nisa, 4: 58).

c^=sL L»j ^>- jjl ^ I L Q P j i

^ <r >4'i ^ ^ - 2"

*-*■*?■■J (jJAS' 4JJI ^ • j o_j y>- * .

Kami ta/iu apa yang kami perintahkan kepada mereka mengenai istri-istri

mereka, dan yang sudah menjadi milik tangan kanan mereka supaya tidak menyusahkan engkau. Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. (QS

al-Ahzab, 33: 50).

jp cA ^ (U=4^- v/ oiit gifb

(c^~^ 0j 5 ~ J ^ ^ ^ • £A| I

Hai orang-orang yang beriman, berpuasa diwajibkan atasmu sebagaimana telah diwajibkan atas mereka sebelum kamu supaya kamu bertakwa (QS al-Baqarah,

2: 183).

x ^ ^ x ^ ^ 9 s'*** I 4 ^ ^

Mengerjakan ibadah haji ke sana merupakan kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjaan ke sana, dan barangsiapa mengingkarinya maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari semesta alam (QS

Ali Imran, 3: 97).

l.r

J®5Cwoj£j ^JA Lo-9 oli

Kalau kamu terhalangi, sembelihlah kurban yang kamu mudah didapat, danjanganlah kamu mencukur kepalamu sebelum kurban sampai ke tempat penyembelihan (QS al-Baqarah, 2: 196).

2. Kategori Amr

Bentuk perintah dalam Alquran memiliki beragam bentuk. Pertama, amr menunjukan wajib atau tindakan yang harus'dilaksanakan. Misalnya, ayat berikut menunjukan bahwa shalat itu hukumnya wajib, dan orang yang meninggalkannya

berarti berdosa.

Dirikanlah shalat dan keluarkanlah zakat (QS an-Nisa, 4: 77).

Kedua, amr menunjukan sunat. Misalnya, ayat berikut menunjukan perintah tanpa mewajibkan, meskipun sangat baik untuk dikerjakan.

Buatlah perjanjian yang demikian, jika kamu ketahui mereka baik (QS an-Nur,

24: 33).

Ketiga, amr tidak menghendaki pengulangan pelaksanaan. Misalnya, ayat

berikut mengandung pengertian bahwa mengerjakan haji dan umroh itu diwajibkan satu kali saja dalam seumur hidup.

Dan, sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. (QS al- Baqarah,

2: 196).

Keempat, amr tidak mengendaki pengulangan.

Dan, bila kamu dalam keadaan junub, bersihkanlah dengan mandi penuh (QS

Kelima, amr tidak mengendaki kesegeraan.

Jpjl UaJ/* cr**

£ x 1

Jika di antaramu ada yang sakit atau dalam perjalanan, (berpuasalah) sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain (QS al-Baqarah, 2: 184).

Keenam, amr mengendaki kesegeraan.

J-A <4?~J

Masing-masing mempunyai tujuan, fee sanalah la mengarahkannya, berlombalah kamu dalam mengejar kebaikan (QS al-Baqarah, 2: 148).

Ketujuh, amr yang datang setelah larangan bermakna mubah.

•jj yj \jJ- V Ijlii; iii

^L^a.9 QjjsZ-) OwJi I

! j i I i j j

Hai orang yang beriman, janganlah kamu langgar lambang-lambang Allah, danjangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu binatang-binatang had-ya dan qalaa-id, danjangan mengganggu orangyang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya. Tetapi, bila kamu selesai menunaikan ibadah haji, berburulah (QS

al-Maidah, 5: 2). 3. Ragam Makna Amr

Terkadang, bentuk-bentuk amr keluar dari makna asalnya dan menunjukkan beberapa makna lain yang dapat diambil kesimpulan melalui susunan kalimat dan tanda-tanda yang menyertainya. Makna- makna yang dimaksud sebagai berikut.

a. Amr bermakna doa ketika disampaikan pihak yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi kedudukannya.

Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku (QS an-Naml, 27: 19).

b. Irsyad (nasihat).

JU* Jff 3, a^i W

ot 4-^ V3 L3i£=>

Hai orang yang beriman, jika kamu bermuamalah dengan car a berutang sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis (QS al-Baqarah, 2: 282).

c. Ta‟jiz (melemahkan).

ot J* liJjj U-? y^3 <4 j»^aaa oj3

Jika kamu masih ragu apa yang kami wahyukan ini kepada hamba kami, buatlah sebuah surah saja semacam ini (QS al-Baqarah, 2: 23).

d. Ibahah (boleh).

1^3fj* S!j 1jJL^aaj

Makan dan minumlah; tetapifangan berlebihan (QS al-A‟raf, 7: 31).

e. Ihanah (penghinaan).

Nahy dan Makna

Secara bahasa, nahy berarti larangan atau cegahan, sedangkan secara terminologi, nahy berarti tuntutan atau perintah meninggalkan suatu perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah kedudukannya. Menurut ulama ahli ushul,t nahy merupakan lafal yang digunakan oleh pihak yang lebih tinggi

kepada pihak yang lebih rendah tingkatannya supaya tidak mengerjakan suatu pekerjaan.

Khalid Abdurrahman mengartikan bentuk nahy sebagai perkataan atau ucapan yang menunjukkan permintaan berhenti dari suatu perbuatan, dari orang yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah. An- nahy, menurut Sayyid Ahmad al-Hasyimi, merupakan tuntutan untuk mencegah berbuat sesuatu yang datang dari atas. Ash-Shafahsi berkata bahwa sesungguhnya keharusan larangan adalah meninggalkan suatu tindakan yang dilarang sesegera mungkin.

1. Redaksi Kalimat Nahy

Seperti halnya, bentuk amr, nahy pun memiliki beragam bentuk. Pertama,

fi‟il nahy.

Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kekurangan, dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina. Sungguh itu perbuatan keji

dan jalan yang buruk. Dan, janganlah kamu menghilangkan nyawa yang diharamkan Allah, kecuali demi kebenaran ... janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali untuk memperbaikinya sampai ia mencapai umur dewasa (QS al-Isra, 17: 31-34).

Kedua, menggunakan lafaz utruk, da' (tinggalkanlah, jauhilah, tolaklah,

hindarilah), dan naha harrama (Dia telah mengharamkan). ijfi

Dan, janganlah kau turuti orang-orang kafir dan kaum munafiq, janganlah kau hiraukan gangguan mereka; tetapi tawakallah kepada Allah; sebab cukuplah Allah sebagaipelindung. (QS al-Ahzab, 33: 48).

Apa yang diberikan rasul kepadamu terimalah, dan apa yang dilarang tinggalkanlah. bertakwalah kepada Allah; Allah sangat keras dalam menjatuhkan hukuman (QS al-Hasyr, 59: 7).

Katakanlah: Tuhanku mengharamkan segala perbuatan keji, yang terbuka atau tersembunyi, dosa dan pelanggaran hak orang tanpa alasan; mempersekutukan Allah, padahal Dia tidak memberi kekuasaan untuk itu, Dan, biarlakanlah laut terbelah karena mereka tentara yang akan ditenggelamkan (QS ad-Dukhan, 44: 24).

dan berkata tentang Allah yang tidak kamu ketahui (QS al-A‟raf, 7: 33). i

2. Ragam Pemakaian Nahy

Larangan dalam Alquran mengandung beberapa makna dan tujuan.

Pertama, larangan yang menunjukkan keharaman tentang sesuatu.

Dan, janganlah kamu mendekati zina (QS al-Isra, 17: 32).

Kedua, larangan yang menunjukan makruh (boleh dilakukan, tetapi

sebaiknya dihindari karena mendekati haram).

Si

Janganlah kamu shalat di kandang unta (HR Tirmidzi).

Ketiga, larangan yang mengandung perintah untuk melakukan yang

sebaliknya.

Ingatlah ketikaLuqman berkata kepada putranya sambil memberi pelajaran: "Hai anakkuf Janganlah persekutukan Allah; mempersekutukan Allah sungguh suatu kejahatan besar (QS Luqman, 31: 13).

Tuhan, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan; Tuhan, janganlah memikulkan kepada kami suatu beban berat yang engkau bebankan kepada yangn sebelum kami; Tuhan, jangan memikulkan kepada kami beban yang tak mampu kami pikul. (QS al- Baqarah, 2: 286).

Janganlah kau menatapkan pandanganmu atas apa yang Kami berikan kpada golongan tertentu di antara mereka, dan janganlah kau bersedih terhadap mereka; rendahkanlah sayapmu (dengan lemah lembut) kepada orang beriman

(QS al-Hijr, 15: 88).

Hai orang-orang yang tak beriman, janganlah kamu berdalih hari ini balasan yang akan kamu peroleh hanyalah atas apa yang kamu kerjakan (QS at-Tahtim,

66: 7).

Ketujuh, nahy untuk menenteramkan. Kelima, nahy bermakna bimbingan (irsyad).

Hai orang yang beriman, janganlah tanyakan sesuatu yang bila diterangkan menyusahkanmu (QS al-Maidah, 5: 101).

Keenam, nahy menegaskan keputusan.

Istifham dan Maknanya

Dalam percakapan sehari-hari, ungkapan yang berbentuk kata tanya (istifham) sering digunakan. Bahkan, merupakan ungkapan pokok dalam komunikasi yang tidak dan belum jelas maksudnya. Seperti ungkapan siapakah, apakah, dan bagaimanakah. Huruf yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dalam bahasa Arab disebut harf al-istifham. Ketika seorang membaca dan memahami isi kandungan Alquran, ia akan mendapatkan ungkapan-ungkapan yang banyak menggunakan lafal istifham. Istifham tersebut memiliki indikasi makna yang berbeda-beda.

Kata istifham merupakan bentuk masdar dari kata istifhama yang berarti paham, jelas, dan mengerti. Akar kata ini mendapat tambahan alif sin dan ta di awal kata yang salah satu fungsinya adalah untuk meminta sesuatu. Jadi, kata

istifham berarti ungkapan permintaan atau penjelasan (thalabul fahm). Lalu,

apakah pengertian istifham itu?

Secara istilah, istifham oleh Imam az-Zarkasi dalam buku al-Burhan fi

Ulumil Quran dijelaskan sebagai upaya pencarian pemahaman dan pengertian

tentang sesuatu hai yang tidak diketahui. Dalam kitab al-Mu‟jam al-Mufashshal disebutkan bahwa istifham merupakan upaya mencari pemahaman tentang hakikat, nama, jumlah, dan sifat dari suatu hai. Sementara itu, kitab Balaghatul

Wadhihah kata istifham didefmisikan sebagai upaya pencarian pengetahuan

tentang segala sesuatu yang sebelumnya tidak atau belum diketahui. Jadi, kata

istifham dengan berbagai maknanya itu memiliki satu maksud pokok, yaitu

mencari pemahaman tentang suatu hai seperti diungkapkan pengarang kitab

al-Itqanfi Ulumil Quran.

Kata tanya (adawatul istifham) terbagi dalam dua katagori: huruf istifham

(hamzah dan hai yang artinya apakah) dan isim istifham. Isim istifham yang

dimaksud adalah semua adawatul istifham selain pertama, yakni ma (apa), man (siapa), kaifa (bagaimana), mata (kapan), ayyana (bilamana), anna (darimana),

kam (berapa), aina (di mana), ayyu (apa, siapa).

Huruf hamzah digunakan untuk menanyakan tentang apa atau siapa yang memerlukan jawaban ya atau tidak. Misalnya, ungkapan pada ayat berikut.

^

-Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai Isa putra Maryam! Engkaukah yang berkata kepada orang; Sembahlah aku dan ibuku sebagai tuhan selain Allah? “Ia berkata, “Mahasuci Engkau! Tidak sepatutnya aku mengatakan apayang bukan menjadi hakku (QS al-Maidah, 5: 116).

Lafal hal (apakah) adalah kata tanya untuk konfirmasi yang memerlukan jawaban ya atau tidak. Misalnya, ungkapan pertanyaan berikut.

(eg; IjjTJu (Ll (J* IJ-*

Bukanlah sudah berlalupada manusia masayangpanjang dari waktu ketika dia bukan apa-apa (bahkan) tidak disebut-sebut?(QS ai-Insan, 76: 1).

Lafal ma digunakan untuk menanyakan suatu yang tak berakal.

“Apa yang membawa kamu ke dalam api neraka?” Mereka berkata, “kami tak termasuk golongan orang yang shalat." (QS al-Muddatstsir, 74: 42- 43).

Lafal man digunakan untuk menanyakan makhluk berakal.

^ 5 £ jc" ^ / ji'' ^ ^ ^ <■< 9 j[ f ^ •jj'

jA 0 *.1 ya,.>9

5^13 ^13

yang akan la lipatgandakan gantinya dengan sebaik-baiknya? Allah akan memberi (kepadamu) kesempitan dan kelapangan (rezeki), dan kepadaNya kamu dikembalikan (QS al-Baqarah, 2: 245).

Lafal mata digunakan untuk menanyakan waktu, baik yang lampau maupun yang akan datang.

Atauhah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga tanpa suatu cobaan seperti dialami mereka sebelum kamu? Mereka mengalami penderitaan dan malapetaka danjiwa mereka begitu tergoncang, sehingga Rasul pun berkata bersama orang-orang yang beriman, “Bilakah datangnyapertolongan Allah? “Ya, sungguh pertolongan Allah sudah dekat (QS al-Baqarah, 2: 241).

Lafal ayyana digunakan untuk menanyakan suatu yang berkenaan dengan waktu mendatang.

Dan, bagaimana

kamu akan mengingkari padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu dan di tengah-tengah kamu pun ada Rasul-Nya? (QS al-Imron, 3: 101).

r

Ia bertanya, “Bilakah hari kiamat itu?”(QS al-Qiyamah, 75: 6).

36 >

Lafal anna digunakan untuk menanyakan asal-usul.

o-ib aij (jik ooL4==»j (J ^ „ ->!&* *4o

Dia berkata: “Tuhanku, bagaimana aku akan mendapatkan anak, sedang istriku mandul aku sudah dalam usia renta?”(QS Maryam, 19: 8).

Lafal kam digunakan untuk menanyakan jumlah atau bilangan.

<jl J* J1

i' * ■*' M-t . - jAZjtJ4_>L» 4i) I 4j L« L9 I_£j^4 wLaj 4JJIsJliA

oiLJ Jii J' IJ^ o-LJ ^-^== tJ^

J=e

. 'Ob j>i,j ., '^TLabijg 4J

y«Ua,*JI _ Jl JPt,>'3 ^ j^UJ Ajlf. .,rT3jL»-?-

jU^I Jli jll L^>J Lij^5o jjj LA^CJD cjC^3

©i ji *<> ji= J*' of

j4fa«, seperti orang yang melewati sebrnh dusunyang sudah runtuh sampai ke

atap-atapnya. la berkata, “Oh, bagaimana Allah mengghidupkan semua ini setelah mati?“ Lalu, Allah membuat orang itu mati selama seratus tahun kemudian membangkitkannya kembali. Lalu, Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini? “ la menjawab/‟saya tinggal di sini sehari atau setengah hari" Allah berfirman.”Tidak, bahkan seratus tahun; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang lagi belum berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami yang menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami akan menyusunnya

kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: ”Saya yakin bahwa Allah maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS al-Baqarah, 2: 259).

Lafal aina digunakan untuk menanyakan tempat.

Maka, kemanakah kamu akan pergi?” (QS at-Takwir, 81: 26). Lafal ayyu

digunakan untuk menanyakan apa atau siapa.

Manakan dari kedua golongan yang lebih berhak mendapatkan keamanan?(katakan) jika kamu mengerti. (QS al-An‟am, 6: 81).

Istifham merupakan pengungkapan yang memiliki makna bermacam-macam yang

bergantung pada siyaqul kalamnya. Ada ahli yang berpendapat bahwa istifham yang terdapat dalam Alquran memberi makna-pengertian bahwa mukhatab (lawan bicara) sesungguhnya mengetahui apa yang ditetapkan dan apa yang dinafikan (lihat QS an- Nisa, 4: 87 dan al-Insan, 76: 1). Jadi, Allah mengingatkan makhluk- Nya perihal apa yang mereka telah ketahui. Adakalanya, istifham keluar dari pola bakunya sendiri dan mengandung dua makna sekaligus: inkar dan taqrir (lihat QS al-An‟am, 6: 81). Di satu sisi, orang-orang kafir tidak berhak mendapat jaminan keamanan, sedangkan di sini, orang- orang yang beriman berhak mendapatkan jaminan keamanan..

Isim Nakirah dan Fungsinya

Isim nakirah (kata benda tak tentu) digunakan untuk beberapa fungsi. Pertama, untuk

Dalam dokumen KAIDAH TAFSIR ALQURAN (Halaman 22-53)

Dokumen terkait